Anda di halaman 1dari 2

Materi pembelajaran 3

1) Sunnah:
a. Perbedaan antara sunnah dengan hadis/:
Hadis adalah suatu cerita tentang perilaku Nabi Muhammad SAW,
sedangkan sunnah adalah hukum yang disimpulkan dari cerita itu.
(Mahmudunnasir, 2005: 126). Sunnah dalam terminologi ulama fiqih
ialah sifat hukum bagi suatu perbuatan yang dituntut melakukannya
dalam bentuk tuntutan yang tidak mutlak, dengan arti diberi pahala bagi
orang yang melakukannya dan tidak berdosa bagi yang tidak
melakukannya.
Ulama ushul menempatkan sunnah sebagai salah satu sumber dalil
hukum, sedangkan ulama fiqih menempatkan sunnah itu sebagai salah
satu dari hukum syara’ (al-ahkam al-khams) yang mungkin berlaku bagi
suatu perbuatan. Dalam pengertian sunnah menurut ulama fiqih adalah
“hukum” bukan “sumber hukum” sebagaimana sunnah menurut ulama
ushul.
Menurut ‘Ajaj al-Khatib, bila kata sunnah diterapkan ke dalam masalah-
masalah hukum syara’, maka yang dimaksudkan dengan sunnah ialah
segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan oleh
Rasulullah saw. (Al-Asqalani, t.t.: 234-235).
al-Qasimy memberikan definisi hadis yaitu sesuatu yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad saw, baik perkataan, perbuatan, taqrir, atau
sifatnya. (al-Qasimy, 1979: 61)
b. Sunnah sebagai sumber hukum
Kedudukan Hadis Nabi Muhammad saw berada pada peringkat kedua
setelah Al-Qur’an. Walaupun demikian tidaklah mengurangi nilai hadis,
karena keduanya adalah sama-sama berasal dari wahyu Allah SWT,
karena hadis merupakan petunjuk makna dari Al-Qur’an.
c. Fungsi Sunnah terhadap Al-Qur’an
1. Bayan Taqrir, yaitu menegaskan kembali keterangan atau perintah
yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Seperti keterangan Rasul SAW
mengenai kewajiban shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya Bayan
Taqrir, yaitu menegaskan kembali keterangan atau perintah yang
terdapat di dalam Al-Qur’an. Seperti keterangan Rasul SAW mengenai
kewajiban shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya.
2. Bayan Tafsir; Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
datang secara mujmal, ‘am dan muthlaq. Seperti penjelasan Rasul saw
tentang tata cara pelaksanaan shalat: jumlah rakaatnya, waktu-
waktunya. Dalam hal ini hadis berfungsi sebagai bayan tafsir.
Menjelaskan dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang datang secara
mujmal, ‘am dan muthlaq. Seperti penjelasan Rasul saw tentang tata
cara pelaksanaan shalat: jumlah rakaatnya, waktu-waktunya. Dalam
hal ini hadis berfungsi sebagai bayan tafsir.
3. Bayan tasyri’ yaitu menetapkan hukum-hukum yang tidak ditetapkan
oleh Al-Qur’an. Sebagai contoh Rasul mengharamkan mengumpulkan
(menjadikan istri sekaligus) antara seorang wanita dengan
makciknya. Ketentuan tersebut tidak ada dalam Al-Qur’an, yang ada
hanya larangan terhadap suami yang memadu istrinya dengan
saudara perempuan sang istri, sebagaimana terdapat dalam firman
Allah SWT dalam surat al-Nisa’ ayat 23-24.

Anda mungkin juga menyukai