Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

PEMBELAJARAN AKTIF DAN KREATIF DALAM PENGEMBANGAN


MUATAN LOCAL

OLEH :

Kelompok 1

Jihan Fira D’Habsari (18129268)

Kamila (18129269)

Nurul Hasanah (18129295)

Tifanny Reski Aurellia (18129322)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Drs. Zuardi, M.Si

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses yang pada membelajarkan siswa yang dilakukan
oleh guru. Di dalamnya terdapat usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi terus menerus proses belajar
dalam diri siswa. Itulah pembelajaran aktif yang sekaligus menumbuhkan daya
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Mengajarkan muatan lokal memerlukan suatu pendektan tersendiri agar
efektif, efisien dan menuju sasaran. Keterampilan mengajar inilah salah satu
kunci keberhasilan guru melksanakan muatan lokal.
Saat ini terjadi perubahan paradigma dalam proses pembelajaran. Selama ini
yang terjadi dalam proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru,
namun saat ini mulai diubah paradigma berpikirnya bahwa yang belajar adalah
siswa, sehingga perlu ada aktivitas yang seimbang antara siswa dan guru.
Bahkan akan lebih baik lagi jika siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran.
pada makalah ini penulis akan membahas mengenai pembelajaran aktif dan
kreatif serta model pembelajaran yang dapat diterapkan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu pembelajaran aktif dan kreatif ?
b. Bagaimana ciri-ciri pembelajaran aktif dan kreatif ?
c. Model pembelajaran apa yang dapat diterapkan agar siswa aktif dan kreatif
dalam belajara ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui pengertian pembelajaran aktif dan kreatif
b. Mengetahui ciri-ciri pembelajaran aktif dan kreatif
c. Mempelajari model pembelajaran yang dapat diterapkan agar siswa aktif
dan kreatif dalam belajara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Aktif dan Kreatif


1. Pembelajaran Aktif
Dalam arti bahasa aktif adalah giat (bekerja, berusaha). Istilah aktif,
maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan
pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh
peserta didik sendiri.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari si pelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan
proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah gur tentang pengetahuan.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi
kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan
orang lain. Dari proses pembelajaran aktif akan menyebabkan peserta didik
mampu berpikir inovatif dan kreatif.
Dalam proses belajar peserta didik tidak semestinya diperlakukan
seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang
guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi, karena itu dalam proses
pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan
peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan baru.

Ketika belajar secra pasif, peserta didik mengalami proses tanpa rasa
ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar
secara aktif, pelajar mencari sesuatu. Dia ingin menjawab pertanyaan,
memerlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki cara
untuk melakukan pekerjaan. Pendidik hendaknya menyadari bahwa peserta
didik memiliki berbagai cara belajar yang berbeda-beda.

Sebagai pusat belajar, peserta didik harus lebih aktif berkegiatan untuk
membangun suatu pemahaman, keterampilan, dan sikap/perilaku tertentu.

3
Aktifitas siswa menjadi penting karena belajar pada hakikatnya adalah proses
yang aktif dimana siswa menggunakan pikirannya untuk membangun
pemahaman (constructivism aproach). Dari proses pembelajaran aktif akan
menyebabkan peserta didik mampu berpikir inovatif dan kreatif.

2. Pembelajaran Kreatif
Dalam arti bahasa kreatif adalah memiliki daya cipta, memiliki
kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta
pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi.
Menurut istilah kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran
merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena
pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang
tidak pernah berhenti. Dengan demikian, guru dituntut mampu menciptakan
kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga seluruh potensi dan daya
imajinasi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Diantaranya
adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar.
Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup
kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan
menyeluruh.
Pada dasarnya, semua siswa miliki potensi kreatif yang harus
dikembangkan agar mereka mampu hidup penuh gairah dan produktif dalam
melakukan tugas-tugasnya. Menurut Parnes dalam bukunya Nursisto
mengungkapkan bahwa kemampuan kreatif dapat dibangkitkan melalui
masalah yang mengacu pada lima macam perilaku kreatif, yaitu:
a. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan mengemukakan ide-ide yang
serupa untuk memecahkan suatu masalah;
b. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan
berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori
yang biasa;
c. Originality (keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon yang
unik luar biasa;

4
d. Elaboration (keterampilan), yaitu kemampuan menyatakan
pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi
kenyataan.
e. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap.
Dari konsep di atas, dapat diketahui adanya tujuan tertentu dalam
pembelajaran kreatif, yaitu:
a. Menciptakan suasana yang harmonis dan hangat antara siswa dengan
guru.
b. Mendorong siswa untuk berani bertanya, menyampaikan pendapat,
dan juga mampu mempertahankan argumentasinya.
c. Mendorong siswa untuk mampu memberdayakan segala sumber daya
yang tersedia, baik di dalam maupun di luar kelas.
          Pembelajaran kreatif menekankan pada pengembangan kreativitas, baik
pengembangan kemampuan imajinasi dan daya cipta (mengarang, membuat
kerajinan tangan, mempraktekkan kesenian, dll) maupun pengembangan
kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif
haruslah seimbang dengan kemampuan berpikir rasional logis.
Alasan mengapa belajar kreatif itu penting yaitu :
a. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna jika kita tidak
bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam upaya
kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan
mengarahkan belajar bagi mereka sendiri.
b. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang
timbul di masa depan.
c. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar dalam
kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada
sekedar hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa
belajar kreatif dapat mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan
kehidupan pribadi kita.
d. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang
besar.

5
B. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif dan Kreatif
Menurut Uno Hamzah dan Nurdin (2011) beberapa ciri dari
pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan
pembelajaran model ALIS (active learning in school) adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata
3. Pembelajaran mendorong anak untuk berfikir tingkat tinggi
4. Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda
5. Pembelajaran mendorong siswa berinteraksi dengan guru
6. Pembelajaran mmenggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar
7. Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan
belajar
8. Guru memantau proses belajar siswa
9. Guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak

Menurut Suahrsimi Arkunto (Yufiarti, 1999) 10 karakteristik


pembelajaran aktif dan kreatif yaitu :
1. Tidak terbatas di ruang kelas
Pembelajaran tidak hanya terbatas hanya di ruang kelas namun dapat
dilaksanakan diluar kelas atau sekolah dalam lingkup yang paling dekat
seperti halaman sekolah, dirumah dan tempat lain yang ada di masyarakat
2. Melibatkan semua siswa dalam seluruh kegiatan
Pembelajaran yang melibatkan semua siswa mengandung dua hal yaitu
menyangkut kegiatan dan menyangkut siswa. Dalam pembelajaran apabila
suatu kegiatan berlangsung, semua siswa harus terlibat dalam kegiatan
tersebut. Bila perlu dari awal sampai akhir pembelajaran.
3. Berorientasi pada hasil belajar
Karakteristik ketiga ini sejlan dengan apa yang disebutkan dalam
karakteristik kedua. Jika siswa dituntut untuk mengikuti semua kegiatan
berarti berarti siswa dikehendaki terlibat dalam proses bukan hanya asal dapat
menunjukkan hasil saja.
4. Peranan siswa pro-aktif

6
Selama masa persiapan, mungkin guru perlu memberikan pengarahan
seperlunya dalam bentuk memberikan pancingan dan motivasi tetapi sesudah
siswa dapat dilepas guru memberikan waktu sepenuhnya pada siswanya. Kini
siswa yang memegang peranan yang proaktif, sesekali guru mengamati
sambil membetulkan jika ada kekeliruan atau kondisi kelas memang
menghendaki guru untuk melakukan sesuatu.
5. Guru berperang sebagai fasilitator
Guru memberikan pancingan atau petunjuk secara garis besar kepada
siswa kemudia siswa tersebut yang menentukan sendiri tentang hal-hal yang
berkenaan dengan kegiatan yang akan mereka lakukan.
6. Memperhatikan perbedaan antara individu siswa
Dalam pembelajaran guru dituntut untuk memperhatikan perbedaan tiap
individu siswa. Jika guru memahami keadaan masing-masing siswa tentu ia
dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada tiap siswa secara penuh.
Sebagai akibat dari pemberian perhatian terhadap perbedaan individual ini
maka pembelajaran siswa akan bervariasi antara yang satu dengan yang
lainnya, tetapi siswa akan merasa puas karena mendapat layanan sesuai
dengan kebutuhan.
7. Interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan lingungan
Interaksi antar siswa dapat dilakukan dengan melakukan dramatisasi,
simulasi, bermain peran dan sosiodrama, main sandiwara, mengerjakan tugas
kelompok dan lain sebagainya. Sementara interaksi dengan lingkungan dapat
terbentuk dari individu-individu yang berbeda didalamnya. Individu dan
lingkungan merupakan dua sisi yang saling bekerja sama untuk menciptakan
sesuatu demi kesejahteraan waraga agar mencapai kesejahteraan hidup
sebagaimana yang diinginkannya.
8. Siswa bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan
Dalam pembelajaran siswa sendiri bertanggung jawab atas
pembelajaran yang meraka lakukan. Kebebasan dan tanggung jawab
merupakan dua hal yang saling terkait. Sejalan dengan pemberian wewenang
penuh kepada siswa tersebut, guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
Selanjutnya siswa itu sendiri harus bersedia mempertanggung jawabkan apa
yang mereka kerjakan.

7
9. Menggunakan sumber lingkungan
Sejalan dengan kebebasan siswa ditambah dengan tujuan utama
muatan lokal adalah pengenalan siswa terhadap lingkungan maka pemanatan
lingkungan marupakan sasaran utama dalam pembelajaran muatan lokal ini.
Di lingkungan siswa baik sekitar tempat tinggal maupun sekolah banyak
sekali bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk mengerjakan
muatan lokal.
10. Adanya kerjasama antara sekolah dengan masyarakat
Sudah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran siswa tidak terbatas
hanya belajar didalam kelas tetapi juga luar kelas dilingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Dengan tujuan untuk memaksimalkan hasil
belajar siswa sekolah dan masyarakat bekerjasama, misalnya dalam hal
menyediakan sarana dan prasarana, memberikan pengalaman belajar yang
tepat dan berarti bagi siswa. Bantuan dari masyarakat dapat berupa tenaga
ahli budaya tradisional misalnya pemuka adat, seniman musik tradisional,
seniman tari tradisional atau olah raga tradisional.

C. Model Pembelajaran Aktif dan Kreatif


Menurut Uno dan Nurdin (2011), Beberapa model pembelajaran yang dapat
diterapkan guru dalam meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa diantaranya
yaitu :
1. Model Kepala Bernomor Struktur (Numbered Heads Together Structure)
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Heads
Together Structure yaitu:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor
b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya terhadap
tugas yang berangkai
c. Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal, siswa nomor dua
mengerjakan soal, siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan
seterusnya
d. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa
disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa

8
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa dengan
tugas yang sama dapat saling membantu atau mencocokan hasil
kerjasama mereka.
e. Melaporkan hasil kelompok dan tanggapan dari kelompok yang lain
f. Kesimpulan
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads
Together Structure:
a. Kelebihan
Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together Structure
antara lain yaitu:
1) Setiap siswa menjadi siap semua.
2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3) Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama
4) Dapat bertukar pikiran dengan siswa yang lain
5) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
6) Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar
b. Kekurangan
Dibalik kelebihan yang ada pada semua model pembelajaran yang ada
tentu takluput dari kekurangan. Adapun yang menjadi kekurangan dari
pada model pembelajaran Numbered Heads Together Structure antara lain
yaitu:
1) Guru tidak mengetahui kemampuan masing-masing siswa
2) Waktu yang dibutuhkan semestinya banyak
3) Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada
anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai
materi)
4) Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada
temannya  untuk mencarikan jawabnya, akibatnya mengurangi poin
pada siswa yang membantu dan dibantu .
5) Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya,
tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer
selanjutnya.
2. Model Debat

9
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Debat yaitu:
a. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang
lainnya kontra
b. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan
oleh kedua kelompok diatas
c. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota
kelompok pro untuk berbicara, saat itu ditanggapi atau dibantah oleh
kelompok kontra.Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa
mengemukakan pendapatnya
d. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide
darisetiap pembicaraan dipapan tulis.Sampai sejumlah ide yang
diharapkan guru terpenuhi
e. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
f. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat
kesimpulan atau rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin
dicapai.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Debat :
a. Kelebihan
1) Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran
yang telah diberikan.
2) Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah
diberikan.
3) Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
b. Kekurangan
1) Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2) Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak
menengahi
3) Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang
pandai berargumen hanya diam dan pasif. 
3. Model Role Playing
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

10
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar.
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang.
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan.
f. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati
skenario yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja
untuk membahas/memberi penilaian atas penampilan masing-masing
kelompok.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.
j. Evaluasi.
k. Penutup.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing :
a. Kelebihan
Ada beberapa keunggulan dengan menggunakan metode role
playing, di antaranya adalah:
1) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit
untuk dilupakan.
2) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias.
3) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa
serta menumbuhkan rasa kebersamaan.
4) Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan
di bahas dalam proses belajar.
b. Kekurangan
1) Bermain peran memakan waktu yang banyak.
2) Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara
baik khususnya jika mereka tidak diarahkan atau tidak ditugasi

11
dengan baik. Siswa perlu mengenal dengan baik apa yang akan
diperankannya.
3) Bermain peran tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas
tidak mendukung.
4) Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak
akan melakukan secara sungguh-sungguh.
5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
4. Model Make A Match
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match
(membuat pasangan) ini adalah sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review
(satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta gambar).
b. Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban 
c. atau soal dari kartu yang dipegang.
d. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
e. Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya.       

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match :


a. Kelebihan
1) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik;
2) karena ada unsur permainan, metode ini menyengkan;
3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
4) efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi; dan
5) efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
b. Kekurangan

12
1) jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak
waktu yang terbuang;
2) pada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya;
3) jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak
siswa yang kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan;
4) guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman pada
siswa yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu;
dan
5) menggunakan metode ini secara terus menerus akan
menimbulkan kebosanan.
5. Model Inside Outside Circle
Menurut  Spencer  Kagan,  ada  lima  langkah utama  dalam
penerapan Model  IOC ini, yaitu:
a. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap
keluar.
b. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama
dan menghadap ke dalam.
c. Kemudian dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar
berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
d. Siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah
jarum jam, sehingga masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru.
e. Giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inside Outside Circle:


a. Kelebihan
Kelebihan penggunaan Model IOC ini adalah, siswa akan mudah
mendapatkan informasi yang berbeda-beda dan beragam dalam waktu
bersamaan.
b. Kekurangan

13
Sedangkan kekurangan penerapan Model IOC adalah
membutuhkan ruang kelas yang besar, terlalu lama sehingga tidak
konsentrasi dan disalah gunakan untuk bergurau, dan rumit untuk
dilakukan.

14
B. Pengembangan Muatan Lokal

1. Pengembangan muatan lokal

Landasan Penyusunan Kurikulum Muatan Lokal adalah sebagai berikut:

a. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

b. UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

c. PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

d. Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

e. Permendiknas No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

f. Permendiknas No. 24/2006 dan No. 6/2007 tentang pelaksanaan

g. Permendiknas No. 22 dan 23/2006

h. Permendiknas No. 41 Thn 2007 tentang Standar Proses

i. Permendiknas No. 24 Thn 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana

j. Permendiknas No. 19 Thn 2007 tentang Standar Pengelolaan

k. Permendiknas No. 20 Thn 2007 Standar Penilaian Pendidikan

Selain itu juga tingkat kemampuan berpikir anak dari konkrit ke abstrak dan
tingkat rasa penasaran insting anak menjadi dasar pengembangan muatan lokal.
Keanekaragaman budaya juga merupakan dasar pengembangan muatan lokal, karena
Indonesia mempunyai beragam budaya bangsa yang semuanya mempunyai corak
khusus dan khas.

2. Pola Pengembangan Muatan Lokal

a. Pendekatan politik

15
Pendekatan politik bertolak pada asumsi bahwa pelajaran mempunyai
otonomi masing masing. Sehingga mata pelajaran dipandang sebagai suatu
sistem yang mempunyai komponen ciri, tujuan, metode tertentu. Cara yang
ditempuh adalah:

1) Membentuk suatu disiplin tersendiri

Intinya muatan lokal menjadi semakin sama dengan mata pelajaran lainnya
karena kebutuhan dari daerah itu sendiri.

2) Mengisikan dan mengaitkan secara okasional

Muatan lokal hanya sebagai tampilan saja, tidak teratur dan sistematis,
caranya adalah dengan memasukkan pada mata pelajaran yang sudah
tersedia.

b. Pendekatan terpadu
Pendekatan ini beranggapan bahwa semua mata pelajaran merupakan
satu kesatuan, saling terpadu dan berhubungan satu sama lain. Hal tersebut
sejalan dengan memasukkan muatan lokal dalam kurikulum yang berlaku,
caranya:

1) Membentuk gagasan pokok

Guru dapat menyusun gagasan pokok yang bersumber dari kehidupan


masyarakat sebagai inti program muatan lokal.

2) Mengaitkan pokok bahasan dengan pola kehidupan

Guru mempelajari GBPP kemudian mengambil pokok atau sub


bahasan yang mungkin dapat dikaitkan dengan gagasan pokok dalam
kehidupan masyarakat.

c. Pendekatan disiplin ganda


Pendekatan ini akan memodifikasi kurikulum yang berlaku dan membangun
baru.

16
3. Dasar pengembangan muatan lokal

Satuan pendidikan perlu memberikan wawasan yang luas kepada peserta


didik tentang kekhasan yang ada di lingkungannya melalui pembelajaran muatan
lokal. Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal yang disesuaikan dengan
ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Standar Isi yang
disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mengakomodasi beranekaragam jenis
muatan lokal yang dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan.

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler. Oleh karena itu, satuan


pendidikan harus menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), perangkat pembelajaran
(Silabus dan RPP), serta perangkat penilaian, dan menetapkan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) untuk muatan lokal yang dilaksanakan.

Ada dua arah pengembangan dalam muatan lokal, yaitu :


a. Pengembangan untuk jangka jauh

Agar para siswa dapat melatih keahlian dan ketrampilan yang sesuai dengan
harapan yang nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan
akhirnya membantu pembangunan nusa dan bangsanya. Oleh karena itu
perkembangan muatan lokal dalam jangka panjang harus direncanakan secara
sistematik oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat setempat dengan perantara
pakar-pakar pada instasi terkait baik negeri maupun swasta. Untuk muatan lokal
disekolah dasar masih bersifat concentris, kemudian dilaksanakan secara
kontinyu disekolah menengah pertama dan akan terjadi konvergensi disekolah
menengah atas.

b. Pengembangan untuk jangka pendek

Perkembangan muatan lokal dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh


sekolah setempat dengan cara menyusun kurikulum muatan lokal kemudian
menyusun GBPP-nya dan direvisi setiap saat.

17
Dalam Pengembangan selanjutnya ada dua hal yang perlu diperhatikan,
yaitu :

1. Perluasan muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang ada di daerah itu yang
terdiri dari berbagai jenis jenis muatan lokal misalnya : pertanian, kalau
sudah dianggap cukup ganti peternakan, perikanan, kerajianan dan
sebagainya. Siswa cukup diberi dasar-dasarnya saja dari berbagai muatan
lokal sedang pendalamanya dilaksanakan pada periode berikutnya.

2. Pendalaman muatan lokal

Dasarnya adalah bahan muatan lokal yang sudah ada kemudian


diperdalam samapai mendalam, misalnya masalah pertanian dibicarakan dan
dilaksanakan mengenai bagaimana cara memupuk, memelihara,
mengembangkan, pemasarannya dan sebagainya. Oleh karena itu pelajaran
ini diberikan pada siswa yang telah dewasa.

c. Berhasil atau tidaknya pengembangan disekolah tergantung pada :


1) Kekreatifan guru.

2) Kesesuaian program

3) Ketersediaan sarana dan prasarana

4) cara pengeloaan

5) Kesiapan siswa

6) Partisipasi masyarakat setempat

7) Pendekatan kepala sekolah dengan nara sumber dan instansi terkait

Adapun cara menentukan bahan pelajaran muatan lokal untuk satu bidang
studi dapat dilaksanakan dengan empat cara:
 Bagi bidang studi yang sudah punya GBPP, disusun pokok bahasan/ sub
pokok bahasan, kemudian dipilih bahan mana yang berkriteria muatan lokal.

18
 GBPP yang telah dipilih, sesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.

 Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dijadikan sumber sebagai GBPP


yang mungkin sesuai dengan GBPP atau tidak sesuai dengan GBPP yang
telah ada.

 Pola kehidupan dalam lingkungan alam, dipilih unsur-unsurnya yang perlu


dimasukan dalam program pendidikan kemudian dibuat GBPP.

4. Pengembangan muatan lokal mengacu pada GBPP

Mendasarkan kepada pola penetapan kehidupan, dan mempelajarinya


kemudian menguraikannya. Penyusunan jaringan gagasan pokok didasarkan
pada tingkat kemampuan berpikir dan perkembangan fisik, mental sosial serta
kesediaan alokasi waktu.

5. Pengembangan muatan lokal berbasis pola kehidupan

Membutuhkan kerja sama yang rapi antara dewan guru, kepala sekolah,
penilik sekolah dan yang lainnya yang seharusnya bekerja di bawah koordinasi
kemendiknas. Kerja sama tersebut akan berdampak positif, yaitu penyerapan
informasi potensi daerah dan pengembangannya akan berjalan maksimal.

6. Pengembangan muatan lokal berdasar pada aspek kehidupan


Pengembangan muatan lokal tidak dapat diselesaikan hanya dengan
pengembangan yang mengacu pada GBPP dan pola kehidupan, hal ini karena masih
banyaknya aspek kebudayaan daerah itu sendiri yang berbeda dan tidak dapat
dikaitkan dengan kedua pengembangan tersebut. Aspek tersebut memerlukan waktu
alokasi tersendiri untuk ekstrakurikuler.

7. Pengembangan muatan lokal berbasis kurikulum

Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan


KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran.

19
Sedangkan untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal yang merupakan kegiatan kurikuler
yang harus diajarkan di kelas tidak mempunyai Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasarnya. Hal ini membuat kendala bagi sekolah untuk menerapkan Mata Pelajaran
Muatan Lokal. Pengembangan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
mata pelajaran Muatan Lokal bukanlah pekerjaan yang mudah, karena harus
dipersiapkan berbagai hal untuk dapat mengembangkan Mata Pelajaran Muatan
Lokal. Ada dua pola pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal dalam rangka
menghadapi pelaksanaan KTSP yaitu:

a. Pengembangan Muatan Lokal Sesuai dengan Kondisi Sekolah Saat Ini

Langkah dalam pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal bagi sekolah


yang memang tidak mampu mengembangkannya, langkah tersebut adalah:

1) Analisis Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada di sekolah. Apakah


masih layak dan relevan Mata Pelajaran Muatan Lokal diterapkan di
Sekolah

2) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang diterapkan di sekolah tersebut


masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah Mata
Pelajaran Muatan Lokal tersebut ke dalam SK dan KD

3) Bila Mata Pelajaran Muatan Lokal yang ada tidak layak lagi untuk
diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mata Pelajaran Muatan
Lokal dari sekolah lain atau tetap menggunakan Mata Pelajaran Muatan
Lokal yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan muatan lokal
yang lebih sesuai.

b. Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP

Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal pengembangannya


sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang membutuhkan
penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan
daerah dan pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun
pelaksanaan muatan lokal memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan. Penanganan secara profesional muatan lokal
20
merupakan tanggung jawab pemangku kepentingan (stakeholders) yaitu
sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:

 Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah

 Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal

 Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal

 Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal

 Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta


silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh
BSNP.

Lebih lanjut langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


a. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.

Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata berbagai keadaan dan
kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat diperoleh dari berbagai
pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti Pemda/Bappeda, Instansi
vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia usaha/industri. Keadaan daerah
seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau dari potensi daerah yang
bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya, dan kekayaan alam.
Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:

1. Rencana pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas


pembangunan daerah, baik pembangunan jangka pendek, pembangunan
jangka panjang, maupun pembangunan berkelanjutan (sustainable
development);

2. Pengembangan ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan


dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan;

21
3. Aspirasi masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan
daerahnya, serta konservasi alam dan pemberdayaannya.

b. Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan local


Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di atas dapat diperoleh
berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini dapat mencerminkan
fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:

1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

2. Meningkatkan keterampilan di bidang pekerjaan tertentu;

3. Meningkatkan kemampuan berwiraswasta;

4. Meningkatkan penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari;

c. Menentukan bahan kajian muatan lokal

Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan mengkaji berbagai


kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan kajian sesuai
dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan kajian muatan
lokal didasarkan pada criteria berikut:

1. Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik;

2. Kemampuan guru dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan;

3. Tersedianya sarana dan prasarana

4. Tidak bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa

5. Tidak menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan

6. Kelayakan berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah;

7. Lain-lain yang dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan


situasi daerah.

d. Menentukan Mata Pelajaran

22
Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal tersebut dapat
ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini pada dasarnya
dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan
yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung
kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.

Kegiatan ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi


yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang
sudah ditentukan oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh
sekolah dan komite sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

e. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan


mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP:

1. Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah


awal dalam membuat mata pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di
sekolah.

Adapun langkah-langkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan


kompetensi dasar adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah


menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis
pengetahuan.

b. Pengembangan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan


kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan
melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai.

c. Pengembangan silabus secara umum

23
Pihak yang teribat dalam Pengembangan Sekolah dan komite sekolah
mempunyai wewenang penuh dalam mengembangkan program muatan lokal. Bila
dirasa tidak mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite sekolah
dapat bekerjasama dengan dengan unsur-unsur Depdiknas seperti Tim Pengembang
Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),
Perguruan Tinggi dan instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah
Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, tokoh
masyarakat. Peran, tugas dan tanggung jawab TPK secara umum adalah sebagai
berikut:

1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing;

2. Menentukan komposisi atau susunan jenis muatan lokal;

3. Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal sesuai dengan keadaan dan


kebutuhan daerah masing-masing;

4. Menentukan prioritas bahan kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan;

5. Mengembangkan silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan


lokal lainnya, yang dilakukan bersama sekolah, mengacu pada Standar Isi
yang ditetapkan oleh BSNP

Peran Perguruan Tinggi dan LPMP antara lain memberikan bimbingan dan bantuan
teknis dalam:

1. Mengidentifikasi dan menjabarkan keadaan, potensi, dan kebutuhan


lingkungan ke dalam komposisi jenis muatan lokal;

2. Menentukan lingkup masing-masing bahan kajian/pelajaran;

3. Menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan


peserta didik dan jenis bahan kajian/pelajaran.

Peran instansi/lembaga di luar Depdiknas secara umum adalah:

24
1. Memberikan informasi mengenai potensi daerah yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang
ada di daerah yang bersangkutan, serta prioritas pembangunan daerah di
berbagai sektor yang dikaitkan dengan sumber daya manusia yang
dibutuhkan;

2. Memberikan gambaran mengenai kemampuan-kemampuan dan


keterampilan yang diperlukan pada sektor-sektor tertentu;

3. Memberikan sumbangan pemikiran, pertimbangan, dan tenaga dalam


menentukan prioritas muatan lokal sesuai dengan nilai-nilai dan norma
setempat.

25
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Istilah aktif dalam pembelajaran adalah sebuah proses aktif
membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan
maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Sedangkan kreatif memiliki
makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan
kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki
imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam meningkatkan
keaktifan dan kreatifitas siswa diantaranya :
1. Model Kepala Bernomor Struktur (Numbered Heads Together
Structure)
2. Model Debat
3. Model Role Playing
4. Model Make A Match
5. Model Inside Outside Circle

B. Saran
Penulis dalam membuat makalah masih banyak memiliki kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu besar harapan penulis untuk mengkritisi
makalah ini, baik dari segi isi maupun dari segi penulisan makalah.
Selanjutnya mudah- mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan oleh semua
pembaca. Atas kritik dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM.
Jakarta: Bumi Aksara

Yufiarti. 1999. Modul Pengembangan Muatan Lokal. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi

_______. 2013. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan.


http://www.referensimakalah.com/2013/02/pembelajaran-aktif-kreatif-
efektif-dan-menyenangkan.html. (online) diakses 15 September 2017

27

Anda mungkin juga menyukai