Anda di halaman 1dari 9

54 Winarno: Karakter Warga Negara yang Baik dan Cerdas

KARAKTER WARGA NEGARA YANG BAIK DAN CERDAS1

Oleh: Winarno2

ABSTRAK

paper will reveal the terms of the good citizens and intelligent, also
This distinguish the good and intelligent (smart and good man). Furthermore, we
will make comments about a teacher of character "smart and good citizen".
Paper will rest on the assertion that good and intelligent is part of the character and the
assumption that the good citizens and intelligent does not mean a person/ individual/ man
good and smart.

KATA KUNCI: Karakter Warga negara, baik dan cerdas

1
Artikel non penelitian
2
Dosen Prodi PPKn FKIP UNS
PKn Progresif, Vol. 7 No. 1 Juni 2012 55

PENDAHULUAN sebagaimana diungkap Kalijernih (2010),


Pada tahun-tahun terakhir ini, apapun bentuknya, tujuan utama
pemakaian istilah warga negara yang pendidikan kewarganegaraan suatu
baik (good citizen) dianggap kurang komunitas politik (negara) adalah
sehingga perlu ditambahkan kata cerdas “mempersiapkan seorang sebagai warga
di bagian belakangnya. Jadilah istilah negara yang baik”. Lalu seperti apakah
warga negara yang baik dan cerdas “warga negara yang baik” itu, dan
(smart and good citizen). PKn sebagai mengapa sekarang ini perlu ditambahkan
bagian dari fungsi pendidikan nasional istilah cerdas sehingga menjadi “warga
Indonesia juga diharapkan mampu negara yang baik dan cerdas (smart and
membentuk tidak hanya warga negara good Citizen)”.
yang baik saja tetapi juga warga negara Tulisan ini akan mengungkap
yang cerdas, lengkapnya adalah tentang istilah warga negara yang baik
warganegara Indonesia yang cerdas, dan cerdas, juga membedakannya
terampil, dan berkarakter yang dengan orang yang baik dan cerdas
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD (smart and good man). Selanjutnya akan
1945 (Permendiknas No. 22 Tahun memberi komentar mengenai sosok guru
2006). yang berkarakter “smart and good
Mendasarkan pendapat William citizen”. Tulisan akan berpijak pada
Galston (1989), John J Cogan (1998) dan pernyataan bahwa baik dan cerdas
Will Kymlika (2001), pendidikan adalah bagian dari karakter
kewarganegaraan pada dasarnya adalah (Budimansyah, 2010) dan asumsi bahwa
pendidikan untuk membentuk warga negara yang baik dan cerdas itu
seperangkat karakteristik sebagai warga bukan berarti seseorang/ individu/
negara_yang sejalan dengan dan demi manusia yang baik dan cerdas (Derek
pandangan hidup komunitas politik yang Heater, 2004).
bersangkutan_bukan sekedar
mempelajari fakta-fakta tentang pranata KARAKTER BAIK
dan prosedur kehidupan politik, tetapi Terdapat keragaman pendapat
juga mencakup pembelajaran mengenai apa itu karakter yang “baik”.
serangkaian disposisi, kebajikan, dan Konsep karakter baik (good character)
loyalitas. PKn adalah pendidikan untuk menurut Thomas Lickona (1991),
me”warganegara”kan orang –orang di sebagai suatu kebajikan (virtue) yang
dalam suatu komunitas. bisa dibagi dalam dua kategori, yakni
Tujuan mewarganegarakan orang kebajikan pada diri sendiri (self-oriented
–orang yang tinggal di dalam komunitas virtuous) dan kebajikan terhadap orang
itu tentu saja bertujuan agar menjadi lain (other–oriented virtuous). Kebajikan
warga negara yang “baik”. Baik di sini pada diri sendiri (self-oriented virtuous)
adalah ukuran yang barangkali sifatnya misalnya pengendalian diri dan
temporer dan relatif, karena setiap kesabaraan. Kebajikan terhadap orang
komunitas berbeda rumusannya dan lain (other–oriented virtuous) misalnya
dalam kurun waktu tertentu berubah kesediaan berbagai dan merasakan
pula indikatornya. Oleh karena itu kebahagiaan. Kebajikan itu bukan
56 Winarno: Karakter Warga Negara yang Baik dan Cerdas

sekedar sikap, tetapi juga merupakan courage (keberanian atau keteguhan)


pengetahuan dan perilaku. Oleh karena termasuk patriotism dan wisdom or
itu secara populer, karakter itu meliputi prudence (kebijaksanaan atau
tiga hal, yakni mengetahui yang baik kesopanan), termasuk the capacity for
(knowing the good), merasakan hal baik judgment. (Derek Heater, 2004).
(feeling the good) dan melakukan hal Sebelumnya, ia membedakan dua macam
baik (acting the good). Selanjutnya, ia kebajikan (virtue) yakni kebajikan
mengemukakan dari sejumlah kebajikan, intelektual dan kebajikan moral (Cheppi
ada 10 (sepuluh) kebajikan utama (Ten Hericahyono, 1995). Kebajikan
Essential Virtues) yang perlu dalam intelektual bisa diajarkan, sementara
pendidikan karakter yakni: wisdom, kebajikan moral melalui kebiasaaan.
justice, fortitude, self control, love, Kabajikan moral inilah yang dikenal
integrity, hard work, gratitude, humiility, sebagai karakter. Oleh karena itu,
dan positive attitude (Thomas Lickona, Aristoteles terkenal dengan
2003). pernyataannya bahwa karakter itu
Karakter baik juga diperkenalkan adalah suatu kebiasaan (character is
oleh MS Branson (1998), bahwa karakter habit). Karakter itu dapat diajarkan
sebagai suatu kebajikan (virtue) yang melalui pembiasaan. Pernyataan ini
meliputi dua hal, yakni kebajikan publik sekaligus memperbaiki ajaran filosofi
(public character) dan kebajikan privat Socrates tentang knowledge is virtue dan
(privat character). Karakter publik itu kebajikan itu tidak bisa diajarkan.
misalnya: public spiritedness, civility, Untuk konteks Indonesia, konsep
respect for the rule of law, critical karakter “baik” dipahami sebagai nilai-
mindedness, and willingness to listen, nilai yang baik (good values). Desain
negotiate, and compromise. Karakter Induk Pembangunana Karakter Bangsa
privat itu misalkan moral responsibility, tahun 2010-2015 mendefinisikan
self discipline, and respect for the worth karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik
and human dignity of every individual are (tahu nilai kabaikan, mau berbuat baik
imperative. Berdasar dua pendapat di dan nyata berkehidupan baik) yang
atas dapat disimpulkan bahwa karakter terpatri dalam diri dan terejawantahkan
baik meliputi dua hal, yakni karakter dalam perilaku (Pemerintah RI, 2010).
yang sifatnya individual/ privat/ Selanjutnya dalam buku Pengembangan
ditujukan pada diri sendiri dan karakter Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
yang sifatnya publik, ditujukan pada Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
orang lain. Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai
Konsep karakter sebagai suatu Budaya Untuk Membentuk Daya Saing
kebajikan atau virtue, bisa dirunut dari dan Karakter Bangsa, dikatakan karakter
pernyataan Aristoteles yang menyebut adalah watak, tabiat, akhlak, atau
bahwa warga negara yang baik itu kepribadian seseorang yang terbentuk
ditandai oleh adanya civic virtue, yang dari hasil internalisasi berbagai
meliputi 4 hal yakni temperance kebajikan (virtues) yang diyakini dan
(kesederhanaan) termasuk self-control digunakan sebagai landasan untuk cara
dan avoidance of extremes; (keadilan); pandang, berpikir, bersikap, dan
PKn Progresif, Vol. 7 No. 1 Juni 2012 57

bertindak. Kebajikan terdiri atas penulis atau ahli pendidikan, misal dalam
sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti Ratna Megawangi (2004), Ari Ginanjar
jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, Agustin (2005), Doni Koesoema (2007),
dan hormat kepada orang lain dan Furqon Hidayatullah (2009).
(Kemdiknas, 2010). Menurut hemat penulis, sejumlah nilai
Dengan dua sumber resmi ini, kebajikan di atas lebih banyak
setidaknya dapat dijadikan rujukan ditentukan melalui analisis deduktif,
mengenai bagaimana pandangan yang kemungkinan belum tentu tepat
masyarakat Indonesia mengenai secara kontekstual. Oleh karena itu,
karakter. Karakter dipahami terdiri atas berdasar temuan deduktif di atas, perlu
sejumlah nilai kebajikan yang hendaknya dilakukan analisis induktif, misal melalui
bisa diketahui, dirasakan dan dilakukan. penelitian untuk mengidentifikasi dan
Dari sejumlah nilai kebajikan itu menemutunjukkan kembali nilai-nilai
diidentifikasi ada 18 nilai kebajikan kebajikan mana sajakah yang menjadi
sebagai karakter bangsa, yakni : Religius, kebutuhan dan pilihan tepat dalam
Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, konteks waktu dan tempat tertentu.
Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin
Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta KARAKTER CERDAS
Tanah Air, Menghargai Prestasi, Menurut Prayitno dalam
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Budimansyah (2010), kecerdasan
Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, didefinisikan sebagai kemampuan
Peduli Sosial dan Tanggung-jawab memanipulasi unsur-unsur kondisi yang
(Kemdiknas, 2010). Sumber lain dihadapi untuk suskses mencapai tujuan.
menyebut bahwa nilai kebajikan itu Individu yang memiliki kecerdasan
terdiri dari dua yakni intra personal dalam taraf tertentu tercermin dari
berasal dari olah pikir dan olah hati, perilakunya yang aktif, objektif, analitis,
seperti bervisi, cerdas, kreatif, terbuka, aspiratif, kreatif, inovatif, dinamis dan
jujur, ikhlas, religius, dan adil. Inter antisipatif. Definisi lain menyebut,
personal yang berasal dari olah raga dan kecerdasan ialah istilah umum yang
olah rasa/ karsa, seperti gigih, kerja digunakan untuk menjelaskan sifat
keras, disiplin, bersih, bertanggung pikiran yang mencakup sejumlah
jawab, peduli, demokratis, gotong kemampuan, seperti kemampuan
royong, dan suka membatu. Dari ragam menalar, merencanakan, memecahkan
nilai kebajikan itu, ada 4 yang dianggap masalah, berpikir abstrak, memahami
mendesak dan penting yakni jujur, gagasan, menggunakan bahasa, dan
cerdas, tangguh, dan peduli (Rencana belajar. Kecerdasan erat kaitannya
Induk Pendidikan Karakter Bangsa, dengan kemampuan kognitif yang
tanpa tahun). dimiliki oleh individu (wikipedia.org).
Dari uraian di atas, kita dalam Perkembangan selanjutnya
pendidikan karakter dihadapkan pada kecerdasan manusia tidak hanya
sejumlah pilihan akan nilai kebajikan. berkaitan dengan aspek kognitif. Howard
Belum lagi pilihan nilai-nilai kebajikan Gardner, seorang psikolog terkemuka
(karakter) yang ditawarkan olah para dari Harvard University, menemukan
58 Winarno: Karakter Warga Negara yang Baik dan Cerdas

bahwa sebenarnya manusia memiliki tidak tergantung pada konteks. Dalam


beberapa jenis kecerdasan. Ia perspektif etika, manusia berbuat baik
menyebutnya sebagai kecerdasan bahkan cerdas itu dalam kaitannya
majemuk atau multiple intelligence yang dengan norma moral yakni berusaha
terdiri atas 8 (delapan) jenis kecerdasan untuk mengarahkan perbuatannya ke
yakni : Kecerdasan Linguistik (word tujuan tertinggi hidupnya sebagai
smart), Kecerdasan Spasial (picture manusia atau menyesuaikan tindakannya
smart), Kecerdasan Matematis (logic dengan norma yang mengatur perihal
smart), Kecerdasan Kinestetis (body bagaimana manusia seharusnya hidup. Ia
smart), Kecerdasan Musik (music smart), adalah orang yang selalu berusaha untuk
Kecerdasan Interpersonal (people smart), hidup sesuai dengan tuntutan
Kecerdasan Intrapersonal (self smart) hatinuraninya atau sesuai dengan
dan Kecerdasan Naturalis (nature smart). kesadarannya akan apa yang secara
Setiap manusia memiliki semua jenis konkret menjadi kewajiban moralnya
kecerdasan itu, namun hanya ada (Soedarminta, 1997). Jadi karakter “baik
beberapa yang dominan atau menonjol dan cerdas” adalah dalam konteks ia
dalam diri seseorang. sebagai manusia yang dipandu oleh hati
Karakter “cerdas” mulai nurani, terlepas dari atribut ataupun
dikembangkan sebagai salah satu prestasi dibelakangnya.
dimensi dari karakter. Model pendidikan Oleh karena itu, istilah warga
karakter di ITS Surabaya mengemukakan negara yang baik berbeda dengan
cerdas sebagai salah satu dari karakter manusia yang baik. Istilah warga negara
CAK (Cerdas, Amanah, Kreatif). Cerdas adalah manusia dengan atribut tertentu
mengandung pengertian: Tajam pikiran yakni memiliki identitas, kepemilikan
dan berfikir solutif, Cepat tanggap hak dan kewajiban, keterlibatan dalam
terhadap perubahan lingkungannya, masalah publik dan penerimaan atas
Cepat mengerti dan memahami masalah nilai-nilai sosial (Cogan & Derricot,
akibat perubahan lingkungannya, Tajam 1998). Aristoteles membedakan antara
analisisnya dan memiliki banyak good man dan good citizen. Dikatakan
alternatif penyelesaian masalah yang “we must notes that different consitution
sedang dihadapi, Dengan cepat mampu require different type of good citizen,
memilih alternatif penyelasaian masalah while the good man is always same”
yang sesuai dan benar (Syamsul Arifin, (Derek Heater, 2004). Warga negara
dkk, 2010). yang baik itu ukurannya adalah
konstitusi negara yang bersangkutan.
WARGA NEGARA YANG BAIK, Sepanjang warga negara itu sikap dan
MANUSIA YANG BAIK ? perilakunya tidak bertentangan dan
Berdasar uraian di atas, karakter mematuhi konstitusi maka ia berkategori
pada dasarnya melekat pada diri pribadi warga negara baik, sementara manusia
atau seseorang, yang sifatnya individual. /orang yang baik pada dasarnya sama di
Karakter yang baik dan cerdas adalah semua negara, karena ia ditentukan oleh
karakter yang dimiliki seorang pribadi. hati nuraninya. Jadi warga negara yang
Artinya ia baik dan cerdas secara moral baik belum tentu manusia yang “baik”.
PKn Progresif, Vol. 7 No. 1 Juni 2012 59

Kita mungkin mendengar ada anggota


DPR atau pejabat negara yang taat Berkaitan dengan karakter, perlu
membayar pajak, melaporkan kekayaaan dibedakan antara pendidikan
pribadinya, memenuhi panggilan sidang, kewarganegaraan dengan pendidikan
dan mematuhi peraturan berlalu lintas. karakter. Pendidikan kewarganegaraan
Akan tetapi juga berperilaku yang a- dan pendidikan karakter meskipun
moral, misal melakukan perselingkuhan, saling berkaitan (Branson, 1998)
suka marah, dan sebagainya. Ia adalah memiliki fokus penekanan yang berbeda.
warga negara yang baik tetapi belum Alberta School (2005) menyatakan
tentu sebagai manusia ia berkarakter “citizenship education has traditionally
“baik”. been more concerned with individuals’
Dalam wacana kewarganegaraan, participation in their communities, nation
warga negara yang baik dan cerdas and the global world, character education
(smart and good citizen), merupakan titik has been more centred on individuals’
temu antara civic confidence, civic development”. Lebih lanjut dikatakan
competence dan civic commitment. Civic “Citizenship education recognizes the need
confidence merupakan irisan dari civic for attributes and virtues—respect,
knowledge dan civic dispositions, civic responsibility, fairness, honesty, caring,
competence merupakan irisan dari civic loyalty and commitment to democratic
knowledge dan civic skill dan civic ideals. Character education recognizes
commitment merupakan irisan dari civic that commitment and responsibility to
dispositions dan civic skill. Warga negara community and a democratic society are
yang memiliki civic knowledge, civic part of what constitutes ‘good character”.
dispositions dan civic skill adalah warga Bahwa pendidikan
negara yang confidence, competence dan kewarganegaraan adalah bagian dari
commitment yang selanjutnya disebut pendidikan karakter dalam arti luas, oleh
sebagai smart and good citizen. karena pendidikan kewarganegaraan
Skema dari ketiga komponen dan memfokuskan pada pembentukan
sasaran pembentukan warganegara karakter individu dalam hubungannya
tersebut sebagai berikut: dengan partisipasinya dalam komunitas,
seperti hormat, tanggung jawab, terbuka,
perhatian, jujur, loyal dan komit.
Karakter demikian merupakan bagian
CI VI C CONFI DENCE CI VI C
dari karakter baik. Sementara
DI SPOSI T I ONS
CI VI C
KNOW LEDGE pendidikan karakter lebih menekankan
SM ART & GOOD
CI TI ZEN SH I P
pada pengembangan karakter individual.
CI VI C COMPETENCE CI VI C Jika dikaitkan dengan pembedaan
COMMI TT MENT
karakter privat dan publik atau other –
oriented virtuous dan self –oriented
CI VI C SKI LLS
virtuous, dapat dikemukakan bahwa
pendidikan kewarganegaraan lebih
memfokuskan pada karakter publit
Sumber : Winarno (2011) sedang pendidikan karakter pada
60 Winarno: Karakter Warga Negara yang Baik dan Cerdas

karakter publik. Dalam tradisi Barat, negara. Dengan demikian guru sebagai
karakter privat dan publik memang sosok pribadi pendidikan dituntut
dapat menjadi misi dari pendidikan memiliki kepribadian yang baik. Kata
kewarganegaraan (Branson, 1998), kepribadian menunjuk pada “pribadi”
namun dalam tradisi negara non sekuler, atau “individu”. Sebagai pribadi/manusia
seperti Indonesia pendidikan karakter individu, guru adalah manusia yang
tidak hanya dapat dilakukan oleh dituntut memiliki moralitas yang
pendidikan kewarganegaraan tetapi juga bersumber dari hati nurani yang bersih.
oleh pendidikan agama. Van Good dalam Selanjutny guru sebagai manusia
Syarkawi (2006) menyatakan bahwa dituntut memiliki karakter yang “lebih”
pendidikan karakter (moral) di negara dikarenakan fungsi dan status yang
sekuler dilakukan melalui pendidikan melekat dalam dirinya.
kewarganegaraan, sedang di negara Sebenarnya kepribadian guru
agama melalui pendidikan agama. yang “lebih” tersebut telah dikemukakan
dalam kompetensi kepribadian guru,
GURU YANG SMART AND GOOD sebagaimana termuat dalam Undang
CITIZEN? Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
Bagaimana sosok guru sebagai dan Dosen dan Peraturan Menteri
warga negara yang baik dan cerdas itu? Pendidikan Nasional (Permendiknas) No
Jika kita kembali pada konsep warga 16 tahun 2007 tentang Standar
negara yang baik dan cerdas, kiranya Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
sosok guru sebagai warga negara yang Guru. Berdasarkan sumber ini,
baik tidak jauh dari kreteria warga kepribadian guru yang “baik” tersebut
negara yang baik pada umumnya. dideskripsikan sebagai berikut;
Artinya sebagai warga negara, guru
dituntut memiliki karakter publik yang a. Bertindak sesuai dengan norma
baik, memiliki identitas, memiliki dan agama, hukum, sosial, dan
melaksanakan hak dan kewajibannya, kebudayaan nasional Indonesia
berpartisipasi dalam kebijakan publik b. Menampilkan diri sebagai pribadi
dan menerima adanya nilai-nilai sosial yang jujur, berakhlak mulia, dan
bersama. Karakter-karakter demikian teladan bagi peserta didik dan
merupakan atribut masyarakat
kewarganegaraan/atributes of citizenship c. Menampilkan diri sebagai pribadi
(Cogan & Derricot, 1998). Guru sebagai yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
profesi dan profesi lain seperti dokter, berwibawa.
sopir, pengacara, polisi, dan lain-lain d. Menunjukkan etos kerja,
adalah warga negara yang memiliki tanggungjawab yang tinggi, rasa
atribut kewarganegaraan yang sama. bangga menjadi guru, dan rasa
Menurut hemat penulis, karakter percaya diri.
guru yang baik dan cerdas lebih tepat e. Menjunjung tinggi kode etik profesi
melekat pada pribadinya sebagai seorang guru
pendidik. Jadi melekat pada pribadi
sebagai individu bukan sebagai warga
PKn Progresif, Vol. 7 No. 1 Juni 2012 61

PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


Jika dijabarkan lanjut maka
karakter guru yang baik adalah yang Alberta Schools. 2005. The Hearth of the
Matter: Character and Citizenship
memiliki karakter : jujur, akhlak mulia,
Education in Alberta Schools.
teladan, pribadi mantap, stabil, arif, Canada: Albert
berwibawa, memiliki etos kerja, Ary Ginanjar Agustin (2005). ESQ
bertanggung jawab, rasa bangga dan (Emosional Spiritual Quotient).
percaya diri. Karakter demikian Jakarta: Arga
mungkin akan berbeda dengan pendapat Cheppy Hericahyono. 1995. Dimensi-
para ahli tentang bagaimana profil guru Dimensi Pendidikan Moral.
Semarang: IKIP Semarang Press.
yang baik dan cerdas itu. Namun sebagai
Cogan, J & Derricott, Ray. (Eds). 1998.
dokumen formal, kreteria demikian Citizenship Education For 21 st
setidaknya dapat menjadi rujukan dan Century; Setting the Contex. London:
batu ujian untuk menilai guru yang baik. Kogan Page
Untuk mengembangkan lagi, Cogan, JJ. 1999. Developing the Civic
menurut hemat penulis, perlu Society : The Role Of Civic Education.
diidentifikasi lebih lanjut melalui analisis Bandung: CICED.
Dasim Budimansyah. 2010. Penguatan
induktif misal dengan penelitian,
Pendidikan Kewarganegaraan
bagaimana sesungguhnya karakter guru
untuk Membangun Karakter
yang “baik dan cerdas” itu. Dengan Bangsa. Bandung: Widya Aksara
teridentifikasinya karakter guru yang Press
baik dan cerdas berdasarkan temuan Derek Heater,. 2004. A Brief History of
lapangan, maka dapat direkomendasikan Citizenship. New York: New York
sejumlah program kegiatan yang tepat University
bagi pendidikan guru ataupun Doni Koesoema. 2007. Pendidikan
Karakter Strategi Mendidik Anak di
pendidikan profesi guru.
Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Freddy K Kalidjernih, 2009; Puspa
Ragam Konsep dan Isu
Kewarganegaraan. Bandung: Widya
Aksara Press
Furqon Hidayatullah. 2009. Guru Sejati
Membangun Insan berkarakter Kuat
dan Cerdas. Surakarta: Yuma
Pustaka Pressindo
Kemdiknas. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya
Untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. Jakarta : Pusat
Kurikulum, Kemdiknas
Kemdiknas. Tanpa tahun. Rencana Induk
Pengembangan Pendidikan
Karakter Bangsa. Jakarta
62 Winarno: Karakter Warga Negara yang Baik dan Cerdas

Margaret Stimmann Branson, . 1998.


Role of Civic Education, A
Forthcoming Education Policy Task
Force Position Paper from the
Communitarian Network
Pemerintah RI. 2010. Rencana Induk
Pendidikan Karakter Bangsa 2010-
2025 Jakarta : Pemerintah Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 16 tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru
Ratna Megawangi. 2004. Pendidikan
Karakter. Solusi Tepat untuk
Membangun Bangsa . Jakarta : IHF
dan BP Migas
Sudarminta SJ. 1997. Etika Umum. Kajian
tentang Beberapa Masalah Pokok
dan Teori Etika Normatif. Jakarta :
Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya
Syamsul Arifin, dkk. 2010. Model
Pendidikan Karakter CAK di ITS.
Surabaya: Tanpa penerbit
Syarkawi. 2006. Pembentukan
Kepribadian Anak. Pesan Moral,
Intelektual, Emosional, dan Sosial
sebagai Wujud Integritas
Membangun Jatidiri. Jakarta: Bumi
Aksara
Thomas Lickona. 1991. Educating for
Character: How Our Schools Can
Teach Respect and Responsibility.
New York: Bantam
Thomas Lickona. 2003. The Content of
Our Character: Ten Essential Virtues.
Fall 2003, Vol 10, Issue 1
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen
Will Kymlicka. 2001. Politics in the
Vernacular: Nationalism,
Multiculturalism, and Citizenship.
Oxford: Oxford University Press.
Winarno. 2011. Pembelajaran PKn : Isi,
Strategi dan Penilaian. Solo. Tidak
diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai