Anda di halaman 1dari 13

Resin Akrilik

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN GIGI I
RESIN AKRILIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan
basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil
memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui
lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi
praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik.
Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa kompon non metalik yang dibuat secara
sintesis dari bahan bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras
apabila dipananskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan
monomer.
Acrylic berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehid. Secara kimia dinamakan polymethyl methacrylate yang
terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan dalam kedokteran gigi berupa ciaran
(monomer) mono methyl methacrylate dan dalam bentuk bubuk (polymer) polymthtyl methacrylate.
Berdasarkan reaksinya, resin acrylic dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic ( membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk membantu proes polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic ( dapat berpolimerisasi pada temperature ruang ).
3. Light Cured Acrylic Resin.

1.2 Tujuan
1. Mengerti, memahami dan bisa melakukan cara manipulasi resin akrilik.
2. Mengerti dan memahami sifat-sifat resin akrilik.
3. Mengetahui nilai Resin Akrilik sebagai bahan restorasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau
gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang
batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk
bubuk (polimer) polimetil metakrilat.
Penggunaan resin akrilik ini biasa dipakai sebagai bahan denture base, landasan pesawat orthodontik (orthodontik
base), basis gigi tiruan, pembuatan anasir gigi tiruan (artificial teeth) dan sebagai bahan restorasi untuk mengganti
gigi yang rusak.
Resin acrylic adalah resin termoplastis, merupakan persenyawaan kompon non metalik yang dibuat secara sintetis
dari bahan-bahan organic. Resin ini dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila
dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan monomer. Berdasarkan polimerisasinya, resin
acrylic dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Heat Cured Acrylic (membutuhkan pemasakan pada pengolahannya untuk membantu proses polimerisasinya).
2. Self Cured Acrylic (dapat berpolymerisasi sendiri pada temperatur ruang).
3. Light Cured Acrylic Resin.

HEAT CURED ACRYLIC


Heat cured acrylic resin, komposisinya terdiri dari dua kemasan yaitu:
1. Polymer (Bubuk):
i. Polymer; poly (methyl methacrylate).
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun
pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
ii. Initiator Peroxide; berupa 0,2-0,5% benzoil peroxide.
iii. Pigmen; sekitar 1% tercampur dalam partikel polymer.
2. Cairan (Monomer):
i. Monomer: methyl methacrylate.
ii. Stabilizer; sekitar 0,006% hydroquinone untuk menccegah polymerisasi selama penyimpanan.
iii. Terkadang terdapat bahan untuk memacu cross-link; seperti ethylene glycol dimethacrylate.
(E. combe 1992: 270)

Manipulasi Heat Cured Acrylic


Perbandingan monomer dan polymer akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer,
biasanya 3 sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak semua polymer
sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu
rendah karena sewaktu polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada adonan
acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar, kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak
monomer, maka kontraksi yang terjadi akan lebih besar.
Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak
tembus cahaya (mixing jar). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal. Bila polymer dan monomer
dicampuur, akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap 1 : Adonan seperti pasir basah (sandy stage).
Tahap 2 : Adonan seperti Lumpur basah (mushy stage).
Tahap 3 : Adonan apabila disentuh dengan jari atau alat bersifat lekat, apabila ditarik akan membentuk serat
(stringy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer.
Tahap 4 : Adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk
sesuai dengan yang kita inginkan.
Tahap 5 : Kenyal seperti karet (rubbery stage). Pada tahap ini lebih banyak monomer yang menguap, terutama
pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
Tahap 6 : Kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada permukaannya,
sedang keadaan bagian dalam adukan masih kenyal.
Waktu dough (waktu sampai tercapainya konsistensi liat) tergantung pada:
1. Ukuran partikel polymer; partikel yang lebih kecil akan lebih cepat dan lebih cepat mencapai dough.
2. Berat molekul polymer; lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Adanya Plasticizer yang bisa mempercepat terjadinya dough.
4. Suhu; pembentukan dough dapat diperlambat dengan menyimpan adonan dalam tempat yang dingin.
5. Perbandingan monomer dan polymer; bila ratio tinggi maka waktu dough lebih singkat.

Pengisian Ruang Cetak (Mould Space) dengan Acrylic


Ruang cetak adalah rongga/ruangan yang telah disiapkan untuk diisi dengan acrylic. Ruang tersebut dibatasi oleh
gips yang tertanam dalam kuvet (pelat logam yang biasanya terbuat dari logam). Sebelum rongga tersebut diisi
dengan acrylic, lebih dulu diulasi dengan bahan separator/pemisah, yang umumnya menggunakan could mould seal
(CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage). Pemberian
separator tersebut dimaksudkan untuk:
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan (gips) dan ber-polimerisasi di dalam gips sehingga
menghasilkan permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/gips.
b. Mencegah air dari bahan cetakan masuk ke dalam resin acrylic.
Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan dough
sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya
tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity.
Ruang cetak diisi dengan acrylic pada tahap adonan mencapai tahap plastis (dough). Agar merat dan padat, maka
dipelukan pengepresan dengan menggunakan alat hydraulic bench press. Sebaiknya pengepresan dilakukan
dilakukan berulang-ulang agar rongga cetak terisi penuh dan padat. Cara pengepresan yang benar adalah:
1. Adonan yang telah mencapai tahap dough dimasukkkan ke dalam rongga cetak, kemudian kedua bagian kuvet
ditutup dan diselipi kertas selofan. Pengepresan awal dilakkukan sebesar 900psi, kelebihan acrylic dipotong dengan
pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan, diselipi kertas selofan.
2. Pengepresan dilakukan lagi seperti di atas, tetapi tekanan ditingkatkan menjadi 1200 psi. Kelebihan acrylic
dipotong dengan pisau model. Kedua bagian kuvet dikembalikan tanpa diselipi kertas selofan.
3. Pengepresan terakhir dilakukan dengan tekanan 1500 psi, kemudian kuvet diambil dan dipindahkan pada begel.
Pemasakan (Curing)
Untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi, maka setelah pengisian (packing) dan pengepresan perlu
dilakukan pemasakan (curing) di dalam oven atau boiling water (air panas). Di dalam pemasakan harus diperhati-kan,
lamanya dan kecepatan peningkatan suhu/temperature. Metode pemasakan dapat dilakukan dengan cara cepat
atau lambat. Ada tiga metode pemasakan resin acrylic, yaitu:
1. Kuvet dan Begel dimasukkan ke dalam waterbath, kemudian diisi air setinggi 5 cm diatas permukaan kuvet.
Selanjutnya dimasak diatas nyala api hingga mencapai temperature 700C (dipertahankan selama 10 menit).
Kemudian temperaturnya ditingkatkan hingga 1000C (dipertahankan selama 20 menit). Selanjutnya api dimatikan
dan dibiarkan mendingin sampai temperature ruang.
2. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dan beugel dimasukkan dan ditunggu
hingga mendidih kembali (dipertahankan selama 20 menit), api dimatikan dan dibiarkan mendingin sampai
temperature ruang.
3. Memasak air sesuai kebutuhan hingga mendidih (1000C), kemudian kuvet dean beugel dimasukkan dan ditunggu
hingga mendidih kembali. Setelah mendidih api segera dimatikan dan dibiarkan selama 45 menit.
Kuvet dan begel yang terletak dalam water bath harus dibiarkan dingin secara perlahan-lahan. Selama pendinginan
terdapat perbedaan kontraksi antara gips dan acrylic yang menyebabkan timbulnya stress di dalam polimer.
Pendinginan secara perlahan-lahan akan akan memberi kesempatan terlepasnya stress oleh karena perubahan
plastis.
Selama pengisian mould space, pengepresan dan pemasakan perlu dikontrol perbandingan antara monomer dan
polimer. Karena monomer mudah menguap, maka berkurangnya jumlah monomer dapat menyebabkan kurang
sempurnanya polimerisasi dan terjadi porositas pada permukaan acrylic. Hal-hal yang menyebabkan berkurangnya
jumlah monomer adalah:
Perbandingan monomer dan polimer yang tidak tepat.
Penguapan monomer selama proses pengisisan rongga cetak.
Pemasakan yang terlalu panas, melebihi titik mdidih monomer (100,30C).
Secara normal setelah pemasakan terdapat sisa monomer 0,2-0,5%. Pemasakan pada temperature yang terlalu
rendah dan dalam waktu singkat akan menghasilkan sisa monomer yang lebih besar. Ini harus dicegah, karena:
a. Monomer bebas dapat lepas dari gigi tiruan dan mengiritasi jaringan mulut.
b. Sisa monomer akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin menjadi lunak dan lebih flexible.
Porositas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-sfat optic acrylic. Porositas
yang terjadi dapat berupa shrinkage porosity (tampak geleembung yang tidak beraturan pada permukaan acrylic)
dan gaseous porosity (berupa gelembung uniform, kecil, halus dan biasanya terjadi pada bagian acrylic yang tebal
dan jauh dari sumber panas).
Permasalahan yang sering timbul pada acrylic yang telah mengeras adalah terjadinya crazing (retak) pada
permukaannya. Hal ini disebabkan adanya tensile stress ysng menyebabkan terpisahnya moleku-molekul primer.
Retak juga dapat terjadi oleh karena pengaruh monomer yang berkontak pada permukaan resin acrylic, terutama
pada proses reparasi. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena :
1. Stress mekanis oleh karena berulang-ulang dilakukan pengerigan dan pembasahan denture yang menyebabkan
kontraksi dan ekspansi secara berganti-ganti. Dengan menggunakan bahan pengganti tin-foil untuk lapisan cetakan
maka air dapat masuk ke dalam acrylic sewaktu pemasakan; selanjutnya apabila air ini hilang dari acrylic maka dapat
menyebabkan keretakan.
2. Stress yang timbul karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termis antara denture porselen atau bahan lain
seperti klamer dengan landasan denture acrylic;retak-retak dapat terjadi di sekeliling bahan tersebut.
3. Kerja bahan pelarut; missal pada denture yang sedang direparasi, sejumlah monomer berkontak dengan resin dan
dapat menyebabkan keretakan.
Denture dapat mengalami fraktur atau patah karena:
1. Impact; missal jatuh pada permukaan yang keras.
2. Fatigue; karena denture mengalami bending secara berulang-ulang selama pemakaian.
( E. Combe 1992:270-275)

SELF CURED ACRYLIC


Komposisi serupa dengan bahan heat cured acrylic, kecuali bahwa cairannya mengandung bahan activator seperti
dimethyl-p-toluidine. Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
a. Berbeda dalam metode aktivasinya.
b. Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl
paratoluidin.
c. Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak mudah dilihat pada resin yang diberi
pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu
kamar.
d. Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa
monomer, yaitu sekitar 2-5%.
e. Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini
mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih rendah.
f. Mengenai sifat-sifat rheologinya; bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan
distorsi yang lebih besar dalam pemakaian. Pada pengukuran creep bahan poly (polymethyl methacrylate), polimer
heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil, juga lebih sedikit creep, dan lebih cepat kembali
dibandingkan dengan bahan self cured.
g. Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier dapat terjadi penguningan setelah
beberapa lama.
(E. Combe 1992:277)

Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses penggabungan satu molekul (monomer) menjadi molekul yang berantai panjang
(polimer). Polimerisasi dapat terjadi karena panas, cahaya, oksigen, dan zat kimia. Resin acrylic dapat berolimerisasi
oleh karena panas atau cahaya.
Polimerisasi merupakan proses yang lama dan sesungguhnya tidak pernah selesai. Polimerisasi pada suhu tinggi
menghasilkan berat jenis yang lebih rendah daripada bahan yang dihasilkan polimerisasi pada suhu rendah. Ada dua
tipe polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Bila molekul sejenis bergabung menjadi ikatan yang lebih panjang, maka disebut polimrisasi adisi. Tipe ini banyak
dipakai pada kedokteran gigi, missal: resin acrylic. Bila molekul yang berlainan bergabung dan membentuk molekul
ketiga yang sama sekali berbeda pada keadaan awal, disebut polimerisasi kondensasi.
Polimerisasi sempurna terjadi dalam empat tahap:
Tahap pembentukan molekul monomer aktif oleh initiatora. Initiation benzoil peroxide yang dibantu dengan
activator (zat kimia, sinar ultraviolet,atau pemanasan).
Tahap terbentukknya rantai polimer.b. Propagation
Tahap pembentukan polimer dimana reaksinya terhenti,c. Termination yang ditandai dengan pertukaran sebuah
atom hydrogen dari satu rantai yang terbentuk pada rantai lain.
Proses dimana pertumbuhan rantai menjadi aktif kembali untuk pertumbuhan selanjutnya.d. Chain Transfer

LIGHT CURED ACRYLIC RESIN


Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light). Dengan
cara ini terjadinya polimerisasi tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian
permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat empat buah lampu halogen yang
dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500 nm.

Syarat-syarat yang dibutuhkan resin acrylic :


a. Tidak toxis dan tidak mengiritasi.
b. Tidak terpengaruh cairan rongga mulut.
c. Mempunyai modulus elastisitas tinggi sehingga cukup kaku pada bagian yang tipis.
d. Mempunyai proporsional limits yang tinggi, sehingga jika terkena stress tidaak mudah mengalami perubahan
bentuk yang permanent.
e. Mempunyai kekuatan impact tinggi sehingga tidak mudah patah atau pecah jika terbentur atau jatuh.
f. Mempunyai fatigue strength tinggi sehinnga acrylic dapat dipakai sebagai bahan restorai yang cukup lama.
g. Keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi.
h. Estetis cukup baik, hendaknya transparan atau translusen dan mudah dipigmen. Warna yang diperoleh hendaknya
tidak luntur.
i. Radio-opacity, memungkinkan bahan dapat dideteksi dengann sinar x jika tertelan.
j. Mudah direparasi jika patah.
k. Mempunyai densitas rendah untuk memudahkan retensinya di dalam mulut.
l. Mudah dibersihkan.
Sifat-sifat fisik resin acrylic antara lain:
a. Hardness sebesar 16-22 KHN yang artinya acrylic mudah terkikis dan tergores.
b. Thermal conductivity resin acrylic rendah dibandingkan logam. Penghantaran panasnya sebesar 5,7x10-
4/detik/cm/0C/cm2
c. Acrylic mengalami pengerutan waktu polimerisasi dan pendinginan. Penerutannya liniernya sebesar 0,47-0,56%.
d. Acrylic tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah, dan pelarut organic, tetapi larut dalam keton dan ester.
e. Adhesi acrylic terhadap logam rendah sehingga perlu suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan yang
kasar.
f. Acrylic menyerap air sebesar 0,45 mg/cm2 yang bias menyebabkan ekspansi linier.
g. Sifat estetika cukup baik karena dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
h. Acrylic tidak mempunyai warna serta bau serta tidak menimbulkan gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat
menerima dengan baik.
i. Acrylic mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila acrylic mendapat beban atau tekanan terus menerus dan
kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen.
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan tensile stress yang
menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer.
(E Combe 1992: 276)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Dan Bahan


a. Alat :

• Pisau malam
• Pisau model
• Bowl dan spatula
• Kuvet dan begel portable
• Bunch press hidrolik
• Lampu spirtus
• Mixing jar
• Mesin pulas
• Macam-macam mata bur (sesuai kebutuhan)
• Straight dan contra h.p dan tali bur
• Masker
• Kompor dan panci
• Kuas kecil
• Chip blower
• Vibrator
• Trimmer
b. Bahan :
• Model spacer malam
• Vaselin
• Gips putih
• Gips biru
• Resin akrilik
• Baseplate wax
• Kertas gosok
• Air sabun
• CMS
• Celophan
3.2 Cara Kerja
1. Lempeng gigit yang digunakan adalah lempeng gigi dari tahap pekerjaan praktikum malam.
2. Menutup seluruh tepi lempeng gigit dengan malam sampai batas mukosa bergerak tak bergerak.
3. Melakukan kontur sederhana dengan merapikan seluruh permukaan lempeng gigit sampai rata, halus dan
mengkilat, digosok dengan air sabun untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada model malam.
4. Selanjutnya untuk tahap penanaman menyiapkan kuvet, begel portable, gips putih, gips biru dan vaselin.
Melakukan pemeriksaan terhadap kuvet, apakah pasangan kuvet sudah mudah dilepas? Dan melakukan penanaman
percobaan, memerikasa apakah seluruh model dapat termuat dalam kuvet, jika tidak melakukan pengurangan tepi
tepi model dengan cara mentrimmer model.
5. Mengulasi seluruh permukaan model lempeng gigit dengan menggunakan vaselin kecuali model malam.
6. Mengaduk gips putih secukupnya dengan konsistensi normal, menuang ke dalam kuvet bawah diatas vibrator
hingga terisi penuh ¾ bagian, kemudian meletakkan model dalam kuvet, untuk rahang bawah tegak lurus 90o ,
mencobakan kuvet lawan memperhatikan jarak antara bagian tertinggi model dengan batas bibir atas kuvet lawan,
jarak ideal adalah 1 cm, setelah dicapai jarak yang sesuai melepas kembali kuvet lawan.
7. Sebelum gips mencapi finnal setting merapikan seluruh permukaan gips pada kuvet, memperhatikan agar jangan
sampai ada daerah undercut, terakhir menggosok dengan kertas gosok sehingga seluruh permukan gips menjadi rata
dan halus.
8. Setelah gips putih mencapai finnal setting, mengolesi seluruh permukaan dengan vaselin kecuali model malam,
mengaduk gips biru secukupnya dengan konsistensi kental, mengolesi seluruh permukaan model malam dengan gips
biru dengan menggunakan kuas, merapikan dan menghindari terjadinya daerah undercut.
9. Setelah gips biru mencapai finnal setting, mengkatupkan kuvet lawan, mengaduk gips putih kemudian menuang ke
dalam kuvet diatas vibrator sampai penuh, tutup kuvet, merapikan, membuang sisa sisa gips yang keluar dari mulut
kuvet. Meletakkan kuvet pada press portable kemudian peress dengan kekuatan maksimal lalu membiarkan mencapi
finnal setting.
10. Tahap selanjutnya adalah tahap burning out atau buang malam, pada tahap ini disiapkan kompor dan panci.
Mendidihkan air dalam panci, banyaknya air diperkirakan hingga seluruh permukaan kuvet nantinya terendam dalam
air. Setelah mendidih masukkan kuvet dan press portable ke dalam panci dibiarkan selama 5 menit.
11. Setelah 5 menit mengangkat kuvet dan press portable dari atas panci, membuka press portable hingga kuvet
terlepas, memisahkan kuvet atas dengan kuvet bawah, memperhatikan cara mengungkit.
12. Setelah kuvet terpisah, memeriksa daerah mould space, jika masih terdapat malam menyiram dengan air
mendidih, memastikan seluruh mould space bebas dari malam . Kemudian membiarkan setengah dingin.
13. Tahap selnjutnya adalah packing akrilik. Dengan menggunakan kuas, mengulasi seluruh permukaan model
dengan menggunakan bahan separator (CMS), ditunggu sampai kering. Menyiapkan cellophan dan merendam dalam
air.
14. Menyiapkan monomer dan polimer akrilik dengan perbandingan 2 : 1 menurut volume dan 3 :1 menurut berat.
15. Menuang monomer ke dalam mixing jar menambahkan polimer kemudian mengaduknya sampai homogen,
menutup mixing jar agar terhindar dari sinar matahari, didiamkan, ditunggu sampai campuran akrilik mencapai fase
dough stage.
16. Setelah mencapai dough stage ambil dari mixing jar, dibagi menjadi dua bagian sama basar, diaplikasikan masing
masing bagian kedalam kuvet atas dan bawah, ditambahkan sedikit monomer kemudian menutup kuvet bawah
dengan cellophan, memasang kuvet lawan lalu di press dengan press hidrolik, ditekan sampai mencapai 900 psi,
dipertahankan sampai 10 detik, lalu perlahan lahan dilepaskan tekanan hingga mencapai 0, kuvet dikeluarkan dari
press hidrolik.
17. Memisahkan kuvet, melepaskan cellophan, membuang kelebihan akrilik dengan pisau model, menambahkan
monomer, menutup kembali dengan cellophan kemudian mengkatupkan kembali dengan cellophan kemudian
mengkatupkan kembali kedua kuvet. Meletakkan kuvet pada press hidrolik kembali, ditekan hingga mencapai
tekanan 1200 psi dipertahankan 10 detik, memisahkan kedua kuvet, merapikan kembali akrilik, membuang
kelebihan akrilik lalu menambahkan sedilit monomer pada masing masing kuvet kemudian katupkan kembali, pada
tahap ini tanpa menggunakan cellophan. Meletakkan kuvet pada press hidrolik memberi tekanan sebesar 1500 psi
mempertahankan 10 detik, lalu membuka tekanan press keluarkan kuvet dan letakkan kuvet pada press portable,
memutar hingga mencapi kekuatan maksimal, lalu merendam kuvet dalam air selama 8 jam.
18. Tahap selanjutanya adalah proses pemasakan akrilik. Masak air dalam panci, banyaknya air diperkirakan cukup
sampai seluruh permukaan kuvet terendam, pada saat air mendidih kuvet dan begel portable dimasukkan ke dalam
panci kemudian ditunggu hingga air mendidih kembali lalu dipertahankan selama 20 menit. Setelah itu api dimatikan
dan kuvet dibiarkan ke dalam panci hingga air mencapai suhu normal kembali.
19. Tahap berikutnya adalah tahap finishing. Mengeluarkan kuvet dan press portable dalam panci kemudian
melepaskan kuvet dari press portable, memisahkan kedua kuvet, arah ungkitan diperhatkan. Setelah terpisah
mengeluarkan model dari dalam kuvet, diusahakan agar model tetap utuh (tidak pecah). Memisahkan lempeng
akrilik dengan model, memperhatikan arah ungkitan.
20. Melakukan tahap finishing dengan merapikan lempeng akrilik, menggunakan straight hand piece dan fraser,
membentuk lempeng sesuai outline dan membebaskan daerah mukosa bergerak tidak bergerak.
21. Tahap selanjutnya adalah polishing, meratakan permukaan lempeng akrilik dengan menggunakan kertas gosok,
setelah rata dan halus dipulas dengan mesin pulas dengan menggunakan pumice dan cryet.
22. Hasil maksimal adalah lempeng akrilik yang halus, rata dan mengkilat.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum ini didapatkan hasil sebuah model landasan gigi tiruan pada rahang atas dari acrylic yang
halus dan mengkilat. Model tersebut telah selesai dilakukan tahap finishing dimana model tersebut harus sesuai
dengan model rahang atas yang telah diterima dan pinggirannya dipotong sesuai garis outline yang merupakan batas
mukosa bergerak dan tidak bergerak. Dan juga membebaskan daerah frenulumnya.
1. Hasil fiksasi lempeng gigit yang terbuat dari malam mengalami penipisan di bagian tepinya.
2. Tanam malam, rahang bawah tegak lurus dalam kuvet dengan hasil yang halus tidak porus dan tanpa ada daerah
under cut.
3. Buang malam, didapat hasil kuvet lawan yang halus dan tidak porus.
4. Setelah packing akrilik dan pemasakan didapat hasil kasar yang belum rapi tapi tidak porus.
5. Hasil akhir setelah dilakukan pemolesan dan penghalusan adalah cetakan resin akrilik yang halus, homogen dan
mengkilat.
4.2 Pembahasan
Secara umum jenis dari akrilik bertipe heat cured yang digunakan dalam percobaan ini, untuk berpolimerasinya
dibantu dengan penekanan tertentu dan dipanaskan dengan suhu tertentu dalam waktu yang tertentu pula. Akrilik
yang digunakan dalam percobaan ini adalah bermerek QC-20 dan bertipe heat cured.
Pembentukan Mould Space
Mould space dibentuk dari malam yang direkatkan pada model rahang dan dibentuk sesuai dengan keadaan rahang
dan outline formnya dimana malam beserta modelnya ditanam dalam gips di kuvet. Kemudian malam ini dibuang 10
menit dan disiram dengan air mendidih sehinggadengan cara digodok bekas malam ini terbentuk rongga dan
rongga inilah yang disebut mould space yang akan ditempati akrilik.
Persiapan Model Malam
Pada saat pembentukan mould space ini pada tahap awal dilakukan penutupan celah yang ada pada tepi malam
dengan malam cair hal ini bertujuan agar pada saat penanaman tidak ada gips yang masuk. Selain itu juga bertujuan
untuk memberikan kesempatan pada operator untuk melakukan finishing.
Penanaman / Investing
Untuk penanaman igunakan gips putih karena jenis gips ini gips memerlukan detail dan kehalusan yang baik
sedangkan gips biru yang mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dan halus dipergunakan pada pembukaan
kuvet maka permukaan gips pada kuvet bagian atas dan bawah masing-masih diolesi dengan bahan separator yaitu
vaselin.
Pembuangan Malam
Pada pembuangan malam iniyang perlu diperhatikan adalah suhu air yang 1000 C sedang lama perebusan 10 menit.
Waktu perebusan harusbesarnya tepat, bila terlalu lama malam yang ada akan mencair dan merembes kepori-pori
gips, hal ini berpengaruh jelak pada hasil permukaan mould space yaitu bahan separator CMS tidak dapat menempel
dan melapisi secara sempurna.
Manipulasi Bahan Akrilik
* Pencampuran
Pencampuran bahan akrilik ini harus sesuai dengan perbandingan antara powder atau polimer dengan liguid atau
monomer yaitu 3 : 1. Bila ratio terlalu tinggi maka akrilik yang telah digodok akan bergranula dan bila terlalu rendah
kontraksi yang terjadi akan lebih besar. Pada pencampuran tempat yang digunakan terbuat dari bahan porselen atau
dari bahan kaca yang tertutup karena akrilik ini prosesnya melalui polimerisasi dan bila tempat yang digunakan
terbuat dari plastik maka bagian dari tenpat berjenis polimer tersebut akan ikut bereaksi dalam reaksi polimerisasi
adonan gips, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tempat yang tertutup untuk meminimalkan
pengaruh-pengaruh dari luar yang nantinya akan mengurangi tingkat keberhasilan dalam pencetakan akrilik.
Misalnya sinar matahari, kelembaban udara dan faktor yang lain.
* Pengisian
Pada tahap ini diawali dengan pemberian bahan separator yaitu CMS. Tujuan dari bahan separato ini adalah :
a. Mencegah merembesnya monomer ke bahan cetakan ( gips ) yang berpolimerisasi disana sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar dan merekat dengan bahan cetakan/ gips.
b. Mencegah air dari bahan cetak masuk kedalam akrilik.
Adonan yang dimasukkan kedalam mould space yang ideal pada stadium dought, hal itu dipengaruhi oleh :
1 Ukuran partikel polimer dimana partikel yang lebih kecil lebih cepat larut dan labih cepat tercapai konsistensi liat.
2. Berat molekul polimer, lebih kecil berat molekul lebih cepat terbentuk konsistensi liat.
3. Terdapatnya plastisier, ini mempercepat terbentuknya dought.
4. Suhu, pembentuikan dought dapat diperlambat dengan menyimpan campuran didalam freezer.
5. Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih singkat. Sedangkan penekanan pendahuluan baik yang I
dan II dan penggunaan kertas selopan bertujuan untuk mengontrol kelebihan dari adonan akrilik. Tujuan pemberian
monomer/ cairan pada proses pembuangan kelebihan akrilik karena monomer dari akrilik mudah menguap sehingga
dengan adanya pemberian ini menjaga agar perbandingan powder dan liquid tetap. Setelah pengepresan terakhir
kuvet beserta press direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang sudah ada dan mengindari
menguapnya dari monomer.

* Kiur/ pemanasan
Karena tipe akrilik ini adalah heat cured maka polimerisasinya dibantu dengan pemanasan. Cara dari pemanasannya
yaitu dengan memanaskan pada air mendidih yang suhunya kira-kira 1000 C selama 20 menit.
* Pendinginan
Kuvet yang masih dalam press dibiarkan perlahan karena selama pendinginan terdapat kontraksi antara bahan
cetakan dan akrilik yang menyebabkan timbulnya stress dalam polimer.
* Deflasking/ pelepasan
Pelepasan akrilik ini sulit dilakukan karena :
a. Tebal tipisnya lapisan yang dibentuk CMS pada waktu mengering. Keadaan akrilik setelah dilepas terdapt
kelebihan dipinggir cetakan akrilik hal itu dapat ditanggulangi dengan cara mengurangi dan merapikan sesuai dengan
outline formnya pada waktu finishing. Akrilik tidak patah karena pendinginan yang dilakukan berhati-hati. Tidak
terdapat porus karena mould space karena pencampuran yang sudah homogen. Akrilik berwarna merah muda pucat
seharusnya berwarna merah muda. Hal ini dikarenakan cara pemanasan yag salah suhu yang digunakan terlalu
tinggi.
b. Pemberian bahan separator tidak sepenuhnya menempel pada permukan mould space yang hal ini disebabkan
karena ada malam yang masih menempel pada proses pembuangan malam.
* Penyelesaian / finishing
Pada tahap ini dilakukan pemotongan bagian-bagian yang berlebih. Merapikan pinggiran akrilik dan meratakan
permukaan akrilik dengan bor stone, fraiser dan amplas halus.
* Pemolesan/ polishing
Pemolesan ini merupakan tahap terakhir dalam manipulasi gips. Bahan yang digunakan untuk pemolesan pertama
kali adalah pumish yang merupakan bahan dari batu apung yang dipergunakan dalam suspensi dalam air. Bahan
selanjutnya dipoles dengan bahan yang lebih halus yaitu whiting yang dipergunakan dalam bentuk suspensi dalam
air. Pemolesan ini dilakukan sampai permukaan akrilik halus dan mengkilap. Setelah itu diaplikasikan dalam model
rahang yang baik yaitu pada waktu dilepas mudah dan pada waktu posisi terbalik akrilik tetap pada model rahang
atau tidak jatuh.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum resin akrilik yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Resin acrylic merupakan resin termoplastis, terdiri dari persenyawaan kompon non metalik yang dibuat secara
sintetis dari bahan-bahan organic.
a. Komposisi resin acrylic terdiri dari cairan/monomer (monomethyl methacrylate) dan bubuk/poli (pollimthyl
methacrylate). Manipulasi dengan mencampur monomer dan polimer dengan perbandingan 1:3 menurut volume
atau 1:2 menurut berat.
b. Stadium yang paling baik untuk memasukkan adonan acrylic kedalam rongga cetak (mould space) adalah dough
stage.
c. Untuk acrylic heat cured, untuk menyempurnakan polimerisasinya memerlukan pemanasan. Ada empat tahap
yang diperllikan untuk mencapai polimerisasi sempurna, yaiut: inisiasi, propagasi, terminasi dan chains transfers.
2. Sifat-sifat fisik resin akrilik adalah :
a. Kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN.
b. Penghantaran panas.
c. Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.
d. Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mg/cm.
e. Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organic tapi larut dalam keton dan ester.
f. Adhesi akrilik terhadap logam rendah.
g. Sifat estetika cukup memuaskan
h. Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala alergi
i. Akrilik mempunyai sifat cold flow,
j. Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik.

Anda mungkin juga menyukai