Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ENTROPI SISTEM

Disusun Oleh
Intan Rizki Hayuningtyas
KA 2020
20030234038

PROGRAM STUDI KIMIA – JURUSAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
A. Judul Praktikum : Entropi Sistem
B. Hari / Tanggal Percobaan : Senin, 22 November 2021 13.00 WIB
C. Selesai Percobaan : Senin, 22 November 2021 15.30 WIB
D. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari perubahan entropi sistem pada beberapa reaksi.
E. Dasar teori
Termodinamika dalam bahasa Yunani adalah thermos yang artinya
panas, sedangkan dynamic artinya perubahan titik. Jadi termodinamika
adalah fisika energi, panas, kerja, entropi, dan ke spontanan proses3.
Termodinamika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari dan
menjelaskan sikap zat dibawah pengaruh kalor dan perubahan yang
menyertainya. Secara singkat termodinamika merupakan ilmu yang
mempelajari perubahan kalor menjadi kerja atau sebaliknya (Chusni,
Amelia, Azizah, Zafira, & Agustina, 2018).
Termodinamika adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang
energy dan entropi. Jumlah energi adalah tetap hal ini sesuai Hukum
Termodinamika I yakni energy tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan
tetapi mengalami perubahan benuk menjadi energi lain. Entropi adalah
proses berubahnya bentuk energi. Proses yang memproduksi entropi
mungkin terjadi, tetapi yang memusnahkan entropi mustahil dapat terjadi.
Dengan kata lain terjadi batasan mengenai proses atau konversi beberapa
bentuk energy menjadi bentuk lain (HukumTermodinamikaII). Entropi
berbeda dengan energi karena itu entropi tidak memenuhi hukum
konservasi energi. Energi dalam sistem tertutup bersifat terkonservasi, hal
itu selalu konstan.
Entropi adalah satu besaran termodinamika terkait perubahan setiap
keadaan, dari keadaan awal hingga keadaan akhir sistem. Semakin tinggi
entropi suatu sistem menunjukkan sistem semakin tidak teratur. Alam
secara subatomik seakan mengelak untuk diketahui oleh manusia.
Sehingga terkesan semakin tidak teratur. Suatu besaran adalah sebuah sifat
jika, dan hanya jika, perubahan nilai yang terjadi diantara dua keadaan
tidak tergantung pada proses. Karena entropi merupakan sebuah sifat,
maka perubahan sistem yang berlangsung dari keadaan satuke keadaan
lain, mempunyai nilai yang sama untuk semua proses, baik proses
irreversible maupun proses reversible. Satuan SI untuk entropi adaalh J/K,
sedangkan satuan Inggris untuk entropi adalah Btu/°R. Entropi dapat
didefinisikan dan dievaluasi sebagai persamaan integrasi tertentu tanpa
disertai dengan pengertian fisik tertentu (Morran & Shapiro, 2004:268-
269).
Entropi juga merupakan sifat zat yang mengukur derajat keacakan atau
ketidakteraturan pada tingkat mikroskopik. Secara alamiah entropi selalu
diproduksi oleh semua proses. Gagasan yang menyatakan entropi dapat
diproduksi, tetapi tidak dapat dihilangkan merupakan hakikat Hukum II
Termodinamika (Umar, 2008:56).
Ps = Sakhir - Sawal
atau
Sakhir – Sakhir ≥ 0
Keterangan:
Ps = Produksi Entropi
Sakhir = Entropi Akhir
Sawal = Entropi Awal
Wujud zat digolongkan ke dalam tiga macam yaitu padat, cair dan gas.
Keteraturan susunan partikel ketiga macam zat tersebut berturut – turut
untuk zat padat paling teratur sedang zat cair kurang teratur dan gas paling
tidak teratur. Ukuran ketidakaturan suatu sistem dinyatakan dengan
entropi dengan simbol S. Semakin tidak teratur suatu system berarti
semakin besar entropinya. Perubahan entropi suatu sistem (ΔS) dapat
ditentukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Bila suatu sistem berubah
dari keadaan teratur menjadi kurang teratur dikatakan perubahan entropi
positif, sebaliknya jika sistem berubah dari kurang teratur menjadi teratur
dikatakan perubahan entropi negative (Tjahjani & Suyatno, 2015).
Entropi merupakan fungsi keadaan dan dapat dianggap sebagai ukuran
keteraturan suatu sistem. Perubahan entropi sistem (ΔS) ketika sejumlah
kalor diberikan kepadanya dengan proses reversible pada temperatur
konstan, dinyatakan sebagai:
Δ𝑺 = = 𝒌 𝐥𝐧 𝑷

Maka berdasarkan rumus di atas,menyatakan bahwa seluruh alam


semesta akan bergerak menuju keadaan yang semakin tidak teratur, tidak
terencana, dan tidak terorganisir (Giancolli, 2001:535).
Proses irreversibel (seperti pendinginan hingga mencapai temperatur
yang sama dengan temperatur lingkungan dan pemuaian bebas dari gas)
adalah proses spontan, sehingga proses itu disertai dengan kenaikan
entropi. Proses irreversibel menghasilkan entropi. Sedangkan proses
reversibel adalah perubahan yang sangat seimbang, dengan sistem dalam
keseimbangan dengan lingkungannya pada setiap tahap. Setiap langkah
yang sangat kecil di sepanjang jalannya bersifat reversibel dan terjadi
tanpa menyebarkan energi secara kacau, sehingga juga tanpa kenaikan
entropi; proses reversibel tidak menghasilkan entropi, melainkan hanya
memindahkan entropi dari satu bagian ke bagian lain (Atkins, 1986).
Jika dikembalikan ke keadaan semula secara reversibel, entropinya
berubah sebesar keadaan semula (karena entropi termasuk fungsi keadaan
dan nilainya harus kembali ke nilai asalnya jika keadaannya
dikembalikan). Energi yang harus diberikan sebagai panas juga negatif
dari perubahan dalam langkah maju, dan sama dengan –dQrev. Energi ini
berasal dari lingkungan sehingga lingkungan mengalami perubahan dQ =
dQrev dan entropinya berubah sebesar dS = dQrev / T. Walaupun
demikian, perubahan total sistem global, terisolasi selama pemulihan
bernilai nol (karena pemulihan ini berlangsung reversibel). Oleh karena itu

Δ𝑺 =

Untuk proses irreversible, entropi pada sistem tertutup selalu


meningkat. Karena sifat ini, perubahan entropi kadang-kadang disebut “the
arrow of time” (panah waktu). Sebagai contoh, kita dapat menghubungkan
antara meletupnya jagung dengan arah majunya waktu dan peningkatan
entropi arah mundur seiring waktu (pemutar balik video tape) akan
berkorespondensi/berhubungan dengan popcorn yang meletup yang
membentuk kembali biji yang asli. Karena proses terbalik menghasilkan
penurunan entropi, hal ini tidak pernah terjadi (Holthoefer-Borge, et all,
2016:1-8).
Pada proses irreversible, energi yang sama dengan perubahan entropi
semesta saat temperatur reservoir yang paling dingin yang tersedia
menjadi tak berguna untuk melakukan usaha. Entropi suatu sistem tertutup
tidak pernah berkurang. Entropi tersebut hanya bisa tetap atau bertambah.
Entropi bisa tetap hanya untuk proses yang ideal (reversible). Untuk
proses riil, perubahan entropi Δ𝑆akan bernilai lebih besar dari nol:Δ𝑆 > 0.
Jika sistem tidak terosilasi, maka perubahan entropi sistem Δ , ditambah
perubahan entropi lingkungan,Δ𝑆𝑒𝑛𝑣 , harus lebih besar dari atau sama
dengan nol : Δ𝑆 = Δ𝑆𝑠 + Δ𝑆𝑒𝑛𝑣 ≥ 0. Hanya proses ideal yang memiliki Δ𝑆
= 0. Proses riil memiliki Δ𝑆 ≥ 0 (Chusni, Amelia, Azizah, Zafira, &
Agustina, 2018).
F. Alat dan bahan
 Alat-alat
1. Tabung reaksi 3
2. Termometer 1-100 1
3. Spatula 1
4. Tempat Rol Film 2
5. Plastik 10 ml 1
6. Gelas ukur
 Bahan-bahan
1. NaOH padat
2. NH4Cl
3. Ba(OH)2
4. KNO3 padat
5. Aquades
6. Larutan HCl 0,1 M
7. Logam Mg
G. Alur Percobaan

1. Percobaan 1

Tabung I Tabung II Tabung III

10 mL air 10 mL air 5 mL HCl 0,1M

- Ukur suhunya dan catat - Ukur suhunya dan - Ukur suhunya dan catat
- Dimasukkan ½ sendok catat - Dimasukkan beberapa
spatula NaOH padat - Dimasukkan ½ sendok logam Mg yang sudah
yang sudah ditimbang spatula KNO3 padat ditimbang
- Dikocok hingga larut yang sudah ditimbang - Dikocok hingga larut
- Ukur suhunya - Dikocok hingga larut - Ukur suhunya
- Ukur suhunya

HASI
L

2. Percobaan 2

Ba(OH)2 NH4Cl

- Dimasukkan ke - Dimasukkan ke
dalam kotak roll dalam kotak roll film
film (1 sendok (0,5 sendok spatula)
spatula)

Suhu 1
- Roll film diukur dan dikocok
- Cium bau gas yang terjadi
- Ukur suhunya

Suhu 2
REAKSI :
Percobaan 1
1. NaOH (s) + H2O (l)  NaOH (aq)
Reaksi ionisasi
NaOH (aq)  Na+ (aq) + OH- (aq)
2. KNO3 (s) + H2O (l)  KNO3 (aq)
Reaksi ionisasi
KNO3 (aq)  K+ (aq) + NO3 - (aq)
3. 2 HCl (l) + Mg (s)  MgCl2 (aq) + H2 (g)

Percobaan 2

1. Ba(OH)2 (s) + 2 NH4Cl (s)  BaCl2 (s) + 2 NH4OH (s)


2. NH4OH ⇌ NH3 (g) + H2O (l)
H. Daftar Pustaka
Atkins, P. W. (1994). Kimia Fisika Jilid I. Jakarta: Erlangga
Chusni, M. M., Amelia, A., Azizah, D. S., Zafira, K. F., & Agustina, R. D.
(2018). Fenomena Entropi Dilihat Dari Perspektif Sains dan Al-Qur'an.
Jurnal Kajian Pendidikan Sains, SPEKTRA, 04(02), 105-113.
Giancolli, D. C. (2001). Fisika I Edisi Kelima Alih, Bahasa: Yuhilza Hanum.
Jakarta: Erlangga.
Holthoefer-Borge, J., Perra, N., Goncalves, B., Gonzalez-Bailon, S., Arenas,
A., Moreno, Y., & Vespignani, A. (2016). “The Dynamics of
Informationdriven Coordination Phenomena: A Transfer Entropy
Analysis”. Reseach Article, 2, 1-8.
Morran, M. J., & Shapiro, H. N. (2004). Termodinamika Teknik Jilid 1 Edis 4.
Jakarta: Erlangga.
Tjahjani S, dan Suyatno. (2015). Panduan Praktikum Entropi Sistem. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Umar, E. (2008). Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.

Anda mungkin juga menyukai