Hasil Observasi
Pada tanggal 07 Mei 2019 jam 12:30 tepatnya hari selasa hari itu merupakan hari yang sangat
berarti dalam kehidupan saya karena disaat itu saya melihat ada seorang pria yang sudah lanjut
usia sedang berjualan ikan mujair di pinggir jalan pasar Tondano. Lalu saya mendatangi pria itu
untuk menanyakan harga mujair per Baki. “Opa berapa satu baki tu mujair.? “ jawabnya Rp
35.000 cowo. Disamping membungkus ikan ke dalam tas plastik saya mulai bertanya seputar
pekerjaan yang bapak geluti itu. Dengan respon yang baik dari bapak saya mulai bertanya
seputar jati diri bapak mulai dari nama,alamat,tempat tanggal lahir, agama,umur dan keluarga.
Melalui hasil wawancara yang saya lakukan saya mendapatkan data seperti nama Agusfrans
Wawalangi (Utu), Umur 63 tahun, Tempat Tanggal Lahir Tolour 02 Agustus 1955, Agama
Kristen Protestan, istri telah meninggal pada tahun 1992 korban lakalantas jalan Manado-Bitung
dalam perjalanan menuju Kota Bitung dengan tujuan menjual ikan Mujair di Kota Bitung.
Sebelum kami melakukan observasi, kami melakukan perkenalan mulai dari Eden Muyu, Jaya
Bawole dan Frisly Pantow. Lewat perkenalan ini kami mulai mengobservasi mitra belajar kami
dengan melakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat mencari tahu, dengan memberi
beberapa pertanyaan antara lain: “sudah berapa lama bapak melakukan pekerjaan seperti ini?
Berapa keuntungan bapak setiap hari? Dari mana sumber ikan-ikan ini? Apakah dengan menjual
ikan seperti ini bisa mencukupi kebutuhan bapak setiap hari? Kami juga mengamati cara Opa
Frans menjual ikan dan juga cara menarik minat pembeli.
3. Partisipasi Kegiatan.
4. Refleksi/Kesimpulan.
Syukuri setiap pekerjaan dan Berikan yang terbaik ketika kita melakukan pekerjaan karena
Tuhan pasti akan memberkati setiap usaha kerja yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh
(Agusfrans Wawalangi 2019). Pekerjaan apapun itu tetap kita syukuri karena itu adalah anugerah
dari Tuhan Yang Maha Esa (Eden Dkk 2019). Melihat pekerjaan Opa Frans seperti ini
mengajarkan kami atau pun kita semua mengsyukuri setiap pekerjaan yang merupakan berkat
terindah dari Maha pencipta. Lewat kisah hidup dari Opa Frans kami kelompok “Pencari Nilai-
Nilai Kehidupan” sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberi
waktu dan kesempatan bagi kami untuk melakukan observasi dan mendapatkan nilai-nilai
kehidupan yang sebenarnya. Pada Opa Frans juga kami mengucapkan banyak terima kasih
karena telah memberi contoh yang baik dalam melakukan pekerjaan. Dan telah mengajarkan
kami nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya, telah mengajarkan kami rendah hati,jujur,adil dan
telah memberikan motovasi bagi kami yang sementara duduk dibangku kuliah. Juga kepada Bpk
Mardan Umar kami berterima kasih sekali lewat tugas yang diberikan ini kami lebih mengenal
satu sama lain mengenal dari segi kekurangan,mengenal dari segi kemampuan dan segi ekonomi.
Kami kelompok menyimpulkan bahwasanya nilai-nilai kehidupan selalu ada dalam pekerjaan,
pekerjaan apapun itu.
PRATIWI W. MAMONTO 16607005
Dipagi hari yang sangat cerah ada seorang ibu atau oma yang berjualan di pasar yang bernama
oma Elsye, yang berusia sekitar 63 tahun , yang sudah berkeluarga dan mempunya 1 orang anak .
setiap pagi sekitar jam 5 oma berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang harus dijual
kembali di pasar lopas tataaran. Setelah dari pasar oma kembali bersiap-siap untuk berjualan
bahan-bahan pokok yang dilakukannya setiap hari senin-jumat , dari jam 8 sampai jam 5 sore di
pasar lopas Tataaran.
Pendapatan atau keuntungan walaupun tidak seberapa namun tidak mengurangi semangat oma
dalam berjualan. Kata oma walaupun sedikit tetapi dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari,
karena berjualan adalah satu-satunya mata pencaharian agar memperoleh sedikit rezeki untuk
membantu suami karena suaminya sudah tidak sehat seperti dulu.
Kami melihat sosok oma Elsye adalah sosok pekerja keras karena sejak masi gadis oma sudah
membantu orantua dalam berjualan seperti ini, setelah ibunya oma elsye sudah menua oma sudah
mengambil alih atau meneruskan pekerjaan dari orangtuanya. kira-kira oma elsye sudah
berjualan selama kurang lebih 36 tahun , omapun berkata kepada kami jika tidak berjualan maka
tidak akan mendapatkan uang sehingga itu semangat dari oma elsye tidak pernah pudar walau
sudah berumur 63 tahun.
Pada pagi hari selasa pukul 10:00 kami melakukan observasi di pasar lopas tataaran dan setiap
pagi sekitar jam 5 oma berangkat ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang harus dijual
kembali di pasar lopas tataaran. Setelah dari pasar oma kembali bersiap-siap untuk berjualan
bahan-bahan pokok yang dilakukannya setiap hari senin-jumat , dari jam 8 sampai jam 5 sore di
pasar lopas Tataaran dan dalam seharian itu pelangan-pelangan terus berdatangan dari pagi
sampai sore , dari kalanngan ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan mahasiswa. Tidak banyak orang yang
membeli dengan harga yang dikisarkan tetapi oma tetap memberi , seperti ada yang membeli
Rica Rp. 3000 , tomat Rp. 2000 , bawang Rp. 3000 dan bahan yang lain-lain. Kata oma
walaupun hanya begitu tapi oma tetap memberi walaupun sedikit. karena oma mengerti akan
kebutuhan setiap pelanggan dan biar ada yang laku juga dan kami membantu berjualan sampai
selesai.
4. Refleksi/kesimpulan
Kami melakukan observasi ini tidak hanya untuk memenuhi tugas saja melainkan dalam
observasi ini, kami belajar dan dilatih bahwa selalu bersyukur apapun yang ada walaupun
penghasilan sedikit tetapi bisa untuk kebutuhan sehari-hari dan walaupun sudah tua tetapi tidak
menggurangi semangat dalam berjualan , disini kami belajar bahwa orangtua saja tetap semangat
dalam bekerja kenapa kita sebagai kaum muda malah malas-malasan dan selalu mengeluh dalam
hal apapun tetapi tidak dengan sosok oma Elsye dan satu pesan dari oma bahwa selalu bersyukur
kepada Tuhan, karena Tuhan sudah mengatur rezeki setiap umatnya dan tidak akan tertukar
selagi kita mempunyai niat dan usaha.
2. J.F. Tomeke
3. M. Rumengan
Oma Emma biasa saya panggil Oma sudah 68 Thn dari thn 1951 menjadi seorang penjual hasil
tani dan hasil tani yang oma Emma jual ternyata dibelih dari petani-petani yang merupakan
langganan oma Emma dan oma Emma kembali jual di Pasar Tondano, pasar Tondano
merupakan tempat ke dua oma Emma berjualan sebelumnya oma Emma berjualan di pasar
Tondano yang lama. Sebenarnya oma Emma menerimah pensiuanan dari Suaminya yaitu
seorang anggota TNI , tapi oma Emma selalu mandiri disaat ussianya hampir satu Abad dan
sudah tidak pantas lagi melakukan aktifitas yang menguras tenaga karna mengingat usia yang
sudah tua, tetapi oma Emma ngotot/bersikeras untuk tetap berjualan di pasar walaupun anak-
anak dari oma Emma sudah melarang oma Emma agar tidak berjualan lagi dipasar, biar kami
anak-anak membiayai semua keperluan oma Emma tetapi oma Emma tidak mau, karna kata oma
di rumah itu kerjanya hanya duduk dan tidur membuat badan oma sakit sehingga oma memilih
untuk beraktifitas dan menghasilkan uang untuk oma dan suaminya serta dibagikan pada anak-
anak dan cucu-cucu.
Seorang ibu yang bernama Elin Wawakere yang berusia 73 Tahun adalah seorang penjual
ikan dan gorengan yang biasa jualan dirumahnya. Yang bertampat di Tataaran Dua (Lorong
SMA). Setiap hari ia selalu berjualan bermacam-macam ikan dan gorengan di tempat tersebut.
Setiap pagi pada pukul 06:00 Wita oma tersebut sering pergi kepasar untuk berbelanja kebutuhan
yang diperlukan. Penghasilan Oma setiap harinnya tidak seberapa hanya sekitar 150.000 / hari
walaupun oma memiliki anak-anak disekitarnya oma tidak meminta uang kepada anak-anaknya.
Semagat seorang ibu atau oma tersebut memiliki keinginan yang sungguh-sungguh dalam
berkerja keras dan memiliki hati yang tulus kepada setiap orang semagat kerja keras itu,trus
- Meminta izin kepada objek untuk melaksanakan observasi dalam kegiatan partisipasi
Pada pagi hari Sabtu pukul 07.00 selesai oma berbelanja kegiatan dimulai dengan
ikan dan gorengan. Kemudian kita membuat bumbu-bumbu untuk dipakai pada ikan tersebut
seperti saus. Selanjutnya membantu memotng sayur-sayuran untuk di membuat midal dan
4. Refleksi / Kesimpulan
Ibu / oma memiliki contoh semagat yang tinggi dan kesabaran yang besar dalam
menjalani kehidupan sehari-hari dengan usia yang tidak mudah lagi yaitu 73 tahun. Dan ini
merupakan pemebelajaran bagi kami kepada orang-orang untuk saling menghargai usaha orang
Firta A. Mamonnto yang saya rasakan adalah bagaimana perjuangan seorang ibu untuk
membantu keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan usia yang tak mudah lagi
yaitu dengan usia 73 tahun. Semagat yang tak pernah pudar dan sabar yang begitu besar
dalam menjalani keseharian dan sudah menjadi kebiasaan atau aktifitas sehari-hari.
Indah Kaaro yang saya rasakan bahwa dalam mencari uang itu terasa sulit dan tidak
segampang dengan yang kita lihat. Perjuangan oma yang sudah tidak mudah lagi memilki
semagat yang tinggi dan kesabaran yang besar dalam mencari nafkah kehidupan sehari-hari.
Ini membuat sesuatu motivasi bagi saya bahwa dalam mencari uang itu tidaklah mudah.