Anda di halaman 1dari 17

Trend dan Issue Kep Komunitas

Disusun Oleh :
• Neng Nia Kurniati KHGC18037
• Paisal Hadi KHGC18039
• Refi Sanjaya Putra KHGC18040
• Renal Zaenal Arif KHGC18041
• Rifky Ferdiansyah KHGC18042
• Riki Hanafi KHGC18043
• Salma Aliyatul H KHGC18045
• Sani Marsela KHGC18046
• Santi Yulian KHGC18047
• Selly Latifah KHGC18048
• Shalma Islami P KHGC18049
Trend dan Issue

a. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

b. Definisi issue

Issue adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau
tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,
ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak
namun belum jelas faktannya atau buktinya.

Keperawatan Komunitas

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh


organisasi organisasi profesional. Berdasarkan penyataan dan American Nurses
Keperawatan Komunitas

Berbagai definisi dari keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh


organisasi organisasi profesional. Berdasarkan penyataan dan American Nurses
Association (2004) yang mendefinisikan keperawatan kesehatan komunitas
sebagai tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dari
populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai
dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik yang dilakukan
komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada kelompok tertentu,
berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Definisi
keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public Health Association
(2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan
profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan
komunitas.
Area Praktik Perawat Kesehatan Komunitas

Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi kesehatan


populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu kesehatan
masyarakat (American Public Health Association, 1996). Perawat komunitas juga
harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan komunitas,
koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu
kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi
dan berbagai kelompok meliputi :
1) Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja sosial,
nutrisionis dan pendidik kesehatan
2) Organisasi kesehatan pemerintah
3) Penyedia layanan kesehatan
4) Organisasi dan koalisi masyarakat
5) Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan
unit gawat darurat
6) Industri dan bisnis
7) Institusi penelitian dan pendidikan
Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dapat
diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan, yaitu:
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah
Perawat "home care" memberikan pelayanan secara langsung pada keluarga di
rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran home care dapat
meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai
resiko tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care) diberbagai institusi
pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat
sekolah melaksanakan program screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan
4. Di tempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik
dil. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja, nutrisi
seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan perokok serta pengawasan
makanan.
5. Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit
kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada individu,
kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti wreda, dan
panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga pemasyarakatan
(Lapas)
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi :
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia mendapat
perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat d. Pelayanan
keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia, gelandangan
pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan
WTS.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing dan
mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk menanamkan pengertian,
kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga mampu memelihara dan
meningkatkan derajad kesehatannya.
TREND DAN ISSUE DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Trend Dan Issue dalam Pendidikan Keperawatan Komunitas

a. Jenjang pendidikan

Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di


Perguruan Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan,
Ners Magister Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan. Jenis
pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan
akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan
ilmu pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan
terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat.
Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi keperawatan.
Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:
Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai
perawat vokasi Jenjang pedidikan vokasi adalah: pendidikan diploma D3
keperawatan.
Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan.
Jenjang pendidikan pendidikan S1, pendidikan Magister dan pendidikan
Doctor keperawatan.
Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu
memecahkan masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu keperawatan
untuk mampu mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan
tanggung jawab penuh atas tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
Jenjang pendidikan: profesi dan spesialis

Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari:

Spesialis Keperawatan Maternitas


Spesialis Keperawatan Anak
Spesialis Keperawatan Medikal Bedah
Spesialis Keperawatan Jiwa
Spesialis Keperawatan Komunitas

Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan kebutuhan


masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu.
b. Kewenangan
Vokasi
Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai
tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum terintegrasi.
Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik dalam negeri
maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan pendidikan
jenjang Diploma III masih tetap eksis.
Akademik
Jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan misalnya
bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan, Kepemimpinan dan
Manajemen
Keperawatan.
Jenis pendidikan Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk meningkatkan
pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif dan
memiliki tingkat originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti dan
menghasilkan IPTEK baru untuk mendukung peningkatan praktik keperawatan
berbasis bukti (evidence based nursing practice)
Profesional
Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang spesialisasi yang memperkuat dan
meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang spesialisasi tersebut melalui upaya
mewujudkan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri
dari :
Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan.
Keperawatan Jiwa
Keperawatan Maternitas
Keperawatan Anak
Keperawatan Komunitas Keperawatan Kritie Keperawatan Kritis
Keperawatan Kandi
Keperawatan Kardiovaskuler
Keperawatan Emergensi Keperawatan Onkologi
Keperawatan Gerontik
Keperawatan Nefrologi
Keperawatan Neurologi

c. Kewenangan Pendidikan dan Ruang Lingkup


Ruang lingkup pada keperawatan komunitas sudah ditetapkan oleh PBP-PPNI 2007
bahwa kualifikasi Perawat Kesehatan Komunitas berdasarkan jenjang pendidikan perawat.
PK I dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan
pada klien dan keluarga klien dengan tingkat pendidikan minimal adalah D3 Keperawatan
dengan memmiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar berdasarkan ilmu dasar
keperawatan komunitas.
PK II dalam ruang lingkup ini perawat mampu memberikan pelayanan
keperawatan pada klien, keluarga klien dan kelompok dengan masalah kesehatan
tertentu, dengan tingkat pendidikan minimal adalah S1 Keperawatan dan Ners
Komunitas, dimana untuk S1 harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan
dasar dalam lingkup keperawatan komunitas yang masih dalam pengawasan
bimbingan dari perawat senior dengan bimbingan yang terbatas. Sedangkan untuk
Ners Komunitas harus memiliki kompetensi memberikan keperawatan dasar dalam
lingkup keperawatan komunitas dalam pengawasan bimbingan dari
perawat senior yang sepenuhnya sudah dilimpahkan atau diberikan kepercayaan
oleh perawat senior.
PK III dalam ruang lingkup ini perawat mampu mengelola dalam
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat, dengan tingkat pendidikan
minimal adalah Magister (S2) Keperawatan Komunitas dengan memiliki kompetensi
melakukan tindakan keperawatan khusus dengan keputusan mandiri dan
bertanggung jawab sepenuhnya atas tindakan keperawatan yang diberikan.
PK IV dalam ruang lingkup ini perawat mampu dalam mengembangkan
penanggulangan masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang komplek,
dengan tingkat pendidikan minimal adalah Spesialis Komunitas. Pada tingkat
pendidikan ini perawat harus memiliki kompetensi melakukan tindakan
keperawatan khusus atau subspesialis dengan keputusan mandiri, memberikan
keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan komunitas dengan
menyeluruh/utuh dan melakukan rujukan keperawatan.
PK V dalam ruang lingkup ini perawat mampu melakukan konsultasi dan
pengembangan pelayanan, dengan tingkat pendidikan Doktor dan paling rendah
adalah Magister. Doktor dalam tingkatan ini memiliki kompetensi yang tinggi yaitu
melakukan tindakan dan asuhan secara keperawatan khusus dengan keputusan
mandiri dan sebagai konsultan dalam lingkup komunitas.

Trend dan Issue dalam Penelitian Keperawatan Komunitas


Tren dan Issue Keperawatan Komunitas Terkait Penelitian Ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya. Derivasi ilmu-
ilmu kesehatan dan pengembangannya melalui riset merupakan dinamika proses
yang sangat penting dalam pertumbuhan masingmasing profesi kesehatan. Tujuan
dilakukannya riset kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-dasar keilmuan yang
nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik, pendidikan, dan
menejemen pelayanan kesehatan.
Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan fakta empiris
(evidence based practice) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik
dari riset yang diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif,
pendeteksian, maupun pelayanan kesehatan. Menerapkan hasil penelitian dalam
pelayanan kesehatan adalah upaya signifikan dalam memperbaiki pelayanan
kesehatan yang berorientasi pada efektifitas biaya dan manfaat (costbenefit
effectiveness).
Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan menerapkan hasilnya dalam
praktik pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan mendesak untuk
membangun pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien.
Menurut sebuah studi meta-analysis terhadap berbagai laporan
penelitian keperawatan yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988),
menjumpai bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keperawatan bersumber
dari riset memiliki luaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang
hanya mendapatkan intervensi standar.
Sudah saatnya kini, praktisi kesehatan di tingkat pelayanan primer
maupun dunia pendidikan kesehatan perlu segera mendorong pertumbuhan
budaya ilmiah di lingkungannya agar mereka dapat mempraktikan hasil berbagai
penelitian. Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi
keperawatan, yaitu :
1. Membentuk komite riset
2. Menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah
3. Kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan
hasilnya 4.Pendidikanberkelanjutan.

Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas


publik, justifikasi indakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan.
Kesadaran terhadap nilai riset yang potensial akan memberikan dampak yang
menguntungkan bagi rganisasi, misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan
out come klien yang optimal.
Issue dan Trend dalam penelitian keperawatan komunitas sudah banyak
sekali topik/judul yang digunakan oleh para peneliti keperawatan komunitas
seperti Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Lansia Berkunjung Ke
Kelompok Binaan Khusus Lansia Di Puskesmas Global Limboto Kabupaten
Gorontalo dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada
Anak Sekolah Dasar (SD).
Menurut Depkes 2014 angka kejadian diare sangat tinggi, banyak peneliti
yang melakukan penelitian terhadap PHBS pada anak usia sekolah karena anak usia
sekolah lebih aktif dan rasa keingin tahuan yang tinggi terhadap benda asing
sehingga rentan sekali untuk terkena penyakit daire dan kurangnya suatu
penerapan tersebut dari orang tua dan pihak sekolah. Dengan dilakukannya
tindakan PHBS maka anak, dan orang tua mengetahui bahwa pentingnya
melakukan cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan
sesudah makan. Trend dan issue saat ini juga adalah kurangnya dukungan keluarga
terhadap lansia, sehingga para lansia memiliki harga diri rendah seperti merasa
sudah tidak berdaya di dalam keluarganya. Dukungan keluarga kepada lansia sangat
di butuhkan agar lansia merasa bahagia dan berguna, dengan cara memberikan
motivasi kepada lansia dalam mengikuti suatu kegiatan di lingkungan sekitar
rumah.
Topik-Topik Penelitian Keperawatan Komunitas
Hubungan Antara Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Penderita Diabetesmelitus (Dm) Dalam Penatalaksanaan Diwilayah
Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Semarang
a. Pelaksana : Keluarga dan penderita DM di wil ayah kerja Puskesmas
Srondol Kecamatan Banyumanik, Semarang.
b. Penggunaan hasil riset : Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas
responden berjenis kelamin wanita, pendidikan responden sebagian besar
adalah SD, lebih dari setengah responden tidak bekerja, dan mayoritas memiliki
upah di bawah UMR. Hasil analisis korelatif menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan penderita DM dengan p value
0,016 dan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan penderita DM dengan p value 0,034. Semakin baik pengetahuan dan
dukungan keluarga yang dimiliki penderita DM maka akan meningkatkan
kepatuhan penderita DM dalam melakukanpenatalaksanaan DM. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk membuat program intervensi
keperawatan yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan penderita DM.
Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Jatuh Dengan Motivasi Mencegah Jatuh
Pada Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
a. Pelaksana : Lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Baki, Kabupaten Sukoharjo
b. Penggunaan hasil riset : Hasil penelitian diketahui dari 99 responden,
mayoritas responden memiliki pengetahuan tentang jatuh dalam kategori cukup
dengan motivasi sedang, yaitu sebanyak 22 lanjut usia.
Trend dan Issu dalam Profesi Keperawatan Komunitas
Trend dan issu dalam profesi keperawatan komunitas sama seperti
jenjang pendidikan keperawatan. Yang dominan dalam keprofesian keperawatan
komunitas adalah pada program akademik dan profesi dalam program tersebut
sudah banyak dibuka peminatan pada keperawatan komunitas seperti Ners, S2,
S3, dan Spesialis. Bagi jurusan S3 Keperawatan Komunitas hanya berada di
Universitas Indonesia saja.
Trend lebih sering dan banyak dibicarakan adalah tentang gaji perawat.
Banyak perawat mengeluh tentang penerimaan gaji yang kecil dan berbeda
dibandingkan dengan institusi lainnya, sedangkan pekerjaan yang mereka lakukan
sama beratnya. Sehingga mereka terkadang merasa iri dengan gaji perawat lain
yang memiliki gaji lebih besar. Dengan adanya aturan dari Mentri Kesehatan
Republik Indonesia gaji perawat diberikan berdasarkan jenjang pendidikannya,
pada setiap provinsi dan institusi kesehatan Rumah sakit berbeda-beda. Semakin
tinggi tingkat jenjang pendidikan semakin tinggi gaji yang mereka peroleh.
Tunjangan pada PNS lebih besar dari pada gaji pokok. Pemberian gaji juga
berdasarkan pada lamanya pengalaman pekerjaan sang perawat.
Perkembangan/ pelatihan pada keperawatan komunitas dapat dikatakan
masih jarang dan masih minim, tetapi pelatihan sangat diperlukan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang masalah penyakit serta
meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Maka dalam komunitas diperlukan
suatu pelatihan pada puskesmas tentang peningkatan pelayanan kesehatan dan
pemberian konseling kepada kader dan masyarakat tentang masalah kesehatan
yang sering terjadi pada lingkup masyarakat.
Kegiatan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dan puskesmas
karena meningkatkan wawasan bagi masyarakat serta mampu menurunkan
morbiditas dan mortalitas pada desa yang memiliki angka kejadian tinggi.
Sebaliknya untuk desa yang memiliki angka kejadian rendah dapat
mempertahankannya agar tidak memiliki kurva morbiditas dan mortalitas yang
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai