Anda di halaman 1dari 11

BAB I

Ayat –ayat dan Hadist Dasar Ekonomi

Tujuan Instruksional Umum :


Mahasiswa mampu memahami tentang tafsir dari ayat-ayat dan hadits yang
berkaitan dengan dasar ekonomi

Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa mampu :
1. Menghafal ayat-ayat dan hadits dasar ekonomi
2. Menjelaskan tafsir ayat-ayat dan hadits dasar ekonomi
3. Menjelaskan munasabah ayat dengan tema dasar ekonomi

1. QS Ali Imranran (3) : 14


َ ‫ير ْٱل ُمقَن‬
َِ‫ط َرةِِّ ِّمن‬ ِِّ ‫سآِ ِِّء َو ْٱلبَنِّينَِ َو ْٱلقَ َٰنَ ِّط‬
َ ِّ‫ت ِّمنَِ ٱلن‬ ِِّ ‫ش َه َٰ َو‬
َّ ‫اس ُحبِ ٱل‬ ِ ِّ َّ‫ُزيِّن ِّللن‬
ِِّ ‫ٱلذَّ َه‬
‫ب‬
َِ ‫ث ِٓ َٰذَ ِّل‬
ِٓ ‫ك َم َٰتَ ُِع ْٱل َحيَ َٰوةِِّ ٱلد ْنيَا‬ ِِّ ‫س َّو َم ِِّة َو ْٱْل َ ْن َٰ َع ِِّم َو ْٱل َح ْر‬
َ ‫ل ْٱل ُم‬ ِِّ ‫ض ِِّة َو ْٱل َخ ْي‬َّ ‫َو ْٱل ِّف‬
َِّ ‫َو‬
ُ‫ٱّلل‬
ِِّ ‫ْن ْٱل َمـِا‬
‫ب‬ ُِ ‫ِّعندَِهۥُ ُحس‬
Artinya:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan disisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga).”

Penjelasan :
Manusia dianugerahi rasa cinta kepada aneka syahwat, dan itu
adalah suatu keindahan. Syahwat adalah kecenderungan hati yang sulit
terbendung kepada sesuatu yang bersifat inderawi, material. Dijadikan
indah juga bagi manusia kecintaan kepada harta yang tidak terbilang lagi
berlipat ganda. Bentuk harta yang berupa emaserak, sawah , ladang,
ternak dan lain-lain, yang semua itu merupakan sesuatu yang diinginkan
dan cenderung dicintai oleh manusia.(Quraish, 2002:198)
Kecintaan pada materi (wanita, anak-anak, hara benda) merupakan
sifat dasar manusia, karna berkaitan denan kebutuhan. Hanysaja kita tidak
boleh terlalu menuruti awa nafsu (lalai) dalam memenuhi kebutuhan
dunia sehingga melupakan kehidupan akhirat.
Kebutuhan manusia ada dua macam yaitu kebutuhan lahir dan
batin. Berkaitan dengan kebutuhan lahir, maka manusia membutuhkan
harta benda. Harta benda adalah obyek dalam penbahasan ekonomi.
Karena itu kebutuhan manusia akan harta benda merupakan dasar
ekonomi.

Kesimpulan:
a. Harta benda baik berupa sandang pangan dan papan adalah salah satu
kebutuhan lahir manusia yang harus dipenuhi. Akan tetapi manusia
tidak boleh terlalu menuruti hawa nafsu (lalai) dalam memenuhi
kebutuhan dunia sehingga melupakan kehidupan akhirat.
b. Dalam ilmu ekonomi, harta benda merupakan obyek dasar dalam
pembahasannya, karena itu menjadi penting untuk dipelajari
bagaimana cara memperoleh, mengkonsumsi dan menyalurkannya
sehingga sesuai dengan yang diajarkan oleh Allah SWT sebagai
pemilik mutlak semua yang ada di dunia.

2. QS an-Nisa’(4) : 32

‫َصيبِ ِّم َّما‬


ِّ ‫ل ن‬
ِِّ ‫لر َجا‬ َِٰ َ‫ض ُك ِْم َعل‬
ِّ ‫ى َب ْعضِ ِٓ ِّل‬ َِّ ‫ل‬
َ ‫ٱّللُ ِّب ِِّهۦ َب ْع‬ َّ َ‫ل تَتَ َمنَّ ْوا َما ف‬
َِ ‫ض‬ ِ َ ‫َو‬
ِٓ ‫سبُوا‬ َ َ‫ٱ ْكت‬
ِ‫ٱّللَ َكانَِ بِّ ُك ِّل‬
َِّ ‫ن‬َِّ ِّ‫ض ِّل ِِّهۦ ِٓ إ‬ َِّ ‫سبْنَِ ِٓ َوسْـلُوا‬
ْ َ‫ٱّللَ ِّمن ف‬ َ َ‫َصيبِ ِّم َّما ٱ ْكت‬
ِّ ‫سا ِِّء ن‬
َ ِّ‫َو ِّللن‬
ِ‫َىء‬
ْ ‫ش‬
‫َع ِّلي ًما‬

Artinya :
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka
usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Penjelasan :
Allah mengajarkan kepada manusia untuk menjaga kesucian batin
dengan menjauhkan diri dari perbuatan berangan-angan. Yang biasanya
muncul karena melihat kelebihan yang diberikan Allah kepad aorang lain,
karena manusia diciptakan memang dengan kelebihan dari yang lainnya.
Apabila seseorang telah silau melihat kelebihan orang lain maka kan
menimbulkan sifat dengki, hasut dan iri, yang semua itu adalah sifat yang
tidak baik dan merupakan penyakit yang bisa menjadikan batin manusia
tidak suci.
Dalam ayat tersebut Allah telah membebani kaum lelaki dan kaum
perempuan dengan berbagai pekerjaan. Kaum lelaki denga pekerjaan laki-
laki dan kaum perempuan dengan pekerjaan perempuan yaitu pekerjaan
yang tidak bertentangan dengan kodratnya. Masing-masing tidak boleh iri
terhadap apa yang telah dikhususkan baginya. Hendaknya mereka
melakukan pekerjaannya dengan tekun dan ikhlas, mengerjakan pekerjaan
bersandar pada potensi dan kekuatannya secara sungguh-sungguh sambil
mengharap karunia Allah didalam perkara-perkara yang tidak tidak dapat
dicapai dengan usahanya, baik karena ketidaktahuannya akan hal itu
maupun karena kelemahannya.
Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa yang diperintah
berusaha atau bekerja bukanlah laki-laki saja, perempuan juga harus
berusaha, dan dia akan dapat bagian dari usahanya. Oleh karena itu
janganlah berangan-angan saja tanpa suatu usaha. Karena Allah
melebihkan sebagian manusia atas sebagian yang lain sesuai dengan
tingkat kesiapan manusia dan perbedaan manusia di dalam mengarungi
kehidupan (kesiapan mereka dalam berusaha). Selam mereka mau
berusaha dan bekerja, dan d lam berusaha dan bekerjanya senatiasa
memohon tambahan kepada Allah, maka Allah akan tetap menurunkan
kemurahan dan karuniaNya kepada mereka, yang dengan itu mereka
menjadi lebih disbanding orang-orang yang malas.
Begitupun juga pengetahuan yang lebih mendalam tentang sesuatu
hal tidaklah akan diberikan AAllah kalau tidak berusaha, apalagi hanya
dengan berangan-angan.(Quraish, 2002:258)

Kesimpulan :
a. Larangan berangan-angan karena melihat kelebihan orang lain. Setiap
manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Untuk memperoleh kelebihan tersebut, seyogyanya manusia berusaha
untuk mendapatkannya.
b. Salah satu bentuk kelebihan yangdi miliki oleh manusia dibandingkan
dengan yanga lain adalah kelebihan dalam masalah harta. Karena itu,
manusia diperintahkan untuk berusaha/bekerja guna mendapatkan
harta sebagai alat pemenuhan dan pemuas kebutuhan manusia.

3. QS an-Nisa’ (4) : 5

ْ ‫ٱّللُ لَ ُك ِْم قِّ َٰيَ ًما َو‬


‫ٱر ُزقُو ُه ِْم فِّي َها‬ َِّ ‫ل‬َِ َ‫ل تُؤْ تُوا ٱلسفَ َها َِء أَ ْم َٰ َولَ ُك ُِم ٱلَّتِّى َجع‬ ِ َ ‫َو‬
ُ ‫َوٱ ْك‬
‫سو ُه ِْم‬
‫َوقُولُوا لَ ُه ِْم قَ ْو ًل َّم ْع ُروفًا‬
Artinya :
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan
pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata
yang baik.”
Penjelasan :
Pada ayat ini diajarkan supaya para wali mengelola harta anak
yatim dengan sebaik-baiknya, sesuai syar’i dan tidak meengandung riba.
Harta tersebut seyogyanya berkembang sehingga dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karena itu para wali dilarang untuk
memberikan harta benda tersebut kepada anak yatim apabila mereka
belum mampu mengelola, baik karena belum baligh atau ketiadaan ilmu
dan kemampuan dalam mengelola harta. Karena dikhawatirkan harta itu
akan habis sehingga menyebabkan kesengsaraan bagi anak yatim dalam
ehidupan mereka.(Quraish:2002:248)

Kesimpulan :
Harta benda adalah kebutuhan pokok manusia, karena itu harus
dikelola dengan baik dan oleh orang yang mempunyai kemampuan untuk
mengelolanya.
4. QS ar-Ruum (30) : 38-39

َِ‫ك َخيْرِ ِّللَّذِّينَِ يُ ِّريدُون‬ َِ ‫ل ِٓ َٰذَ ِّل‬ َّ ‫ى َحقَّ ِهۥ ُ َو ْٱل ِّم ْس ِّكينَِ َوٱبْنَِ ٱل‬
ِِّ ‫سبِّي‬ َِٰ َ‫ت ذَا ْٱلقُ ْرب‬ ِِّ ‫فَـا‬
َ‫َوجْ ِه‬
ِ َ َ‫اس ف‬
‫ل‬ ِِّ ‫ك ُه ُِم ْٱل ُم ْف ِّل ُحونَِ َو َما َءاتَ ْيتُم ِّمن ِّربًا ِّليَ ْربُ َوا فِّى أ َ ْم َٰ َو‬
ِ ِّ َّ‫ل ٱلن‬ َٰ
َِ ِّ‫ٱّللِّ ِٓ َوأُولَئ‬
َِّ
‫َي ْربُوا‬
َِ‫ض ِّعفُون‬ْ ‫ك ُه ُِم ْٱل ُم‬ َِ ‫ٱّللِّ فَأُو َٰلَ ِّئ‬َِّ َ‫ٱّللِّ ِٓ َِو َما َءاتَ ْيتُم ِّمن زَ َك َٰوةت ُ ِّريدُونَِ َوجْ ِه‬ َِّ َ‫ِّعن ِد‬
Artinya :
“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan
mereka itulah orang-orang beruntung. Dan sesuatu riba (tambahan) yang
kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat
yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”

Penjelasan :
Allah memerintahkan pada manusia untuk memberikan sebagian
dari harta yang kita miliki kepada mereka yang berhak. Karena sebagian
dari harta kita ada hak orang lain. Adapun orang-orang yang berhak
menerima adalah: 1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya,
tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2.
Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam
keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada
harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya
masih lemah. 5. Memerdekakan budak: mencakup juga melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-arang kafir. 6. Orang berhutang: orang
yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tiadak
sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun iya
mampu membayarnya. 7. Pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk
keperluan pertahanan Islam dan kaum Muslimin. Diantara mufasirin ada
yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-
kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
8. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami
kesengsaraan dalam perjalanannya.
Disamping itu harta yang kita miliki harus terhindar dari riba. Riba
jelas dilarang oleh agama Islam, bukan hanyaorang yang memakannya
saja yang dilaknat, melainkan juga setiap orang yang terlibat dalam
transaksi itu semua dilaknat, dan laknat tersebut menunjukkan bahwa
perbuatannya dilarang oleh agama. Riba adalah suatukelebihan yang
terjadi dalam tukar menukar barang yang sejenis atau jual beli barter
tanpa disertai dengan imbalan,dan kelebihan tersebut disyaratkan dalam
perjanjian.(A. Wardi Muslich,2010:259)

Kesimpulan :
a. Harta adalah anugerah Allah, karena itu sebagian harus diberikan
kepada orang lain, di samping itu sifat social merupakan kebutuhan
manusia yang bersifat batiniah
b. Harta ayang kita miliki tidak boleh mengandung unsur riba

Munasabah ayat :
Dari beberapa ayat yang dijelaskan di atas, dapat kita ambil
munasabah antara ayat satu dengan yang lain berkaitan dengan tema
“dasar ekonomi” yaitu:
a. Ayat pertama menjelaskan tentang kecintaan manusia terhadap
syahwat, salah satunya berupa cinta kepada harta benda. Sebagaimana
diketahui, harta adalah obyek utama dalam pembahasan ilmu
ekonomi. Ilmu ekonomi mengajarkan kepada manusia bagaimana
melakukan pilihan/mengelola harta yang dipunya supaya kebutuhan
dan keinginan manusia yang bersifat primer, sekunder dan tertier
dapat terpenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, manusia
dihadapkan pada pilihan-pilihan sehingga manusia dituntut untuk
bijak dalam mengelola harta yang dipunya. Dengan kata lain, ilmu
ekonomi mengajarkan kepada manusia bagaimana memperoleh,
mengkonsumsi dan mendistribusikan harta dalam kehidupan.
b. Islam memerintahkan manusia untuk bekerja keras. Dengan
bekerja/berusaha, maka manusia akan dapat memperoleh harta.
Dengan harta tersebut, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Sebaliknya Islam sangat melarang keras manusia hanya
berangan-angan tanpa melakukan suatu usaha. Perbuatan angan-angan
(tamanni) tanpa melakukan usaha akan menimbulkan iri hati. Sifat iri
hati akan menjadikan kesucian hati manusia menjadi ternoda. Padahal
Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk senantiasa menjaga
kesucian hati (kesucian batin).
c. Sestelah manusia memperoleh harta dari usahanya, hendaknya harta
tersebut dikelola dengan sebaik mungkinoleh orang-orang yang
mempunyai keahlian dan kemampuan dalam mengelola harta. Dengan
dikelola oleh orang yang ahli, maka harta tersebut diharapkan dapat
lebih berkembang sehingga dapat dimanfaatkan untuk hal-hal lain.
d. Harta yang kita peroleh, sejatinya bukan mutlak milik manusia.
Karena itu, manusia diperintahkan untuk menginfakkan sebagian dari
hartanya kepada orang lain yang berhak menerima, diantaranya: fakir
miskin. Disamping itu, perlu diperhatikan, bahwa harta yang kita
peroleh, seyogyanya tidak mengandung riba yang sangat dilarang oleh
Islam.

Hadits tentang dasar ekonomi


1. Kepemilikan

‫ب‬
ٍ ‫ش‬ ِ ‫َّللاِ ْبنُ ِخ َر‬
َ ‫اش ْب ِن َح ْو‬ َ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ُ‫َّللاِ ْبن‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬
َّ ‫ع ْب ُد‬
‫اس‬ َ ‫ب ع َْن ُم َجا ِه ٍد ع َْن ا ْب ِن‬
ٍ َّ‫عب‬ َ ‫ش ْيبَانِي ع َْن ا ْلعَ َّو ِام ْب ِن َح ْو‬
ٍ ‫ش‬ َّ ‫ال‬
ْ ‫سلَّ َم ا ْل ُم‬
َ ‫س ِل ُم‬
‫ون ش َُر َكا ُء‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَا َل قَا َل َر‬
َ ‫ََل َوالنَّ ِار َوثَ َمنُهُ َح َرا ٌم قَا َل أَبُو‬
‫س ِعي ٍد‬ ِ َ ‫اء َوا ْلك‬
ِ ‫ث فِي ا ْل َم‬ٍ ‫فِي ثَ ََل‬
‫َي ْع ِني ا ْل َما َء ا ْل َج ِاري‬
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Sa'id berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Khirasy bin Hausyab Asy
Syaibani dari Al Awwam bin Hausyab dari Mujahid dari Ibnu Abbas
ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Kaum
muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput(pohon) dan api(bahan
bakar). Dan harganya adalah haram."Abu Sa'id berkata, "Yang
dimaksud adalah air yang mengalir."(HR. Ibnu Majah).
Menurut sistem hukum ekonomi Islam:
a. Pemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber
ekonomi, tetapi kemampuan untuk memanfaatkannya;
b. Lama pemilikan atas sesuatu benda terbatas pada lamanya
manusia hidup di dunia ini dan kalau ia meninggal dunia, harta
kekayaannya harus dibagikan kepada ahli warisnya menurut
ketentuan yang ditetapkan Allah (QS. An-Nisaayat 7, 11, 12, 176);
c. Sumber-sumber daya alam yang menyangkut kepentingan umum
atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi milik
umum atau negara, atau sekurang-kurangnya dikuasai oleh negara
untuk kepentiingan umum atau orang banyak.
2. Keseimbangan
Keseimbangan adalah tidak berat sebelah, baik itu usaha-usaha
kita sebagai individu yang terkait dengan keduniaan dan keakhiratan,
maupun yang terkait dengan kepentingan diri dan orang lain, tentang
hak dan kewajiban.

ً‫ َحذَرا‬، ‫أس ِب ِه‬


َ ‫ع َما الَ َب‬
َ ‫ين َحتَّى َي َد‬
َ ‫من ال ُمتَّ ِق‬
َ ‫ُون‬ ْ ‫الَ َي ْبلُ ُغ ا ْل َعب ُد‬
َ ‫أن َيك‬
‫ حديث حسن‬: ‫ وقال‬، ‫ِم َّما ِب ِه بَأس رواه الترمذي‬
Artinya: “Seorang hamba tidak dapat mencapai tingkat taqwa yang
sempurna, hingga ia meninggalkan apa-apa yang tidak dilarang karena
khawatir terjerumus ke dalam hal yang dilarang (diharamkan)’‘
(Riwayat At-Tirmidzi, ia berkata, “Hadits hasan”).
Sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram juga telah
jelas, dan diantara keduanya ada hal-hal yang menyerupai
(meragukan), tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Jadi siapa
yang berhati-hati dari syubhat maka akan terjaga agama dan
kehormatannya, dan siapa yang terjerumus ke dalam syubhat maka
akan terjerumus ke dalam yang haram.
3. Keadilan
Yang berkaitan dengan perilaku ekonomi umat manusia
mengandung pengertian sebagai berikut :
a. Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam.
b. Keadilan harus ditetapkan disemua fase kegiatan ekonomi.

‫ َح َّدثَنَا‬،‫الرحْ َم ِن ْب ِن بَه َْرا َم الد َِّار ِمي‬ َ ‫َح َّدثَنَا‬


َ ُ‫ع ْب ُد هللاِ ْبن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬
َ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫ش ِق َّي‬
َ ُ‫س ِعي ُد ْبن‬
‫ع ْب ِد‬ ِ ‫َم ْر َوانُ يَ ْعنِي ا ْب َن ُم َح َّم ٍد‬
ْ ‫الد َم‬
َ ‫ ع َْن أَبِي إِد ِْر‬،َ‫ ع َْن َربِيعَةَ ْب ِن يَ ِزيد‬،‫ا ْلعَ ِز ِيز‬
‫ ع َْن‬،ِ‫يس ا ْل َخ ْو َالنِي‬
ِ‫ فِي َما َر َوى ع َِن هللا‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ ع َِن النَّبِي‬،‫أَبِي ذَ ٍر‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬
‫علَى‬ َ ‫ « َيا ِع َبادِي ِإنِي َح َّر ْمتُ الظ ْل َم‬:‫اركَ َوتَ َعالَى أَنَّهُ قَا َل‬
َ ‫تَ َب‬
‫ (رواه مسلم‬،‫ فَ ََل تَ َظالَ ُموا‬،‫ َو َجعَ ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما‬،‫)نَ ْفسِي‬
Artinya: Menceritakan Abdullah ibnu abdi rahman ibnu bahrama
dharami, menceritakan marwan ya’ni ibnu muhammad damasqi,
menceritakan said bin abdul aziz dari Rabi’a ibnu yazid, dari abi idris
haulani, dari Rasulullah SAW yang meriwayatkan dari Allah
tabaaraka ta’ala, Ia berkata: “ Wahai hambaku ,sesungguhnya saya
mengharamkan dzalim kepada diri saya sendiri dan saya menjadikan
di antara kalian keharaman, maka janganlah kalian saling
mendzalimi”.(HR.Muslim)
Penjelasan:
Hadist di atas menyuruh kita untuk tidak saling mendzalimi antara
yang satu dengan yang lainnya,karena haram merupakan perbuata
yang sangat di haramkan oleh Allah SWT.
Keterangan:
Hadist ini termasuk hadist shahih karena perawinya marfu’ kepada
Nabi mulai rawi pertama hingga perawi terakhir.

Anda mungkin juga menyukai