Anda di halaman 1dari 21

Makalah Pengaruh Aspek Sosial Masyarakat Terhadap

Status Gizi

Diajukan untuk memenuhi tugas mata Antropologi Kesehatan


Jurusan Akademi Keperawatan D III

Dosen pengampu:
Eko Riyanti, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh:
Alexander Sakti Kuncoro Aji (21006)
Fahreza Alif Maulana (21033)
Iqbal Yususf Alghifari (21053)
Jalu Kun Habsara (21054)
Kriswan Halomoan Munthe (21056)

Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Purworejo


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Aspek
Sosial Masyarakat Terhadap Status” ini dengan baik. Kami berterima kasih
kepada Ibu Eko Riyanti, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pengajar materi
Antropologi Kesehatan.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan kita mengenai pengaruh sosial budaya masyarakat
dalam bidang kesehatan terlebih pada masalah status gizi masyarakat. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan
berguna bagi kami sendiri maupun orang lain. Sebelumnya kami mohon maaf bila
terdapat kesalahan kata–kata dan kami memohon kritik membangun demi
perbaikan di masa depan.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkahi semua usaha kita.

Purworejo, 25 Npvember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Manfaat.........................................................................................................5
D. Tujuan...........................................................................................................6
E. Landasan Teori..............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
A. Konsep Status Gizi........................................................................................7
B. Masalah yang Muncul pada Kasus Status Gizi.............................................8
C. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Gizi...........................................10
D. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi........................................12
E. Contoh Nyata Aspek yang Mempengaruhi Status Gizi di Masyarakat......14
Kasus...............................................................................................................14
Pembahasan Kasus..........................................................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
Kesimpulan.........................................................................................................19
Saran...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah status gizi dalam masyarakat dapat diartikan secara luas. Tidak
hanya berhubungan dengan masalah pangan ataupun kesehatan, tetapi masalah
gizi dapat berhubungan dengan aspek sosial budaya dalam masyarakat pula.
Selain itu, perbedaan hubungan sosial dan kepercayaan budaya dapat
mempengaruhi status gizi seperti prilaku dan pola hidup masyarakat. Perbedaan
derajat dan status stratifikasi sosial membuat perbedaan dalam masyarakat,
sebagaimana membandingkannya pada tingkat ekonomi, kemajuan teknologi, dan
pengetahuan (pendidikan) masyarakat akan status gizi seimbang.
Indonesia memiliki beraneka ragam budaya dengan suku dan tata
kehidupan sosial yang berbeda pula. Pengaruh sosial budaya terhadap status gizi
memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif. Selain itu, perilaku atau
kebiasaan masyarakat sulit ditinggalkan karena kepercayaan mereka pada hal-hal
yang dianggap tabuh atau seirama dalam budaya mereka, sebenarnya membuat
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh menjadi tidak terpenuhi, sehingga banyak
menimbulkan penyakit dan menurunnya drajat kesehatan masyarakat. Kemudian
kebiasaan ini pun berkembang, membuat pandangan dari masyarakat bahwa ada
kekuatan yang lebih besar selain dari manusia, yaitu Tuhan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian konsep status gizi?
2. Apa masalah yang akan mungkin terjadi pada kasus status gizi?
3. Apa aspek sosial yang mempengaruhi status gizi?
4. Apa aspek budaya yang mempengaruhi status gizi?
5. Apa pengaruh nyata aspek sosial dan budaya terhadap status gizi di
masyarakat?
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah, antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep status gizi.
2. Mahasiswa dapat menganalisis masalah yang akan terjadi pada kasus status
gizi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui aspek sosial yang mempengaruhi status gizi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui aspek budaya yang mempengaruhi status gizi.
5. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pengaruh aspek sosial dan budaya
terhadap status gizi.

D. Tujuan
Tujuan Utama
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengerti pengaruh sosial
budaya masyarakat dan kesehatan dalam status gizi masyarakat.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisis masalah yang mungkin terjadi pada kasus
status gizi.
2. Mahasiswa dapat memahami aspek sosial masyarakat yang mempengaruhi
status gizi dalam asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa dapat memahami aspek budaya masyarakat yang mempengaruhi
status gizi dalam asuhan keperawatan.

E. Landasan Teori
Status gizi merupakan keadaan tubuh akibat dari keseimbangan antara
mengkonsumsi makanan dan penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi
(nutriture variabel tertentu). Selain itu, status gizi merupakan keadaan kesehatan
berkat asupan zat gizi melalui makanan dan minuman yang dihubungkan dengan
kebutuhan. Status gizi merupakan faktor indikator baik buruknya asupan makanan
sehari-hari. Di samping itu, gizi suatu memiliki arti suatu proses menggunakan
makanan yng dikonsumsi secara normal melalui proses absorpsi, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Keperawatan transkultural adalah komponen utama dalam kesehatan dan
konstituen penting dari keperawatan. Status gizi merupakan cangkupan
pembahasan dalam asuhan keperawatan berhubungan dengan keperawatan
transkultural meliputi beberapa aspek faktor, yaitu teknologi; religius dan filosofi;
kekeluargaan dan sosial; nilai budaya dan jalan hidup; politik dan legal; ekonomi;
dan edukasi. Keseluruhan faktor tersebut menjadi pengaruh kesehatan holistik
(well being).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Status Gizi


Gizi (nutrisi) merupakan zat organik yang dibutuhkan untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Kemudian, gizi dalam
penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pelengkap pengobatan dapat
membantu efektifitas pengobatan dan mengatasi efek samping pengobatan itu
sendiri. Oleh karena itu, gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan optimal dan
peningkatan kualitas hidup.
Status gizi adalah suatu keadaan atau kondisi yang menunjukan kondisi
tubuh seseorang berdasarkan asupan makanan yang dikonsumsinya telah
memenuhi zat gizi atau tidak. Kondisi dimana antara asupan zat gizi tubuh
seimbang dengan yang dibutuhkan oleh tubuh adalah status gizi yang optimal.
Sebaliknya kondisi dimana asupan zat gizi tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh tubuh (kekurangan gizi atau kelebihan gizi) adalah malnutrisi. Status gizi
juga dapat didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Disamping itu, status gizi pada dasarnya berhubungan erat dengan
ketersediaan bahan pangan, lingkungan, pengolahan, musim, struktur geologi, dan
teknologi pengolahan pangan. Selain itu, faktor lain yang menentukan kondisi gizi
dari suatu populasi masyarakat adalah sosial dan budaya. Kebutuhan gizi manusia
harus dilengkapi pengetahuan tentang kehidupan masyarakat. Di samping itu,
dalam asuhan keperawatan, gizi makanan menjadi faktor medis. Kemudian, faktor
sosial-budaya menjadi faktor lain yang menjadi satu pembahasan status gizi
masyarakat. Perlu disadari bahwa makanan yang dikonsumsi menentukan status
dari kesehatan seseorang, berkaitan dengan keadaan ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat setempat.

B. Masalah yang Muncul pada Kasus Status Gizi


Masalah yang dapat terjadi pada status gizi di masyarakat, apabila jumlah
asupan zat gizi (nutrisi) konsumsi makanan kurang atau tidak seimbang yang
diakibatkan beberapa faktor, terlebih pengaruh akibat faktor sosial dan budaya,
yaitu:

1. Menurunnya Pertumbuhan, Kemampuan Fisik, dan Kekebalan Tubuh


Adanya pandangan di sebagian keluarga bahwa “yang penting anak makan
dan kenyang”, membuat kandungan gizi yang dikonsumsi anak-anak dalam
sebuah keluarga mengalami kekurangan (ketidakseimbangan gizi). Asupan gizi
yang kurang dapat berdampak pada pertumbuhan dan kemampuan fisik anak
secara motorik dan sensorik. Selain itu, kekebalan tubuh anak terhadap penyakit
juga dapat menurun karena gizi yang kurang sebagai penunjang substansi untuk
fungsi normal tubuh terlebih dalam pemeliharaan kesehatan dan kekebalan tubuh.
Penting bagi keluarga (orang tua) memperhatikan pemberian nutrisi dan asupan
makanan kepada anak-anaknya selama masa tumbuh kembang mereka agar tidak
ada kendala selama pertumbuhan ataupun terjangkit penyakit.

2. Menurunnya Kemampuan Berpikir dan Belajar


Banyak beberapa orang yang memiliki kebiasaan untuk tidak sarapan.
Mengkonsumsi makanan pada pagi hari sangat penting untuk kinerja otak dan
energi awal untuk memulai hari. Bagi beberapa keluarga pula memiliki kebiasaan
dimana anak-anak mereka terbiasa tidak sarapan, karena kesibukan orang tua atau
alasan lainnya yang membuat mereka tidak mengkonsumsi makanan di pagi hari.
Asupan gizi yang kurang pada usia muda dapat berdampak pada kemampuan
berpikir (intelektual) dan perkembangan psikomotorik. Selain itu, kekurangan
asupan gizi berdampak pada perkembangan dan fungsi otak, membuat
kemampuan berpikir menurun.

3. Ancaman Malnutrisi
Asupan gizi yang tidak seimbang dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi sendiri merupakan ketidakseimbangan antara
pemenuhan nutrisi dan kebutuhan energi tubuh untuk mendukung pertumbuhan,
pemeliharaan dan kerja fungsi spesifik tubuh. Makanan pada era modern kini
banyak mengandung zat kimia yang cukup beragam. Banyak diantaranya
merupakan bahan sintetis dan pengawet, jika dikonsumsi berlebih dalam jangka
panjang tidak baik untuk tubuh. Selain itu, beberapa makanan yang dalam
pembuatannya atau pengolahannya kurang menerapkan kehigienisannya. Bahkan
beberapa diantaranya mengunakan zat-zat kimia yang berbahaya.

4. Stunting
Stuntung merupakan kekurangan gizi kronis karena asupan gizi yang tidak
cukup dalam rentang waktu yang cukup lama, sehingga menggangu tumbuh
kembang pada anak. Stunting dapat memberikan dampak buruk dalam jangka
pendek maupun jangka panjang pada anak. Dampak jangka pendek stunting dapat
berakibat terganggunya tumbuh kembang anak, baik dari fisik, otak, kecerdasan
bahkan gangguan fungsi organ tubuh. Sementara itu, dampak jangka panjang
stunting adalah penurunan kemampuan kognitif otak, imunitas tubuh, bahkan
resiko tinggi penyakit metabolik.

C. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Gizi


Aspek sosial merupakan faktor pendukung terjadinya kekurangan gizi dalam
masyarakat. Selain itu, dari aspek sosial tidak menutup kemungkinan
hubungannya dengan faktor ekonomi masyarakatnya tersebut. Berikut beberapa
aspek sosial yang dapat mempengaruhi status gizi, yaitu:

1. Keadaan Penduduk
Keadaan penduduk dalam masyarakat sangat erat kaitannya dengan
banyaknya jumlah penduduk tersebut, semakin padat penduduk dalam suatu
wilayah dapat mempengaruhi distribusi produksi dan jumlah pangan dalam
masyarakat tersebut. Maka dapat dikatakan, semakin banyak jumlah penduduknya
harus semakin banyak pula jumlah pangan yang ada di wilayah tersebut untuk
memenuhi asupan gizi (nutrisi) di masyarakat tersebut.
Selain jumlah penduduk, umur dan distribusi gender dapat mempengaruhi
status gizi di masyarakatnya. Umur yang berbeda memerlukan jumlah dan asupan
gizi yang berbeda pula untuk memenuhi nutrisi yang dibuuhkan oleh tubuh. Selain
itu, distribusi gender mempunyai faktor yang sama seperti umur. Walaupun
demikian, distribusi gender pula dapat mempengaruhi jumlah produksi dan
ketersediaan pangan pada suatu wilayah masyarakat.
Kemudian faktor geografis dapat mempengaruhi status gizi masyarakat,
karena geografis dapat menentukan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat di
wilayah tersebut. Masyarakat pesisir pantai dapat dikatakan dominan
mengkonsumsi olahan makanan dari laut tinggi protein dan bersantan, karena
banyaknya jumlah aneka ragam ikan dan pohon kelapa yang tumbuh di sepanjang
pesisir pantai. Sedangkan, masyarakat yang tinggal daerah perkebunan dominan
mengkonsumsi oalahan kebun seperti sayur-sayuran dan buah-buahan yang
memiliki serat, vitamin, dan mineral tinggi.

2. Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi status gizi yang erat kaitannya
dengan berbagai faktor. Besarnya keluarga sama seperti banyaknya jumlah
penduduk dalam suatu wilayah. Besarnya keluarga sendiri mengartikan seberapa
banyak anggota dalam keluarga tersebut. Semakin banyak anggota keluarga, maka
semakin banyak pula jumlah pangan yang harus tersedia untuk memenuhi asupan
gizi dari setiap anggota keluarga tersebut.
Selain itu, hubungan keluarga memiliki pengaruh tersendiri pada status
gizi. Hubungan keluarga yang dimaksud adalah tugas atau peran masing-masing
dari setiap anggota keluarga tersebut. Pada umumnya, seorang ayah yang sebagai
tulang punggung keluarga bekerja (secara fisik dan daya pikir) mencari nafkah
memerlukan asupan gizi dan konsumsi makanan yang lebih banyak. Walaupun
demikian tidak menutup kemungkinan anggota keluarga lain menutup atau
menggantikan peran sang ayah karena beberapa kondisi ataupun keadaan tertentu.
Sementara itu, seorang ibu mempunyai tanggung jawab untuk memproduksi
makanan dalam keluarga, guna memenuhi asupan gizi yang akan dikonsumsi
anggota keluarganya.
Kemudian, jarak kelahiran menjadi pengaruh lain dalam setatus gizi.
Perbedaan rentang usia anak dalam sebuah keluarga menjadi sebuah tantangan
bagi keluarga. Rentang usia yang berbeda membutuhkan asupan dan jenis gizi
yang berbeda pula, maka dapat dikatakan jarak kelahiran serupa dengan faktor
usia. Asupan gizi anak memerlukan nutrisi yang seimbang dan tepat sesuai
tumbuh kembang pada umurnya pula, agar tidak ada kendala malnutrisi, penyakit
seperti stunting, atau penyakit kondisi metabolik lainnya.

3. Keadaan Fasilitas Keluarga


Keadaan fasilitas menjadi tambahan faktor lainnya yang mempengaruhi
status gizi. Keadaan fasilitas keluarga yang dimaksud adalah kondisi rumah
seperti besar rumah, ketersediaan listrik , ventilasi (sirkulasi udara), banyak
perabotan, jumlah ruangan, pondasi serta lantai rumah, dan atap rumah. Kondisi
lainnya yaitu dapur, sumber air, dan penyimpanan makanan menjadi penentu
kehigienisan dalam produksi pangan dalam keluarga, diamana bangunan, lokasi,
alat masak, dan air harus bersih, terhindar dari serangga ataupun tikus yang dapat
membawa penyakit.

4. Pendidikan
Pendidikan menjadi faktor lainnya dalam membawa pengaruh pada status
gizi. Pendidikan membuat seseorang mempunyai pengetahuan tertentu dari yang
dipelajarinya, terlebih pendidikan mengenai gizi penting untuk diketahui oleh
keluarga dan masyarakat semua. Tingkat pendidikan orang tua mengenai gizi
menjadi pengaruh penting dalam keluarga. Semakin tinggi dan baik pemahaman
orang tua mengenai asupan gizi, pemenuhan gizi seimbang, dan pengolahan
makanan, maka dapat mempengaruhi status gizi dalam keluarga tersebut, terlebih
orang tua sebagai penyedia dan distribusi produksi pangan dalam keluarga.

D. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi


Aspek budaya menjadi faktor lain yang mempengaruhi status gizi
masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap pantangan-pantangan, upacara
kebudayaan, dan kebiasaan makan menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi
status gizi masyarakatnya, dimana kebudayaan dapat menentukan makanan.
Makanan dapat dikatakan suatu konsep kebudayaan, bahwa bahan, pengolahan,
dan penyajian melalui proses kebudayaan, kepercayaan, dan pandangan
masyarakat, berkaitan dengan budaya masyarakat tersebut. Kebudayaan dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap penyakit ataupun kesehatan tanpa
memperhatikan status masyarakatnya. Berikut beberapa aspek budaya yang
mempengaruhi status gizi dalam masyarakat, yaitu:

1. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat terhadap budaya dapat menentukan makanan.
Makanan merupakan suatu konsep budaya berkaitan dengan pandangan
masyarakat, mempunyai peranan simbolik tertentu. Selain itu, dalam beberapa
pandangan masyarakat makanan dianggap sebagai ungkapan ikatan sosisal dan
simbolisme dalam bahasa. Akan tetapi, adanya kepercayaan yang keliru terhadap
makanan dalam masyarakat membawa pengaruh terhadap status gizi masyarakat
tersebut. Beberapa makanan yang ditabukan bagi ibu hamil seperti daun melinjo
karena akan menyebabkan darah bau, sulit melahirkan, dan gatal. Selain itu,
udang dan lele yang merupakan sumber protein yang sangat baik bagi ibu hamil,
menjadi makanan yang ditabukan.

2. Upacara Adat
Selain menjadi kebutuhan pokok primer, makanan juga dapat dipandang
sebagai sebuah upacara. Tradisi makan merupakan hal yang dihormati dan
diagungkan. Memiliki nilainya tersendiri dalam tata kehidupan. Oleh sebab itu,
kegiatan makan dilakukan berdasarkan aturan-aturan yang diikuti secara ketat dan
selalu terulang tanpa melihat batas-batas waktu dan tempat. Dalam upacara adat
makan berfungsi sebagai mediator antara alam, manusia dan Tuhan.
Makanan yang disajikan dalam setiap upacara adat memiliki maksud dan
simbolik tersendiri. Selain itu, kandungan gizi dalam sajiannya terkadang berlebih
ataupun kurang dari jumlah yang dikatakan seimbang. Walupun begitu, makanan
dalam kepercayaan upacara adat sangat beraneka ragam dimana nutrisi dari
keanekaragaman tersebut dapat saling menutupi untuk tercapainya keseimbangan
gizi, bila tidak dikonsumsi secara berlebihan.
3. Budaya Pantangan
Tradisi kebudayaan di sebagian daerah mempunyai kepercayaan terhadap
pantangan makanan tertentu. Pantangan kepercayaan ini merupakan sebuah
budaya yang cukup mempengaruhi status gizi masyarakat. Terlebih beberapa
kepercayaan memiliki pantangan bagi masyarakatnya yang percaya untuk tidak
mengkonsumsi makanan tertentu.
Dalam beberapa tradisi doa penyembuhan di Jawa (Kejawen), ada kepercayaan
dimana sang pendoa yang telah diberikan warisan ajaran doa turun temurun dari
keluarga memiliki pantangan untuk mengkonsumsi beberapa jenis sayur-sayuran
dan buah-buahan, seperti labu siam dan pepaya.

4. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan merupakan cara makan dalam bentuk jenis makan,
jumlah makan, dan frekuensi makan yang dikonsumsi setiap hari. Kebiasaan
makan seseorang dapat berpengaruh pada status gizinya sendiri. Kebiasaan makan
dalam tiga kali sehari menjadi kebiasaan makan setiap waktu yang baik.
Sementara itu, sebagian orang terkadang melupakan atau tidak sempat untuk
sarapan pagi. Sarapan pagi erat kaitannya dengan energi yang dibutuhkan dalam
mengawali hari. Selain itu, sarapan pagi penting untuk asupan otak, daya pikir dan
perkembangan kognitif terlebih pada tumbuh kembang anak.

5. Pola Makan
Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan mempertahankan
kesehatan, mencegah penyakit, dan status gizi yang seimbang. Penting menjaga
pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk memenuhi asupan gizi
yang seimbang. Menjaga pola makan yang baik pula perlu memperhatian
komponennya, yaitu jenis makanan, frekuensi makan, dan jumlah makan.
Kemudian, dengan mengatur jenis makanan beragam dengan kandungan berbeda,
tetapi saling melengkapi asupan gizi yang diperlukan tubuh. Selanjtnya mengatur
jumlah dan frekuensi makan agar banyaknya asupan gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh tercukupi secara seimbang, tidak kurang ataupun lebih.
Seseorang yang tidak mengatur pola makannya dengn baik dapat
mengalami kelebihan ataupun kekurangan asupan gizi. Bagi seseorang yang tidak
menjaga jumlah dan frekuensi makan secara berlebih dapat menderita obesitas,
terlebih jika jenis makanan yang dikonsusmsi tinggi lemak dan kurang serat.
Sementara itu, bagi yang kekurangan menjaga pola makannya dapat terjangkit
malnutrisi, kekurangan gizi, atau penyakit metabolik lainnya.

E. Contoh Nyata Aspek yang Mempengaruhi Status Gizi di Masyarakat

Kasus
Anak-Anak India Kurang Gizi, Jumlah Stunting Tertinggi
Dikutip Republika.co.id dari New Delhi, Kamis 29 Nov 2018 20:50 WIB
Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Kasus yang menimpa anak-anak di India karena kekurangan gizi
mengakibatkan jumlah stunting disana naik pada tingkat tertinggi. Sebuah
penelitian yang diterbitkan oleh Global Nutrition Report meyoroti kasus
malnutrisi di seluruh dunia. Kemudian, dari hasil penelitian tersebut ditemukan
sepertiga anak-anak dari seluruh dunia mengalami stunting berada di India.
Ditemukan sebanyak 46 juta anak di India terhambat tumbuh kembangnya karena
kekurangan gizi dan 25,5 juta didefinisikan sebagai “ceking” yang berarti tidak
cukup berat badan untuk tinggi badan mereka. Tingkat kekurangan gizi yang
tinggi di India menyebabkan anemia, tingkat kelahiran rendah, dan perkembangan
yang terhambat.
Kasus kekurangan gizi yang terjadi di India tidak hanya dipengaruhi oleh
jenis makanan yang dikonsusmsi. Melainkan adanya faktor lain seperti
ketidaksetaraan gender, menikah usia dini, buang air sembarangan, pendidikan,
dan status ekonomi. Meskipun data telah tersedia. Namun, penanganan gizi buruk
di India masih belum maksimal. Secara gelobal belum ada negara yang mampu
memenuhi sembilan target dalam penanganan gizi buruk. Bahkan, India tidak
memenuhi satu pun dari sembilan target tersebut.
Upaya telah dilakukan untuk memastikan anak-anak memperoleh ASI
eksklusif dan mendapatkan makanan bergizi dalam dua tahun pertama
kehidupannya. Program air bersih dan sanitasi juga dilakukan. Ekonomi India
selama dua dekade terakhir tumbuh paling cepat di dunia dan telah mencatat
ekspansi ekonomi yang membantu mengangkat ratusan juta orang keluar dari
kemiskinan. Akan tetapi, masih terdapat kesenjangan ekonomi yang begitu tinggi.
Sikap apatis terhadap kekurangan gizi dan keamanan pangan merampas masa
depan anak-anak di India.
TARGET RPJMN
INDIKATO BASELINE RISKESDA TARGET
GLOBAL 2024
R UTAMA 2013 (%) S 2018 (%) 2025 (%)
(2025) (%)
Stunting
(pendek)
Penurunan
pada anak 37,2 30,8 24 22
40%
usia 0-59
bulan
Anemia pada
Penurunan
wanita usia 22,7 19,8 12 11
50%
subur
Berat badan
lahir rendah Penurunan
5,7 6,2 4 3
pada bayi 30%
(<2.500 gr)
Overweight
(kegemukan)
Tidak
pada anak 11,8 8 8 8
meningkat
usia 0-59
bulan
ASI
Naik
Eksklusif
menjadi
pada bayi 41,5 52 60 60
50%
usia < 6
(minimal)
bulan
Wasting Turun 12,1 10,2 5 5
(kurus) pada menjadi
anak usia 0- <5%
59 bulan
Obesitas
pada dewasa Tidak
15,4 21,8 15 15
usia 18+ meningkat
tahun
Tabel. Indikator dan Target Direkomendasikan RPJMN 2020-2014

TARGET
INDIKATOR BASELINE RISKESDAS RPJMN TARGET
GLOBAL
UTAMA 2013 (%) 2018 (%) 2024 (%) 2025 (%)
(2025)
Anemia pada Penurunan
37,1 48,9 30 27
ibu hamil 50%
Stunting
(pendek) pada Penurunan
32,8 29,9 21 19
anak usia 0-23 40%
bulan
Tabel. Indikator dan Target Direkomendasikan RPJMN 2020-2014

Pembahasan Kasus
Dari kasus stunting anak-anak India sebelumnya, dapat ditemukan aspek-
aspek sosial-budaya yang mempengruhi terjadinya status gizi yang buruk pada
anak-anak di India tersebut. Aspek-aspek sosial-budaya tersebut, meliputi:

a) Jenis Makanan yang Dikonsusmsi


Dari jenis makanan yang dikonsusmsi oleh anak-anak di India masih
kurang memenuhi kebutuhan asupan gizi mereka. Sebab, jenis makanan dapat
berpengaruh dalam pemenuhan asupan gizi seimbang untuk menjaga dan
memelihara kesehatan tubuh. Anak-anak di India tersebut masih belum
mendapatkan jenis makanan yang tepat dan sesuai guna mendapatkan asupan gizi
seimbang yang dibutuhkan tubuh.

b) Ketidaksetaraan Gender
Ketidaksetaraan gender merupakan kondisi dimana berhubungan erat
dengan status sosial, norma, dan budaya. Ketidaksetaraan gender membuat
pelimpahan peran tanggung jawab berbeda atau peran yang dikerjakan secara
berlebihan. Selain itu, kontribusi, diskriminasi, dan stereotype akan pandangan
gender menjadi bentuk lainnya dalam ketidaksetaraan gender. Pandangan
perempuan yang harus melakukan pekerjaan rumah dan sekaligus mencari nafkah
karena tuntutan ekonomi membuatnya dalam kondisi yang sibuk. Penyediaan dan
pengolahan makanan pun memiliki kemungkinan dipersiapkan seadanya.

c) Buang Air Sembarangan


Menjadi kebiasaan buruk yang dapat mempengaruhi kehigienisan suatu
lingkungan. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat dapat berpengaruh pada
kualitas pangan yang tersedia, baik penyimpanan ataupun produksi makanan
tersebut. Makanan yang dalam penyimpanan atau pembuatannya sudah tidak
higienis dapat mendatangkan penyakit yang tidak baik dalam pemenuhan asupan
gizi.

d) Pendidikan
Pendidikan mengenai gizi menjadi pokok pengetahuan yang penting
diketahui. Bagi masyarakat yang mempunyai pendidikan terbilang rendah,
menjadi sebuah hambatan dalam pemahaman tentang pentingnya asupan gizi
seimbang. Pendidikan yang dimiliki orang tua juga dapat berpengaruh besar,
terlebih mengenai asupan gizi untuk memenuhi nutrisi anggota keluarganya secara
seimbang.

e) Status Ekonomi
Status ekomomi merupakan pengaruh yang paling banyak ditemukan
dalam berbagai masalah status gizi. Bagi masyarakat kalangan atas dengan
ekonomi yang sangat mencukupi dapat memenuhi asupan gizi mereka dengan
mudah. Selain itu, pendidikan mereka yang dapat dikatakan tinggi, sudah
memiliki pemahaman yang baik mengenai asupan gizi seimbang. Sedangkan bagi
masyarakat kaum menengah kebawah masih kurang sekali pemahamannya
mengenai gizi seimbang, terlebih kesulitan ekonomi mereka yang membuat
mereka sulit menyediakan asupan gizi yang cukup untuk memenuhi nutrisi
seimbang keluarga mereka.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Gizi (nutrisi) adalah suatu zat organik yang dibutuhkan oleh tubuh guna fungsi
normal sistem tubuh, tumbuh kembang, dan memelihara kesehatan. Selain itu,
status gizi merupakan keseimbangan antara mengkonsumsi makanan dan
penyerapan gizi dengan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi menunjukan suatu
keadaan atau kondisi tubuh seseorang berdasarkan makanan yang dikonsumsinya
telah memenuhi zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi dapat dikatakan
optimal jika kondisi asupan gizi tubuh seimbang dengan yang dibutuhkan oleh
tubuh. Masalah kekurangan gizi tidak hanya disebabkan oleh faktor sosial
ekonomi saja, melainkan faktor sosial budaya masyarakat setempat. Sementara
itu, terdapat beberapa faktor lain yang behubungan dengan aspek sosial-budaya
tersebut yang dapat mempengaruhi status gizi, meliputi keadaan penduduk,
keluarga, fasilitas keluarga, pendidikan, kepercayaan, upacara adat, budaya
pantangan, kebiasaan makan, pola makan, ketidaksetaraan gender, lingkungan,
dan status ekonomi. Persepsi masyarakat terhadap pemenuhan asupan gizi masih
belum sesuai. Pemahaman atau persepsi yang kurang mengenai asupan gizi
seimbang membuat masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai
kebutuhan tubuhnya. Masalah kesehatan masyarakat terutama masalah gizi
memiliki pengaruh terhadap timbulnya berbagai penyakit-penyakit, seperti
anemia, malnutrisi, stanting, terhambatnya tumbuh kembang, gizi buruk,
menurunnya daya pikir, dan imunitas tubuh yang rentan. Keperawatan
transkultural menjadi komponen utama dalam kesehatan dan konstituen penting
dari keperawatan. Komunikasi menjadi dasar hubungan efektif dari tugas dan
fungsi perawat terlaksana dengan baik dengan masyarakat. Perawat harus
mempelajari sosial budaya masyarakat meliputi tingkat pendidikan adat istiadat
dan kebiasaan masyarakat tersebut, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.

Saran
Perbanyaklah membaca dan mencari referensi mengenai status gizi guna
meningkatkan dan menambah wawasan para pembaca mengenai pentingnya status
gizi, yang erat kaitannya dengan aspek sosial-budaya menjadi bagian peran serta
perawat dalam mempelajarinya guna tugas serta fungsi perawat terlaksana denga
baik. Bagi penelitian di masa depan terkait bidang gizi dapat lebih peka lagi
terhadap bidang keperawatan dalam aspek sosial-budaya. Dengan adanya
kepekaan konteks dapat memunculkan pandangan baru atau temuan yang baru
menarik untuk dikaji dari bidang keperawatan. Tidak hanya sekedar perihal
hukum atau tindakan medis semata, namun juga mengenai aspek-aspek sosial,
budaya, adat, agama, kepercayaan yang seiring berjalannya waktu mengalami
perkembangan dan corak yang berbeda dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Husaini, Yayah K. 1998. “Studi Faktor Sosial-Budaya yang Mempengaruhi Gizi


dan Kebiasaan Hidup Sehat di Martapura-Kalimantan Selatan” dalam Bul.
Penelit. Kesehat. Volume 26, No 2 & 3 (hlm. 80-90). Diakses dari
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/BPK/article/view/292
Prasasti, Harumita Putri. 2019. “Pengaruh Kebiasaan Makan Keluarga Terhadap
Status Gizi Anak di SDN Babak Sari - Kecamatan Dukun - Kabupaten
Gresik (Studi Kasus)” dalam e-Jurnal Tata Boga Volume 8 No.I (Hlm.
119-125). Diakses dari
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/21/article/view/26367/2414
7
Aisyarah, Erina Esa, Muhammad Ali Sodik. 2014. “Aspek Sosial Budaya dalam
Perilaku Kesehatan Masyarakat di Indonesia” Diunduh 23 November 2021
dari https://osf.io/vq5ng/download/?format=pdf
Wijaya, Agung Imam dkk. 2012. “Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi
Status Gizi” Diunduh 23 November 2021 dari
https://id.scribd.com/doc/57174410/Aspek-Sosial-Budaya-Yang-
Mempengaruhi-Status-Gizi
Anisa, Agnia Fila dkk. 2019. “Permasalahan Gizi Masyarakat dan Upaya
Perbaikannya” Diunduh 25 November 2021 dari
http://digilib.uinsgd.ac.id/20833/
Gumawang, Zulfikar Adi dkk. 2016. “Hubungan Antara Fungsi Keluarga dengan
Status Gizi Anak Pada Murid di SD Negeri 5 Boyolali” Diunduh 25
November 2021 dari http://eprints.ums.ac.id/42153/
SehatQ. 2019 “Mengenal Stunting dan Berbagai Cara Mencegahnya pada Anak”
Diunduh 25 November 2021 dari
https://www.sehatq.com/artikel/mengenal-stunting-dan-berbagai-cara-
mencegahnya-pada-anak#apa-saja-gejala-dan-dampak-stunting
Republika. 2018 “Anak-Anak India Kurang Gizi, Jumlah Stunting Tertinggi”
Diunduh 25 November 2021 dari
https://www.republika.co.id/berita/piyjsx382/anakanak-india-kurang-gizi-
jumlah-stunting-tertinggi

Anda mungkin juga menyukai