Disusun Oleh :
Erliantika Pertiwi (P27824420156)
AKI di Indonesia masih cukup tinggi. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) t
ahun 2014 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes
RI, 2013). Sekitar 748 kasus kematian ibu terjadi di Jawa Barat dari total 5.019 kasus di Indo
nesia. (Profil Dinkes Jabar, 2013). Tingginya AKI secara global terkait dengan penyebab lang
sung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan, eklam
psia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi, sedangkan salah satu faktor penyebab tidak
langsung kematian ibu hamil adalah anemia. Risiko dari penyebab langsung ini akan semakin
meningkat bila ibu menderita anemia (Manuaba, 2007). Anemia pada ibu hamil adalah keada
an dimana seorang ibu hamil mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya. Anemia atau seri
ng disebut kurang darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasan
ya yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan kejadian
anemia hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasar
nya (Depkes RI, 2009). Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama
di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil.
Kejadian anemia di dunia menduduki urutan ke tiga dengan prevalensi anemia pada ib
u hamil 74%. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pend
arahan akut, bahkan jarak keduanya saling berinteraksi (Adawiyani, 2013). Pravalensi anemia
ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Tingginya
pravalensi ini merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia saat ini (Admi
n, 2012). Anemia gizi besi merupakan masalah gizi utama bagi semua kelompok umur denga
n prevalensi paling tinggi pada ibu hamil (70%) (Supariasa, 2002). Pada kehamilan relatif terj
adi anemia karena ibu hamil mengalami hemodilusi dengan peningkatan volume 30% sampai
40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu (Manuaba, 1998). Menurut Ikata
n Bidan Indonesia (IBI, 2006) untuk mendeteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan k
adar Hb ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb
kurang dari 11 gram% maka dinyatakan ibu menderita anemia.
Anemia pada ibu hamil dapat bersifat multifaktor, dari yang murni defisiensi besi, fol
at, B12 dan karena penyakit malaria/hemolitik atau sickle cell. Anemia dalam kehamilan dipe
ngaruhi oleh kemiskinan, dimana asupan gizi sangat kurang, ketimpangan gender, serta ketid
aktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi untuk meme
nuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya. Bagi ibu hamil, anemia berperan pada peningka
i
tan prevalensi kematian dan kesakitan ibu (Tarwoto, 2009 dan Proverawati, 2011). Anemia d
alam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kura
ngnya asupan gizi dalam makanan karena gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan atau p
endarahan (Breymann, 2005).
Menurut Depkes RI (2002) dalam Niver (2002), kejadian anemia pada kehamilan dap
at terjadi karena beberapa hal diantaranya gizi ibu hamil, kepatuhan meminum tablet Fe, pem
eriksaan kehamilan, paritas ibu, dan hal lain yang juga ditunjang oleh rendahnya tingkat pend
idikan serta kurangnya pengetahuan ibu tentang bahaya anemia pada kehamilan. Kasus anemi
a dalam kehamilan ini sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif seperti pemeri
ksaan kehamilan berkesinambungan pada tenaga kesehatan, pemberian gizi yang memadai, p
eningkatan pengetahuan ibu tentang bahaya anemia dalam kehamilan, pemberian dan konsum
si tablet Fe yang teratur dan lain-lain.
HASIL ANALISIS
Kejadian Anemia
Konsumsi fe Kasus Kontrol
f % f %
<90 tablet 15 78,9 4 21,1
>90 tablet 10 32,3 21 67,7
Jumlah 25 50,0 25 50,0
ρ = 0,001 dan OR =7,875 (2,071-29,940)
Dari data di atas menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,001 lebih kecil daripada
(0,05), maka H0 ditolak yang artinyanilai ada pengaruh konsumsi Fe terhadap kejadian ane
mia. Nilai Odd Ratio (OR) 7,875 yang artinya ibu hamil dengan konsumsi Fe.
ii
Kurang 10 41,7 10 41,7
Baik 15 57,7 15 57,7
Jumlah 25 50,0 25 50,0
ρ = 0,258 dan OR = 0,524 (0,170-1,612)
Dari data di atas menunjukkan bahwa nilai p value sebesar 0,258 lebih besar daripada
(0,05), maka H0 ditolak yang artinyanilai tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap kejadia
n anemia. Nilai Odd Ratio (OR) diperoleh 0,524 yang artinya bahwa ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang beresiko mengalami anemia dibandingkan dengan ibu hamil dengan pen
getahuan baik.
KESIMPULAN
Sebagian besar responden baik pada kelompok kasus maupun kontrol berada pada ren
tang umur tidak resiko yaitu 20-35 tahun, dengan tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja, pa
ritas > 1, status gizi kurang, konsumsi Fe yang kurang. Pengetahuan responden pada kelompo
k kasus lebih baik daripada kelompok kontrol. Tidak ada hubungan signifikan antara umur, p
aritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Kunjun
gan ANC dan konsumsi Fe berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil. Konsumsi
Fe adalah variabel paling berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
iii