Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PENDETEKSI GAS METANA

BERBASIS TEKNOLOGI SINAR INFRAMERAH


PADA TAMBANG BATU BARA BAWAH TANAH
Artikel
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
oleh:
Kelompok 4 kelas TF-43-01
Feby Utami Wulandari Muchtar (NIM 1104192029)
Maulana Fauzan Athalla Halinda (NIM 1104191076)
Luthfi Rizqi Mubarak (NIM 1104191089)
Suci Awali Muminati (NIM 1104192029)

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2020
SISTEM PENDETEKSI GAS METANA
BERBASIS TEKNOLOGI SINAR INFRAMERAH
PADA TAMBANG BATU BARA BAWAH TANAH
Feby Utami1, Maulana Fauzan2, Luthfi Rizqi3, Suci Awali4
Febycantique123@gmail.com, athalla5611@gmail.com,
luthfirizqim@gmail.com, suciawali01@gmail.com

Abstrak

Salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
di permukaan bumi adalah udara. Udara mengandung berbagaimacam gas yang
keberadaaanya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Salah satu jenis gas yang
terdapat pada udara adalah gas metana. Gas metana banyak terdapat di wilayah
tambang batu bara. Gas metana sangat mudah meledak apabila bereaksi dengan
oksigen. Agar mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi akibat ledakan
yang disebabkan oleh gas tersebut, maka harus dilakukan pendeteksian mengenai
keberadaan gas metana pada wilayah tambang tersebut. Untuk mendeteksi gas
metana yang terdapat di wilayah tambang batu bara, maka penulis memanfaatkan
sensor inframerah untuk mendeteksi gas tersebut. Tujuan dari penulisan artikel
ilmiah ini adalah menjelaskan cara kerja sistem Pendeteksi Gas Metana Berbasis
Sinar Inframerah, dan memaparkan kinerja sensor inframerah untuk mendeteksi
gas metana pada tambang batu bara. Adapun metode penyusunan yang digunakan
oleh penulis adalah metode komparatif. Hasil temuan dari artikel ilmiah ini adalah
sensor inframerah memberikan sinyal hasil pengukuran kondisi gas yang
kemudian akan diproses oleh microcontroller. Ketika sistem tersebut melakukan
perekaman, data secara otomatis akan tersimpan dalam kartu memori. Sistem ini
menghasilkan konsentrasi gas metana yang lebih besar daripada alat multi gas
detector, yaitu sebesar 0 sampai dengan 1,09%. Kesimpulan yang dapat diambil
dari artikel ilmiah ini yaitu konsentrasi gas metana yang diukur dengan
menggunakan sistem pendeteksi gas metana dengan menggunakan sensor
inframerah dapat menunjukan hasil yang akurat.

Kata kunci: Gas metana, Microcontroller, Sensor Inframerah.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Udara adalah salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan
makhluk hidup agar dapat bertahan hidup, meskipun tidak tampak mata, tidak
berbau dan tidak ada rasanya. Kita dapat mengetahui keberadaan udara karena
angin yang menggerakkan benda ringan. Udara menjadi sangat penting karena
kandungan campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Kandungan-
kandungan tersebut adalah oksigen (O₂) yang dibutuhkan manusia dan hewan
untuk sistem pernapasan dan karbon dioksida (CO₂) yang dibutuhkan tumbuhan
untuk proses fotosintesis.
Udara terdiri dari tiga unsur utama, yaitu udara kering, uap air, dan
aerosol. Kandungan udara kering adalah 78,09% nitrogen, 20,95% oksigen,
0,93% argon, 0,04% karbon dioksida, dan gas-gas lain yang terdiri dari neon,
helium, krypton, hydrogen, xenon, ozon, radon, dan metana. Uap air yang ada
pada udara berasal dari evaporasi (penguapan) pada laut, sungai, danau, dan
tempat berair lainnya. Aerosol adalah benda berukuran kecil, seperti garam,
karbon, sulfat, nitrat, kalium, kalsium, serta partikel dari gunung berapi.
Pada artikel ini, kami akan membahas lebih tentang salah satu gas yang
termasuk dari udara kering yaitu metana. Metana di atmosfer bumi merupakan
salah satu gas rumah kaca utama dengan potensi pemansan global 25 kali lebih
besar dari pada karbon dioksida (CO₂) dalam perode seratus tahun. Hal ini
berarti, emisi metana lebih mempunyai efek 25 kali lipat daripada emisi karbon
dioksida dengan jumlah yang sama dalam periode seratus tahun sehingga gas
metana lebih berbahaya untuk ozon. Metana tidak beracun, tetapi sangat mudah
terbakar dan dapat menimbulkan ledakan apabila bercampur dengan udara.
Astika (2013) menyatakan bahwa gas metana merupakan gas yang ada di
udara dan sangat mudah meledak ketika terkena percikan api. Akumulasi gas
metana pada tambang batubara bawah tanah banyak berasal dari lapisan batubara
dan bebatuan di sekelilingnya yang terbebaskan saat pembukaan lubang bukaan
tambang. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan pada pekerja tambang yang
dapat menelan banyak korban. Oleh karena itu, pengawasan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan tersebut sangat dibutuhkan untuk menjaga keselamatan dan
kesehatan pekrja tambang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mneral
dan Batubara melakukan beberapa perekayasaan alat keselamatan pekerja
tambang bawah tanah santara lain perangkat pendeteksi gas metana menggunakan
sinar inframerah.
Gas metana juga memiliki banyak manfaat disamping kekurangan yang
disampaikan sebelumnya. Metana memiliki banyak kegunaan terutama dalam
kehidupan sehari-hari seperti sebagai bahan bakar kendaraan, bahan bakar untuk
kegiatan memasak, bahan pembuatan pupuk, untuk pembangkit listrik dan juga
membantu dalam pembuatan perlengkepan dan peralatan. Sebagai bahan bakar
kendaraan gas metana mampu manghasilkan panas yang besar per satuan
massanya. Metana dikategorikan sebagai gas alam yang sering digunakan untuk
bahan bakar kendaraan karena gas metana diyakini memiliki jumlah polusi yang
tidak terlalu banyak. Gas metana juga terkenal sangat ramah lingkungan dan hal
ini menjadi alasan penggunaannya pada bahan bakar kendaraan. Sedangkan
metana digunakan sebagai bahan bakar untuk kegiatan memasak karena gas
metana memiliki sifat yang sangat mudah untuk terbakar, contohnya digunakan
dalam gas elpiji. dikarenakan manfaat dari etana sangat banyak maka banyak
ilmuwan yang berusaha unutk menghasilkan metana dengan menggunakan
perkembangan teknologi.
1.2. Batasan Masalah
Gas metana yang menyebar di alam sangat banyak, sehingga batasan
masalah dibutuhkan untuk mengkhususkan pembahasan dalam artikel ini. Batasan
yang diberikan adalah pendeteksi gas metana yang ada di tambang batu bara saja.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1) bagaimana cara kerja sistem Pendeteksi Gas Metana Berbasis Sinar
Inframerah?
2) bagaimana kinerja sensor inframerah untuk mendeteksi gas metana pada
tambang batu bara?
1.4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perumusan masalah di atas
adalah:
1) menjelaskan cara kerja sistem Pendeteksi Gas Metana Berbasis Sinar
Inframerah; dan
2) memaparkan kinerja sensor inframerah untuk mendeteksi gas metana pada
tambang batu bara.
1.5. Metode Penyusunan
Dalam artikel ini, metode penyusunan yang digunakan adalah metode
penyusunan komparatif. Kami membandingkan pendeteksi gas metana
menggunkan inframerah dengan pendeteksi gas metana yang menggunakan
mikrokontroler seperti pendeteksi gas metana berbasis mikrokontroler arduino.
Sehingga artikel ini banyak membahas tentnag kelebihan pendeteksi gas metana
berbasis sinar inframerah yang serta sistem kerja sistem yang lebih baik jika
menggunakan pemdeteksi yang menggunakan mikrokontroler arduino.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gas Metana
Metana merupakan gas yang terbentuk oleh adanya ikatan kovalen antara
empat atom H dengan satu atom C. Metana merupakan suatu alkana yang tidak
berwarna, sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Tetapi metana dapat
diidentifikasi melalui indra penciuman karena baunya yang khas. Alkana secara umum
mempunyai sifat sukar bereaksi (memiliki afinitas kecil) sehingga biasa disebut
sebagai parafin. Sifat lain dari alkana adalah mudah mengalami reaksi
pembakaran sempurna dengan oksigen menghasilkan gas karbon dioksida (CO2)
dan uap air (H2O) dengan reaksi:
CH 4 ( g ) +O 2 ( g ) →CO 2(g)+ H 2 O(g)

Dimana:
CH4(g) : Gas Metana
O2(g) : Oksigen
CO2(g) : Karbon Dioksida
H2O(g) : Air
Gas metana merupakan gas yang mudah meledak pada konsentrasi lebih
dari 5% di udara apabila terkena percikan api. Pada tambang batubara bawah
tanah akumulasi gas metana berasal dari lapisan batubara dan batuan di
sekelilingnya yang terbebaskan pada saat kegiatan pembukaan lubang bukaan
tambang. Terjadinya ledakan tambang akibat akumulasi gas metana merupakan
salah satu penyebab kecelakaan kerja tambang yang dapat menelan korban jiwa
cukup besar (McPherson, 1993). Pengawasan terhadap keberadaan gas tersebut
menjadi suatu keharusan dalam penerapan kegiatan penambangan yang baik dan
benar (good mining practice), diantaranya adalah setiap kegiatan penambangan
harus mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja tambang. [CITATION
Ast13 \p 2 \l 1057 ]
2.2 Sensor Infra Merah
Infra merah adalah cahaya alami yang dihasilkan oleh matahari. Sebagai
bagian dari spektrum cahaya matahari yang tak terlihat, cahaya infra merah jauh
adalah suatu bentuk energi panas.
Sensor inframerah memiliki beberapa kelebihan dibanding sensor lain
yang biasa digunakan untuk mendektesi gas metana, antara lain memiliki masa
pakai yang lebih lama, bebas racun, tidak memerlukan kalibrasi yang terlalu
sering sehingga lebih mudah dalam perawatannya, tidak terpengaruh oleh
keberadaan gas-gas lain yang akan mempengaruhi hasil pengukuran bila
menggunakan sensor katalitis sehingga lebih akurat. Sensor katalitis memiliki
masa pakai yang lebih pendek, dan memerlukan kalibrasi berkala; apabila telah
lama digunakan keakuratannya akan berkurang. Selain itu sensor gas inframerah
berreaksi dengan cepat pada saat melakukan pendeteksian karena tidak perlu
menunggu terjadinya reaksi kimia, lebih akurat dan linier dalam pembacaan.
[CITATION Placeholder1 \p 2 \l 1057 ]
2.3 Perancangan komponen elektronik
Sistem elektronik yang dirancang pada sistem ini berupa mikrokontroler
Arduino yang disambungkan dengan power supply, rangkaian
sensor gas, dan rangkaian arduino.
Detail jenis-jenis rangkaian dari sistem ini adalah:
1) Rangkaian Catu Daya
Rangkaian catu daya adalah rangkaian yang mensuplai daya dari baterai
dan juga power bank. Baterai difokuskan untuk menghidupkan motor,
sedangkan Power Supply difokuskan untuk menghidupkan mikrokontroler
arduino, sensor gas metana, buzzer, dan LED. Skema rangkaian catu daya

dapat dilihat pada Gambar 3.


Gambar 3. Skema rangkaian catu daya
Rangkaian Sensor MQ-04 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan gas
metana, dan mengirimkan sinyal hasil pengukuran ke mikrokontroler. Pada
rangkaian ini digunakan Trimpot 10k yang bertujuan agar sensor dapat dikalibrasi
dengan cara mengatur besarnya hambatan pada trimpot. Skema rangkaian
Sensor MQ-04 dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema rangkaian Sensor MQ-04


2) Rangkaian Arduino, yaitu pusat dari seluruh sistem robot. Untuk
menghidupkan rangkaian ini dibutuhkan catu daya 5V. Pada bagian input dari
arduino dihubungkan dengan sensor (A5), TX-RX Bluetooth HC-05 (RX-
TX Arduino. Skema dari rangkaian Arduino dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Skema rangkaian Arduino


[CITATION Fai17 \p 3-4 \l 1057 ]
3. PEMBAHASAN
1.6. Cara Kerja Sistem Pendeteksi Gas Metana Berbasis Sinar Inframerah
Sistem sensor infra merah pada dasarnya menggunakan infra merah
sebagai media untuk komunikasi data antara receiver dan transmitter. Sistem akan
bekerja jika sinar infra merah yang dipancarkan terhalang oleh suatu benda yang
mengakibatkan sinar infra merah tersebut tidak dapat terdeteksi oleh penerima.
Sensor ini dikombinasikan dengan rangkaian sistem microcontroller
berbasis Arduino Uno yang dilengkapi dengan modul SD card (Secure Digital
card) sebagai penyimpan data. Alat yang dirancang ini merupakan alat deteksi gas
portable. Sensor inframerah merupakan komponen utama sebagai transducer yang
memberikan sinyal elektronik sesuai dengan kondisi gas.
Sensor inframerah memberikan sinyal hasil pengukuran kondisi gas.
Sinyal tersebut dicacah oleh microcontroller, dan sebagai keluaran dari data yang
telah dicacah oleh microcontroller, data dikirim ke modul MMC/SD card dan
tersimpan dalam memory card. Ketika alat dalam posisi merekam (on) data secara
otomatis tersimpan dalam memory card; perekaman tersebut terjadi dalam setiap
jangka waktu tertentu (setiap 3 detik).[CITATION AST13 \p 1-10 \l 1033 ]
1.7. Kinerja Sensor Inframerah Untuk Mendeteksi Gas Metana Pada
Tambang Batu Bara
Hasil ujicoba di lapangan menunjukkan kinerja alat yang dapat mengukur
konsentrasi gas metana pada beberapa lokasi pengukuran dengan akurat.
Keakuratan alat ukur gas tersebut antara lain dapat dilihat dari hasil ujicoba pada
pendeteksi gas standar.
Penggunan alat pendeteksi gas metana inframerah telah diujicobakan pada
lokasi tambang batubara bawah tanah, yaitu di tambang batubara bawah tanah
Sawahluwung, Sumatera Barat.
Pada tambang batubara bawah tanah Sawahluwung proses pengukuran
dilakukan mulai dari mulut tambang sampai ke muka tambang pada 12 titik
pemantauan.
Sebagai pembanding pengukuran juga dilakukan dengan menggunakan
multigas detector. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan kedua alat
tersebut terdapat perbedaan sebesar 0,03% sampai dengan 0,09% volume. Pada
pengujian lapangan ini juga dilakukan pengukuran di daerah yang telah disegel.
Konsentrasi gas metana pada titik pemantauan tersebut sebesar 1,33%.
Pada kegiatan ujicoba ini alat pendeteksi gas yang digunakan sebagai
pembanding adalah multigas detector buatan pabrikan yang biasa digunakan di
lokasi tambang. Dari hasil ujicoba pengukuran gas metana dengan kedua macam
alat, terdapat perbedaan konsentrasi gas metana sebesar 0 sampai dengan 1,09%.
Perbedaan hasil pengukuran dari kedua alat yang diujicobakan pada dua
lokasi ujicoba alat pendeteksi gas dapat disebabkan oleh keakuratan alat yang
berbeda; alat pendeteksi gas hasil rancang bangun dapat mendeteksi sampai
dengan dua desimal dibelakang koma, sedangkan alat multigas detector
mendeteksi hanya satu desimal. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh faktor
perbedaan waktu pada proses pengukuran dan proses pencacahan, kesalahan
manusia, dan kondisi alat ukur.[ CITATION AST13 \l 1033 ]
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Sistem akan bekerja ketika sinar infra merah yang dipancarkan
menganalisis kondisi atom dari molekul gas metana. Sensor inframerah
memberikan sinyal hasil dari pengamatan mengenai karakter gas metana itu
sendiri. Sinyal tersebut diproses oleh microcontroller dan kemudian data yang
telah diproses oleh microcontroller tersebut akan dikirim ke kartu memori dan
disimpan didalamnya.
Uji coba sistem ini menggunakan alat multi gas detector sebagai
pembanding. Dari uji coba tersebut didapatkan fakta bahwa konsentrasi gas
metana yang diukur dengan menggunakan sistem ini dapat menunjukan hasil yang
akurat. Sistem ini menghasilkan konsentrasi gas metana yang lebih besar daripada
alat multi gas detector, yaitu sebesar 0 sampai dengan 1,09%. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem pendeteksi gas metana berbasis teknologi sinar
inframerah lebih akurat daripada alat multi gas detector.
4.2 Saran
1) pihak perusahaan tambang sebaiknya menetapkan kebijakan khusus yang
berkaitan dengan keselamatan para pekerjanya seperti mewajibkannnya untuk
mengenakan berbagaimacam alat proteksi diri terutama untuk para pekerja
tambang yang terjun langsung ke lapangan.
2) para pekerja tambang sebaiknya melakukan analisis risiko terlebih dahulu
mengenai besarnya kemungkinan yang akan terjadi dari tindakan yang akan
dilakukan.
3) melakukan kontrol risiko agar kemungkinan mengenai hal yang tidak
diinginkan tidak akan terjadi. Contoh kontrol risiko pada tambang batu bara
adalah melakukan deteksi gas berbahaya seperti gas metana pada daerah
tambang dengan menggunakan alat deteksi gas metana agar tidak terjadi
ledakan pada daerah tambang.
4) proses pengujian yang dilakukan pada sistem tersebut harus menggunakan
ketelitian yang tinggi agar mendapatkan hasil pengujian yang tepat.
5) penguji harus melakukukan pembandingan hasil pengukuran alat yang
dihasilkan dengan standar alat yang digunakan ketika pengujian agar
mendapatkan metode pengujian yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Ajie, R. F., Qonitah, F. & Ardiansyah, A., 2016. Sistem Monitoring Gas Metana
Berbasis Web Untuk Mencegah Kebakaran.
ASTIKA, H. & . Z., 2013. APLIKASI PENDETEKSI GAS METANA. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batu Bara, 1 January, Volume 9, pp. 1-10.
ASTIKA, H. & Z., 2013. APLIKASI PENDETEKSI GAS METANA
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SINAR INFRA MERAH PADA TAMBANG
BATUBARA BAWAH TANAH. Jurnal Teknologi Mineral Batubara, Januari,
Volume Volume 9, pp. 1-10.
Astika, H. & Zulfahmi, 2013. APLIKASI PENDETEKSI GAS METANA
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SINAR INFRA MERAH PADA TAMBANG
BATUBARA BAWAH TANAH. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara,
Volume 9, p. 2.
Faisal, A. & Son, L., 2017. Rancang Bangun Prototype Robot Pendeteksi Gas
Metana Berbasis Mikrokontroler Arduino Untuk Eksplorasi Pertambangan.
Jurnal Sistem Mekanik dan Termal, 1 April.pp. 3-4.
Prihatmoko, D., 2016. TEKNOLOGI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA
SAMPAH. Jurnal SIMETRIS, Vol 7(1), pp. 117-123.
Yunardi, R. T., W. & P., 2017. Analisa Kineja Sensor Inframerah dan Ultrasonik
untuk Sistem Pengukuran Jarak pada Mobile Robot Inspection. Volume Volume
6, pp. 33-34.
Yuriandala, H. P. P. d. Y., 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
Produk dan Jasa Kreatif. Sains dan Teknologi Lingkungan, p. 23.
Yuriandala, H. P. P. d. Y., 2010. Studi Pemanfaatan Sampah Plastik Menjadi
Produk dan Jasa Kreatif. Sains dan Teknologi Lingkungan, p. 24.

Anda mungkin juga menyukai