Anda di halaman 1dari 19

PENCEGAHAN STUNTING SEBAGAI UPAYA MENJAGA KESEHATAN

MASYARAKAT DI DESA AMADANOM

ARTIKEL ILMIAH KKN-PPM TEMATIK 60

TUGAS AKHIR KKN-PPM 2020

DESA : AMADANOM

KECAMATAN : DAMPIT

KABUPATEN : MALANG

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

( LPPM )

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FEBRUARI 2020
ABSTRAK

Salah satu permasalahan yang ada di Desa Amadanom adalah kebiasaan

penduduk setempat, khusus aktivitasnya di bidang pertanian atau perkebunan,

seringkali mengharuskan orang tua meninggalkan anaknya di rumah. Hal ini

seringkali menjadikan anak kurang dalam mendapatkan asupan gizinya, terutama

ASI dan MP-ASI. Tujuan program ini adalah sebagai upaya pencegahan stunting

serta upaya pembangunan dan penguatan keluarga demi menuju terwujudnya

keluarga sejahtera, khususnya di Desa Amadanom, Kecamatan Dampit,

Kabupaten Malang. Metode yang dilakukan adalah penyuluhan, dan melibatkan

masyarakat dalam kegiatan diskusi. Hasil dan dampak dilakukannya program ini

bahwa melalui program-program yang dilaksanakan oleh KKN yang bekerjasama

dengan ibu-ibu PKK maka adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap

masalah stunting dan penanggulangannya, tercipta kondisi lingkungan yang

mendukung pencegahan stunting dan tercipta rasa kesatuan yang mampu

menguatkan warga dalam pencegahan stunting.

Kata Kunci: Gizi, Penyuluhan, Stunting


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah balita stunting (pendek) di Indonesia merupakan masalah

kesehatan dalam kategori masalah gizi kronis. Kejadian balita stunting

(pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia (WHO,

2018). Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun

terakhir, berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, balita yang

mengalami stunting tercatat sebesar 26,6%. Angka tersebut terdiri dari 9,8%

masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek.

Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh

banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan

pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang

akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik

dan kognitif yang optimal.

Gambar 1.1 Kondisi Anak Mengalami Stunting

Dampak stunting dalam jangka pendek adalah terganggunya

perkembangan otak, kecerdasan, gangguan metabolisme tubuh (Kemenkes

RI, 2016). Dampak berkepanjangan akibat stunting yaitu kesehatan yang


buruk, meningkatnya risiko terkena penyakit tidak menular, buruknya

kognitif dan prestasi pendidikan yang dicapai pada masa kanak-kanak

(Bappenas dan UNICEF, 2017). Risiko tinggi munculnya penyakit dan

disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang

berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016).

Hasil wawancara dengan pelaksana program pejabat desa dan ketua

Pemberdaya Kesejahteraan Keluarga (PKK) Amadanom pada tanggal 14

Februari 2020, menuturkan bahwa upaya untuk menanggulangi masalah

stunting belum ada, masih berupa pemberian makanan tambahan (PMT) dan

MP-ASI. Upaya-upaya yang telah dilakukan sampai saat ini belum

menyelesaikan permasalahan untuk balita stunting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana faktor resiko yang dapat menyebabkan stunting?

2. Bagaimana dampak anak yang mengalami stunting?

3. Bagaimana tata laksana terhadap stunting?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami faktor resiko yang dapat menyebabkan

stunting

2. Mengetahui dan memahami dampak anak yang mengalami stunting

3. Mengetahui dan memahami tata laksana terhadap stunting

1.4 Kontribusi Penelitian

Penyuluhan ini dijadikan sebagai pengalaman belajar serta

menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari. Memberikan edukasi gizi pada


ibu balita stunting di Desa Amadanom Selatan. Diharapkan bagi masyarakat

dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya ibu balita di Desa

Amadanom Selatan tentang gizi dengan pemberian penyuluhan tentang faktor

resiko yang dapat menyebabkan stunting, dampak dan penata laksanaan agar

dapat mengurangi kejadian stunting.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Stunting

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Menurut keputusan menteri kesehatan nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010

tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, pengertian pendek

dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang

badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang

merupakan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).

Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas model

sumber daya manusia di masa mendatang. Gangguan pertumbuhan yang

diderita anak pada awal kehidupan, dapat menyebabkan kerusakan yang

permanen (Anisa, 2012).

2.2 Faktor Resiko

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak

balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi

stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) dari anak balita. Beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting

dapat digambarkan sebagai berikut: (TNP2K, 2017 dan Yustika, 2015).

1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan

ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada

menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air

Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak

menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI

diberikan/mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain

berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MP-ASI juga

dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat di

sokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan

sistem imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.

2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal

Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal

Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Informasi yang dikumpulkan

dari publikasi Kemenkes dan Bank Dunia menyatakan bahwa tingkat

kehadiran anak di Posyandu semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi

64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan

imunisasi. Fakta lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi

sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke

layanan pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6

tahun belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

3. Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga ke makanan bergizi.

Penyebabnya karena harga makanan bergizi di Indonesia masih tergolong

mahal.
4. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan

menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah tangga di Indonesia masih buang air

besar (BAB) di ruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki

akses ke air minum bersih.

Faktor lain terkait erat dengan kejadian pendek adalah kejadian

kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur 15-49 tahun, baik hamil

maupun tidak hamil. Menurut Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada

wanita hamil adalah 24,2 persen, sedangkan pada wanita tidak hamil adalah

20,8 persen. Stunting dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama riwayat

terdahulu dibandingkan dengan diare yang hanya dilihat dalam waktu yang

singkat (Walker CLF, et al., 2012).

Faktor lain seperti keberagaman pangan baik zat gizi makro dan mikro

terdahulu juga dapat mempengaruhi keadaan stunting pada balita (JH R, N A,

RO S, et al. 2010).

Diare merupakan penyakit infeksi metabolisme yang dampaknya

dapat langsung dilihat dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan keadaan

stunting merupakan malnutrisi yang bersifat kronis dampak dari keadaan

yang terjadi dalam waktu yang lama dan terus-menerus (Safitri dan Nindya,

2017).

Banyak faktor yang menyebabkan stunting pada balita, namun karena

mereka sangat tergantung pada ibu/keluarga, maka kondisi keluarga dan

lingkungan yang mempengaruhi keluarga akan berdampak pada status

gizinya. Pengurangan status gizi terjadi karena asupan gizi yang kurang dan
sering terjadinya infeksi. Jadi faktor lingkungan, keadaan dan perilaku

keluarga yang mempermudah infeksi berpengaruh pada status gizi balita

(Trihono, et al., 2015).

2.3 Dampak Stunting terhadap Kesehatan Anak

Stunting  pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga

dewasa. Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan

terganggunya perkembangan otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan

fisik. Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun,

kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya. Seiring dengan

bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai macam

masalah, diantaranya:

 Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa

maksimal.

 Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.

 Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit

jantung, stroke, dan kanker.

Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat

kondisi ini sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang

sehat merupakan kunci dari pencegahan stunting. Berikut hal-hal yang harus

diingat untuk mencegah stunting:

 Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan selama

hamil dan selama menyusui.
 Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Kecil, seperti memberikan ASI

eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usia

 Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan

anak setelah lahir.

 Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan

sebelum makan, serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.

2.4 Tata Laksana Terhadap Stunting

Tabel 2.1 Intervensi Gizi Spesifik


Tabel 2.2 Intervensi Gizi Sensitif
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Balai Dukuh Amadanom Tengah pada tanggal

14 Februari 2020 Pukul 11.00 WIB. Desain penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan untuk mendeskripsikan potensi

yang bisa dikembangkan dan juga mendeskripsikan kondisi di Desa Amadanom.

Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari data primer dan sekunder.

Narasumber pada kegiatan kami adalah seorang mahasiswa dari Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Malang yang merupakan anggota KKN-PPM

Tematik 60, dan yang menjadi sampel atau target pada penelitian ini adalah ibu

hamil dan ibu yang memiliki anak balita yang berada di wilayah Desa

Amadanom.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting melalui sosialisasi kepada

ibu hamil dan ibu-ibu yang memiliki anak balita yang terkumpul di dalam

kegiatan rutin Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Amadanom,

dikemas secara menarik dengan pembelajaran orang dewasa, serta materi-materi

yang dianggap baru dan menarik. Kegiatan ini lebih ditekankan pada pengetahuan

1000 hari pertama kehidupan, serta berbagi pengalaman antar ibu hamil, sehingga

mereka dilibatkan dalam kegiatan diskusi.

Dikemukakan dalam Surat Keputusan Menkes RI (Kemenkes, 2012) bahwa

promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, yang

dapat mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai kondisi sosial

budaya setempat.

Pencegahan stunting pada kegiatan rutin PKK di Desa Amadanom ini

sejalan dengan upaya yang dilakukan pemerintah bahwa pencegahan stunting

dapat dilakukan melalui komunikasi masa, selain pada media masa. Selain itu,

kegiatan Pencegahan stunting juga sejalan dengan Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat (GERMAS) dan penanganan stunting yang menjadi prioritas pemerintah

diperkuat dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 19 Tahun 2017 tentang

Prioritas Penggunaan Dana Desa, tahun 2018, penanganan stunting diprioritaskan

pada 1000 desa di 100 kabupaten/ kota di seluruh Indonesia, dengan penanganan

melalui intervensi spesifik dan sensitif.


Pada dasarnya ibu hamil dan ibu-ibu yang memiliki anak balita antusias

dengan pendekatan personal serta kegiatan ini diharapkan bisa merubah perilaku

masyarakat untuk hidup sehat dengan melalui konsumsi makanan yang bergizi

dan bisa dilakukan oleh desa secara mandiri dan berkelanjutan, karena penting

sekali untuk menyiapkan generasi masa depan yang sehat, kegiatan ini juga bisa

lebih mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dengan mengoptimalkan

potensi yang ada di Desa Amadanom.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Stunting/ pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang

lama.

2. Faktor yang menyebabkan stunting antara lain: a. praktek pengasuhan

yang kurang baik; b. masih terbatasnya layanan kesehatan; c. masih

kurangnya akses rumah tangga terhadap makanan bergizi; d. kurangnya

akses air bersih dan sanitasi. Selain itu, ketergantungan setiap keluarga

terhadap kondisi lingkungan juga berdampak terhadap status gizinya.

3. Dampak stunting dalam kesehatan anak diantaranya: a. kecerdasan anak di

bawah rata-rata; b. sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak

mudah sakit; c. anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit

diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

dikemukakan saran, sebagai berikut.

1. Saran kepada petugas kesehatan terutama kader posyandu dapat

meningkatkan monitoring pertumbuhan balita di posyandu, lebih


ditingkatkan lagi dalam hal pelaksanaan penimbangan, pengukuran tinggi

badan dan imunisasi.

2. Saran kepada masyarakat khususnya Ibu yang memiliki anak balita dan

Ibu hamil pentingnya peningkatan pengetahuan mengenai pencegahan

penyakit stunting yang sering terjadi pada balita, dapat dilakukan dengan

pemberian makanan bergizi yang murah namun memiliki nilai gizi yang

tinggi misalnya sayur daun kelor.


DAFTAR PUSTAKA

Anisa, P. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada


Balita Usia 25-60 Bulan Di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan perkotaan.e-
Jurnal Pustaka Kesehatan. 2015;3 (1):163-170.

Bappenas. (2017). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting.


Rembuk Stunting: Jakarta.

JH R, N A, RO S, et al. Low dietary diversity is a predictor of child stunting in


rural Bangladesh.Eur J Chlinical Nutr. 2010; 64: 1393-1398.
https://www.nature.com/ejcn/journ al/v64/n12/pdf/ejcn2010171a.pdf.

Kemenkes. (2012). Gizi Ibu & Anak. Unicef Indonesia, Oktober 20 (Gizi Ibu &
Anak).

Kemenkes RI (2016) Situasi Balita Pendek, Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, Jakarta www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/
infodatin/situasi-balita-pendek-2016.pdf Diakses pada 24 Februari 2020

Safitri CA, Nindya TS. Hubungan ketahanan pangan dan penyakit diare dengan
stunting pada balita 13-48 bulan di Kelurahan Manyar Sabrangan,
Surabaya.J Amerta Nutr. 2017; 1 (2):52-61. doi:10.20473/amnt.v1i2.2017.
5261

TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).


Pertama. (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, ed.).
Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan; 2017.

Trihono, Atmarita, Tjandrarini D, et al. Pendek (stunting) di Indonesia, masalah


dan solusinya. Pertama. (Sudomo M, ed.). Jakarta: Lembaga Penerbit
Balitbangkes; 2015. www.litbang.depkes.go.id. Diakses pada 24 Februari
2020

Walker CLF, Lamberti L, Adair L, Guerrant RL, Lescano AG, Martorell R,


Pinkerton RC BR. Does childhood diarrhea influence cognition beyond the
diarrhea-stunting pathway? PLOS ONE J. 2012;7 (10):1–6. http://journals.
plos.org/plosone/arti cle/file?id=10.1371/journal.pone.00 47908&type=
printable.

WHO. 2018. Nutrition landscape information system (NLIS) country profile


indicators: Interpretation guide. Geneva: World Health Organization
Yustika AE. Buku Pelengkap Sistem pembangunan desa. 2015: 41.
https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko
Diakses pada 24 Februari 2020
LAMPIRAN

Foto 1. Kegiatan Memberi Materi Penyuluhan Intervensi Gizi Terhadap Anak


Stunting Dan Sesi Tanya Jawab

Foto 2. Ramah Tamah Dengan Ibu-Ibu PKK Yang Menghadiri Acara Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai