Anda di halaman 1dari 6

BAB II

MIE RUMPUT LAUT

2.1 PENDAHULUAN
2.1.1 Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk
dikembangkan. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting di Asia.
Sayangnya rumput laut yang banyak diekspor masih berupa bahan mentah yaitu
berupa rumput laut kering, sedangkan hasil olahan rumput laut masih banyak diimpor
dengan nilai yang cukup besar. Rumput laut akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
seandainya diolah menjadi produk intermediet (agar-agar, karaginan, dan alginat) dan
produk pangan siap konsumsi (Yorita 2010).

Jenis rumput laut yang biasanya diolah menjadi makanan yang siap dimakan adalah
Eucheuma sp dan Gellidium sp. Diversifikasi produk olahan rumput laut adalah salah satu
upaya untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis rumput laut, yaitu dengan cara
mengolah rumput laut jenis Eucheuma cottonii menjadi mie basah. Mie basah merupakan
hasil pengolahan berbahan dasar tepung yang dicampur dengan bahan tambahan lainnya.
Tepung yang sering digunakan dalam pembuatan mie adalah tepung terigu dan tepung
beras. Penambahan rumput laut pada pembuatan mie basah diharapkan dapat
meningkatkan nilai gizi kepada masyarakat karena rumput laut mengandung yodium dan
kadar serat yang tinggi. Penggunaan rumput laut juga mempengaruhi karakteristik mie
basah yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu pengaruh konsentrasi rumput laut dan
jenis tepung. Faktor konsentrasi rumput laut (R) terdiri atas 3 taraf yaitu R1 = 30%, R2 =
35%, dan R3 = 40%. Faktor jenis tepung (T) terdiri atas 2 taraf yaitu T1 = tepung terigu
dan T2 = tepung beras. Kualitas mie basah terbaik yang dihasilkan berdasarkan metode
rangking diperoleh pada konsentrasi 30% rumput laut dan tepung terigu dengan
karakteristik sebagai berikut: rendemen 176,03%, kadar protein 18,53% , nilai
organoleptik warna = 3,92 (suka), nilai organoleptik aroma = 3.73 (suka), nilai
organoleptik rasa = 3.78 (suka), nilai organoleptik kekenyalan = 3,95 (suka), dan nilai
organoleptik uji mutu hedonik kekenyalan = 3,87 (kenyal). Kandungan yodium dari mie
basah dari 3,8 mg bahan iod/100g diperoleh dari rumput laut dengan perlakuan
konsentrasi 30% dan penggunaan tepung terigu (R1T1). Penelitian pembuatan mie ikan-
rumput laut telah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan formulasi pembuatan mie
yang kaya akan protein, serat, dan iodium. Bahan formulasi yang digunakan adalah ikan
swangi/mata goyang (Priacanthus tayenus) dan rumput laut (Eucheuma cottonii). Variasi
perlakuan yang digunakan adalah jumlah penambahan daging ikan (20, 30, dan 40%) dan
rumput laut (10, 20, 30, dan 40%). Pengamatan yang dilakukan meliputi organoleptik
(kenampakan, warna, aroma, rasa, dan tekstur) menggunakan skala hedonik dan uji
kimiawi (kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar, dan kadar iodium). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah mie dengan penambahan ikan 30%
dan rumput laut 20%. Produk akhir mie ikan-rumput laut kering mengandung protein
16,64%; kadar air 9,04%; kadar serat kasar sebanyak 0,20%; dan kadar iodium 6,29 ppm.

2.1.2. Tujuan Praktikum


1) Mengetahui proses pembuatan mie rumput laut
2) Mengetahui khualitas dari mie rumput laut
2.1.3. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
Alat Yang Digunakan :
1) Blender 6) Timbangan
2) Pisau 7) Talenan
3) Panci pengukus 8) Kompor
4) Baskom/wadah 9) Mesin Pasta/Mie
5) Sendok 11) Cetakan Mie
Bahan Yang Digunakan :
1) Rumput laut 300 gram
2) Garam 1 sendok teh
3) Tepung tapioca secukupnya
4) Tepung terigu 500 gram
5) Telur 2 butir (putihnya)
6) Minyak goreng 1 sdm
7) Air secukupnya
2.1.4. Prosedur praktikum
1) Rumput laut direndam dalam air kapur selama 12 jam
2) Rumput laut dicuci, ditiriskan dan ditimbang.
3) Selanjutnya rumput laut direbus selama 15 menit
4) Rumput laut yang telah direbus kemuadian di blender hingga halus.
5) Rumput laut yang sudah halus kemudian dicampurkan dengan tepung terigu, tepung
tapioka, telur, garam, dan minyak goreng.
6) Bahan yang telah tercampur rata kemudian diuleni dan didiamkan selama 15 menit.
7) Selanjutnya adonan dicetak menjadi mie dan dimasukkan kedalam cetakan
8) Selanjutnya mie dikukus selama 10 menit, Mie diangkat dan dikeringkan
9) Mie yang telah tering kemudian dikemas.
2.2. LANDASAN TEORI
2.2.2. Pengertian Mie
Mie adalah makanan berbentuk adonan tipis panjang yang telah digulung,
dikeringkan dan dimasak dalam air mendidih. Mie merupakan makanan salah satu
makanan popular di kawan asia. Mie diperkirakan telah ada sejak 4000 tahun lalu. Namun
sejarah asal usul mie masih simpang siur. Bangsa Italia, Cina, Arab masing-masing
mengklaim sebagai pencipta mie. Mie adalah makanan buatan manusia yang cukup
berhasil. Ini dikarenakan hampir seluruh manusia menerima dengan keberadaan makanan
mie. Seluruh kalangan manusia gemar makan mie, mulai dari balita, anak TK, anak SD,
anak SMP, anak SMA, mahasiswa, pekerja kantoran, sampai para pensiunan dan kakek
nenek makan makanan yang bernama mie. Banyak orang memakan mie dikarenakan mie
menjadi makanan solusi jika kita sedang lapar. Hampir setiap manusia memiliki cara
memasak mie yang berbeda, tetapi yand umum dilakukan orang untuk memasak mie
adalah dengan direbus dan digoreng.
2.2.3. Pengertian Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah
pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani karena dipakai untuk 2
kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut dipakai
untuk menyebut baik gulma laut dan lamun. Yang dimaksud sebagai gulma laut adalah
anggota dari kelompok vegetasi yang dikenal sebagai alga (ganggang). Sumber daya ini
biasanya dapat ditemui diperairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem trumbu
karang. Gulma laut alam biasanya dapat dihidup di atas subtrat pasir dan karang mati.
Selain hidup bebas di alam, beberapa jenis gulma laut juka banyak dibudidayakan oleh
sebagian masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis gulma laut yang banya
dibudidayakan di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp. Salah satu
sumber daya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal
dengan sebutan ganggang laut, seaweed atau agar-agar. Rumput laut merupakan
tumbuhan laut yang tergolong dalam ganggang alga multiseluler divisi thallophyta yang
pada umumnya tidak memiliki akar, batang dan daun. Bentuk rumput laut seperti pipih,
tabung, ataupun memiliki ranting-ranting yang bercabang-cabang. Rumput laut telah
tumbuh dan berkembang secara alami maupun budidaya, dimana peranannya cukup
penting dalam industri pangan maupun non pangan yang menyebabkan permintaan pasar
terhadap Rumput laut terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga berperan sebagai
salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir pantai.
2.2.4. Pengertian Mie Rumput Laut
Mie rumput laut adalah produk olahan mie yang di kreasi dengan menggunakan
bahan tambahan rumput laut yang telah di haluskan dan di campurkan dengan adonan mie
kemudian di bentuk tipis dan panjang lalu digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air
mendidih.
2.3. HASIL PERCOBAAN
2.3.1. Tabel Pengamatan
NO. Nama Warna Aroma Rasa Tekstur
1 Azizah Salsabila l. 5 4 5 5
2 Hasnaim. M 5 5 5 5
3 Zalzabila Anannda R. 5 5 5 4
4 Nurvadilla 5 4 4 5
5 Kevin Marcelino S. 5 4 5 5
6 Mutiara Maharani M. 5 5 5 4
Tabel 2.1 analisa sensori pembuatan Mie Rumput Laut
Sumber : praktikum teknologi proses agro 2021
Keterangan : 5 = sangat suka
4 = suka
3 = agak suka
2 = tidak suka
1 = sangat tidak suka
2.3.2 Lampiran
5+5+5+5+5+5 30
Warna : = =5
6 6
4+ 5+5+4 +4 +5 27
Aroma : = = 4,5
6 6
5+5+5+ 4+5+5 29
Rasa : = = 4,8
6 6
5+5+4 +5+5+ 4 28
Tekstur : = = 4,8
6 6
2.3.2. Grafik Mie Rumput laut

Grafik 2.1 data data pengamatan mie rumput laut

Anda mungkin juga menyukai