Makalah Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia
Makalah Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia
DI INDONESIA
Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas
PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia ini. Dan
kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah
Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai......................................................................................... 3
B. Kerajaan Tarumanagara........................................................................... 4
C. Kerajaan Sriwijaya................................................................................... 4
D. Kerajaan Mataram Kuno.......................................................................... 7
E. Kerajaan Medang..................................................................................... 8
F. Kerajaan Kediri........................................................................................ 10
G. Kerajaan Singhasari................................................................................. 11
H. Kerajaan Majapahit.................................................................................. 13
I. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali................ 15
J. Kerajaan Tulang Bawang......................................................................... 16
K. Kerajaan Kota Kapur............................................................................... 17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 19
B. Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha
berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih
jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu
masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para
musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal
dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari
Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan
Sunda sampai abad ke-16. Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar,
yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14,
kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah
Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibu kotanya Palembang sekitar tahun 670.
Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah
dan Kamboja.
Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di
Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364,
Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian
besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Kerajaan Kutai?
2. Bagaimana sejarah Kerajaan Tarumanagara?
1
2
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang Kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kutai.
2. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Tarumanagara.
3. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Sriwijaya.
4. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
5. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Medang.
6. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kediri.
7. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Singhasari.
8. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Majapahit.
9. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti
Warmadewa di Bali.
10. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Tulang Bawang.
11. Untuk mengetahui sejarah Kerajaan Kota Kapur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berdiri sekitar abad ke-5. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.
Informasi tentang awal mula Kutai diketahui dari Yupa. Ada tujuh buah Yupa
yang menjadi sumber utama bagi para ahli untuk mengetahui sejarah Kerajaan
Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan. Yupa
ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa
ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Berdasarkan salah satu isi
Prasasti Yupa, kita dapat mengetahui nama-nama raja yang pernah
memerintah di Kutai, yaitu Kundungga, Aswawarman, dan Mulawarman.
Nama Kundungga tidak dikenal dalam bahasa India, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa nama tersebut merupakan nama asli daerah tersebut.
Kundungga mempunyai anak bernama Aswawarman dan cucu yang bernama
Mulawarman. Dua nama terakhir merupakan nama yang mengandung unsur
India. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Hindu pada keluarga kerajaan itu
sudah mulai masuk pada masa Kundungga yang dibuktikan dengan
diberikannya nama Hindu pada anaknya.
Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan bahwa raja
Mulawarman telah memberi sedekah 20. 000 ekor sapi kepada para brahmana.
Hal ini menjelaskan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
Kutai adalah usaha peternakan. Di samping peternakan, masyarakat Kutai
melakukan pertanian. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai, sangat mendukung
untuk pertanian. Selain itu, masyarakat Kutai juga melakukan perdagangan.
Diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan
internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan sampai
di Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah
terlebih dahulu di Kutai.
3
4
D. Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Tarumanagara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang
diperkirakan berdiri pada abad ke–5 Masehi. Berdasarkan catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa kerajaan
Tarumanagara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sumber sejarah mengenai kerajaan Tarumanagara diketahui dari
prasasti- prasasti yang ditinggalkannya. Prasasti itu menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Sampai saat ini ada ditemukan 7 buah prasasti,
yaitu: prasasti Kebon Kopi, prasasti Ciaruteun, prasasti Pasir Awi, Prasasti
Jambu, prasasti Muara Cianten, dan prasasti Tugu. Selain itu, sumber lain
tentang kerajaan Tarumanagara diperoleh dari catatan seorang musafir Cina
yang bernama Fa-Hien. Dalam perjalanan ke India ia singgah di Ye- Po-Ti
(Pulau Jawa).
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, dapat diperoleh gambaran
mengenai kehidupan masyarakat Tarumanagara. Mata pencahariannya adalah
bertani dan berdagang. Menurut berita yang ditulis Fa-Hien barang yang
diperdagangkan adalah cula badak, kulit penyu dan perak. Fa-Hien juga
menjelaskan di Tarumanagara terdapat tiga agama, yakni agama Hindu,
agama Buddha dan kepercayaan animisme. Raja memeluk agama Hindu.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanagara adalah Purnawarman.
Ia dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas. Ia juga dekat dengan para
brahmana dan rakyatnya. Ia raja yang jujur, adil, dan arif dalam memerintah.
Untuk memajukan bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi
dengan cara menggali sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km).
Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati. Saluran itu selain berfungsi
sebagai irigasi juga untuk mencegah bahaya banjir.
E. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan
Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berdiri di
Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim
5
dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan dari Selat Malaka,
Selat Sunda, hingga Laut Jawa.
Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya diperoleh dari prasasti yang berasal
dari dalam negeri dan prasasti dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari
dalam negeri antara lain: prasasti Kedukan Bukit, prasasti Talang Tuwo,
prasasti Telaga Batu, prasasti Kota Kapur, prasasti Karang Berahi, prasasti
Palas Pasemah dan Amoghapasa. Adapun Prasasti yang berasal dari luar
negeri antara lain: prasasti Ligor, prasati Nalanda, prasasti Canton, prasasti
Grahi dan prasasti Chaiya. Sumber sejarah lain tentang kerajaan Sriwijaya
diperoleh dari seorang pendeta Cina yang bernama I-tsing.
Berdasarkan sumber-sumber tersebut, diperoleh keterangan mengenai
Kerajaan Sriwijaya sebagai berikut.
1. Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha
di Asia Tenggara.
2. Pulau Bangka dan Jambi Hulu telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya
pada tahun 686 Masehi.
3. Pada awal abad ke-11 Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala
(India) melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya.
Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur namun berhasil
melemahkan kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang, di dekat pantai
dan di tepi Sungai Musi. Pada mulanya masyarakat Sriwijaya hidup dengan
bertani. Namun karena berdekatan dengan pantai, maka perdagangan menjadi
cepat berkembang. Kemudian perdagangan menjadi mata pencaharian pokok
masyarakat Sriwijaya.
Perkembangan perdagangan didukung oleh letak Sriwijaya yang
strategis. Sriwijaya terletak di persimpangan jalur perdagangan internasional.
Para pedagang dari India ke Cina atau dari Cina ke India singgah dahulu di
Sriwijaya, begitu juga para pedagang yang akan ke Cina. Para pedagang
melakukan bongkar muat barang dagangan di Sriwijaya Dengan demikian,
Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Untuk
memperkuat kedudukannya, Sriwijaya membentuk armada angkatan laut yang
6
kuat. Melalui armada angkatan laut yang kuat Sriwijaya mampu menguasai
kawasan perairan Asia Tenggara, perairan di Laut Natuna, Selat Malaka, Selat
Sunda, dan Laut Jawa.
Selain menjadi pusat perdagangan, kerajaan Sriwijaya juga
berkembang menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara.
Menurut catatan pendeta I-Tsing, bahwa di Sriwijaya tinggal ribuan pendeta
dan pelajar agama Buddha. Pada tahun 671 M, I-Tsing pernah berdiam di
Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta sebagai persiapan kunjungannya
ke India. Seperti halnya I-tsing, para pendeta Cina lainnya yang akan belajar
agama Buddha ke India dianjurkan untuk belajar terlebih dahulu di Sriwijaya
selama satu sampai dua tahun. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang
belajar agama Buddha itu dibimbing oleh seorang guru yang bernama
Sakyakirti. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan Sriwijaya
sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Balaputradewa. Ia
memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya
mencapai masa kejayaan. Wilayah kekuasaan Sriwijaya berkembang luas.
Daerah-daerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar
Jawa bagian barat, sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, dan
Semenanjung Melayu.
Pada abad ke-11 kekuasaan Kerajaan Sriwijaya mulai mundur. Salah
satu penyebabnya adalah penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya oleh
Raja Rajendracola dari Colamandala. Pada tahun 1017 M, kerajaan
Colamandala mengadakan serangan pertama. Serangan kedua dilakukan pada
tahun 1025
M. Penyerbuan Colamandala dapat dipukul mundur, namun kekuatan
armada laut Sriwijaya mengalami kemunduran. Akibat peperangan ini, banyak
kapal Sriwijaya yang hancur dan tenggelam. Hal ini menyebabkan Banyak
daerah kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri. Pada tahun 1377 armada
laut Majapahit menyerang Sriwijaya. Serangan ini mengakhiri riwayat
kerajaan Sriwijaya.
7
G. Kerajaan Medang
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Mpu Sindok memindahkan
ibukota kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Ibu kotanya
terletak di dekat Jombang di tepi Sungai Brantas. Selanjutnya, Mpu Sindok ini
mendirikan dinasti baru yang bernama dinasti Isyana menggantikan dinasti
Syailendra. Sumber sejarah yang berkenaan dengan kerajaan Medang di Jawa
9
H. Kerajaan Kediri
Munculnya Kerajaan Kediri berawal dari pembagian kerajaan oleh
Airlangga menjadi Janggala dan Panjalu (Kediri). Kedua kerajaan ini dibatasi
oleh Kali Brantas. Tujuan Airlangga membagi kerajaan adalah untuk
mencegah perpecahan antara kedua putranya. Akan tetapi upaya tersebut
mengalami kegagalan. Setelah Airlangga wafat pada tahun 1049 M, terjadi
perang antara Janggala dan Panjalu (Kediri). Perang ini berakhir dengan
11
I. Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singhasari atau Singosari,
adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada
12
tahun 1222 M. Sumber sejarah Kerajaan Singhasari antara lain diperoleh dari
Kitab Pararaton, Kitab Negara Kertagama dan beberapa prasasti, seperti
Prasasti Balawi, Maribong, Kusmala, dan Mula-Malurung. Menurut Pararaton,
Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kediri. Tumapel
dikuasai oleh seorang akuwu bernama Tunggul Ametung. Kemudian Tunggul
Ametung digulingkan dari kekuasaannya oleh Ken Arok yang merupakan
bawahan Tunggul Ametung. Ken Arok menjadi akuwu baru.
Pada saat Ken Arok menguasai Tumapel, di kerajaan Kediri terjadi
perselisihan antara Raja Kertajaya dan para Brahmana. Para Brahmana
melarikan diri ke Tumapel. Mereka meminta perlindungan kepada Ken Arok.
Atas dukungan para Brahmana, Ken Arok melakukan serangan ke Kediri.
Perang melawan Kediri meletus di desa Ganter dan Kediri berhasil
dikalahkan. Setelah Kediri berhasil dikalahkan, Ken Arok mendirikan
kerajaan Singhasari dan menjadi raja pertama dengan gelar Sri Ranggah
Rajasa Sang Amurwabumi.
Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Kertanegara. Ia bercita-cita meluaskan kekuasaannya meliputi
seluruh wilayah Nusantara. Kertanegara berhasil memperluas kekuasaan ke
beberapa daerah di antaranya Bali, Kalimantan Barat Daya, Maluku, Sunda,
dan Pahang. Pada tahun 1275 M Raja Kertanegara mengirimkan tentaranya ke
Melayu atau yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu. Selain untuk
menggoyahkan kerajaan Sriwijaya, ekspedisi ini juga bertujuan untuk
menahan serbuan tentara Mongol di bawah pimpinan Kaisar Kubilai Khan
yang sedang melakukan perluasan wilayah di Asia Tenggara.
Beberapa kali utusan Kaisar Kubilai Khan datang ke Singhasari
menuntut agar Kertanegara mengakui kedaulatan Kubilai Khan di Cina.
Tuntutan tersebut ditolak oleh Kertanegara dengan tegas. Kemudian Kubhilai
Khan mengirim armada Mongol ke Pulau Jawa untuk menaklukkan
Kertanegara. Sebagai persiapan untuk menghadapi serangan tentara Mongol,
Kertanegara mengirimkan bala tentaranya ke luar Jawa. Perang ini tidak
terjadi karena Kertanegara telah meninggal pada tahun 1292 M akibat
serangan dari Jayakatwang (keturunan Raja Kediri).
13
J. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang berdiri dari
sekitar tahun 1293 M. Kerajaan Majapahit dianggap sebagai kerajaan Hindu-
Buddha yang terbesar dalam sejarah Indonesia. Sumber sejarah kerajaan
Majapahit di antaranya diperoleh dari kitab Pararaton, kitab Sutasoma, dan
kitab Negarakertagama. Selain itu ada pula beberapa prasasti, diantaranya
Prasasti Gunung Butak, Prasasti Kudadu, Prasasti Blambangan, dan Prasasti
Langgaran.
Munculnya Kerajaan Majapahit erat hubungannya dengan keruntuhan
Kerajaan Singhasari. Ketika Singhasari diserang oleh Jayakatwang, Raden
Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara berhasil meloloskan diri. Ia
mendapat pertolongan dari bupati Sumenep bernama Arya Wiraraja. Berkat
pertolongannya, Raden Wijaya mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan
diberi tanah di hutan Tarik dekat Mojokerto. Daerah tersebut kemudian diberi
nama Majapahit.
Raden Wijaya kemudian menyusun kekuatan untuk menyerang balik
Jayakatwang. Saat Ia melakukan persiapan untuk menyerang Jayakatwang,
tentara Mongol tiba di Pulau Jawa. Mereka dikirim oleh Kaisar Kublai Khan
untuk menaklukkan Kertanegara. Tentara Mongol menyangka Kertanegara
masih berkuasa di Singhasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Kertanegara
telah wafat dan kerajaannya jatuh ke tangan Jayakatwang.
14
Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan
Siam.
Pada masa kerajaan Majapahit, bidang sastra mengalami kemajuan.
Karya sastra yang terkenal adalah Kitab Negarakertagama. Selain kitab sastra,
Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit. Kitab lain yang
terkenal adalah Sutasoma. Kitab Sutasoma memuat kata-kata yang sekarang
menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Bidang
seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat.
Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di daerah Blitar, Candi Tigawangi
dan Surawana di dekat Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.
Kejayaan Majapahit mulai mengalami kemunduran setelah
pemerintahan Hayam Wuruk berakhir. Raja-raja yang berkuasa tidak mampu
mengembalikan kejayaan Majapahit, Di samping itu, terjadinya perang
saudara yang dikenal dengan Perang Paragreg pada tahun 1401-1406 M
menyebabkan kekuatan Majapahit melemah. Unsur lain yang menyebabkan
semakin mundurnya kerajaan Majapahit adalah meluasnya pengaruh Islam
pada saat itu. Kerajaan Majapahit akhirnya runtuh setelah mendapat serangan
pasukan Demak di bawah pimpinan Adipati Unus.
terkenal, terutama setelah zaman penjajahan Belanda di Bali. Pada waktu itu
pernah terjadi perang rakyat Buleleng melawan Belanda.
Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang. Pada masa
perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng diperkirakan menjadi
salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa. Sesuai dengan letaknya
yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang menjadi pusat perdagangan laut.
Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat menuju Buleleng. Dari
Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras,
asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah
seberang).
Perdagangan dengan daerah seberang mengalami perkembangan pesat
pada masa Dinasti Warmadewa yang diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini
dapat dibuktikan dengan adanya kata-kata pada prasasti yang disimpan di
Desa Sembiran yang berangka tahun 1065 M. Kata-kata yang dimaksud
berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra,
rumunduk i manasa ....” Artinya, “andai kata ada saudagar dari seberang
yang datang dengan jukung bahitra berlabuh di manasa ....”
Sistem perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada
yang sudah dengan alat tukar (uang). Pada waktu itu sudah dikenal beberapa
jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling. Dengan perkembangan
perdagangan laut antarpulau di zaman kuno secara ekonomis Buleleng
memiliki peranan yang penting bagi perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali
misalnya pada masa Kerajaan Dinasti Warmadewa.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah
peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah
tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing-masing panjangnya sekitar
350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan
dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870
M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad
ke-6 M tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi
Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7 M.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan
dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka tahun 608
Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini
oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya
berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari
jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya
Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan
awal yang ada di Pulau Bangka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan
salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
Pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan ini, tradisi agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha di Kepulauan Indonesia berkembang dengan pesat. Masyarakat
di Kepulauan Indonesia telah mencapai tingkatan tertentu sebelum munculnya
kerajaan yang bersifat Hindu-Buddha. Melalui proses akulturisasi, budaya
yang dianggap sesuai dengan karakteristik masyarakat diterima dengan
menyesuaikan pada budaya masyarakat setempat pada masa itu.
Kebudayaan Hindu di zaman itu mempunyai kekuatan yang besar dan
serupa dengan zaman modern saat ini, seperti kebudayaan Barat ataupun
kebudayaan Korea yang hampir mempengaruhi seluruh kehidupan semua
bangsa-bangsa di dunia. Demikian halnya dengan kebudayaan intelektual
agama Hindu pada masa itu yang mempunyai pengaruh kuat di Asia
Tenggara.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-
kerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatra
dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-
lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir
dari era ini.
N. Saran
Mempelajari sejarah Indonesia tentang Kerajaan-kerajaan Hindu-
Budha di Indonesia, kita bisa mengambil hikmah dari berbagai peristiwa
perjalanan bangsa Indonesia dari setiap periode sehingga kita dapat
mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Lombard, Denis. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian III: Wawasan
Kerajaan-kerajaan Konsentris. Jakarta: PT. Gramedia.
Munandar, Agus Aris (ed). 2007. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Religi dan
Falsafah. Jakarta: Departemen Budaya dan Pariwisata.
Utomo, Bambang Budi. 2009. Atlas Sejarah Indonesia Masa Prasejarah (Hindu-
Buddha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.