Anda di halaman 1dari 7

Mencegah Terjadinya Adverse Events

Dengan Memberikan Pendidikan Kesehatan Tentang Peran


Pasien dan Keluarga Untuk Mencegah Terjadinya Bahaya
Indri Novita Magdalena Aruan
indrinovitaaruan@gmail.com

Latar belakang

Peningkatan mutu dalam segala bidang khususnya dalam bidang kesehatan salah
satunya melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. Dalam
sistem akreditasi yang mengacu pada standar Joint commission International (JCI) diperoleh
standar yang paling relevan terkait dengan mutu pelayanan Rumah Sakit International Patient
Safety Goals (sasaran international keselamatan pasien) yang meliputi enam sasaran
keselamatan pasien rumah sakit. (Kemenkes RI, 2011).
Keselamatan Pasien (Patient Safety) merupakan sesuatu yang jauh lebih penting dari
pada sekedar efisiensi pelayanan. Perilaku perawat dengan kemampuan perawat sangat
berperan penting dalam pelaksanaan keselamatan pasien. Perilaku yang tidak aman, lupa,
kurangnya perhatian/motivasi, kecerobohan, tidak teliti dan kemampuan yang tidak
memperdulikan dan menjaga keselamatan pasien berisiko untuk terjadinya kesalahan dan
akan mengakibatkan cedera pada pasien, berupa Near Miss (Kejadian Nyaris Cedera/KNC)
atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD) selanjutnya pengurangan kesalahan
dapat dicapai dengan memodifikasi perilaku. Perawat harus melibatkan kognitif, afektif dan
tindakan yang mengutamakan keselamatan pasien. World Health Organization (WHO), 2014
Keselamatan pasien merupakan masalah keseahatan masyarakat global yang serius.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di Rumah Sakit. Peraturan ini
menjadi tonggak utama operasionalisasi keselamatan pasien di rumah sakit seluruh Indonesia.
Banyak rumah sakit di Indonesia yang telah berupaya membangun dan mengembangkan
keselamatan pasien, namun upaya tersebut dilaksanakan berdasarkan pemahaman manajemen
terhadap keselamatan pasien. Peraturan menteri ini memberikan panduan bagi manajemen
rumah sakit agar dapat menjalankan spirit keselamatan pasien secara utuh.
Oleh sebab itu peran mengimplementasikan keperawatan dan keselamatan pasien di
rumah sakit dapat dirumuskan sebagai berikut, perawat harus mematuhi standar layanan dan
SOP yang telah ditetapkan, menerapkan prisip etik dalam meberikan asuhan keperawatan,
memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang asuhan keperawatan yang
sedang dijalankan, selalu bekerjasama dengan tim kesehatan yang lainnya dalam memberikan
asuhan keperawatan, menerapkan komunikasi yang baik terhadap sejawat, pasien dan
keluarga, selalu proaktif dan peka dalam setiap menyelesaikan kejadian atau insiden yang
berkaitan dengan keselamatan pasien, mendokumentasikan segala bentuk kegiatan yang ada
hubungannya dengan asuhan keperawatan yang dilakukan kepada pasein.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah literature review. Dengan melakukan


analisis dan kajian bebas pada jurnal dan textbook yang sudah terjamin datanya dengan tahun
2012-2020. Pengambilan informasi melalui jurnal dan textbook adalah untuk mendapatkan
berbagai informasi yang lengkap dan akurat dengan cara melakukan penyimpulan dari jurnal
dan textbook tersebut. Adapun e-jurnal yang digunakan ini adalah dengan menggunakan
google dengan memasukkan kata kunci Jurnal. Referensi akan dicantumkan dalam
penulisan ini dengan jelas terdapat pada daftar pustaka pada bagian akhir penulisan.

Hasil

Setelah melakukan analisis literature, didapatkan hasil patient safety berfungsi sebagai
pencegah KTD yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Hasil
penelitian Dewi 2014 dengan judul “evaluasi pelaksanaan sistem identifikasi pasien di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit” mengemukakan bahwa secara terstruktur identifikasi
pasien sudah cukup lengkap. Pengetahuan perawat tentang sistem identifikasi sudah cukup
baik.Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sudah menjadi rumah sakit yang
berakreditasi. Dalam sistem akreditasi KARS 2012, mengarahkan seluruh kegiatan pelayanan
rumah sakit agar mampu memberikan pelayanan yang memenuhi standar kualitas serta
jaminan rasa aman dan perlindungan terhadap dampak pelayanan yang diberikan dalam
rangka pemenuhan hak-hak masyarakat akan berkualitas aman. Keamanan pelayanan di
rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Sistem identifikasi
pasien di RSUP Prof. Kandou sejak pasien mendaftar, identitas pasien meliputi: nama, umur,
dan nomor rekam medis pasien. Kemudian identitas pasien dicetak pada stiker yang
selanjutnya akan ditempelkan pada gelang identitas pasien dan status atau catatan medis.
Pasien selama dirawat di rumah sakit harus memakai gelang pasien dengan perbedaan laki-
laki berwarna biru dan perempuan berwarna merahmuda. Dan setiap perawat atau petugas
kesehatan lainnya harus memverifikasi setiap melakukan tindakan pemberian obat,
pemberian tranfusi darah, pengambilan sampel untuk pemerikasaan laborat, dan tindakan
lainnya.
Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya pengurngan resiko infeksi
terkait pelayanan kesehatan. Infeksi adalah inivsai tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme
yang mampu menyebabkan sakit. Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang paling
mungkin rentan mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme
yang sangat tinggi dengan jenis virus yang mungkin resisten terhadap antibiotik
(Potter & Perry, 2005) Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan
termasuk infeksi saluran kemih terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infections)
dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jayamohan (2010) di RSUP Haji Adam Malik, menyatakan bahwa dari 534
pasien pasca operasi diperoleh prevalensi sebanyak 5,6% pasien mengalam infeksi
nasokomial luka operasi.

Pembahasan

Keselamatan pasien adalah menghindari atau mengurangi hingga ketingkat yang


dapat diterima dari bahaya aktual atau risiko dari pelayanan kesehatan atau lingkungan
dimana pelayanan kesehatan diberikan.Fokus dari definisi ini adalah untuk mencegah hasil
pelayanan kesehatan yang merugikan pasien atau yang tidak diinginkan.
Patient Safety atau keselamatan pasien merupakan isu global yang mempengaruhi
negara-negara di semua tingkat pembangunan. Meskipun perkiraan ukuran permasalahan
masih belum pasti,khususnya di negara berkembang dan Negara transisi/konflik, ada
kemungkinan bahwa jutaan pasien seluruh dunia menderita cacat,cedera atau meninggal
setiap tahun karena pelayanan kesehatan yang tidak aman.Mengurangi kejadian yang
membahayakan bagi pasien merupakan masalah dalam pelayanan kesehatan bagi setiap
orang, dan terdapat banyak hal yang harus dipelajari dan dibagi antara negara-negara maju
dengan negara-negara berkembang dan negara dalam transisi/konflik tentang masalah
keselamatan pasien.
Budaya keselamatan pasien merupakan suatu hal yang pentingkarena membangun
budaya keselamatan pasien merupakan suatu cara untukmembangun program keselamatan
pasien secara keseluruhan, karena apabila kita lebih fokus pada budaya keselamatan pasien
maka akan lebih menghasilkan hasil keselamatan yang lebih apabila dibandingkan hanya
menfokuskan pada programnya saja. Teori Reason menyatakan bahwa insiden keselamatan
pasien disebabkan oleh dua faktor, kesalahan laten dan kesalahan aktif. Kesalahan laten
terkait dengan insiden keselamatan pasien meliputi lingkungan eksternal, manajemen,
lingkungan sosial atau organisasi, lingkungan fisik, interaksi antara manusia dan sistem.
Budaya keselamatan adalah bagian dari kesalahan laten yang terkait dengan manajemen,
sedangkan indikator budaya keselamatan meliputi kerja sama, komunikasi, kepemimpinan,
pelaporan dan respon terhadap kesalahan tidak menghukum. pencegahan cedera dalam
pelayanan keperawatan adalah identifikasi risiko. Hal ini sangat tergantung pada budaya
kepercayaan, kejujuran, integritas, dan keterbukaan berkomunikasi dalam sistem asuhan
keperawatan.
Segitiga epidemiologi (trias epidemiologi) merupakan konsep dasar dalam
epidemiologi yang menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan yaitu host (tuan rumah/penjamu), agen
(penyebab), dan environtment. Timbulnya penyakit terjadi akibat ketidak seimbangan ketiga
faktor tersebut. Untuk menjaga keseimbangan faktor tesebut dibutuhkan upaya patient safety
yang dilakukan oleh pasien,perawat dan keluarga yang saling berkerjasama .Upaya ini
bertujuan untuk menggurangi prevalensi kekambuhan pasien dan pemutusan rantai penularan
penyakit pasien sebagai pencegahan insiden Kejadian Tidak Diharapkan (Adverse
Events).Terdapat Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002),yaitu:Hak Pasien,Mendidik Pasien dan
Keluarga,Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, Penggunaan metode-metode
peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien,Mendidik staf tentang
keselamatan pasien,dan Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien.Peran keluarga juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap patient safety.
Peran keluarga dalam memberikan dukungan emosional,penghargaan,informasi dan
instrumental sangat penting guna memberikan rasa lebih dihargai dan memepengaruhi
tingkah laku,meningkatkan kesejahteraan psikologis,serta dapat mengurangi konsekuensi
negatif dari stress yang dapat meningkatkan prevalensi kekambuhan penyakit menular pada
pasien
Pada tahun 2007, WHO Collaborating Centre For Patient Safety resmi menerbitkan
panduan “Nine Life Solving Patient Safety Solluton” yakni sembilan solusi keselamatan
pasien. Untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mencegah terjadinya KTD dan KNC,
maka perlu diterapkan sembilan solusi keselamatan pasien tersebut di seluruh rumah sakit.
Sembilan solusi keselamatan pasien, diantaranya adalah :
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (NORUM/Look-alike, Sound-alike)
b. Pastikan identifikasi pasien
c. Komunikasi yang benar saat serah terima/pengoperan pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada ssi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube)
h. Gunakan alat injeksi satu kali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hyegiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak diharapkan (KTD). Area keselamatan pasien yang paling memerlukan
pengembangan adalah upaya pencegahan KTD.
Kejadian yang tidak diharapkan (KTD atau Adverse Events (AEs) yang disebabkan
oleh kesalahan pengobatan/treatment serta dapat berdampak negatif bahkan fatal pada pasien,
tenaga medis dan rumah sakit. KTD merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan yang
mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Kejadian tersebut dapat terjadi disemua tahapan dalam perawatan dari diagnosis, pengobatan
dan pencegahan.
KTD ada yang dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah. KTD yang dapat
dicegah berasal dari kesalahan proses asuhan pasien. KTD sebagai dampak dari kesalahan
proses asuhan sudah banyak dilaporkan terutama negara maju. KTD yang tidak dapat dicegah
adalah suatu kesalahan akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah walaupun dengan
pengetahuan yang mutakhir.
Memperhatikan kebijakan yang tertuang dalam Permenkes Nomor 1691 Tahun 2011
tentang Keselamatan Pasien bahwa :
 Kejadian tidak diharapkan harus dilaporkan dari unit pelayanan Rumah Sakit ke
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit/KKPRS dalam waktu 2 x 24 jam, setelah
terjadinya insiden dengan melengkapi formulir laporan insiden.

 Kejadian insiden KTD dengan hasil grading matrixs resiko dan bands biru dan hijau
dilakukan investigasi sederhana.
 Kejadian insiden KTD dengan hasil grading matrixs resiko dengan bands kuning dan
merah dilakukan RCA ( Root Cause Analisis ).
Salah satu cara mencegah infeksi nasokomial adalah dengan mengeleminasi mikroba
pathogen melalui tindakan aseptic, disinfeksi, dan strelisasi. Teknik dasar yang paling
penting dalam mencegah dan penularan infeksi adalah dengan mencuci tangan (Potter &
Perry, 2005). Menurut peneliti, resiko terinfeksi terjadi karena petugas kesehatan yang
tidak mempunyai kesadaran dan tanggung jawab. Jika petugas kesehatan melakukan
tugas mereka dengan baik dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien ataupun bersentuhan dengan benda ataupun lingkungan dengan pasien. Dan
menjelaskan kepada pihak keluarga juga ikut mencuci tangan sesuai dengan pedoman 5
momen yang sudah diterapkan di rumah sakit.

Bawelle, 2013 secara keseluruhan program patient safety sudah diterapkan, namun
masalah dilapangan merujuk pada konsep patient safety, karena walaupun sudah pernah
mengikuti sosialisasi, tetapi masih ada pasien cedera, resiko jatuh, resiko salah
pengobatan, pendelegasian yang tidak akurat saat oforan pasien yang mengakibatkan
keselamatan pasien menjadi kurang maksimal.

Penutup

Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien


dan partner dalam proses pelayanan. Keselamatan pasien adalah prioritas utama dan harus
segera dilaksanakan di rumah sakit karena dapat menyebabkan cedera langsung kepada
pasien, terkait dengan kualitas dan nilai rumah sakit serta standar pelayanan yang harus
dipenuhi oleh standar akreditasi rumah sakit terkait untuk versi 2012 yang mengacu pada
Joint Commission International (JCI). Budaya keselamatan adalah bagian dari kesalahan
laten terkait dengan manajemen. indikatornya adalah budaya keselamatan kerja sama,
komunikasi, kepemimpinan, pelaporan dan respon tidak menghukum atas kesalahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator budaya keselamatan pasien untuk
kerjasama dan komunikasi dalam kategori baik.

Daftar Pustaka

1. Herawati, Y. T. (2015). Budaya keselamatan pasien di ruang rawat inap rumah sakit
X Kabupaten Jember. IKESMA, 11(1).
2. Juliansyah,Elvi&Febrian Nurdin.(2019). Faktor Pelayanan Kesehatan, Dukungan
Keluarga dan Masyarakat Dengan Upaya Pencegahan Kejadian Rabies di Wilayah
Kerja Puskesmas Pandan Kecamatan Sungai Tebelian Kabupaten Sintang.Visikes
Jurnal Kesehatan Masyarakat.18(2).123- 126
3. Juniarti,Nanda Hani.et.al.(2018). PENERAPAN STANDAR KESELAMATAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2),93-108.
4. Kamil, H. (2016). PATIENT SAFETY. Idea Nursing Journal,1(1), 1-8.
5. Lombogia, A., Rottie, J., & Karundeng, M. (2016). Hubungan Perilaku Dengan
Kemampuan Perawat Dalam Melaksanakan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Akut Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan, 4(2).
6. Nasution, Puteri Citra Cinta Asyura.(2018). Keselamatan Pasien (Patient Safety).
Repositori Institusi,Universitas Sumatera Utara
7. Nurlaily,Ari Pebru.(2017). Literature Review: Hubungan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Pada Pencegahan Kejadian Tidak Diharapkan (Ktd). Adi Husada
Nursing Journal.3(1).93-95
8. Simamora, R. H. (2019). Buku ajar pelaksanaan identifikasi pasien. Uwais Inspirasi
Indonesia.
9. Triwibowo, C.,dkk. (2016). Handover Sebagai Upaya Peningkatan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Soedirman.Vol.11 (2).
Hal 77-79.
10. Utarini, A., Djasri, H. (2012). Keselamatan Pasien Dan Mutu Pelayanan Kesehatan.
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Vol.15 (4). Hal 159-160.
11. Yulia, S., Yani, A. (2012). Peningkatan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam
Penerapan Keselamatan Pasien Melalui Pelatihan Keselamatan Pasien. Jurnal
keperawatan indonesia. Vol. 15(3). Hal 19.

Anda mungkin juga menyukai