Oleh: Felyxcia C.C.
Riang Hepat
Bukan tentang Pilot, bukan pula
tentang Landasan tapi semua ini tentang
Pesawat. Sama halnya dengan cita-cita.
Bukan tentang Pemimpi, bukan pula
tentang Impian tapi semuanya tentang
Proses….
*****
Aku tersiksa dengan ketulusanku
mencintai dan menyayangi hal tersulit ini.
Mungkin benar, sebab jika aku benar-benar
mencintai hal ini mestinya aku tidak tersiksa.
Sebenarnya aku mulai percaya dengan
ketulusan yang aku beri, entah kenapa, tapi
memang nyata semuanya telah aku lalui.
Sudah beberapa tahun aku berjalan menyusuri
cerita takdir yang membutuhkan ketulusan dan
kesabaran, bahkan air mata.
Tiga tahun yang lalu, ku ingat ketika
banyak sekali batu sandungan yang ada di
hadapanku yang menghalangi aku untuk
mengejar impianku menjadi seorang ahli
kesehatan. Aku ingat persis saat aku gagal
dalam beberapa seleksi untuk masuk ke
perguruan tinggi. Ketika aku harus
mengabaikan niatku untuk menjadi ahli
kesehatan dan malah terjerumus ke jalan yang
sekarang ini aku susuri.
Menjadi seorang guru, yah…..profesi ini yang
kelak akan aku geluti. Begitulah niatku dulu
dan begitu pula aku kelak.
Sekarang semua yang lalu kurasa tak perlu aku
ingat lagi. Karena aku mau yang ada di
hadapanku. Bahkan bila tawaran datang
yangkedua kalinya, tetap akan kupilih yang
telah aku jalani sekarang ini. Karena pilihan ini
yang sekarang telah menghantar aku pada
jembatan penyeberangan menuju impianku.
Selama ini aku berpikir aku tak
beruntung, mengikuti takdir yang memang tak
pernah aku inginkan, bahkan harus berkorban
air mata karena banyaknya tantangan yang
menimpaku. Tapi ternyata semua itu salah. Aku
bodoh jika aku berpikir seperti itu. Karena hal
yang dulunya tak pernah aku inginkan justru
sekarang telah aku jalani dan telah mengajari
aku banyak hal berharga, bahwa jalan Yang
Maha Kuasa lebih indah dari jalan yang aku
pilih.
Aku juga bersyukur akan apa yang aku
alami sekarang. Selain aku menjadi kuat
dengan apa yang telah aku alami, akupun
mendapatkan sebuah kasih yang begitu tulus.
Kasih yang dibanggakan oleh semua orang
yang mengalaminya. Dan aku bangga menjadi
orang yang bisa merasakan kasih sayang itu.
Kasih sayang yang tulus dari hati orang-orang
yang baik. Mereka adalah sahabat. Mereka
adalah pengalaman yang akan aku banggakan
sepanjang hidupku. Dan jika aku mampu, akan
aku abadikan tulusnya kasih mereka dalam
catatan sejarah agar dunia tahu betapa tulus
kasih sayang dan cinta yang mereka berikan
padaku.
 Oleh: Felyxcia C.C. Riang Hepat
Kini ketika waktu ini tiba, untuk
mengungkapkan semua perasaan yang aku rasa.
Rasa yang dulunya begitu memilukan hati, tapi
sekarang malah mengajari aku banyak hal
berharga.
Sekarang aku paham apa yang
sebenarnya aku lakukan. Cinta dan ketulusan
yang dulu aku berikan dengan terpaksa kini
telah menjadi pupuk yang kelak akan
menyuburkan impian aku. Menjadi seorang
guru yang akan mengajari murid-muridnya.
Guru yang harus mampu menjadikan murid-
muridnya menjadi pintar dan membanggakan.
Yah..Seperti pesawat kertas, butuh inspirasi
menjadikan sebuah kertas tipis layaknya
pesawat beneran yang tak terombang-ambing
ketika berada di langit. Begitu pula hidupku,
mecari dan menemukan dunia yang banyak
dengan warna warni.aku mendapakan sebuah
inspirasi hidup dari seseorang.
Lara senyap akan terbuang setelah kita
mengerti makna penantian. Bagiku semua
orang adalah sang penanti yang harus setia
dengan segala resiko sakit dari penantiannya.
Luka akan melahirkan karya besar , apapun
bentuknya, itu yang aku tahu dari apa yang aku
alami. berjalan yang kita kira lambat ternyata
bergerak seakan tanpa jerat.waktu telah
memutar balikkan yang sempat meyakitkan
menjadi indah. Siapa yang tahu perasaan
seseorang yang terdalam ? Proses bahagia itu
tidak semudah yang kamu pikir, semakin
cengeng, kebahagiaan itu makin sulit di raih..
Teruntuk kalian : terimakasih telah hadir dalam
kehidupanku sebagai orang-orang yang selalu
ada dan yang selalu mau berbagi dalam suka
maupun duka.
Cerita tentang pesawat kertas ini belum usai ,
suatu saat cerita ini akan menghasilkan cerita
hidup yangbaru ,yang tidak pernah akuketahui.
Yang akutahu saat ini ,aku menjalani hidupku
tanpa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Oleh: Felyxcia C.C. Riang Hepat