Anda di halaman 1dari 9

DOSEN PENGAMPUH :

Dr. A. Ihsan S.Sn., M.Pd

IDE/GARAPAN DAN KONSEP KOMPOSISI MUSIK

OLEH:

ANDI NUR AZIMAH


(1982041008)
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Musik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang tergolong integratif yaitu
menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan. Kebutuhan
manusia yang ingin mengungkapkan jati dirinya sebagai makhluk hidup yang bermoral,
berselera, berakal, dan berperasaan (Bahari 2014:45).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:602) Musik adalah: ilmu atau seni
menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau
suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan
(terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Menurut Jamalus (1988:1) musik
adalah suatu hasil karya seni berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik yaitu
irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan.
Alunan musik yang berisi rangkaian nada dan sekumpulan ilusi yang berjiwa serta mampu
menggerakkan hati para pendengarnya.Lain lagi menurut Bassano (2015:24) Musik adalah
bentuk seni yang paling subtil, namun berpengaruh besar terhadap pusat fisik dan jaringan
syaraf. Musik juga mempengaruhi sistem syaraf parasimpatetis atau otomatis, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Seluruh jagad raya tidak diragukan lagi bergetar pada
frekuensi tertentu, dan kita juga ikut terpengaruh, tergantung pada respon syaraf kita.
Sekaligus merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia.Pada hakekatnya musik
adalah produk pikiran. Beberapa manusia sering kali menuangkan ide-idenya dalam
bermusik, seperti menciptakan sebuah lagu sesuai suasana hati mereka hal ini sering kita
sebut dengan ekspresi.

Ekspresi yang diungkapkan melalui musik bermacam-macam sehingga terciptalah


berbagai genre musik yang memiliki karakter dan keindahannya tersendiri, seperti: Pop,
Reggae, Dangdut, Keroncong, Campursari, Rock, Blues, dan Jazz. Masing-masing genre
mengungkapkan Ekspresi dan maknanya dengan ciri khas yang sangat unik. Contohnya
dalam musik Campursari, yang mengekspresikan suatu keindahan dengan bentuk, ritme dan
melodi yang unik. Mengekspresikan diri terhadap sesuatu yang kita senangi merupakan
kepuasan dalam diri kita sendiri. Hal ini dapat membuat perasaan hati seseorang menjadi
lebih tenang, relax.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:360) Ekspresi adalah pengungkapan, proses
menyatakan gagasan hati atau perasaan seseorang, ekspresi dapat dilihat ketika seseorang
menggerakkan anggota tubuh seperti pandangan tidak puas yang tergambar pada wajah.
Begitu juga dalam bermusik, pemain musik atau penyanyi sangat memerlukan sebuat
ekspresi untuk membuat para penonton ikut merasakan dan terhanyut dengan suasana musik
yang sedang dialunkan. Ketika pemain musik atau penyanyi tidak menggunakan ekspresi
dalam pertunjukannya akan menimbulkan sikap ketidaktertarikan, dan membuat penonton
merasa jenuh dengan musik yang dialunkan. Perasaan jenuh, gembira, sedih, haru, cinta,
inilah yang sering disebut emosi. Sikap ini selalu ada di dalam kehidupan seseorang dengan
bermacam- macam masalah yang terjadi. Terkait dengan psikologi, musik memiliki banyak
fungsi dan peran dalam kehidupan seseorang, seperti fungsi musik untuk hiburan. Suasana
bahagia ataupun sedih, bergantung pada pendengar itu sendiri. Yang pasti, musik dapat
memberi semangat pada jiwa yang galau, lelah, resah dan lesu. Apalagi bagi seseorang yang
sedang jatuh cinta, musik seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk menyemangati
perjalanan cintanya. Sebagai hiburan, musik dapat memberikan rasa santai dan nyaman atau
penyegaran pada pendengarnya. Terkadang ada saat pikiran kita sedang risau, serba buntu,
dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.Dengan mendengarkan musik, segala pikiran bisa
kembali segar.Di samping itu sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan depresi,
terbukti musik dapat menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan
merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur. Peneliti dari Science
University of Tokyo menunjukkan bahwa musik dapat membantu menurunkan tingkat stres
dan gelisah. Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan musik klasik adalah cara terbaik
untuk membantu mengatasi depresi.Untuk kesehatan musik dapat berfungsi sebagai alat
terapi kesehatan. Ketikaseseorang mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada di
otaknya dapat diperlambat atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun
mengalami perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang
mempengaruhi stres seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik dan kesehatan
memiliki kaitan erat dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan musik kesukaannya
seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati yang baik dalam waktu
singkat.Djohan (2006:25) mengatakan peran musik dalam terapi musik tentunya bukan obat
yang dapat dengan segera menghilangkan rasa sakit. Musik juga tidak dengan segera
mengatasi sumber penyakit. Sebagai contoh bila kita memperdengarkan sebuah rekaman
musik kepada penderita gangguan depresi, mungkin saja mereka dapat menikmati musiknya
atau dapat merasakan perubahan suasana hati, namun sifatnya hanya sementara. Hasilnya
mungkin akan berbeda jika mereka dilibatkan secara aktif dalam serangkaian aktifitas musik
yang dirancang secara khusus. Musik juga memiliki kekuatan mempengaruhi denyut jantung
dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo, dan volumenya. Makin lambat tempo
musik, denyut jantung semakin lambat dan tekanan darah menurun. Akhirnya, pendengar pun
terbawa dalam suasana santai, baik itu pada pikiran maupun fisik.

2. Landasan Berpikir

Musik seseorang mengungkapkan kebenaran penting tentang pembuat musik. Yang lain
berpendapat bahwa ekspresi diri adalah pelepasan perasaan batin. Pertimbangkan kata-kata
Florence Tyson (1981): "Musik dianggap sebagai bahasa yang memberikan ekspresi simbolis
pada isi dan perjuangan yang tidak disadari" (hal.15). "Musik adalah satu-satunya jembatan
dari dunia batin ke realitas luar; satu-satunya sarana ekspresi perasaan batin"

Fundamental to Analytical Music Therapy (AMT) adalah premis bahwa emosi, pikiran, dan
keadaan seseorang dapat dilambangkan melalui musik dan direfleksikan secara verbal. Mary
Priestley (1975, p.199) menggambarkan proses ini dalam istilah "musik batin" - realitas
internal yang dapat diungkapkan: "Musik batin adalah iklim emosional yang berlaku di balik
struktur pikiran seseorang. Seseorang mungkin tidak sadar itu tetapi cara tindakannya akan
dengan jelas mengungkapkannya." Musik batin dapat dianggap sebagai "inti dari jiwa - di
mana ketidaksadaran berada" (Hadley, 2002, p.35). Pola komunikasi dan interaksi klien
dipengaruhi oleh emosi yang tidak diungkapkan, yang terbentuk dalam proses nonverbal,
tidak sadar dan membentuk struktur kepribadian seseorang. Dalam pelepasan emosi yang
sebelumnya tidak terekspresikan melalui musik improvisasi, klien mampu mencapai katarsis,
melepaskan energi yang telah diblokir oleh emosi yang tidak diungkapkan, merefleksikan
emosi secara verbal dan membawa keadaan tidak sadar ke kesadaran. Dalam terapi, 'musik
batin' pada akhirnya terpenuhi dalam analogi verbal dan wawasan intelektualnya yang sesuai.
BAB II
KONSEP GARAPAN

Dalam menciptakan sebuah karya musik, diperlukan beberapa tahapan;


pertama, membangun ide gagasan musikal yang mengandung nilai-nilai tekstual dan
kontekstual, nilai-nilai tekstual adalah berkaitan dengan hal-hal bersifat musik,
sementara kontekstual berkaitan dengan nilai-nilai yang diluar musik. Kedua,
menentukan instrumen musik sebagai sarana memainkan komposisi, ketiga
menuangkan Tema gagasan musikal dalam bentuk simbol bunyi (partitur), keempat
menciptakan deskripsi karya dan kelima mendokumentasikan hasilnya

1. IDE/GAGASAN

Tema melodi utama dari Komposisi ini lahir dari peluapan rasa emosi Amarah
dan Sedih yang kemudian penyaji kembangkan menjadi suatu Instrumental yang ingin
menggaris bawahi bagaimana Instrumen dapat menjadi media ekspresi (Self
Expression), serta bagaimana bermain musik dapat berdampak secara psikologi
kepada Musisi.

Dengan mengangkat Emosi Amarah dan Kesedihan, hal yang ingin dicapai
dari Garapan ini adalah untuk dapat menggambarkan kedua Emosi tersebut kedalam
nada dan ritmis dalam satu komposisi yang memiliki cerita. Cerita itu sendiri akan di
gambarkan kedalam struktur komposisi sebagaimana struktur penyajian cerita literasi
ataupun visual dilakukan; orientasi, perumitan peristiwa, komplikasi, resolusi dan
koda.
2. KONSEP GARAPAN

Karya instrumental ini menggunakan birama 4/4 dengan tempo 75 Bpm pada
Intro awal. Transisi dari Intro awal ke Eksposisi I akan mengalami pergeseran tempo
dari 75 Bpm Andantino ke 114 Bpm Allegro Moderato secara bertahap dalam dua
birama. Dari Eksposisi I, tema utama yang merupakan tema melodi yang akan selalu
muncul pada komposisi ini akan di perkenalkan pada bagian ini kemudian di pertegas
dan divariasikan di Eksposisi II. Pada Eksposisi III, meskipun tema utama tidak lagi
ditegaskan pada bagian ini, Eksposisi III akan mengembangkan variasi melodi baru
dalam skala nada yang sama dengan tujuan untuk mencapai klimaks pada akhir dari
bagian ini. Pada Outro akhir setelah klimaks, birama berganti ke 3/4 dengan nuansa
slow-waltz sebagai penutup.

Pada komposisi ini penyaji menggunakan tonalitas Do = G dengan aliran


Eksperimental Klasik-Jazz (Avant Grade). Dalam proses penggarapan melodi dan
ritmis, penyaji terinspirasi dari komposisi Caravan – Duke Ellington, Juan Tlzol serta
komposisi Etude no. 2 – Phillip Glass. Garapan ini akan melibatkan dua instrument;
Piano dan Drum. Dua kombinasi instrument yang diharapkan dapat mencapai tujuan
utama, yaitu: jelasnya penyaluran emosi Amarah dan Sedih dari aspek komposisi.
Selain itu, instrumental ini juga melibatkan unsur emosi yang menurut McDermott
(2013:20-21) mengekspresikan emosi adalah salah satu bagian dari struktur
komposisi. Ekspresi bukan hanya pada emosi yang dipahami sebatas emosi tapi juga
bagaimana komponis dapat merancang nada, frase, range, tone color, bentuk, ritme,
dan sebagainya.
3. UNSUR MUSIKAL
A. Tema Melodi
B

IDE/GAGASAN
Musik sebagai media ekspresi bagi para musisi (Self Expression) dalam lingkup pribadi.

PREMIS
Musisi mengekspresikan emosi Amarah dan Sedih ke dalam instrument yang dikuasainya
secara intens dan emosional dengan tujuan untuk menyalurkan emosinya (praktik Art
Theraphy).

KONSEP
Garapan komposisi instrumental ini akan melibatkan dua instrument; Piano dan Drum. Hasil
dari instrumental tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan utama, yaitu: jelasnya
penyaluran emosi Amarah dan Sedih dari aspek komposisi.

Karya instrumental ini menggunakan birama 4/4 dengan tempo 114 Bpm pada bagian awal
hingga pertengahan, dan berganti ke birama 3/4 pada bagian akhir instrumental. Jumlah
keseluruhan bar pada komposisi musik ini belum di ketahui.

LANDASAN BERPIKIR
Musik seseorang mengungkapkan kebenaran penting tentang pembuat musik. Yang lain
berpendapat bahwa ekspresi diri adalah pelepasan perasaan batin. Pertimbangkan kata-kata
Florence Tyson (1981): "Musik dianggap sebagai bahasa yang memberikan ekspresi simbolis
pada isi dan perjuangan yang tidak disadari" (hal.15). "Musik adalah satu-satunya jembatan
dari dunia batin ke realitas luar; satu-satunya sarana ekspresi perasaan batin"

Fundamental to Analytical Music Therapy (AMT) adalah premis bahwa emosi, pikiran, dan
keadaan seseorang dapat dilambangkan melalui musik dan direfleksikan secara verbal. Mary
Priestley (1975, p.199) menggambarkan proses ini dalam istilah "musik batin" - realitas
internal yang dapat diungkapkan: "Musik batin adalah iklim emosional yang berlaku di balik
struktur pikiran seseorang. Seseorang mungkin tidak sadar itu tetapi cara tindakannya akan
dengan jelas mengungkapkannya." Musik batin dapat dianggap sebagai "inti dari jiwa - di
mana ketidaksadaran berada" (Hadley, 2002, p.35). Pola komunikasi dan interaksi klien
dipengaruhi oleh emosi yang tidak diungkapkan, yang terbentuk dalam proses nonverbal,
tidak sadar dan membentuk struktur kepribadian seseorang. Dalam pelepasan emosi yang
sebelumnya tidak terekspresikan melalui musik improvisasi, klien mampu mencapai katarsis,
melepaskan energi yang telah diblokir oleh emosi yang tidak diungkapkan, merefleksikan
emosi secara verbal dan membawa keadaan tidak sadar ke kesadaran. Dalam terapi, 'musik
batin' pada akhirnya terpenuhi dalam analogi verbal dan wawasan intelektualnya yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Bunt, L. & Stige, B. (2014) Music Therapy: an art beyond words. New York, NY: Routledge

Hananto Dwi, Paulus.2011. Jurnal Ilmiah Musik, vol. 2 no.2 Salatiga: Program Studi Musik
Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana

Mack Dieter, 1995. Sejarah Musik jilid 3. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Pasaribu, Amir. 1986. Analisis Musik Indonesia. Jakarta: PT. Pantja Simpati.

Anda mungkin juga menyukai