Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN PADA RESTORAN


SOP TUNJANG PERTAMA (M1)
DI PEKANBARU
JUANG NOVRIANTO
Mahasiswa Universitas Islam Riau

ABSTRACT

Sop Tunjang Pertama (M1) Restaurants consist of 3 culinary spot that specialized in beef-based
soup in Pekanbaru. The group is operated by family-based business system. The aim of this
study is to analyze customers’ perception of culinary service quality on the restaurants.
Population are customers of Sop Tunjang Pertama (M1) Pekanbaru. The sample number
consist of 145 customers who were distributed proportionally in Pinang branch, Kayu Manis
branch and Soekarno-Hatta branch. Variables are culinary service quality on the restaurants
that consist of 5 dimensions are: tangible, reliability, responsiveness, assurance and emphaty.
Data analyzed by using Importance Performance Analysis (IPA). The study reveals that
averagely the culinary service quality is aleady satisfied in 4 dimension that are: assurance
(80%), emphaty (70%), responsiveness (69%) and reliability (66%), unless for tangible aspect
that is still less satisfied (58%). The culinary service quality that are need to be enhanced are:
parking area, restaurant decoration, dining area comfortness and tidiness, peak hous service
punctuality, readable and attractiveness of menu.
Keywords: Serive Quality, Satisfaction, Culinary

ABSTRAK

Restoran Sop Tunjang Pertama (M1) terdiri dari 3 lokasi kulier yang mengambil spesialisasi
pada masakan sup berbasis produk sapi di Pekanbaru. Grup restoran ini dijalankan dengan
sistem bisnis keluarga. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis persepsi
pelanggan pada kualitas pelayanan kuliner di restoran. Populasi penelitian terdiri dari para
pelanggan Restoran Sop Tunjang Pertama (M1) Pekanbaru. Sampel terdiri dari 145 orang
pelanggan yang secara proporsional tersebar di cabang Pinang, cabang Kayu Manis dan cabang
Soekarno-Hatta. Variabel penelitian adalah kualitas pelayanan kuliner yang terdiri dari 5
dimensi yaitu: bukti fisik, kehandalan, daya tanggap, jaminan dan empati. Analisa data
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata kualitas pelayanan kuliner sudah memuaskan yaitu pada dimensi jaminan (80%),
empati (70%0, daya tanggap (69%) dan kehandalan (66%), kecuali pada dimensi bukti fisik
yang masih kurang memuaskan (58%). Aspek-aspek kualitas pelayanan kuliner yang masih
perlu diperbaiki adalah: area parkir, dekorasi restoran, kenyamanan dan kebersihan area makan,
ketepatan pelayanan di jam-jam sibuk serta menu yang mudah dibaca dan menarik.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan, Kuliner

PENDAHULUAN terjadi perubahan gaya hidup konsumen


Latar Belakang dan budaya makan diluar menjadi
Sebagai suatu industri, restoran sangat umum dilakukan, maka
merupakan bidang usaha yang menuntut konsumen menginginkan pengalaman
penekanan pada kualitas pelayanan rasa yang enak, suasana yang nyaman
tinggi dan perbaikan kualitas secara dan pengalaman yang menyenangkan
berkesinambungan. Mengingat bahwa selama dalam proses mengkonsumsi

171
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

jasa kuliner. Sektor kuliner tidak hanya konsumen dapat menambah kenikmatan
mengedepankan aspek makanan dan dalam menyantap hidangan makanan.
minuman yang disajikan, tetapi proses Tak heran saat ini banyak tempat
dan tahapan penyajian serta suasana kuliner juga melengkapi tempat
pelayanan juga ikut memberikan usahanya dengan fasilitas-fasilitas yang
kontribusi bagi terciptanya kepuasan dapat memberikan kenyamanan bagi
pelanggan. pelanggannya, seperti meja kursi yang
Konsumen saat ini sangat nyaman, toilet yang bersih dan wangi,
dimanjakan pilihannya dalam hotspot gratis, layar TV proyektor
menentukan kemana akan menjatuhkan sebagai hiburan sambil menunggu
pilihan tempat makan. Hampir di setiap makanan dihidangkan, tempat parkir
jalan tersedia pilihan alternatif kuliner, yang lapang dan aman, sarana bermain
mulai dari yang kelas kaki lima, anak-anak, dan lain sebagainya.Yang
warung-warung makan, restoran hingga penting juga adalah kualitas pelayanan
tempat-tempat lain yang selain menjual personil restoran itu sendiri. Merekalah
cita rasa masakan, juga menawarkan yang pertama kali berinteraksi dengan
kenyamanan lebih yang terkadang harus pelanggan, mulai dari penyambutan,
dibayar dengan lebih mahal oleh mencatat pesanan, mengolah masakan,
konsumen. Kombinasi antara kualitas mengantarkan makanan, hingga kepada
menu dan suasana lokasi di tempat membersihkan meja.
makan, merupakan perpaduan yang Salah satu pelaku usaha di
banyak dicari oleh konsumen saat ini. bidang kuliner di kota Pekanbaru
Hal ini dikarenakan budaya untuk adalahRestoran Sop Tunjang Pertama.
makan diluar rumah, selain menjadi Jaringan restoran ini memiliki
kebutuhan pangan yang pokok, namun keunggulan pada produk masakan sop
momentum ini sering dijadikan pula tunjang dan daging sapiyang empuk dan
sebagai sarana melepas keletihan dan diolah dengan resep rahasia keluarga
untuk menyegarkan pikiran. yang berkualitas. Data yang penulis
Memandang lingkungan yang berbeda, dapatkan menunjukkan perkembangan
sejuk, nyaman, dipercaya oleh omset penjualan sebagai berikut:
Gambar 1
Perkembangan Omset Penjualan Restoran Sop Tunjang Pertama
2,350,350,500

2,588,850,000

2,890,000,500

2,612,950,000

2,455,700,000
1,800,674,000
1,631,290,000
1,306,500,000

1,526,890,000

1,474,650,000
1,052,800,000

1,159,655,000

1,600,360,000
1,168,950,000

1,506,800,250

2010
2011
2012
2013
2014
Cabang Pinang Cabang Kayu Manis Cabang Soekarno-Hatta
Sumber: Restoran Sop Tunjang Pertama

172
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Gambar 1 menunjukkan menjadi alasan mengapa omset di


pertumbuhan omset penjualan di cabang Pinang selalu menjadi yang
masing-masing cabang Restoran Sop tertinggi dibandingkan lainnya.
Tunjang Pertama selama tahun 2010 Sementara dari sisi pelayanan justru di
hingga 2014. Data menunjukkan bahwa cabang Pinang dan Soekarno-Hatta
terjadi fluktuasi omset penjualan yang dirasakan paling buruk
tahunan di masing-masing cabang. pelayanannya.
Omset penjualan tertinggi selalu Gambaran tersebut memberikan
diperoleh dari cabang Jalan Pinang, pemahaman bahwa masih banyak aspek
sedangkan cabang Kayu Manis dan yang harus dilakukan oleh pengelola
Soekarno-Hatta kerap saling susul- agar bisa mendapatkan keuntungan,
menyusul dalam hal pencapaian baik berupa kesetiaan maupun
omsetnya. Tidak stabilnya pencapaian peningkatan omset penjualan dari para
omset penjualan menunjukkan adanya pelanggan yang merasa puas karena
kemungkinan bahwa mayoritas keuntungan sebuah perusahaan sangat
pelanggan Restoran Sop Tunjang bergantung kepada kepuasan yang
Pertama di Pekanbaru masih merasa dirasakan oleh para konsumennya,
kurang puas dengan aspek-aspek karena menurut Schnaars (dalam
pelayanan yang diberikan oleh Tjiptono & Candra, 2007:199) tujuan
pengelola. sebuah bisnis adalah menciptakan para
Sebagai gambaran awal pelanggan yang puas. Terlebih lagi saat
mengenai tingkat kepuasan pelanggan ini cukup banyak pesaing yang juga
Sop Tunjang Pertama, penulis membuka gerai Sop Tunjang di
melakukan prariset terhadap 30 orang Pekanbaru, diantaranya adalah:
pengunjung, masing-masing 10 orang di Tabel 2
setiap cabang, untuk mengetahui Restoran Sop Tunjang Di Pekanbaru
bagaimana persepsi mereka secara No Nama Restoran Lokasi
umum terhadap tingkat kepuasan 1 Sop Tunjang Pak Jl. Hang Jebat
sebagaimana gambar berikut ini: Abu
Tabel 1 Penilaian Kepuasan 2 Sop Tunjang Jl. Sudirman
Pelanggan Sop Tunjang Pertama Bunda Bawah
Indikator Penilaian 3 Rumah Sop Jl. Yos
Cabang Tempat Rasa Pelayanan Sudarso
Bagus Kurang Enak Kurang Memuaskan Kurang 4 Sop Tunjang Jl.
Pinang 4 6 7 3 3 7 GOR Diponegoro
Kayu Manis 5 5 5 5 4 6 Sumber: Obeservasi
Soekarno-Hatta 4 6 6 4 3 7 Keempat pesaing yang sama-
Total 13 17 18 12 10 20 sama membuka usaha restoran Sop
Sumber: Data olahan prariset Tunjang diatas cukup memiliki banyak
Hasil prariset menunjukkan pelanggan dan juga memiliki gerai yang
bahwa dari sisi tempat berjualan, secara cukup representatif, sehingga sangat
umum masih kurang memuaskan, berpotensi untuk bisa merebut pangsa
kecuali di cabang Kayu Manis yang pasar Sop Tunjang Pertama apabila
berimbang jumlah tanggapannya. tidak segera dilakukan sejumlah
Adapun dari sisi rasa masakan, maka di pembenahan pada pelayanannya.
cabang Pinang dipersepsikan lebih enak Terdapat sejumlah harapan yang
dibandingkan di cabang Kayu Manis dimiliki konsumen terhadap pelayanan
dan Soekarno-Hatta. Itu pula yang restoran dimana atribut seperti

173
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

kecepatan layanan, lokasi, kualitas Pertama.Dari aspek fisik misalnya


makanan dan kebersihan restoran kerap sangat terkait dengan kondisi yang
menjadi pertimbangan utama bagi tampak secara nyata seperti bangunan
konsumen (Mason, et.,al., 2013). baik interior ataupun eksteriornya.
Demikian pula dengan aspek Kesan pertama yang kurang
keakurasian tagihan, kebersihan toilet, menyenangkan bagi pelanggan pada
staf yang bersih dan rapi serta area aspek fisik adalah masalah area parkir
makan yang bersih juga menjadi yang sempit sehingga menyulitkan
harapan konsumen pada sebuah restoran pelanggan memarkirkan kendaraannya,
(Markovic, et.,al., 2010). Andreani terutama mobil. Tempat parkir adalah
(2010) dalam penelitiannya juga touching point pelayanan yang pertama
menyimpulkan lima atribut restoran kali terlihat dan dirasakan pelanggan.
yang penting adalah kebersihan, rasa, Suasana interior juga mengecewakan
kesopanan, ketepatan penyajian dan dikarenakan ruang makan yang sempit
keramahan. dan memiliki fasilitas pendingin udara
Dari hasil-hasil penelitian yang memadai sehingga situasi makan
terdahulu serta landasan teoritis yang menjadi kurang nyaman akibat panas
ada maka bisa dikatakan bahwa dan pengap serta asap rokok
kepuasan konsumen akan sebuah didalamnya.
restoran tidak semata-mata bertumpu Dari aspek keandalan proses
pada kualitas makanannya, namun juga pelayanan, masih kerap terjadi
pada proses dan lingkungan yang kesalahan pemesanan oleh pelayan.
menyertainya. Oleh karena itu, Yang sering terjadi adalah pesanan
pengelola restoran dirasakan perlu tertukar antar meja pelanggan, atau
untuk memahami aspek-aspek salah pencatatan menu yang dipesan.
pelayanan yang bisa membentuk Pada jam-jam sibuk seperti makan
kepuasan pelanggannya. siang, waktu tunggu cenderung lama,
Penelitian ini mengadopsi 29 termasuk proses transaksi di kasir yang
indikator pelayanan yang disebut cukup lambat. Ditambah lagi dengan
dengan DINESERV dari penelitian para pelayanan yang kurang memiliki
Markovich, et.,al., (2010) yang secara daya tanggap tinggi sehingga terkesan
garis besar merupakan pengembangan kurang sigap dan kurang ramah ketika
indikator berdasarkan dimensi suasana sedang ramai.
SERVQUAL yang terdiri dari: Tangible Dengan masih ditemukannya
(bukti fisik); Reliability (keandalan); keluhan dari pelanggan mengenai
Responsiveness (daya tanggap); pelayanan yang dirasakan menunjukkan
Assurance (jaminan); Emphaty adanya kesenjangan jasa (service
(empati). gap)antara apa yang menjadi harapan
Terdapat sejumlah titik pelanggan dengan fakta sesungguhnya
pelayanan (touching point) yang masih yang bisa diberikan oleh pengelola.
menjadi kendala bagi pelayanan di Adanya kesenjangan jasa akan
jaringan Restoran Sop Tunjang berdampak pada kepuasan pelanggan.
Pertama, mencakup kepada kelima Semakin lebar kesenjangan tersebut,
dimensi pelayanan SERVQUAL. Secara maka akan semakin tidak puas
umum permasalahan pelayanan masih pelanggan, dan demikian pula
merupakan kendala bagi terciptanya sebaliknya, semakin kecil kesenjangan
kepuasan pelanggan secara maksimal kualitas jasa, maka pelanggan akan
terhadap jaringan RestoranSop Tunjang

174
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

semakin puas (Kotler & Keller, pengembangan ilmu pengetahuan,


2007:55). khususnya di bidang administrasi
Kepuasan konsumen akan bisnis.
sebuah restoran tidak semata-mata 3. Penelitian ini sekaligus dapat
bertumpu pada kualitas makanannya, menjadi bahan rujukan ataulandasan
namun juga pada proses dan lingkungan kepada peneliti lain yang ingin
yang menyertainya. Oleh karena itu, melanjutkan atau mengembangkan
pengelola perlu memahami aspek-aspek hasil penelitian dari ini.
yang membentuk kepuasan
pelanggannya. Dengan demikian maka STUDI KEPUSTAKAAN
penelitian ini diberi judul: Analisis Pelayanan Jasa
Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Jasa merupakan proses yang
Sop Tunjang Pertama (M1) Di terdiri dari serangkaian aktivitas
Pekanbaru. intangible (tak berwujud) yang biasanya
terjadi pada interaksi antara pelanggan
Rumusan Masalah
dan karyawan jasa dan atau sumber
Berdasarkan uraian pada latar
daya fisik atau barang dan atau
belakang terlihat bahwa masih
penyedia jasa, yang disediakan sebagai
ditemukan banyak kendala dalam
solusi atas masalah yang dihadapi
pelayanan kuliner yang disinyalir
pelanggan. Interaksi antara penyedia
menjadi penyebab kurang optimalnya
jasa dan pelanggan kerap kali terjadi
pertumbuhan omset restoran. Dengan
dalam jasa, sekalipun pihak-pihak yang
demikian permasalahan yang hendak
terlibat mungkin tidak menyadarinya
dijawab dari penelitian ini adalah
(Gronroos, dalam Tjiptono, 2007:11).
“Bagaimana tingkat kepuasan
Jasa adalah setiap tindakan atau
pelanggan pada pelayanan di Restoran
perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
Sop Tunjang Pertama?”
satu pihak kepada pihak lain, yang pada
Tujuan Penelitian dasarnya bersifat tak wujud (intangible)
Sejalan dengan perumusan dan tidak berakibat berpindahnya
masalah yang ada, maka tujuan dari kepemilikan dari pihak yang menjual
dilakukannya penelitian ini adalah jasa kepada pihak yang mengkonsumsi
untuk menganalisis dan menjelaskan jasa tersebut (Kotler & Keller,
tingkat kepuasan pelanggan pada 2007:42).
pelayanan di Restoran Sop Tunjang Czinkota & Ronkainen (dalam
Pertama di kota Pekanbaru. Widjaya, 2009:7)menyebutkan bahwa
Manfaat Penelitian keunikan karakteristik jasa
Manfaat penelitian ini bagi dibandingkan dengan produk terletak
sejumlah pihak adalah sebagai berikut: pada sifat: intangibility merupakan sifat
1. Memberikan masukan kepada jasa yang tidak berwujud dan diterima
pengelola Sop Tunjang Pertama konsumen sebagai performance yang
aspek-aspek terkait pelayanan hanya dapat dirasakan. Inseparability
kuliner yang harus dibenahi mencerminkan tidak terpisahkannya
berdasarkan skala prioritasnya antara provider dan konsumennya,
dalam rangka mendorong tingkat keterlibatan konsumen dalam proses
kepuasan pelanggan dan delivery jasa dalam production process.
pertumbuhan omset penjualan. Variability menunjukkan performance
2. Hasil penelitian ini menjadi jasa sangat sulit untuk dikontrol dan
kontribusi penulis dalam sangat bersifat relatif baik dari output

175
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

provider maupun persepsi penerimaan pribadi yang relevan, pelanggan


konsumen. Perishability merupakan mungkin akan mendasarkan harapan
salah satu keterbatasan jasa, mengingat pra-pembelian mereka pada faktor-
proses dan penggunaan dilakukan dalam faktor seperti iklan atau cerita dari
waktu bersamaan dan tidak mulut ke mulut.
memungkinkan dilakukan Kualitas pelayanan harus
penyimpanan. dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berakhir dengan kepuasan pelanggan
Kesenjangan Kualitas Pelayanan
serta persepsi positif terhadap kualitas
Jasa
layanan (Tjiptono, 2008:85). Kinerja
Kualitas pelayanan jasa
jasa yang menyenangkan pelanggan
merupakan evaluasi kognitif jangka
akan dipandang memiliki kualitas yang
panjang pelanggan terhadap penyerahan
lebih tinggi. Jika penyerahan jasa
jasa oleh perusahaan/organisasi.
berada pada dalam zona toleransi,
Sebelum pelanggan membeli suatu jasa,
pelanggan akan merasa jasa ini
mereka memiliki harapan tentang
memadai. Namun apabila kualitas yang
kualitas jasa yang didasarkan pada
sebenarnya itu berada dibawah tingkat
kebutuhan-kebutuhan pribadi,
jasa yang memadai dengan harapan
pengalaman sebelumnya, rekomendasi
pelanggan, maka memunculkan
word of mouth, dan iklan penyedia jasa
kesenjangan kualitas. Kesenjangan
(Lovelock& Wright, 2007:96). Setelah
kualitas diartikan sebagai perbedaan
membeli dan menggunakan jasa
antara kinerja penyedia jasa dengan
tersebut, pelanggan membandingkan
harapan-harapan pelanggan (Lovelock&
kualitas yang diharapkan dengan apa
Wright, 2007:97).
yang benar-benar mereka terima.
Adanya kesenjangan jasa akan
Kinerja jasa yang menyenangkan
berdampak pada kepuasan pelanggan.
pelanggan akan dipandang memiliki
Semakin lebar kesenjangan tersebut,
kualitas yang lebih tinggi. Jika
maka akan semakin tidak puas
penyerahan jasa berada pada dalam
pelanggan, dan demikian pula
zona toleransi, pelanggan akan merasa
sebaliknya, semakin kecil kesenjangan
jasa ini memadai. Namun apabila
kualitas jasa, maka pelanggan akan
kualitas yang sebenarnya itu berada
semakin merasakan kepuasan. Besar
dibawah tingkat jasa yang memadai
kecilnya kesenjangan inilah yang
dengan harapan pelanggan, maka
kemudian akan menentukan tinggi
memunculkan kesenjangan kualitas.
rendahnya kepuasan atau ketidakpuasan
Harapan adalah standar internal
pelanggan. Parasuraman, Zeithaml dan
yang digunakan pelanggan untuk
Berry (dalam Kotler & Keller, 2007:55)
menilai kualitas suatu pengalaman jasa
merumuskan suatu model mutu jasa
(Lovelock& Wright, 2007:93).Harapan
yang menekankan syarat-syarat utama
orang terhadap jasa kebanyakan
dalam memberikan mutu jasa yang
dipengaruhi oleh pengalaman mereka
tinggi dan mengidentifikasikan lima
sebelumnya, dengan cara
kesenjangan (gap) yang mengakibatkan
membandingkannya dengan
ketidakberhasilan penyerahan jasa.
pengalaman ketika mencoba merek lain
dari pesaing dalam industri yang sama.
Jika mereka tidak memiliki pengalaman

176
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Kepuasan Pelanggan sedangkan ketidakpuasan timbul


Dalam era globalisasi ini, apabila hasil tidak memenuhi
persaingan bisnis menjadi sangat tajam, harapan.
baik di pasar domestik maupun global. 3. Kepuasan atau ketidakpuasan sebagai
Untuk memenangkan persaingan, evaluasi purnabeli, dimana persepsi
perusahaan harus mampu memberikan terhadap kinerja produk yang dipilih
kepuasan kepada para pelanggannya, memenuhi atau melebihi harapan
misalnya dengan memberikan produk sebelum pembelian. Apabila persepsi
yang mutunya lebih baik, harga lebih terhadap kinerja tidak dapat
murah, penyerahan produk lebih cepat memenuhi harapan, maka yang
dan pelayanan yang lebih baik dari terjadi adalah ketidakpuasan.
pesaingnya (Supranto, 2011:1). Ketidaksesuaian menciptakan
Pelanggan memang harus dipuaskan, ketidakpuasan.
sebab kalau mereka tidak puas akan Menurut Schnaars (dalam
meninggalkan perusahaan dan menjadi Tjiptono & Chandra, 2007:199), pada
pelanggan pesaing, hal ini akan dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah
menyebabkan penurunan penjualan dan menciptakan para pelanggan yang
pada gilirannya akan menurunkan laba puas.Fornell mendefinisikan kepuasan
bahkan kerugian. Maka dari itu sebagai evaluasi purnabeli keseluruhan
perusahaan harus berusaha melakukan yang membandingkan persepsi terhadap
pengukuran tingkat kepuasan pelanggan kinerja produk dengan ekspektasi pra-
agar segera mengetahui atribut apa dari pembelian. Sementara Kotler
suatu produk/layanan yang bisa mendefinisikannya sebagai tingkat
membuat pelanggan menjadi tidak puas perasaan seseorang setelah
(Supranto, 2011:2). membandingkan kinerja (atau hasil)
Kepuasan pelanggan merupakan yang ia persepsikan dengan harapannya
suatu konsep yang telah lama dikenal (dalam Tjiptono, 2008:169).
dalam teori dan aplikasi pemasaran.
Kepuasan menjadi salah satu tujuan Manfaat Kepuasan Pelanggan
esensial bagi aktivitas bisnis, dipandang Konsekuensi
sebagai salah satu indikator terbaik kepuasan/ketidakpuasan pelanggan
untuk meraih laba di masa yang akan sangat krusial bagi kalangan bisnis,
datang. Definisi kepuasan pelanggan pemerintah, dan juga konsumen. Bagi
sangat bervariasi, dan memberikan bisnis, kepuasan dipandang sebagai
pemahaman yang lebih luas, misalnya salah satu dimensi kinerja pasar.
(Hasan, 2013:89): Peningkatan kepuasan pelanggan
1. Kepuasan atau ketidakpuasan berpotensi mengarah kepada
merupakan respon pelanggan pertumbuhan penjualan jangka panjang
terhadap evaluasi ketidaksesuaian dan jangka pendek, serta pangsa pasar
yang dipersepsikan antara harapan sebagai hasil pembelian ulang.
sebelum pembelian dan kinerja Sementara ketidakpuasan memunculkan
aktual yang dirasakan setelah sejumlah resiko, seperti boikot atau
pemakaiannya. protes dari lembaga konsumen,
2. Kepuasan atau ketidakpuasan intervensi pemerintah, reaksi pesaing,
merupakan evaluasi purnabeli dan masuknya produk substitusi baru ke
dimana alteranatif yang dipilih pasar. Bagi pemerintah, konsep
sekurang-kurangnya sama atau kepuasan/ketidakpuasan pelanggan
melampaui harapan pelanggan, dapat membantu mereka dalam

177
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

mengidentifikasi dan mengisolasi diimplementasikan. Pada tataran stategi,


produk dan industri yang membutuhkan upaya mewujudkan kepuasan pelanggan
tindakan pemerintah dalam rangka membutuhka komitmen, baik
meningkatkan kesejahteraan konsumen. menyangkut dana maupun sumber daya
Sedangkan bagi konsumen, konsep manusia. Upaya ini bukan trik jangka
kepuasan pelanggan bermanfaat dalam pendek yang sifatnya temporer, namun
memberikan informasi lebih jelas menjadi strategi jangka panjang yang
tentang seberapa puas atau tidak puas konsisten, terintegrasi, dan
konsumen lain terhadap produk atau berkesinambungan jika ingin
jasa tertentu. Dengan informasi yang mendapatkan kepuasan pelanggan.
lebih jelas, konsumen diharapkan Dalam buku yang ditulis oleh
mampu membuat keputusan pembelian Tjiptono, et., al.,(2008:60-62)
yang lebih bijaksana dan mampu setidaknya terdapat 8 strategi efektif
menghindari pengalaman buruk yang lazim diterapkan oleh banyak
konsumen lainnya. Selain itu, konsumen perusahaan dalam rangka memuaskan
juga diharapkan dapat memahami hak pelanggan yaitu: (1) manajemen
dan kewajibannya sebagai konsumen ekspektasi pelanggan; (2) relationship
(Tjiptono, et.,al., 2008:38). marketing and management; (3)
Secara umum, kepuasan aftermarketing; (4) strategi retensi
pelanggan memberikan dua manfaat pelanggan; (5) superior customer
utama bagi perusahaan, yaitu loyalitas service; (6) technology infusion
dan efek positive word of mouth strategy; (7) strategi penanganan
(Tjiptono, et., al., 2008:41). Manfaat komplain; dan (8) strategi pemulihan
spesifik kepuasan pelanggan bagi pelayanan.
perusahaan mencakup:
- Meningkatkan loyalitas pelanggan Mengukur Kepuasan Pelanggan
- Berpotensi menjadi pendapatan masa Sebuah perusahaan dikatakan
depan dari pembelian ulang. bijaksana kalau mengukur kepuasan
- Menekan biaya transaksi pelanggan, pelanggannya secara teratur, karena
terutama dari efisiensi biaya kunci untuk mempertahankan
komunikasi, penjualan dan layanan pelanggan adalah kepuasan. Pelanggan
pelanggan. yang sangat puas umumnya lebih lama
- Meningkatkan imunitas pelanggan setia, membeli lebih banyak ketika
terhadap godaan merek lain. perusahaan memperkenalkan produk
- Membuka peluang perusahaan untuk baru dan meningkatkan produksi yang
menetapkan harga premium kepada ada, membicarakan hal-hal yang
pelanggan menyenangkan tentang perusahaan dan
- Pelanggan akan menjadi lebih produk-produknya, tidak banyak
terbuka dengan tawaran perusahaan memberi perhatian pada merek pesaing
untuk lini produk atau lini merek dan tidak terlalu peka terhadap harga,
lain. menawarkan ide produk atau layanan
kepada perusahaan, dan lebih sedikit
Strategi Meningkatkan Kepuasan
biaya untuk melayani pelanggan ini
Pelanggan
ketimbang pelanggan baru karena
Dalam prakteknya, persoalan
transaksinya bersifat rutin. Kaitan
utama yang sering ditemui oleh banyak
antara kepuasan pelanggan dan
perusahaan adalah menerjemahkan
kesetiaan pelanggan tidak bersifat
konsep kepuasan pelanggan ke dalam
prodporsional. Andaikan kepuasan
strategi bisnis yang siap

178
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

pelanggan diberi peringkat dengan skala mudah dijangkau atau sering dilewati
satu sampai lima, pada level yang pelanggan), kartu komentar (yang
sangat rendah (level satu), para bisa diisi langsung maupun dikirim
pelanggan cenderung menjauhi via pos kepada perusahaan), saluran
perusahaan dan menyebarkan cerita telepon khusus yang bebas pulsa,
jelek tentang perusahaan tersebut. Pada websites, dan lain-lain. Kelemahan
level dua sampai empat, pelanggan agak metodenya yang pasif, menyebabkan
puas, tetapi masih merasa mudah untuk sulit untuk memperoleh gambaran
beralih ketika ketika tawaran yang lebih yang lengkap mengenai kepuasan
baik muncul. Pada level lima, atau ketidak puasan pelanggannya.
pelanggan cenderung membeli ulang 2) Ghost Shooping (Mysteri Shooping)
dan bahkan menyampaikan cerita pujian Metode dengan memperkerjakan
tentang perusahaan. Kepuasan atau rasa beberapa orang (ghost shoopers)
senang yang tinggi menciptakan ikatan untuk berperan atau berpura-pura
emosional dengan merek atau sebagai pelanggan/pembeliproduk
perusahaan tersebut, tidak sekedar perusahaan sendiri dan pesaingnya.
kelebih-sukaan rasional (Kotler & Mereka diminta berinteraksi dengan
Keller, 2007:179). Supranto (2011:10) staf dan menggunakan produk/jasa
menyatakan bahwa terdapat 3 aspek perusahaan. Biasanya para ghost
yang berbeda tentang kepuasan terhadap shoppers diminta mengamati secara
jasa yaitu: ketanggapan seksama dan menilai cara perusahaan
(responsiveness), keberadaan dan pesaingnya melayani permintaan
(availability) dan profesionalisme spesifik pelanggan, menjawab
(professionalism). pertanyaan dan menangani setiap
Kepuasan pelanggan merupakan keluhan pelanggan.
suatu indikator ke depan akan 3) Lost Customer Analysis
keberhasilan bisnis perusahaan, yang Sedapat mungkin perusahaan
mengukur bagaimana baiknya seyogyanya menghubungi para
tanggapan pelanggan terhadap masa pelanggan yang telah berhenti
depan bisnis perusahaan. Kepuasan membeli atau yang telah pindah
pelanggan juga merupakan pendorong pemasok agar dapat memahami
utama bagi retensi dan loyalitas mengapa hal itu terjadi dan supaya
pelanggan (Assauri, 2012:11-12). dapat mengambil kebijakan
Kotler, et.,al., (dalam Tjiptono perbaikan/penyempurnaan
& Chandra; 2007; 210-213) selanjutnya. Bukan hanya exit
mengidentifikasi empat metode untuk interview saja yang diperlukan, tetapi
mengukur kepuasan pelanggan: pemantauan customer loss rate juga
1) Sistem Keluhan & Saran penting dimana peningkatannya
Setiap organisasi yang berorientasi menunjukkan kegagalan perusahaan
kepada pelanggan(customer dalam memuaskan pelanggannya.
oriented) perlu menyediakan Hanya saja kesulitan metode ini
kesempatan dan akses yang mudah adalah pada mengidentifikasi dan
dan nyaman kepada para mengontak mantan pelanggan yang
pelanggannyaguna menyampaikan bersedia memberi masukan dan
saran, kritik, pendapat dan keluhan evaluasi perusahaan.
mereka. Media yang digunakan bisa 4) Survay Kepuasan Pelanggan
berupa kotak saran yang ditempatkan Sebagian besar dilakukan dengan
di tempat-tempat strategis (yang menggunakan survey, baik melalui

179
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

pos, telepon, email, websites, d. Memberi perhatian lebih sedikit


maupun wawancara langsung. kepada merek atau iklan pesaing
Melalui survei perusahaan akan e. Kurang peka terhadap harga
memperoleh tanggapan dan umpan f. Menawarkan gagasan jasa atau
balik secara langsung dari pelanggan produk kepada perusahaan.
dan juga memberikan sinyal positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian Konsep Operasional Variabel
terhadap pelanggannya. Variabel penelitian ini adalah kualitas
Menurut Kotler, kunci untuk pelayanan kuliner yaitu DINESERV
mempertahankan pelanggan adalah yaitu suatu standar pengukuran kualitas
kepuasan pelanggan. Pelanggan yang pelayanan yang dikhususkan dalam
puas akan melakukan tindakan-tindakan industri kuliner. Secara garis besar,
sebagai berikut (Kristianto, 2011:33): DINESERV pengembangan dari 5
a. Tetap setia lebih lama dimensi SERVQUAL yaitu: Tangible
b. Membeli lebih banyak ketika (bukti fisik); Reliability (keandalan);
perusahaan memperkenalkan produk Responsiveness (daya tanggap);
baru dan memperbaharui produk- Assurance (jaminan); Emphaty
produk yang ada (empati).
c. Membicarakan hal-hal yang baik
tentang perusahaan dan produk-
produknya
Tabel 4 Definisi Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran Skala
DINESERV: Tangible (Bukti 1. Area parkir Ordinal
Suatu standar Fisik) 2. Ruang makan
pengukuran 3. Dekorasi restoran
kualitas pelayanan 4. Menu yang mudah dibaca
khusus kuliner 5. Kemasan menu yang menarik
(Steven, Knutson 6. Kenyamanan area makan
dan Patton, dalam 7. Kenyamanan meja kursi makan
Markovich, et.,al., 8. Personil yang bersih dan rapi
2010) 9. Seragam personil pelayanan
10. Kerbersihan toilet
11. Kebersihan area makan
Reliability 12. Menjaga konsistensi kualitas makanan
(Keandalan) 13. Ketepatan jumlah penagihan
14. Ketepatan waktu pemesanan
15. Pelayanan bebas kesalahan pesanan
16. Respon cepat ketika terjadi kesalahan
17. Menjaga kecepatan pelayanan meskipun di
jam-jam sibuk
18. Menjaga pelayanan yang tepat
19. Memberikan pelayanan yang merupakan
permintaan khusus
Responsiveness 20. Dapat menjawab pertanyaan pelanggan
(daya tanggap) secara lengkap
21. Memberi informasi detil mengenai menu
22. Personil pelayanan terlatih dan kompeten
23. Restoran memberikan dukungan kepada para
personil
Assurance 24. Merasa aman dan yakin dengan rekomendasi
(jaminan) dari personil pelayanan
25. Merasa aman mengkonsumsi makanan

180
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Emphaty 26. Personil memberikan perhatian individual


(empati) pada pelanggan
27. Pelanggan merasa diistimewakan
28. Mampu mengantisipasi kebutuhan dan
keinginan setiap pelanggan
29. Pelayanan yang simpatik
Diadaptasi dari penelitian Markovich, et.,al., (2010)

Dimensi-dimensi tersebut mendapatkan data dari tempat tertentu


dipecah menjadi dua kategori yang alamiah, yang dalam pengumpulan
pengukuran yaitu kategori harapan (H) datanya dilakukan dengan mengedarkan
dan kinerja (K) untuk kemudian instrumen berupa kuesioner, test,
dilakukan perhitungan indeks untuk wawancara terstruktur dan sebagainya
mencari rasio tingkat kepuasan pada (Sugiyono, 2009:11).
masing-masing dimensi pelayanan
Jenis dan Sumber Data
kuliner tersebut. Jenis data yang dipergunakan
Teknik Pengukuran dalam penelitian ini adalah data primer
Penelitian ini menitikberatkan dan data sekunder sebagai berikut
pada pengukuran sikap responden, (Riduwan, 2010:97):
untuk itu penulis akan mempergunakan a) Data primer, yaitu data yang
skala Likert. Skala Likert digunakan dihimpun langsung dari
untuk mengukur sikap, pendapat dan sumber pertama. Jenis
persepsi seseorang atau sekelompok datanya adalah berupa
orang tentang kejadian atau gejala sosial lembaran kuesioner yang
(Riduwan, 2010:86). Dengan telah diisi oleh responden
menggunakan skala Likert, maka mengenai aspek-aspek
variabel akan dijabarkan dalam kualitas pelayanan di
sejumlah indikator yang dapat diukur, Restoran Sop Tunjang.
yang kemudian akan menjadi titik tolak b) Data sekunder, data yang
dalam penyusunan kuesioner. diperoleh melalui tangan
kedua dalam hal ini adalah
METODE PENELITIAN pengelola Restoran Sop
Tipe Penelitian Tunjang Pertama
Penelitian ini menggunakan tipe Pekanbaruseperti data
atau desain penelitian kuantitatif. penjualan. Data sekunder
Metode ini adalah metode penelitian lainnya bersumber dari
yang dilandaskan pada positivism, literatur baik buku maupun
digunakan untuk meneliti pada populasi jurnal penelitian yang
atau sampel tertentu, teknik memuat konsep mengenai
pengambilan sampel pada umumnya ilmu administrasi, organisasi,
dilakukan secara random, pengumpulan manajemen, pemasaran,
data menggunakan instrumen penelitian, kualitas pelayanan dan juga
analisis data bersifat kuantitatif/statistik kepuasan konsumen.
dengan tujuan untuk menguji hipotesis
Teknik Pengumpulan Data
yang telah ditetapkan (Sugiyono, Data-data, primer maupun
2009:13). sekunder, dikumpulkan melalui metode
Metode yang dilakukan adalah berikut:
survey yang digunakan untuk

181
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

a) Wawancara, yaitu suatu metode sampelnya menjadi: Total sampel =


pengumpulan data yang dilakukan 5 x 29 = 145 responden.
dengan cara wawancara (interview)
langsung dengan orang-orang yang Teknik Analisis Data
dianggap memiliki kewenangan Analisis data dilakukan secara
dan juga konsumen yang terpilih deskriptif, dengan melakukan
sebagai responden dalam pembandingan antara nilai rata-rata
penelitian. (mean) tingkat harapan responden
b) Kuesioner, yaitu suatu cara dengan nilai rata-rata kinerja pelayanan
pengumpulan data yang dilakukan yang dirasakan berdasarkan hasil
dengan cara mengajukan beberapa temuan penelitian. Langkah-langkah
pertanyaan yang sudah disusun pengujiannya adalah sebagai berikut:
dalam bentuk kuesioner yang harus 1) Menghitung nilai rata-rata tingkat
dijawab oleh responden terpilih. harapan responden dengan
c) Observasi yaitu pengamatan formulasi (Rangkuti, 2006:92):
langsung terhadap fenomena di ∑xi xi = skor penilaian harapan
lapangan. x=
n n = jumlah sampel/responden
Populasi dan Sampel 2) Menghitung nilai rata-rata kinerja
Populasi pelayanan yang dirasakan
Populasi menunjuk kepada responden dengan formulasi
keseluruhan jumlah orang atau objek (Rangkuti, 2006:92):
yang akan diteliti. (Hariwijaya,
2006:41). Yang menjadi populasi pada ∑yi yi = skor penilaian kinerja pelayanan
y=
penelitian ini adalah pelanggan Sop n n = jumlah sampel/responden
Tunjang Pertama yang tidak diketahui
secara pasti jumlahnya. Oleh karena itu 3) Menghitung tingkat kesesuaian
populasi dalam penelitian ini masuk harapan dengan kinerja yang
kedalam kategori accidental dirasakan dengan formulasi
sampling.(Sugiyono, 2009:52). (Rangkuti, 2006:106):
tk = Tingkat sesuaian
Sampel
y x = skor tingkat harapan
Sampel adalah subset yang tk = x 100%
x y = skor tingkat kinerja
terdiri dari beberapa anggota populasi
(Ferdinand, 2006:189). Oleh karena
4) Mengukur tingkat kepuasan
jumlah populasi tidak diketahui secara
responden berdasarkan tabel
pasti, maka penetapan jumlah sampel
peringkat kepuasan berikut ini:
mengacu kepada saran dari Hair
5) Menganalisis tingkat kepuasan
sebanyak paling sedikit 5 kali jumlah
pelanggan dengan mempergunakan
indikator variabel yang digunakan
Importance Performance Analysis
(Ferdinand, 2006:191). Pada penelitian
(IPA) yang menghasilkan sebuah
ini jumlah indikator yang digunakan
diagram kartesius sebagai berikut:
adalah sebanyak 29 item, dan jumlah
pengalian yang digunakan adalah 5,
sehingga dengan demikian, ukuran

182
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Gambar 3 Diagram Importance/Performance Matrix


Importance/Performance Matrix
Tinggi Rendah
Prioritas Utama
untuk dilakukan Pertahankan
perbaikan prestasi

Harapan
Pelayanan yang
Prioritas rendah berlebihan

Rendah Tinggi
Kenyataan
Sumber: Rangkuti (2006:111)

Matrix ini terdiri dari 4 kuadran, Kuadran IV:


yaitu: Ini adalah wilayah yang memuat faktor-
Kuadran I: faktor yang dianggap kurang penting
Ini adalah wilayah yang memuat faktor- oleh pelanggan, dan dirasakan justru
faktor yang dianggap penting oleh terlalu berlebihan. Oleh karenanya,
pelanggan, tetapi pada kenyataannya variabel yang masuk dalam kuadran ini
faktor-faktor tersebut belum sesuai dapat dikurangi atau dihilangkan agar
dengan yang diharapkan, atau dengan perusahaan dapat menghemat biaya
kata lain, tingkat kepuasan pelanggan
masih sangat rendah, sehingga variabel- HASIL PENELITIAN DAN
variabel yang masuk dalam kuadran ini PEMBAHASAN
harus ditingkatkan (improved) secara Analisis Tingkat Kepuasan
terus menerus. Analisis ini dimaksudkan untuk
Kuadran II: mengetahui bagaimana kecenderungan
Ini adalah wilayah yang memuat faktor- tanggapan para pelanggan Restoran Sop
faktor yang dianggap penting oleh Tunjang Pertama yang menjadi
pelanggan, dan kenyataannya faktor- responden penelitian terhadap 5 variabel
faktor tersebut sudah dianggap sesuai kualitas pelayanan kuliner yang
dengan harapannya, atau dengan kata meliputi: tangible, reliability,
lain bahwa tingkat kepuasan pelanggan responsiveness, assurance dan emphaty.
sudah lebih baik. Oleh karenanya, Untuk mengukur tingkat
variabel-variabel yang masuk ke dalam kepuasan pelanggan tersebut dilakukan
kuadran ini harus dipelihara dan dengan mengukur indeks tanggapan
dipertahankan. terhadap pelaksanaan/kinerja yang
Kuadran III: dirasakan dengan tingkat
Ini adalah wilayah yang memuat faktor- kepentingan/harapan yang dimiliki oleh
faktor yang dianggap kurang penting masing-masing responden. Rentang
oleh pelanggan, dan pada kenyataannya skala yang menjadi acuan penetapan
kinerjanya juga tidak terlalu istimewa. kriteria sejauh mana tingkat kepuasan
Peningkatan variabel-variabel yang responden dengan kategori sebagai
masuk dalam kuadran ini dapat berikut:
dipertimbangkan kembali karena 0% - 19% : Sangat Tidak Puas
pengaruhnya terhadap manfaat yang 20% - 39% : Tidak Puas
dirasakan oleh pelanggan sangat kecil. 40% - 59% : Kurang Puas

183
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

60% - 79% : Puas


80% - 100% : Sangat Puas

Tabel 7 Rekapitulasi Kepuasan Pelanggan


Indeks Tingkat Kepuasan
No Variabel Indikator H K
Kepuasan Kepuasan rata-rata
Kurang
H1 Area parkir 4.62 2.61 56%
puas
H2 Ruang makan 4.77 2.85 60% Puas
Kurang
H3 Dekorasi restoran 4.54 2.54 56%
puas
Kurang
H4 Menu yang mudah dibaca 4.07 2.23 55%
puas
Tangible (Bukti Kurang kurang
H5 Kemasan menu yang menarik 3.99 2.07 52%
Fisik) puas puas
Kurang
H6 Kenyamanan area makan 4.85 2.47 51%
puas
H7 Kenyamanan meja kursi 4.46 2.92 65% Puas
H8 Personil yang bersih dan rapi 4.30 2.77 64% Puas
H9 Seragam personil pelayanan 4.15 2.70 65% Puas
H10 Kebersihan toilet 4.46 2.92 65% Puas
H11 Kebersihan area makan 4.76 2.52 53% Kurang puas
H12 Konsistensi kualitas makanan 4.85 2.92 60% Puas
H13 Ketepatan jumlah penagihan 4.77 3.39 71% Puas
H14 Ketepatan waktu pemesanan 4.54 2.92 64% Puas
Reliability
H15 Pelayanan bebas kesalahan 4.45 3.23 73% Puas puas
(Kehandalan)
H16 Respon ketika terjadi kesalahan 4.38 3.15 72% Puas
H17 Kecepatan pelayanan di jam sibuk 4.92 2.54 52% Kurang puas
H18 Menjaga ketepatan pelayanan 4.46 3.16 71% Puas
H19 Melayani permintaan khusus dari pelanggan 3.47 2.70 78% Puas
H20 Menjawab pertanyaan dengan lengkap 4.23 2.82 67% Puas
Responsiveness
H21 Informasi detil mengenai menu 4.23 2.70 64% Puas puas
(daya tanggap)
H22 Personil terlatih dan kompeten 4.31 2.77 64% Puas
H23 Dukungan pemilik pada karyawan 3.85 2.85 74% Puas
H24 Assurance Keamanan dan keyakinan pada rekomendasi karyawan 4.08 3.00 74% Puas sangat
H25 (jaminan) Rasa aman mengkonsumsi makanan 4.31 3.74 87% sangat puas puas
H26 Perhatian individual pada pelanggan 3.78 2.81 74% Puas
H27 Pelanggan merasa diistimewakan 3.77 2.83 75% Puas
Emphaty (empati) puas
H28 Antisipasi pada kebutuhan dan keinginan pelanggan 4.25 2.72 64% Puas
H29 Pelayanan yang simpatik 4.53 2.70 60% Puas
rata-rata 4.31 2.90 68% Puas
Sumber: Data olahan
Tabel diatas memperlihatkan pelayanan Restoran Sop Tunjang
bahwa pelayanan secara umum di Pertama berikut ini:
Restoran Sop Tunjang Pertama sudah 1. Assurance : 80% (Sangat
memuaskan bagi rata-rata konsumen Puas)
yang menjadi responden pada penelitian 2. Emphaty : 70% (Puas)
ini. 3. Responsiveness : 69% (Puas)
Secara berurutan dapat disusun 4. Reliability : 66% (Puas)
peringkat kepuasan pasien pada kualitas 5. Tangible : 58% (Kurang
Puas)

184
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Berdasarkan Tabel diatas maka perbaikan pelayanan yang harus


dapat dibuat sebuah diagram Kartesius dilakukan sebagai berikut:
yang menggambarkan tingkat prioritas

Gambar 4 Diagram Kartesius


Kuadran I Kuadran II

Kuadran III Kuadran IV

Sumber: Data olahan SPSS


Kuadran pada Gambar 5.1. Tunjang Pertama. Penafsiran strategi
tersebut menunjukkan langkah-langkah berdasarkan kuadran tersebut adalah:
strategis perbaikan pelayanan yang 1. Upaya-upaya krusial yang mendesak
dapat dilakukan oleh pengelola untuk segera dilakukan perbaikan
Restoran Sop Tunjang Pertama dalam oleh pengelola Restoran Sop Tunjang
rangka untuk memperbaiki kualitas Pertama ditunjukkan pada poin-poin
pelayanan untuk memperoleh tingkat yang berada dalam kuadran I.
kepuasan pelanggan yang lebih baik. Kuadran ini menggambarkan
Diantara 4 kuadran tersebut langkah-langkah yang bersifat high
maka Kuadran 1 dan Kuadran 3 priority (mendesak) atau harus
merepresentasikan adanya segera dilakukan perbaikan oleh
ketidakpuasan dari pelanggan pengelola. Dari hasil penelitian ini
sedangkan Kuadran 2 dan 4 menunjukkan bahwa aspek-aspek
mencerminkan adanya kepuasan yang yang bersifat segera untuk diperbaiki
dirasakan oleh pelanggan pada adalah:
pelayanan kuliner dai Restoran Sop a) Poin 1: Ketersediaan area parker
yang luas dan aman

185
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

b) Poin 3: Dekorasi restoran yang j) Poin 18: Menjaga ketepatan


menarik pelayanan
c) Poin 6: Kenyamanan di area k) Poin 20: Menjawab pertanyaan
makan pelanggan secara lengkap
d) Poin 11: Kebersihan di area l) Poin 21: Informasi detil
makan mengenai menu
e) Poin 17: Kecepatan pelayanan di m) Poin 22: Karyawan yang terlatih
jam-jam sibuk dan kompeten
2. Aspek-aspek yang perlu n) Poin 25: Rasa aman
mendapatkan perhatian, walaupun mengkonsumsi makanan
tidak bersifat urgent dan krusial o) Poin 28: Antisipasi pada
adalah pada poin-poin yang berada kebutuhan dan keinginan
dalam Kuadran III. Sifat kuadran ini pelanggan
adalah low priority yakni aspek p) Poin 29: Pelayanan yang
prioritas perbaikannya berada simpatik
dibawah Kuadran I. Aspek-aspeknya 4. Pada kuadran IV menunjukkan
adalah: kinerja pelayanan yang sangat baik
a) Poin 4: Menu yang mudah dibaca namun sesungguhnya pelanggan
b) Poin 5: Kemasan menu yang justru tidak berharap terlalu tinggi
menarik pada aspek-aspek yang ada di
3. Sementara itu, dari hasil penelitian dalamnya. Oleh karena itu
juga diperoleh informasi bahwa sebaiknya dilakukan strategi untuk
terdapat sejumlah poin pelayanan mendorong tingkat kepentingan atau
yang telah diapreasiasikan dan harapan pelanggan pada aspek-
dipersepsikan dengan baik oleh rata- aspek pelayanan yang menjadi
rata responden. Titik-titik tersebut keunggulan pada kuadran ini.
tergambar dalam Kuadran II yang Harapan pasien perlu didorong
bersifat maintain achievement semakin tinggi terhadap poin-poin
(Pertahankan Prestasi). Poin-poin berikut:
pelayanan yang dirasakan telah a) Poin 9: Seragam karyawan
unggul adalah: pelayanan
a) Poin 2 : Ruang makan b) Poin 19: Melayani permintaan
b) Poin 7: Kenyamanan susunan khusus dari pelanggan
meja dan kursi makan c) Poin 23: Dukungan pemilik pada
c) Poin 8: Karyawan yang bersih pelayanan
dan rapi d) Poin 24: Keamanan dan
d) Poin 10: Kebersihan toilet keyakinan pada rekomendasi
e) Poin 12 : Konsisten kualitas karyawan
makanan e) Poin 26: Perhatian individual
f) Poin 13 : Ketepatan jumlah pada pelanggan
penagihan f) Poin 27: Pelanggan merasa
g) Poin 14: Ketepatan waktu diistimewakan
pemesanan
h) Poin 15: Pelayanan bebas
kesalahan
i) Poin 16: Respon ketika terjadi
Pembahasan Hasil Penelitian dan
kesalahan
Implikasinya

186
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Hasil penelitian telah dipenuhi oleh pengelola secara


menyimpulkan bahwa secara memuaskan. Hal ini menyebabkan
keseluruhan kualitas pelayanan dari masih terjadi kesenjangan kualitas yang
Restoran Sop Tunjang Pertama sudah menurut Lovelock & Wright (2007:97)
memuaskan bagi rata-rata terjadi akibat kualitas kinerja
pelanggannya. Dari kelima variabel (kenyataan) masih berada dibawah
kualitas pelayanan kuliner yang diteliti, harapan pelanggan.
hanya variabel tangible yang Utamanya adalah mengenai
dipersepsikan kurang memuaskan, kenyamanan di area makan
sedangkan pada variabel emphaty, sebagaimana yang disimpulkan pada
responsiveness, reliability dan penelitian Markovic, et.,al., (2010).
assurance sudah dipersepsikan Pelanggan perlu merasakan
memuaskan oleh mayoritas pelanggan kenyamanan di area makan ini, karena
Restoran Sop Tunjang Pertama. mayoritas pengunjung memilih cara
Hasil penelitian ini menegaskan mengkonsumsi di tempat dibandingkan
pentingnya aspek pelayanan bagi dengan take away (bawa pulang).
pebisnis dalam rangka menyampaikan Waktu menunggu datangnya pesanan
produk maupun jasanya kepada hingga kepada waktu beristirahat
konsumen. Pada dasarnya pemenuhan setelah selesai makan, perlu menjadi
aspek pelayanan merupakan salah satu perhatian pengelola restoran, karena
rangkaian dalam kegiatan administrasi pada momen-momen seperti inilah
yang menurut Nawawi (2013:79) konsumen melakukan penilaiannya
merupakan koordinasi dari seluruh terhadap lingkungan restoran yang
aspek administrasi bisnis yang terlihat. Pengelola bisnis kuliner perlu
mencakup kepada orang-orang yang menciptakan suasana belanja/konsumsi
bekerjasama, alat-alat dan dana yang yang menyenangkan untuk memberikan
digunakan untuk mencapai tujuan kesan yang memuaskan pada benak
bisnis. Produk atau jasa yang pelanggan sehingga mereka berkenan
disampaikan kepada konsumen pada untuk melakukan revisit maupun
dasarnya harus mampu menciptakan repurchase di masa yang akan datang.
nilai bagi konsumen, sehingga aspek
pemasaran pelayanan jasa menjadi PENUTUP
bagian penting dari sebuah aktivias Kesimpulan
pemasar. Aspek pemasaran yang Dari pembahasan hasil
dimaksud berkenaan dengan mengenali penelitian, maka dapat disimpulkan
dan memenuhi kebutuhan dan keinginan beberapa hal sebagai berikut:
pelanggan (Limakrisna & Susilo, 1. Hasil penelitian menyimpulkan
2012:2). bahwa secara umum rata-rata
Dalam konteks pelayanan pelanggan sudah merasa puas dengan
kuliner di Restoran Sop Tunjang kualitas pelayanan dari Restoran Sop
Pertama, maka implikasi yang paling Tunjang Pertama.
perlu mendapatkan perhatian dan 2. Aspek-aspek yang dirasakan sudah
perbaikan adalah dengan cukup baik tercermin pada kuadran II
menyempurkan dimensi tangible (bukti dalam diagram Kartesius, yang
fisik) yang belum memenuhi tingkat terdiri dari: ruang makan,
kepuasan pelanggan secara optimal. kenyamanan susunan meja dan kursi,
Harapan pelanggan yang sangat tinggi kerapian dan kebersihan karyawan,
pada aspek tangible belum mampu kebersihan toilet, konsistensi kualitas

187
Analisis Kepuasan Pelanggan Pada Restoran Sop Tunjang Pertama ...
Juang Novrianto

masakan, ketepatan jumlah mengenali dan membedakannya dari


penagihan, ketepatan waktu restoran ssejenis lainnya.
pemesanan, pelayanan bebas 3. Menata sistem sirkulasi udara di area
kesalahan, respon ketika terjadi makan. Sebaiknya dibuat ruang
kesalahan, menjaga ketepatan terpisah antara non smoking dan
pelayanan, menjawab pertanyaan smoking area. Untuk area non-
secara lengkap, informasi detil smoking bisa ditambahkan dengan
mengenai menu, karyawan terlatih AC agar lebih nyaman bagi
dan kompeten, rasa aman pengunjung.
mengkonsumsi, antisipasi pada 4. Disarankan untuk menambah orang
kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dibayar perjam pada jam-jam
serta pelayanan yang simpatik. sibuk, sehingga kecepatan pelayanan
3. Aspek-aspek prioritas pelayanan pada jam-jam ini masih bisa dijaga
yang perlu dilakukan perbaikan yang dan meminimumkan waktu tunggu
tercermin dari kuadran I dalam bagi pelanggan.
diagram Kartesius mencakup 5. Mendesain menu yang selaras
kepada:ketersediaan area parkir yang dengan desain eksterior/interior
luas dan aman, dekorasi restoran sehingga tercipta standarisasi visual
yang menarik, kenyamanan di area yang menarik bagi pelanggan. Bagi
makan, kebersihan di area makan pengelola juga perlu untuk
serta kecepatan pelayanan di jam-jam menambah variasi menu makanan.
sibuk. Jika tetap ingin mempertahankan
segmentasi pada produk sop berbasis
Saran
sapi, maka disarankan untuk
Hasil temuan penelitian
menambah variasi pada pilihan rasa
menunjukkan bahwa dari ke-29
tradisional dari berbagai daerah
indikator pelayanan kuliner, terdapat 7
sehingga dapat menambah
indikator pelayanan yang masih masuk
keberagaman pilihan bagi konsumen
dalam kategori kurang memuaskan atau
lama dan bisa menarik bagi calon
dikenal pula dengan istilah service
konsumen baru yang selama ini
failure (pelayanan yang masih dianggap
kurang tertarik dengan keterbatasan
cacat). Dengan demikian maka penulis
menu yang dijual di Restoran Sop
memberikan sejumlah rekomendasi
Tunjang Pertama.
perbaikan pelayanan (service recovery)
sebagai berikut:
1. Menambah luas area parkir dengan DAFTAR PUSTAKA
Andreani, Fransisca, 2010. Analisa
menjalin kemitraan/ kerjasama sama
Kualitas Layanan Bisnis
berupa sewa tanah milik warga
Makanan dan Minuman di
sekitar untuk bisa dijadikan tempat
Surabaya Ditinjau Dari Derajat
parkir kendaraan bermotor milik
Pemenuhan Kepuasan
pelanggan restoran.
Konsumen. Jurnal Manajemen
2. Mendekorasi ulang eksterior dan
interior restoran dengan menetapkan Pemasaran, vol. 5, No. 1, hal.1-8
tema khusus berupa logo maupun Assauri, Sofjan, 2012. Strategic
warna yang seragam di seluruh lokasi Marketing: Sustaining Lifetime
Restoran Sop Tunjang Pertama Customer Value. Penerbit
sebagai ciri khas yang bisa menjadi Rajawali Press, Jakarta
pengingat bagi konsumen untuk

188
Jurnal Valuta Vol 2 No 2, Oktober 2016, 171-189 ISSN : 2502-1419

Ferdinand, Augusty, 2006. Metode Nawawi, Zaidan. 2013. Manajemen


Penelitian Manajemen. Badan Pemerintahan. Penerbit
Penerbit Universitas Rajawali Press, Jakarta
Diponegoro, Semarang
Rangkuti, Freddy, 2006, Measuring
Hariwijaya, M., 2006. Teknik Menulis Customer Satisfaction,
Skripsi & Tesis: Landasan Gramedia Pustaka Utama,
Teori, Hipotesis, Analisa Data, Jakarta
Dan Kesimpulan. Zenith
Publisher, Jogjakarta Riduwan, 2010. Metode dan Teknik
Penyusunan Tesis. Alfabeta,
Hasan, Ali, 2013. Marketing dan Kasus- Bandung
Kasus Pilihan. Penerbit CAPS,
Yogyakarta Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Bisnis. Penerbit CV. Alfabeta,
Kotler, Philip, dan Kevin Keller, 2007. Bandung
Manajemen Pemasaran.
Penerbit INDEKS, Jakarta Supranto, J. 2011. Pengukuran Tingkat
Kepuasan Pelanggan Untuk
Kristianto, Paulus Lilik, 2011. Psikologi Menaikkan Pangsa Pasar.
Pemasaran. Penerbit CAPS, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Yogyakarta
Tjiptono, F., Y. Chandra, dan A. Diana,
Limakrisna, N., dan W.H. Susilo, 2012. 2009, Marketing Scales.
Manajemen Pemasaran Teori Penerbit Andi, Yogyakarta
dan Aplikasi Dalam Bisnis.
Penerbit Mitra Wacana Media, Tjiptono, Fandy, dan Gregorius
Jakarta Chandra, 2007. Service, Quality
& Satisfacton. Penerbit Andi,
Lovelock, Christoper H., & Lauren K. Jogjakarta
Wright, 2007. Manajemen
Pemasaran Jasa. Penerbit Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi
Indeks, Jakarta Pemasaran. Penerbit ANDI,
Yogjakarta
Markovic, S., S. Raspor, dan K.
Segaric, 2010. Does Restaurant Tjiptono, F., G. Chandra, dan D.
Performance Meet Customers’ Adriana, 2008. Pemasaran
Expectations? An Assessment of Strategik. Penerbit Andi,
Restaurant Service Quality Yogyakarta
Using A Modifief Dineserv
Widjaya, Bernard T., 2009, Lifestyle
Approach. Tourism and
Marketing – Servlist:
Hospitality Management, vol.
Paradigma Baru Pemasaran
16, No. 2, pp. 181-195
Bisnis Jasa Dan Lifestyle,
Mason, K., S. Jones, dan J. Walton, Gramedia Pustaka Utama,
2013. Quick Service Restaurant Jakarta.
Success Factors. Arkansas Tech
University, US.
http://www.aabri.com

189

Anda mungkin juga menyukai