Anda di halaman 1dari 11

Nama : Erisa Sufijanuar Ismail

NIM : 202210101019
Kelas : Farmasi B

RESUME FARMASI FISIKA


MATERI OKSIDASI

OKSIDASI (PENGERTIAN SECARA UMUM)


Merupakan salah satu reaksi kimia yang dapat terjadi pada bahan aktif obat ataupun bahan
tambahan yang digunakan dalam suatu sediaan farmasi. Oksidasi merupakan suatu reaksi kimia
yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga terjadi suatu reaksi berantai dimana dapat
merusak bahan obat dengan cara merusak struktur kimia dari bahan obat tersebut. Sehingga, dapat
memunculkan suatu bentukan struktur baru dimana hal tersebut dapat menghilangkan kemampuan
obat dalam menyembuhkan suatu penyakit (menghilangkan efek terapetik obat) atau bisa
menimbulkan senyawa baru yang bersifat toksik
Oksidasi jika terjadi di dalam tubuh menyebabkan terjadinya kerusakan sel, kerusakan
protein, kerusakan DNA, sehingga dapat menyebabkan sel mengalami modifikasi. Sel yang
mengalami modifikasi merupakan cikal bakal dari penyakit kanker, penyebab penuaan dini, karena
adanya radikal bebas dimana radikal bebas akan memicu terjadinya reaksi oksidasi

OKSIDASI (PENGERTIAN SECARA ILMIAH)


Oksidasi :
• Reaksi satu elektron
• Reaksi free-radical atau free radical like
• Redoks (transfer satu atau lebih atom O atau H atau transfer elektron)
Oksidasi merupakan suatu reaksi dimana sebagian besar reaksinya merupakan reaksi satu
elektron yang berlangsung melalui radikal bebas (terjadi pelepasan elektron oleh sebuah molekul
atom atau ion)
Oksidasi merupakan reaksi 1 elektron (disebut free-radical atau free radical like), karena
berlangsung melalui radikal bebas atau reaktif oksigen spesies (ROS). Sedangkan, hidrolisis
merupakan reaksi 2 elektron (elektron dari nukleofilik menyerang elektron dari elektrofilik)
Radikal bebas atau reaktif oksigen spesies (ROS) yaitu suatu molekul atau senyawa kimia atau
atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (tidak stabil). Padahal
elektron memiliki kecenderungan untuk berpasang-pasangan. Jika elektron tidak memiliki
pasangan (berpasangan) maka memiliki sifat reaktif (kecenderungan untuk mengikat elektron lain
besar)

• Radikal bebas pada tubuh dapat masuk melalui polusi dan makanan.

Bagian dalam tubuh yang rentan diserang oleh radikal bebas adalah lipoprotein yang
membentuk sel-sel dan DNA, karena lipoprotein dan DNA manusia sehat dapat menjadi sumber
pasangan elektron yang baik bagi radikal bebas (cenderung untuk menyumbangkan elektron pada
senyawa yang kekurangan elektron), sehingga lipoprotein dan DNA dapat mengalami perubahan
bentuk secara molekuler. Hal tersebut dapat memicu bentuk sel yang tidak normal (abnormal),
sehingga bisa timbul penyakit kanker (sel tumbuh secara tidak terkendali dan tumbuh sel yang
seharusnya tidak ada)
Oksidasi selalu berpasangan dengan reduksi. Ketika suatu senyawa mengalami reaksi oksidasi,
senyawa tersebut juga dapat mengalami reaksi reduksi (reaksi bolak-balik) apabila produk dari
reaksi oksidasi merupakan senyawa yang tidak stabil. Akan tetapi, jika produk yang dihasilkan
dari reaksi oksidasi stabil, maka tidak akan terjadi reaksi bolak-balik (tidak dapat mengalami reaksi
reduksi)

Oksidasi → suatu reaksi pelepasan 1 elektron oleh suatu molekul atom atau ion, sehingga senyawa
tersebut kehilangan 1 elektron
Reduksi → suatu reaksi penambahan 1 elektron

Radikal bebas mengalami reduksi. Radikal bebas menarik 1 elektron dari pasangan
senyawa, molekul, atom atau ion (mengalami reduksi). Tetapi senyawa yang kehilangan elektron
mengalami oksidasi
Bentuk tereduksi ⇌ bentuk teroksidasi + n e-

Figure 1. Contoh sistem redoks

Oksidasi ke kanan. Reduksi ke kiri

Contoh reaksi oksidasi hidrokuinon

Hidrokuinon memiliki 2 gugus OH, 1 benzene pada posisi para. Digunakan sebagai obat
hiperpigmentasi (bekas luka, flek hitam). Hidrokuinon mengalami reaksi oksidasi (kehilangan 2
atom H) menjadi kuinon. Atom H hilang karena ditangkap oleh O (oksigen) membentuk H O
2 2 2

Suatu senyawa bisa kehilangan elektronnya jika bertemu dengan oksigen. Jika bertemu
dengan oksigen, maka suatu senyawa tersebut akan memberikan elektronnya (tidak terjadi pada
semua senyawa, tergantung pada halangan ruang, tingkat keelektronegatifan atom atau gugus
tersebut)
Pada hidrokuinon mudah mengalami oksidasi karena pada posisi para. Sedangkan pada
reaksi meta dan orto kemungkinan untuk mengalami reaksi oksidasi semakin kecil, karena
halangan ruang
Orto = posisi 1 dan 2 ; meta = posisi 1 dan 3 ; para = posisi 1 dan 4

Reaksi oksidasi dari hidrokuinon menghasilkan produk berupa kuinon. Senyawa kuinon
dapat berfungsi sebagai katalis lebih lanjut. Sehingga, jika senyawa kuinon bertemu dengan
hidrokuinon, maka akan terjadi reaksi lebih lanjut menjadi autokatalisis.

AUTOKATALISIS
➔ katalisis yang disebabkan karena produk reaksi dari suatu senyawa bereaksi dengan
senyawa tersebut
Contoh : Pada reaksi hidrokuinon autokatalisis terjadi ketika hidrokuinon teroksidasi
menghasilkan produk berupa kuinon. Kuinon ini akan menjadi katalisis pada reaksi
oksidasi hidrokuinon. Sehingga, jika sudah terdapat kuinon, reaksi oksidasi dari
hidrokuinon berjalan semakin cepat, karena kuinon menjadi katalisis

Reaksi hidrokuinon dipengaruhi oleh pH dan adanya cahaya (sebagai katalis) dan mengalami
oksidasi karena disebabkan oleh oksigen (semua reaksi oksidasi disebabkan karena oksigen)

Katalis terdiri dari dua macam :


1. Katalis yang langsung bereaksi dengan bahan yang mengalami ketidakstabilan. Akan
tetapi, jika bahan yang mengalami ketidakstabilan sudah pecah atau rusak, maka katalis ini
pergi atau berpindah
2. Katalis yang tidak langsung bereaksi dengan bahan dan mempercepat terjadinya reaksi,
sehingga menyebabkan bahan tersebut tidak stabil
AUTO-OKSIDASI
• Oksidasi yang terjadi secara spontan dalam kondisi yang mild (tidak ada katalis)
• Sebagian besar berlangsung dalam bentuk reaksi radikal bebas (karena adanya radikal
bebas)
• Dalam ground state oksigen memiliki konfigurasi diradikal (oksigen memiliki 1 elektron
yang tidak berpasangan. Jika O2 nya 2, maka 1 elektron yang tidak berpasangan dari
masing-masing O2 berikatan, akan tetapi jika terdapat senyawa lain, dapat berpisah dan
menjadi diradikal, sehingga dapat menarik elektron dari senyawa lain)
• Oksigen dapat menerima dua elektron dari molekul donor, dan dapat menimbulkan radikal
bebas (dalam ground state memiliki konfigurasi diradikal, dimana memiliki sifat ingin
mengisi kekurangan elektronnya menjadi O22- atau dianion peroksida, sehingga dapat
menerima 2 elektron)

KINETIKA AUTO-OKSIDASI
Terjadi 3 tahapan terjadinya reaksi oksidasi :
1. Inisiasi RH → R *

Merupakan tahap awal pembentukan radikal bebas. Radikal bebas yang mengalami
auto-oksidasi tidak membutuhkan trigger dari luar untuk mengalami inisiasi. Dengan
adanya oksigen, langsung menjadi radikal. Pada saat proses RH, terjadi Rate of Initiation
(laju inisiasi).
Semakin cepat laju inisiasi, maka senyawa tersebut makin mudah untuk teroksidasi.
Semakin lambat laju inisiasi, maka senyawa tersebut semakin lambat untuk mengalami
inisiasi
2. Propagasi R + O → ROO
*
2
*

ROO + RH → ROOH + R
* *

Radikal yang baru akan bereaksi dengan oksigen menjadi radikal yang baru lagi,
pada saat tahap propagasi, reaksi inisiasi tetap terjadi
Diakhir produk menjadi 2, yaitu produk 1 R radikal (R ) dan produk 2 ROO radikal (ROO )
* *

ROO radikal (ROO ) dapat bereaksi dengan molekulnya, senyawanya atau atomnya,
*

sehingga menjadi produk 3 yaitu ROOH + R (R radikal)


*
Dapat disimpulkan pada tahap propagasi produk yang terbentuk 3 macam, yaitu R
radikal (R ), ROO radikal (ROO ) dan ROOH + R (R radikal)
* * *

Seiring berjalannya reaksi inisiasi dan propagasi, lama kelamaan RH menjadi habis.
Dalam tahap propagasi juga terdapat Rate of Propagation (laju propagasi).
Propagasi merupakan tahap pemanjangan dari inisiasi. Jika tidak ada tahap inisiasi, maka
propagasi tidak akan bisa terjadi
3. Terminasi 2 ROO → *

ROO + R →
* *
Produk Stabil
R +R →
* *

Hasil dari produk inisiasi dan propagasi saling bereaksi. Radikal dan radikal
saling bereaksi. 2 molekul radikal akan membentuk produk yang tidak bersifat radikal,
tetapi berbeda dengan senyawa asalnya (RH). Jadi, produk akhirnya bukan merupakan
suatu radikal bebas (produk stabil), akan tetapi tahapan prosesnya merupakan radikal
bebas. Dalam terminasi juga terdapat Rate of Termination (laju terminasi)

Kinetika Auto-Oksidasi. Bersifat auto (otomatis) karena tidak ada pemicu. RH memiliki
kecenderungan untuk melepas H sehingga terbentuk radikal bebas (R ). *

Reaksi auto-oksidasi dapat terjadi jika tahap inisiasi terjadi. Jika tahap inisiasi tidak terjadi, maka
tahap propagasi dan terminasi tidak akan terjadi, sehingga reaksi oksidasi tidak terjadi.
Inisiasi = Rate of Initiation (laju inisiasi) ; Propagasi = Rate of Propagation (laju propagasi) ;
Terminasi = Rate of Termination (laju terminasi)

Contoh : senyawa olefin


Olefin adalah hidrokarbon tak jenuh dan bersifat sangat mudah mengalami oksidasi. Reaksi
inisiasinya dipicu karena adanya radikal yang memicu hilangnya 1 elektron pada senyawa olefin
(tidak auto-oksidasi), sehingga menghasilkan radikal olefin (produk 1). Pada reaksi propagasi
radikal olefin bertemu dengan oksigen dan menghasilkan radikal yang baru (produk 2). Radikal
yang baru bereaksi dengan senyawa asalnya, sehingga membentuk radikal yang baru lagi
Ketika produk 1 + produk 2, produk 1 bereaksi dengan sesamanya dan produk 2 bereaksi
dengan sesamanya masuk ke dalam tahap terminasi, maka akan terbentuk hiperperoksida yang
sifatnya stabil dimana tidak dapat mengalami oksidasi lagi dan tidak dapat mengalami reduksi
menjadi senyawa olefin
Contoh : terjadi pada saat minyak berubah menjadi tengik (minyak tidak sehat, sudah mengalami
oksidasi dan memungkinkan masih terkandung radikal bebas)

INISIASI
➔ Membutuhkan waktu tertentu untuk terjadi, tergantung dari laju inisiasi. Semakin lama laju
inisiasinya (semakin kecil angkanya) maka reaksi oksidasi berjalan semakin lama,
sehingga stabilitas suatu obat semakin baik. Akan tetapi, semakin cepat laju inisiasinya
(semakin besar angkanya) maka reaksi oksidasi akan semakin cepat untuk terjadi, sehingga
senyawa tersebut semakin tidak stabil
➔ Macam katalis :
a. Metal ions (logam-logam)
b. Cahaya (intensitas dan panjang gelombang)
Semakin besar panjang gelombang, maka energinya makin kecil. Semakin pendek
panjang gelombang dari cahaya, maka energinya makin besar, sehingga kerusakan
yang ditimbulkan semakin besar (efek sebagai katalis semakin kuat)
c. Pemanasan (semakin tinggi suhu maka akan menjadi katalis yang baik, makin cepat
reaksi oksidasinya)
d. pH basa (semakin basa pH nya, maka oksidasi semakin cepat)
Contoh : melapisi apel dengan larutan basa dan asam. Apel yang terlapisi larutan
basa akan mudah mengalami oksidasi (cepat berubah warna menjadi coklat),
sedangkan apel yang terlapisi larutan asam, maka akan sulit untuk mengalami
oksidasi
➔ Katalis tersebut bisa mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Katalis tersebut bisa
mempercepat terjadinya reaksi oksidasi jika senyawa tersebut memang cenderung mudah
untuk teroksidasi (mudah untuk menyumbangkan 1 elektronnya).
➔ Katalis tidak dapat menyebabkan oksidasi jika memang senyawanya tidak cenderung
mudah untuk melakukan oksidasi
➔ Katalis hanya mempercepat oksidasi, tidak menyebabkan oksidasi

PENGHAMBATAN OKSIDASI
a. Eksklusi Oksigen
➔ Tidak mengontakkan sediaan dengan oksigen, dengan cara :
1. Pada saat proses produksi ruangan dikedapkan dari oksigen dan bisa diganti dengan
nitrogen/gas inert (dengan syarat dalam proses produksi tidak ada tenaga manusia yang
digunakan)
2. Contoh :
• Obat larutan/obat suntik, dengan cara menyedot oksigen yang ada di dalam botol
larutan/ampul tersebut kemudian diganti dengan nitrogen. Tetapi harus dapat
dipastikan bahwa bahan obat dalam larutan/ampul tersebut tidak dapat berikatan
dengan nitrogen. Celah antara larutan dan tutup botol/ampul walaupun sudah di
press, tetap bisa menjadi celah untuk oksigen masuk
• Kapsul/tablet, dengan cara strip kapsul/tablet dibuat kedap udara (divakum)
b. Pengubahan pH larutan
Obat-obat asam akan mudah teroksidasi pada suasana pH netral-alkali, sehingga dibuat
suasana asam. Beberapa macam pH, yaitu :
1. pH senyawa tersebut (obat dilarutkan, dan langsung di cek pH)
2. pH stabilitas obat (pH dimana senyawa tersebut memiliki stabilitas yang lebih baik
daripada kondisi pH yang lain)
3. pH kelarutan (pH dimana suatu senyawa memiliki kelarutan yang paling tinggi
daripada pada kondisi pH yang lain)
• Beberapa obat stabil pada pH tertentu
c. Cahaya
Dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Pada auto-oksidasi reaksi inisiasi berjalan secara
otomatis, tetapi jika oksidasi terkadang membutuhkan cahaya untuk mempercepat terjadinya
reaksi inisiasi. Cahaya terdiri dari intensitas dan panjang gelombang. Semakin besar panjang
gelombang, maka energinya makin kecil. Semakin pendek panjang gelombang dari cahaya,
maka energinya makin besar, sehingga kerusakan yang ditimbulkan semakin besar (efek
sebagai katalis semakin kuat).
Intensitas cahaya berhubungan dengan sinar UV. Pada pagi hari (07.00 - 09.00)
intensitas cahaya baik, karena sinar UV dalam cahaya tidak terlalu banyak dan menyengat ke
kulit. Sedangkan pada siang hari (11.00 - 14.00) intensitas cahaya tidak baik, karena banyak
mengandung sinar UV yang kuat dan menyengat ke kulit. Sinar UV yang berlebihan dapat
memicu kanker kulit, karena sinar UV dapat masuk menembus kulit hingga ke dermis,
sehingga sel-sel kulit akan rusak, maka diperlukan sunscreen untuk melindungi kulit dari sinar
UV

PENGGUNAAN CHELATING AGENT DAN ANTIOKSIDAN


Reaksi oksidasi dapat dihambat dengan :
• Bahan chelat
Chelating Agent → adalah suatu senyawa yang mampu mengikat ion-ion logam. Dimana
ion logam pada reaksi oksidasi dapat menimbulkan reaksi inisiasi. Jika inisiasi terjadi,
maka propagasi dan terminasi juga terjadi, sehingga sediaan obat rusak. Namun, jika pada
tahap inisiasi sudah dihentikan, maka propagasi dan terminasi tidak akan terjadi. Agen
pengkelat berfungsi untuk memperlambat oksidasi dengan cara mengikat katalisnya,
sehingga reaksi oksidasi berjalan lebih lambat
Contoh : EDTA, asam tartat
• Bahan pereduksi atau bahan yang lebih mudah teroksidasi daripada bahan obat yang ingin
dilindungi (antioksidan)
• Bahan pereduksi → adalah bahan yang dapat memicu terjadinya reaksi reduksi, sehingga
reaksinya akan kembali lagi ke struktur utamanya. Oksidasi berjalan beriringan dengan
reduksi, oleh sebab itu suatu senyawa tidak akan menjadi suatu produk baru, sehingga
strukturnya tetap
• Antioksidan → bahan yang lebih mudah mengalami oksidasi atau lebih mudah teroksidasi
daripada bahan obat yang ingin dilindungi, sehingga memperlambat teroksidasinya bahan
obat. Antioksidan berkompetisi dengan bahan obat yang ingin dilindungi untuk berikatan
dengan oksigen, sehingga pada saat terdapat oksigen yang bereaksi terlebih dahulu adalah
antioksidan, sedangkan bahan obat terlindungi oleh antioksidan. Konsentrasi antioksidan
yang mudah mengalami oksidasi akan sangat berpengaruh terhadap efektivitasnya sebagai
antioksidan, karena jika jumlah antioksidan terlalu sedikit, maka bahan obat tidak ada lagi
yang melindungi, sehingga bahan obat tersebut akan teroksidasi. Akan tetapi, jika
antioksidan yang digunakan konsentrasinya besar, maka akan semakin lama bahan obat
untuk mengalami oksidasi, karena jumlah dari antioksidannya banyak
Antioksidan dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Antioksidan primer → mencegah pembentukan radikal bebas dengan cara
menembus reaksi inisiasi dan mengubah produk menjadi lebih stabil. Antioksidan
primer menangkap radikal bebas dari reaksi inisiasi yang terjadi, sehingga tahap
propagasi dan terminasi tidak dapat terjadi karena radikal bebas ditangkap oleh
antioksidan primer. Antioksidan primer biasanya endogenous antioksidan sistem
(berasal dari tubuh kita sendiri)
Contoh : enzim sukroksida disintetase, glutation disintetase, superoksida disintetase
2. Antioksidan sekunder → menangkap senyawa radikal bebas yang ada diluar,
sehingga tahap inisiasi, propagasi, terminasi tidak terjadi. Antioksidan sekunder
sangat mudah teroksidasi, sehingga pada saat terdapat oksigen yang bereaksi
terlebih dahulu adalah antioksidan sekunder, sedangkan bahan obat terlindungi oleh
antioksidan sekunder (kompetisi dengan bahan aktif)
Contoh : vitamin E, vitamin C
3. Antioksidan tersier → reaksi oksidasi dibiarkan terjadi, tetapi antioksidan tersier
memperbaiki kerusakan sel atau jaringan yang terjadi akibat radikal bebas
• Bahan terminator rantai (BHA/Butyl Hidroksi Anisol, BHT/Butyl Hidroksi Toluene, propil
galat)
Bahan terminator rantai → adalah bahan yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
cara bereaksi dan tidak masuk reaksi inisiasi. Mencegah pada tahap terminasi dengan cara
mendonasikan radikal di hidrogennya kepada radikal-radikal yang sudah terjadi pada tahap
inisiasi dan propagasi, sehingga pada tahap terminasinya radikal tidak bereaksi dengan
radikal lainnya, sehingga radikalnya menjadi tidak radikal lagi
• Bereaksi dan tidak masuk reaksi inisiasi
• Donasi radikal hydrogen

Antioksidan
Sekunder

Antioksidan
Primer
Antioksidan
Tersier

Antioksidan menetralisir radikal bebas dengan mendonasikan electron, sehingga unpaired electron
menjadi berpasangan, sehingga tidak terjadi reaksi. Antioksidan memiliki electron yang tidak
berpasangan

Anda mungkin juga menyukai