Disusun Oleh :
KELOMPOK 1C
SEPTEMBER/2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
BAB I 4
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Tujuan Praktikum 5
BAB II 6
Bioadhesive : Mucoadhesive 6
Lambung dan Usus 8
Uji Bioadhesif in vitro 8
Uji Wash Off 8
BAB III 10
Alat dan Bahan 10
Prosedur Kerja 10
BAB IV 12
Hasil Uji Bioadhesif 12
Hasil Uji Wash Off 14
Pembahasan 15
BAB V 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Salah satu sistem yang ada dalam GRDDS yaitu sistem mukoadhesif.
Mukoadhesif merupakan interaksi antara permukaan mukus dengan polimer
sintetis atau alami yang dapat memperpanjang waktu tinggal dan waktu
kontak obat di tempat absorbsinya sehingga meningkatkan bioavailabilitas
dan penyerapan lebih lama oleh lambung. Sistem ini menguntungkan karena
dapat mengurangi frekuensi pemakaian obat sehingga dapat mengurangi efek
samping yang tidak diinginkan.
1. 2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat cairan HCl pH 2,5 ?
2. Bagaimana cara membuat larutan NaCl 0,9% ?
3. Apa tujuan dilakukannya uji bioadhesif?
4. Apa tujuan dilakukannya uji wash off?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mukoadhesif?
6. Kesalahan-kesalahan apa saja yang sering terjadi pada saat melakukan
praktikum ini?
7. Apa yang dapat Saudara simpulkan terkait hasil tersebut?
1. 3. Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat menguji kemampuan bioadhesif sediaan obat
yang mengandung suatu polimer tertentu
2. Mengetahui cara membuat cairan HCL pH 2,5 dan larutan NaCl 0,9%
3. Mengetahui tujuan dilakukannya uji bioadhesif dan uji wash off
4. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi mukoadhesif
5. Menjelaskan apa saja kesalahan yang sering terjadi pada saat
melakukan praktikum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Bioadhesive : Mucoadhesive
Permukaan biologi tersebut dapat berupa jaringan epitel atau dapat berupa
lapisan penutup mukus yang terdapat pada permukaan jaringan. Jika keterikatan
tersebut terjadi pada permukaan mukus, fenomena ini dikenal dengan
mukoadhesif. Mukoadhesif biasanya didefinisikan sebagai terjadinya pelekatan
(adhesi) antara dua material yang salah satunya merupakan mukus (R. Shaikh
et.al., 2011).
Material lainnya dapat berupa polimer baik sintetik maupun polimer alam.
Sediaan mukoadhesif ini memanfaatkan sifat bioadhesif dari berbagai polimer
larut air, yang akan menunjukkan sifat adhesif pada waktu terjadi hidrasi,
kemudian akan menghantarkan obat mencapai sasaran tertentu untuk waktu yang
lebih aman dibandingkan sediaan konvensional. Lapisan mukosa dapat mudah
ditemukan di tubuh sehingga sistem penghantaran obat mukoadhesif dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan sediaan bukal, sublingual, vaginal, rektal,
nasal, okular serta gastrointestinal. Prinsip penghantaran obat dengan sistem ini
adalah memperpanjang waktu tinggal obat pada organ tubuh yang mempunyai
lapisan mukosa. Sistem mukoadhesif akan dapat meningkatkan kontak yang lebih
baik antara sediaan dengan jaringan tempat terjadinya absorpsi, sehingga
konsentrasi obat diabsorbsi lebih banyak dan diharapkan akan terjadi aliran obat
yang tinggi melalui jaringan tersebut. Pada tingkat molekuler, mukoadhesi dapat
dijelaskan berdasarkan interaksi molekul. Interaksi antara dua molekul terdiri dari
daya tarik dan daya tolak. Interaksi daya tarik muncul dari gaya Van der Waals,
daya tarik elektrostatik, ikatan hidrogen, dan interaksi hidrofobik. Interaksi daya
tolak terjadi karena tolakan elektrostatik dan tolakan sterik. Untuk terjadi
mukoadhesi, interaksi daya tarik harus lebih besar daripada tolakan non-spesifik.
Uji bioadhesif ini bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat granul dapat
melekat pada mukosa lambung dan usus dalam waktu 5 menit. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan jaringan lambung yang telah dipotong dan dilekatkan pada
penyokong alumunium kemudian ditempatkan pada kemiringan 45 derajat.
Granul yang melekat dielusi dengan cairan dengan kecepatan 22 ml/menit.
Uji wash off bertujuan untuk melihat kemampuan granul melekat pada
mukosa lambung selama 2 jam (Hamsinah, 2016). Selain itu dapat digunakan
untuk menguji kemampuan penghantaran bioadhesif dari suatu granul dengan
polimer tertentu. Uji wash off dilakukan dengan menggunakan alat
disintegrasi (alat uji waktu hancur) yang dimodifikasi. Jaringan lambung atau
usus direkatkan pada kaca objek menggunakan lem. Sejumlah 20 butir granul
ditempelkan di atas mukosa lambung atau usus secara merata dan
dimasukkan ke dalam alat uji disintegrasi. Alat kemudian digerakkan naik turun
30 kali permenit di dalam media cairan lambung atau usus buatan pada suhu
37 C. Jumlah granul yang melekat dihitung 30 menit selama 1 jam.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Alat : Bahan :
- Lem Sianoakrilat
3. 2. Prosedur Kerja
10 35 15 70
20 35 0 70
30 33 2 66
40 33 0 66
50 30 3 60
60 30 0 60
20 33 2 66
30 30 3 60
40 29 1 58
50 28 1 56
60 28 0 56
10 13 37 74
20 2 35 70
30 1 34 68
40 4 30 60
50 5 25 50
60 3 22 44
10 5 45 90
20 1 44 88
30 2 42 84
40 0 42 84
50 1 41 82
60 1 40 80
4.3 Pembahasan
- Cara membuat cairan HCl pH 2,5
1,2 0,286
2,5
= (𝑁𝑎𝐶𝑙 : 𝐻𝐶𝑙)2
- Kesimpulan hasil
Perbedaan hasil yang terjadi dari kedua sampel uji ini dapat
dijelaskan apabila dihubungkan dengan target absorpsi sediaan,
kestabilan sediaan, dan juga pH sediaan. Vitalong C bersifat asam,
memiliki pH yang rendah, dan memang didesain menjadi suplemen,
sehingga Vitalong C akan lebih baik apabila bisa cepat terserap ke
dalam sistemik tubuh. Mukosa lambung yang memiliki kondisi
keasaman yang juga cukup tinggi akan mempermudah terjadinya
adhesi dari sediaan Vitalong C tersebut sebelum akhirnya dapat
terabsorpsi dan terdistribusi ke dalam sirkulasi sistemik. Berbeda
dengan hasil uji Wash Off yang menggunakan media berupa membran
mukosa usus, kondisi keasaman pada organ tersebut cukup rendah dan
cenderung netral atau basa. Sediaan Vitalong C ini akan lebih mudah
lepas dibandingkan dengan Rhinos SR. Rhinos SR sendiri merupakan
obat yang mengandung zat aktif Loratadine dan Pseudoefedrin yang
berfungsi untuk mengatasi gejala alergi, dimana obat ini diperlukan
untuk dapat bekerja dengan jangka waktu yang panjang. Zat aktif dari
Rhinos SR ini pun ternyata memiliki pH yang hampir sama dengan
pH pada usus, yaitu sekitar 7-8. Dengan begitu obat akan lebih stabil
dan sediaan harus direkayasa untuk bisa diserap baik di usus dan tidak
rusak saat melewati lambung. Terlihat dari hasil di atas bahwa Rhinos
SR ini tidak terlalu banyak menempel pada mukosa lambung karena
obat ini memang direkayasa untuk bisa diserap secara perlahan
(sustained release).
BAB V
KESIMPULAN
Kinam, Park., Haesun, Park. 1990. Bioadhesive Drug Delivery System. Book.
School of Pharmacy. University of Geneva. Switzerland. Diakses melalui:
http://kinampark.com/KPYear/files/1990%20Test%20methods%20of%20bi
oadhesion.pdf