Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

“TERMOKIMIA”

Disusun oleh:
1) Abi Ma’arif (01/XI MIPA 2)
2) Annisa Luthfia Khusna (06/XI MIPA 2)
3) Puspita Kurniatun Najah (21/XI MIPA 2)
4) Raihan Tri Atmojo (24/XI MIPA 2)

SMA NEGERI 1 GOMBONG


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
“TERMOKIMIA”

Disusun oleh:
1) Abi Ma’arif (01/XI MIPA 2)
2) Annisa Luthfia Khusna (06/XI MIPA 2)
3) Puspita Kurniatun Najah (21/XI MIPA 2)
4) Raihan Tri Atmojo (24/XI MIPA 2)

SMA NEGERI 1 GOMBONG


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

2
DASAR TEORI
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang merupakan bagian dari
termodinamika yang mempelajari perubahan-perubahan panas yang mengikuti
reaksi-reaksi kimia. Reaksi dalam termokimia terbagi menjadi reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm.
Reaksi eksoterm
Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor
dari system ke lingkungan.Pada reaksi eksoterm umumnya suhu system
naik.Adanya kenaikan suhu inilah yang mengakibatkan system melepaskan kalor
ke lingkungan.Nilai peubahan entalpi H < 0 /berharga negative (Purba &
Sarwiyati, 2018)
Reaksi endoterm
Reaksi Endoterm adalah reaksi yang disertai dengan pepindahan kalor dari
lingkungan ke system. Dalam reaksi ini,kalor diserap oleh system dari
lingkungan. Pada reaksi endoterm umumnya ditunjukan oleh adanya penurunan
suhu. Nilai perubahan entalpi H> 0/berharga positif (Purba & Sarwiyati, 2018).
ReaksiKalor
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau bentuk wujudnya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam suatu derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas balik yang diserap maupun
dilipaskan oleh suatu benda (Anonim, 2006).
Kalor, q dapat diartikan sebagai energy yang dipindahkan melalui batas-batas
system, sebagian besar akibat dari adanya perbedaan suhu antara system dan
lingkungan.

Tanda untuk kalor dan kerja:

3
 Sistem menerima kalosr, q bertanda positif (+)
 Sistem membebaskan kalor, q bertanda negatif (-)
 Sistem melakukan kerja, w bertanda negatif (-)
 Sistem menerima kerja, w bertanda positif (+)

Interaksi antara sistem dan lingkungan dapat berupa pertukaran materi dan/
atau pertukaran energi. Berkaitan dengan hal tersebut sistem dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Sistem terbuka
Adalah dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan
lingkungan.
2. Sistem tertutup
Adalah dapat mengalami pertukaran energi, tetapi tidak mengalami
pertukaran materi dengan lingkungan.
3. Sistem terisolasi
Adalah tidak dapat mengalami pertukaran materi dan energi dengan
lingkungan.
Menurut Anonim (2008), dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar
kecilnya kalor yang dibutuhkan untuk benda (zat) bergantung pada 3 faktor, yaitu:
Massa zat
Jenis zat (kalor jenis)
Perubahan suhu
Sehingga secara metamatis dapat di rumuskan :
Q = m . c (t2 – t1)
Keterangan :
Q adalah kalor yang dibutuhkan (J)
M adalah massa benda (kg)
C adalah kalo jenis (j/kgOC)
(t1-t2) adalah perubahan suhu (OC)

Tujuan

4
1. Menentukan reaksi eksoterm dan endoterm
2. Menentukan kalor reaksi

A. Alat dan Bahan


1) Alat
 Tabung reaksi 2 buah
 Gelas kimia100 mL 1 buah
 Spatula 1 buah
 Pipet 1 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Neraca tiga lengan 1 buah
 Cawan 1 buah
 Pengukur suhu ( termometer) 1 buah
 Gelas dan tutup sterefoam 1 buah
 Sendok 1 buah
 Stopwatch 1 buah

2) Bahan
 Bubuk Ba(OH)2 2 spatula
 Bubuk NH4Cl 2 spatula
 Pita magnesium 1 potong
 Asam klorida (HCl) 2 M 1 pipet
 Air 2 x 100 ml
 Kristal urea 10 g
 NaOH (s) 8g

C. Langkah Kerja
1. Endoterm dan Eksoterm

5
A. Reaksi Ba(OH)2 dengan NH4Cl
1) Siapkan satu buah tabung reaksi yang telah dicuci sebelumnya
2) Masukan Ba(OH)2 sebanyak 2 spatula ke dalam tabung reaksi,
tembahkan 2 spatula NH4Cl
3) Amati sebelum dilakukan pengocokan
4) Tutup mulut tabung reaksi dengan ibu jari selama 305 menit
5) Setelah selesai pengocokan, buka mulut dan cium aroma yang
ditimbulkan pencampuran zat tersebut serta amati tabung reaksi
6) Bandingkan kondisi akhir dengan kondisi awal

B. Reaksi pita Magnesium dan Asam Klorida


1) Siapkan 1 buah tabung reaksi yang telah dicuci sebelumnya
2) Masukan larutan HCl 2M ke dalam tabung reaksi sebanyak 1kali
pengisian pipet tetes
3) Ukur suhu larutan HCl dengan Thermometer
4) Masukan sepotong pita magnesium
5) Amati yang terjadi, setelah selesai reaksi ukur suhu menggunakan
thermometer
6) Bandingkan kondisi akhir dengan kondisi awal

C. Pelarutan Urea
1) Siapkan 1 buah gelas kimia yang telah dicuci sebelumnya, isi dengan
100 ml air
2) Ukur suhu air dengan thermometer
3) Timbang 10 gram urea, masukan ke dalam gelas kimia berisi air
4) Aduk hingga larut sempurna dan ukur suhu larutan
5) Bandingkan suhu larutan dengan suhu air sebelum pencampuran urea

2. Penentuan Kalor Reaksi


a) Siapkan gelas sterofoam

6
b) Isi dengan 100 ml air, ukur suhu air
c) Timbang 8 gram NaOH, masukan ke dalam gelas sterofoam yang telah
berisi 100 ml air
d) Tutup gelas sterofoam dan pasang thermometer pada tutup yang terbuat
dari gabus, gerakan gelas sterofoam agar NaOH segera larut
e) Amat dan catat perubahan suhu setiap 30 detik
f) Apabila suhu telah mencapai suhu maksimal akhiri pengamatan

A. Hasil Penelitian

7
1. Percobaan Ba(OH)2 dan NH4Cl
Keadaan Keadaan Reaksi yang
Awal Akhir Terjadi

2. Percoban pita magnesium dengan asam klorida (HCl) 2M


Keadaan Keadaan Reaksi yang
Awal Akhir Terjadi

3. Percobaan pelarutan urea dengan air.


Keadaan Keadaan Reaksi yang
Awal Akhir Terjadi

8
4. Percobaan penentuan reaksi kalor
Keadaan Keadaan Interaksi yang
Awal Akhir Terjadi

B. Pembahasan
1. Reaksi eksoterm dan endoterm

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:

9
LAMPIRAN
Alat

10
Percobaan 1

Percobaan 2

11
Percobaan 3

12
Percobaan 4

13
14

Anda mungkin juga menyukai