Perkembangan Taman Kota Di Bandung Masa D33e3a72
Perkembangan Taman Kota Di Bandung Masa D33e3a72
Naskah Diterima: 24 Februari 2015 Naskah Direvisi:24 Maret 2015 Naskah Disetujui:27 April 2015
Abstrak
Penelitian ini berusaha menguraikan tentang perkembangan taman kota serta analisis
persebarannya di Bandung pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Penelitian ini penting untuk
dilakukan agar diketahui contoh pola perancangan taman kota yang baik dalam perkembangan
kota. Penelitian ini menggunakan metode sejarah (heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi)
dengan pendekatan sosio-spatial. Adapun konsep yang digunakan adalah “dialektika sosiospatial”,
yaitu di suatu sisi masyarakat menciptakan dan memodifikasi ruang-ruang perkotaan namun di sisi
lain, pada saat bersamaan, berbagai ruang berusaha disesuaikan agar sesuai dengan ruang-ruang
tempat mereka tinggal dan kerja. Melalui penelitian ini diketahui bahwa pembangunan taman-
taman kota dipengaruhi oleh peranan elit Eropa (Preangerplanters dan pejabat pemerintah) di
Bandung. Pembangunan taman kota terjadi sepanjang tahun 1918 hingga 1925 bersamaan dengan
rencana perpindahan ibu kota Hindia Belanda ke Bandung. Taman kota dibangun sebagai fasilitas
publik yang berada di dekat lingkungan pendidikan, perumahan, dan pemerintahan. Pengambil
kebijakan di masa itu menyadari pentingnya penyediaan ruang hijau ketika jumlah penduduk dan
kehidupan kota semakin berkembang.
Kata kunci: Taman kota, Bandung, preangerplanters, kota kolonial.
Abstract
This study tried to describe the development of the city park and the analysis of their
distribution in Bandung during the reign of the Dutch East Indies. This research is important to do
in order to know the examples of design pattern of a city park in both of the development of the
city. This study uses historical methods (heuristic, criticism, interpretation, and historiography)
with socio-spatial approach. The concept used in this research is the "dialectic sosiospatial" ; a
society creates and modifies the urban spaces, but on the other hand, at the same time, a variety of
space is tried to be adjusted to fit the spaces where they live and work.Through this research, can
be inferred that the construction of city parks affected by the role of the European elite
(Preangerplanters and government officials) in Bandung. City park development occurs
throughout the 1918 to 1925 along with plans to transfer the capital of the Dutch East Indies to
Bandung. City Park was built as a public facility that was located near an educational
environment, housing, and governance. Policy makers at the time realized that the importance of
providing green space when the population of city life is growing.
Keywords: City park, Bandung, preangerplanters, colonial city.
186 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 185 - 200
telah ada sejak abad ke-18 yang dibangun Memasuki akhir abad ke-19 dan
sebagai halaman rumah pribadi Nicolaas menjelang abad ke-20, kehidupan di
van Liebergen. Terdapat pula Sarphatipark Bandung semakin dinamis, sarana dan
dan Wertheimpark. Taman yang disebut prasarana semakin lengkap. Hal ini terkait
terakhir ini merupakan salah satu taman dengan wilayah Bandung yang dikenal
tertua di Amsterdam, dibangun pada 1812 subur dan potensial secara ekonomi
yang merupakan hadiah pemberian sebagai lahan-lahan usaha perkebunan
Napoleon untuk Amsterdam. Pada 1849 (salah satunya komoditi kopi). Agar laju
Wertheimpark5 digunakan sebagai tempat ekonomi perkebunan bisa berjalan baik,
hiburan, kemudian pada 1897 ditetapkan maka diperlukan transportasi dan fasilitas
sebagai taman umum. rumah tinggal yang memadai, termasuk
Ide-ide tentang perancangan taman sarana lainnya untuk menunjang kehidupan
memang meluas pada awal abad ke-19, para pengusaha Eropa yang dikenal
meliputi Amerika, Inggris, dan daratan sebagai preangerplanters (Hardjasaputra,
Eropa. Kota-kota di Swedia, Denmark, dan 2002). Para preangerplanter ini yang
Belanda mulai mengembangkan taman kemudian lebih banyak mengambil peran
kota untuk meningkatkan kualitas kotanya dalam pembenahan kota. Tentu hal ini bisa
(Maulana, 2002: 1). Menyebarnya trend dipahami, dengan kekuatan ekonomi yang
pembuatan taman agaknya harus dilihat mereka miliki, para preangerplanter
dalam konteks upaya pembenahan kota sebagai golongan elit—bersama pejabat
manakala dampak revolusi industri pemerintahan—di kota, ingin mewujudkan
semakin terasa. Taman diperlukan untuk kehidupan yang nyaman. Definisi nyaman
menjaga kualitas kehidupan di perkotaan. dalam hal ini bisa berarti sesuai dengan
Konsep berpikir ini kemudian turut ukuran-ukuran mereka di tempat asalnya
berimbas pada pembuatan taman-taman (Eropa).
kota di negara jajahan6, seperti di Hindia Melihat besarnya potensi dari para
Belanda. Ketika politik Pintu Terbuka preangerplanter ini, Asisten Residen
diberlakukan sejak 1870, orang-orang Pieter Sijhoff menggagas pembentukan
Eropa semakin banyak datang ke Hindia Vereeniging tot nut van Bandung en
Belanda untuk merintis bisnisnya dan Omstreken (Perkumpulan Kesejahteraan
membangun kehidupan baru. Tentu saja Masyarakat Bandung dan Sekitarnya) pada
cara pandang orang Eropa di tempat 1898. Anggota organisasi tersebut terdiri
asalnya dibawa dan berusaha diwujudkan dari para pengusaha Eropa terkemuka di
di tempat barunya agar mereka bisa Bandung7 . Organisasi yang digagas oleh
menetap dengan nyaman. Singkatnya, Pieter Sijhoff tersebut, sejak 1898 hingga
orang Eropa membawa budaya dari tempat 1906 telah melakukan beberapa
asalnya, kemudian disesuaikan dengan pembenahan kota, antara lain memerlukan
kondisi di Hindia Belanda, termasuk dalam penambahan jalur jalan, pembangunan
pembangunan rumah tinggal, perancangan fasilitas pendidikan, peningkatan mutu
perkotaan (termasuk pembuatan taman- rumah tinggal, pemindahan pekuburan
taman), bahkan perilaku dalam kehidupan orang-orang Eropa dan Cina,
sehari-hari. pembangunan Societat Concordia
7
Anggota Vereeniging tot nut van Bandung en
2. Latar Belakang Pembangunan Taman Kota Omstreken, di antaranya adalah Keluarga
di Bandung Soesman, keluarga Roeman, keluarga V. D.
Wijck, R.A. Kerkhoven, K.A.R. Bosscha,
5 Schenk, Melinger, J.H. Bessem dari, B. Th.
http://www.europecities.com/en/786/netherlan
Neervoort, F.W. Brinkman, dan W.A. del Val
ds/amsterdam/place
dari Negla (Kunto, 1984: 41).
190 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 185 - 200
Sumber: Verslag van der Toestand der undang desentralisasi tahun 1903
Gemeente Bandoeng over de Jaren 1906/198: (Soekiman, 2011: 36; Nas, 2007: 305).
Staat van Uitgaven van de Gemeente Bandoeng Bagi Kota Bandung realisasi atas
over de Dienstjaren 1906 t/m 1918). pembentukan kota praja terjadi pada 1906
Keterangan: berdasarkan mata uang Gulden
ketika Bandung ditetapkan sebagai
*): Data dalam sumber tidak menunjukkan
angka yang jelas. Gemeente10. Ketika ditetapkan sebagai
Gemeente, jumlah penduduk Eropa di
Bagi para pengusaha Eropa Bandung meningkat cukup pesat. Tahun
keberadaan tempat-tempat hiburan, sarana 1900, jumlah penduduk Eropa sebesar
rekreasi, dan tempat makan di kota dirasa 1.522. Kemudian dalam jangka waktu lima
sangat penting, mengingat waktu mereka tahun, yaitu pada 1905, jumlah penduduk
lebih banyak digunakan di perkebunan Eropa mencapai 2.200 orang. Meski jika
sekitar dataran tinggi Bandung. Manakala dibandingkan dengan jumlah pribumi dan
akhir pekan atau waktu kosong tiba, orang- penduduk Timur Asing, jumlah penduduk
orang Eropa ini pergi menuju kota dan di Eropa lebih sedikit, namun karena
menikmati fasilitas yang ada sebagai mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan
bagian dari penyegaran atas rutinitas yang secara politik dan ekonomi, maka
dilakukannya. Keberadaan Pieter Sijhoff golongan yang minoritas inilah yang justru
Park menjadi contoh nyata bagaimana banyak berpengaruh dalam penataan kota.
taman digunakan untuk melepas penat. Ditambah status Kota Bandung yang
Karena letaknya yang berdekatan dengan otonom, membuat kebijakan lebih banyak
Kweekschool, taman ini sering digunakan dipengaruhi golongan elit Eropa. Menurut
pelajar ketika istirahat siang. Para pemain Hardjasaputra, masyarakat Bandung ketika
drumband tentara Belanda pun sering itu merupakan Een Western Enclave
berlatih di Pieter Sijhoff Park. Bagi para (sebuah enklave masyarakat Barat/asing),
preangerplanter, Pieter Sijhoff Park masyarakat Eropa menggunakan aturan
digunakan pula sebagai tempat sendiri, sedangkan masyarakat pribumi
mendengarkan orkes musik sambil makan- menggunakan sistem pemerintahan yang
makan (Kunto, 1984: 114). tetap mengacu pada hukum adat di bawah
Kebutuhan fasilitas kota, termasuk kepemimpinan Bupati (Hardjasputra, 2002:
pula kebutuhan akan taman-taman makin 275). Mengacu pada konsep yang
dirasa manakala pertambahan penduduk dikemukakan J.M. Nas, Bandung
Eropa di Bandung semakin tinggi. merupakan Kota Kolonial, yaitu kota yang
Pertambahan penduduk Eropa ini berorientasi ke Barat dan mempunyai
dipengaruhi oleh perekonomian dunia yang fungsi sebagai pusat perekonomian dan
semakin maju. Bandung yang sangat pemerintahan (Nas, 2007: 305).
potensial sebagai daerah perkebunan, Kota Bandung memang berbentuk
semakin dituju oleh para pengusaha. Kota Kolonial, hal ini ditegaskan dengan
Datangnya para preangerplanter, secara rencana pemindahan ibu kota Hindia
langsung mendorong kedatangan aparatur Belanda dari Batavia ke Bandung, di mana
pemerintah dari Eropa. Hal ini perencanaannya telah dimulai sejak tahun
mengakibatkan pertambahan penduduk 1918 hingga tahun 1925. Fokus
Eropa. Sementara di sisi lain, gaya hidup pembangunannya pun diarahkan pada
serta pembangunan cenderung mirip ke kepentingan orang-orang Eropa. Dalam
gaya Eropa, dan kelas menengah tumbuh
10
dengan cepat. Menurut J.M. Nas, kelas Pemerintah dengan sistem desentralisasi,
menengah ini ingin lebih berpengaruh, bukan hanya desentralisasi dalam bidang
Kedatangan mereka menjadi salah satu keuangan, tetapi juga desentralisasi dalam
faktor yang mengakibatkan berdirinya pemberian hak otonomi bidang pemerintahan
kota-kota praja yang berdasarkan undang- (zelfbestuur) (Lubis, 2000:127)
192 Patanjala Vol. 7 No. 2 Juni 2015: 185 - 200
diadopsi oleh Gemeente Bandung dari kota Hindia Belanda sehingga jumlah
rancangan kota taman yang terdapat di pejabat atau pegawai bangsa Belanda
Eropa, khususnya di Inggris. Haryoto semakin bertambah. Pada tahun 1920,
Kunto (1986) mengibaratkan konsep jumlah penduduk Eropa mencapai 9.043
perancangan kota Bandung pada masa orang, lalu mengalami peningkatan yang
Hindia Belanda seperti konsep kota cukup pesat pada tahun 1930, yaitu
concentric circle yang dikemukakan oleh mencapai 19.327 orang (Hardjasaputra,
Ebenezer Howard, suatu bentuk kota yang 2000). Mengantisipasi pertambahan jumlah
ditata berlapis-lapis, melingkari pusat kota penduduk, sejak 1930 Plan Karsten mulai
yang tepat berada di tengah. Pusat-pusat disusun dan direncanakan. Menurut
kota yang dimaksud adalah pusat kota rencana yang disusun, dikemukakan bahwa
yang di dalamnya terdapat kompleks Balai dalam waktu 25 tahun wilayah Kota
Kota, Gedung Pertemuan Umum, dan Bandung diperluas sampai 12.758 hektar,
Pusat kebudayaan. Kemudian pada lapisan dengan asumsi bahwa penduduk kota akan
kedua terdapat lahan-lahan hijau, dan pada mencapai ± 750.000 jiwa pada tahun 1935.
lapisan terluar terdapat lahan pertanian dan Untuk mengkaji rencana tersebut,
hunian penduduk pedesaan. pemerintah pusat membentuk Commissie
Kebijakan perancangan kota yang voor de Bevordeeling van den Uit-
dilaksanakan oleh pemerintah Hindia bredingsplannen der Gemeente Bandoeng
Belanda ini, selain menunjukkan (Komisi Penilai Rencana Pemekaran
keindahan lahan hijau melalui taman- Gemeente Bandung). Dalam empat poin
taman kota yang ada, namun sekaligus hasil penilaian komisi tersebut, salah satu
menegaskan pola pembangunan yang lebih poin mengemukakan bahwa: perlunya
difokuskan pada lingkungan masyarakat segera diambil langkah-langkah untuk
Eropa. menyebarkan penduduk dari pusat-pusat
kegitan secara seimbang ke berbagai
5. Taman Kota dalam Rencana Perluasan penjuru kota. Agar kota memiliki banyak
Kota pusat kegiatan penduduk (Hardjasaputra,
Selepas tahun 1925, tidak banyak 2000: 14 )
ditemui perkembangan yang berarti dalam Pusat-pusat kegiatan penduduk
keberadaan taman kota. Suatu yang dimaksud ini boleh jadi termasuk
perkembangan taman-taman kota di pula taman-taman kota atau lapangan-
Bandung baru terjadi sejalan dengan lapangan hijau, layaknya taman kota yang
rencana perluasan kota, atau dikenal biasa disebut plein. Berbagai plein yang
dengan sebutan Plan Karsten. Sebutan ada, berdasarkan pada peta tahun 1933,
Plan Karsten sendiri diambil dari nama Ir. memang banyak tersebar di beberapa
Thomas Karsten, selaku perancang dalam penjuru kota. Taman atau plein memang
rencana perluasan kota Bandung. Plan lazimnya digunakan sebagai pusat kegiatan
Karsten yang dikenal pula sebagai masyarakat atau pun untuk tempat rekreasi.
Uitbreidingsplan Stadsgemeente Bandoeng Perluasan wilayah Kota Bandung
(Rencana Perluaan Kotapraja Bandung) yang direncanakan Karsten bukan semata-
mencakup rencana perluasan wilayah mata dikaitkan dengan standar kepadatan
administratif kota. Rencana tersebut penduduk, tetapi lebih condong pada
diterapkan guna mengantisipasi pertimbangan untuk mendapatkan luas
perkembangan kehidupan di Kota Bandung kota yang ideal, memenuhi syarat sebagai
yang terus meningkat, juga mengantisipasi Tuinstad (Kota Taman) yang banyak
perkembangan penduduk. memerlukan lahan hijau terbuka di dalam
Mengenai pertambahan penduduk kota (Kunto, 1984: 40)
Eropa, hal tersebut terkait erat dengan Plan Karsten yang direalisasikan
rencana dijadikannya Bandung sebagai ibu di Bandung memang sejalan dengan
Perkembangan Taman Kota di Bandung..... (Hary Ganjar Budiman) 199