Anda di halaman 1dari 10

Lex Crimen Vol. X/No.

7/Jun/2021

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU sebagaimana yang diatur dalam Pasal 118
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA ayat (2) yang menentukan, dalam hal
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG perbuatan memproduksi, mengimpor,
NOMOR 35 TAHUN 20091 mengekspor, atau menyalurkan narkotika
Oleh: Nadya Regina Pang2 golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat
Tommy F. Sumakul3 (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku
Olga A. Pangkerego4 dipidana mati, pidana penjara seumur hidup,
atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)
ABSTRAK tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu dan pidana denda paling banyak Rp
untuk mengetahui faktor-faktor apa saja 8.000.000.000,- (delapan miliar rupiah)
yang menjadi penyebab penyalahgunaan ditambah 1/3 (sepertiga).
narkotika dalam masyarakat dan bagaimana
sanksi hukum pidana bagi pelaku B. Perumusan Masalah
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi
2009, yang mana dengan metode penelitian penyebab penyalahgunaan narkotika
hukum normaif disimpulkan: 1. Faktor-faktor dalam masyarakat?
penyebab terjadinya penyalahgunaan 2. Bagaimana sanksi hukum pidana bagi
narkotika dalam masyarakat adalah faktor pelaku berdasarkan Undang-undang
narkotika itu sendiri yang mudah diperoleh Nomor 5 Tahun 2009?
dan tersedia di pasaran, faktor kepribadian
pelaku yang anti sosial, faktor kejiwaan C. Metode Penelitian
pelaku yang mudah kecewa. Faktor Penelitian ini merupakan penelitian
ketidakharmonisan hubungan antara anggota hukum normatif.
keluarga dan faktor pergaulan atau
pertemanan. 2. Sanksi pidana bagi pelaku PEMBAHASAN
penyalahgunaan narkotika berdasarkan A. Faktor-faktor Penyebab Penyalahgunaan
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 Narkotika
adalah sanksi pidana mati, pidana penjara Penyalahgunaan narkotika dewasa
seumur hidup, pidana penjara paling lama 20 inimenjadi hal yang sangat mengkhawatirkan
(dua puluh) tahun dan pidana penjara paling banyak kalangan, karena para korbannya
sedikit 1 (satu) tahun dan pidana denda mayoritas generasi muda di berbagai
paling banyak Rp wilayah, tidak hanya di kota-kota besar tetapi
10.000.000.000 (sepuluh miliar) rupiah. juga di daerah-daerah terpencil sekalipun,
Namun sanksi pidana ini belum mampu dan tanpa memandang status dan strata
meminimalisir penyalahgunaan narkotika sosial masyarakat.
yang terjadi dalam masyarakat. Seseorang akan terlibat penyalahgunaan
Kata kunci: narkotika; sanksi pidana; narkotika apabila pada orang itu terdapat
faktor penyebab dan faktor pencetus yang
PENDAHULUAN saling bekaitan satu dengan yang lainnya.
A. Latar Belakang Masalah Faktor-faktor penyebab terjadinya
Pemerintah Indonesia, dalam upaya penyalahgunaan narkotika, antara lain
meminimalisasi penyalahgunaan narkotika sebagai berikut :1
berdasarkan Undang-undang Nomor 35 1. Faktor predisposisi.
Tahun 2009 tentang Narkotika, memberikan 2. Faktor kontribusi
sanksi hukum pidana yang sangat besar bagi 3. Faktor pencetus
pelaku dengan ancaman pidana mati Faktor predisposisi seseorang dengan
gangguan kepribadian (anti sosial) ditandai
1 dengan perasaan tidak puas terhadap orang
Artikel Skripsi
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
lain. Selain itu yang bersangkutan tidak
17071101772
3 1
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Mardani, Penyalahgunaan Narkoba, PT. Raja Grafindo
4
Fakultas Hukum Unsrat, Doktor Ilmu Hukum Persada, Jakarta, 2008, hlm. 101.

167
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

mampu untuk berfungsi secara wajar dan 5. Ada perubahan pola tidur (pagi hari
efektif dalam pergaulan di rumah, di sekolah sulit dibangunkan dan malam hari
atau di tempat kerja, gangguan lain sebagai sering mengeluh sulit tidur).
penyerta berupa rasa cemas dan depresi. 6. Sering kedapatan mata merah dan
Untuk mengatasi ketidakmampuan dan hidung berair (walaupun tidak sedang
menghilangkan kecemasan atau depresinya, influenza).
maka orang cenderung untuk menggunakan 7. Sering tidak membayarkan uang
narkoba. Semestinya orang itu dapat sekolah (dilaporkan hilang).
mengobati dirinya dengan datang ke 8. Di rumah sering kehilangan
dokter/psikiater untuk mendapatkan terapi barang-barang berharga.
yang tepat sehingga dapat dicegah 9. Perubahan tingkah laku yang
keterlibatannya dalam penggunaan narkoba. tiba-tiba belakangan ini terhadap
Faktor kontribusi, seseorang dengan kegiatan sekolah, keluarga dan
kondisi keluarga yang tidak baik akan merasa teman-teman menjadi kasar, tidak
tertekan, dan rasa tertekan inilah sebagai sopan dan penuh rahasia serta jadi
faktor penyerta bagi dirinya untuk terlibat mudah curiga terhadap orang lain.
dalam penyalahgunaan narkoba. Disfungsi 10. Marah yang tidak terkontrol yang
keluarga yang dimaksud antara lain: keluarga tidak biasanya dan perubahan
tidak utuh, kedua orang tua terlalu sibuk, suasana hati yang tiba-tiba.
lingkungan interpersonal dengan orang tua 11. Meminjam atau mencuri uang dari
yang tidak baik. rumah, sekolah atau took (guna
Faktor pencetus, bahwa pengaruh teman membiayai kebiasaannya).
sebaya, tersedia dan mudah didapatinya 12. Mengenakan kaca mata gelap pada
narkoba mempunyai andil sebagai faktor saat yang tidak tepat untuk
pencetus seseorang terlibat menyembunyikan mata bengkak dan
penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.2 merah.
Ada beberapa tanda yang akan memberi 13. Bersembunyi di kamar mandi atau
petunjuk bahwa seseorang telah terlibat tempat-tempat yang janggal seperti
pemakaian narkoba. Tanda-tanda tersebut gudang, di bawah tangga dalam
sebagai berikut :3 waktu lama dan berkali-kali.
1. Pembangkangan terhadap disiplin 14. Lebih banyak menyendiri dari
yang tiba-tiba terjadi di rumah biasanya, sering bengong dan
maupun di sekolah, seperti sering berhalusinasi.
bolos sekolah, sering terlambat 15. Menjadi manipulatif dan sering
masuk sekolah dengan alasan kehabisan uang jajan.
terlambat bangun, sering terlambat 16. Berat badannya turun karena nafsu
masuk kelas setelah istirahat, sering makan yang tidak menentu.
mengantuk dan tertidur di sekolah, 17. Cara berpakaian yang menjadi
sering lupa jadwal ulangan, lupa sembarangan dan tiba-tiba menjadi
membawa buku pelajaran, dan penggemar baju panjang untuk
prestasi di sekolah menurun. menyembunyikan bekas suntikan di
2. Ada kesulitan konsentrasi dan tangan.
penurunan daya ingat. 18. Sering didatangi oleh orang-orang
3. Kurang memerhatikan penampilan yang belum dikenal keluarga atau
dan kerapihan padahal sebelumnya teman-temannya.
tidak demikian. Tanda-tanda penyalahgunaan narkotika
4. Kedapatan berbicara cadel atau tersebut di atas akan dapat memberi
gugup (sebelumnya gejala ini tidak petunjuk bahwa seseorang telah terlibat
pernah muncul). dalam penyalahgunaan narkotika. Bila terjadi
banyak perubahan drastis dan
2
Luthfi Baraza, Gangguan Mental Perilaku Akibat
perubahan-perubahan tersebut bertahan
Narkotika, SMK IPTEK, Jakarta, hlm. 2.
3
Mardani, Op-cit, hlm. 96-97.

168
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

selama lebih dari beberapa hari, ini bisa satu dengan yang lainnya. Berdasarkan sudut
merupakan pertanda pemakai narkoba. pandang organobiologik (susunan syaraf
Menurut hemat penulis, beberapa gejala pusat/otak) mekanisme terjadinya adiksi
yang telah disebutkan di atas mungkin juga (ketagihan) hingga dependensi
mencerminkan perubahan-perubahan (ketergantungan) dikenal dengan dua istilah,
seorang terutama remaja yang sedang yaitu gangguan mental organik atau sindrom
tumbuh. Bila orang tua ragu-ragu, carilah otak organik; seperti gaduh, gelisah dan
bantuan. Mintalah dokter keluarga atau klinik kekacauan dalam fungsi kongnitif (alam
terdekat memeriksa anaknya guna pikiran), efektif (alam perasaan/emosi) dan
memastikan penyakit atau masalah fisik yang psikomotor (perilaku), yang disebabkan efek
ada. Jika perju, ajaklah anak tersebut langsung terhadap susunan syaraf pusat
mengikuti tes urine untuk pembuktian (otak).
keadaannya. Selain itu carilah tanda-tanda Seseorang akan menjadi ketergantungan
obat atau pernik-pernik narkoba. narkoba, apabila seseorang dengan
Benda-benda yang umumnya dipakai seperti terus-menerus diberikan zat tersebut. Hal ini
pipa, kertas gulung, botol obat berukuran berkaitan dengan teori adaptasi sekuler
kecil, obat tetes mata atau korek api gas, (neuro-adaptation), tubuh beradaptasi
jepitan, kertas timah, sendok kecil dapat dengan menambah jumlah teseptor dan
menandakan bahwa anak tersebut sedang sel-sel syaraf bekerja keras. Jika zat
menyalahgunakan obat terlarang. dihentikan, sel yang masih bekerja keras tadi
Ada beberapa gejala, seseorang yang mengalami kehausan, yang dari luar tampak
ketagihan (adiksi) terhadap narkotika. sebagai gejala-gejala putus obat. Gejala putus
Gejala-gejala itu seperti: tulang sekujur obat tersebut memaksa prang untuk
badan terasa sakit dan linu, otot terasa kaku, mengulangi pemakaian zat tersebut.
kepala seperti hendak pecah, tenggorokan Teori psikodinamik menyatakan bahwa
berisi cairan kental, mata berair, hidung seseorang akan terlibat penyalahgunaan
berlendir seperti kena flu, terus-menerus narkoba sampai ketergantungan, apabila
batuk, sering menguap padahal tidak pada orang itu terdapat faktor penyebab
mengantuk, bulu kuduknya berdiri, tekanan (factor contribusi) dan faktor pencetus yang
darah tinggi, suhu tubuh jauh di atas normal, saling keterkaitan satu dengan yang lain.
perut terasa melilit, mencret-mencret tidak Berdasarkan sudut pandang psikososial
terkendali, menggigil kedinginan, tidak berani narkoba terjadi akibat negatif dari interaksi
menyentuh air dan menyembunyikan diri tiga kutub sosial yang tidak kondusif, yaitu
dari lingkungan keluarga.4 kutub keluarga, kutub sekolah/kampus dan
Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka kutub masyarakat.
menurut hemat penulis orang sering Secara umum mereka yang
memakai atau menggunakan narkoba akan menyalahgunakan dapat dibagi dalam tiga
berakibat ketergantungan, yaitu keinginan golongan besar, yaitu :6
yang tak tertahankan, kecenderungan untuk 1. Ketergantungan primer, ditandai
menambah takaran menimbul-kan gejala dengan adanya kecemasan dan
kejiwaan dan gejala fisik. depresi, yang pada umumnya terdapat
Menurut Luthfi Baraja, terdapat tiga pada orang dengan kepribadian yang
pendekatan untuk terjadinya tidak stabil.
penyalahgunaan dan ketergantungan 2. Ketergantungan simtomatis, yaitu
narkoba, yaitu :5 penyalahgunaan NAZA (narkoba)
1. Pendekatan organobiologik sebagai salah satu gejala dari tipe
2. Pendekatan psikodinamik kepribadian yang mendasarinya, pada
3. Pendekatan psikososial umumnya terjadi pada orang yang
Ketiga pendekatan tersebut tidaklah dengan kepribadian psikopatik
berdiri sendiri melainkan saling berkaitan
6
Dadang Hawari, Konsep Islam Memerangi AIDS dan
4
Ibid, hlm. 23. Naza, Dhana Bakti Primayasa, Yogyakarta, 2007, hlm.
5
Luthfi Baraza, Op-cit, hlm. 15. 71.

169
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

(antisosial), kriminal dan pemakaian keinginan untuk mengambil risiko,


NAZA (narkoba) untuk kesenangan yang keduanya merupakan ciri-ciri
semata. khas kebutuhan remaja.
3. Ketergantungan reaktif, yaitu 2. Tahap Sosial (The Social Stage)
(terutama) terdapat pada remaja Konteks pemakaian pada tahap ini
karena dorongan ingin tahu, pengaruh berkaitan dengan aspek sosial dan
lingkungan dan tekanan teman pengguna. Misalnya, pemakaian yang
kelompok sebaya (peer group dilakukan saat bersama teman-teman
pressure). pada saat pesta atau kumpul-kumpul.
Pembagian ketiga golongan ini penting Rasa ingin tahu dan keinginan mencari
bagi penentuan berat ringannya hukuman ketegangan (thrill-seeking), dan
yang akan dijatuhkan kepada mereka: yaitu tingkah laku menyimpang merupakan
apakah mereka tergolong sebagai penderita motivasi utamanya. Kelompok teman
(pasien), korban (victim) atau sebagai merupakan fasilitas dalam penggunaan
kriminal. sosial. Obat-obat yang ada dibagi
Ada beberapa faktor internal dan tanpa memungut bayaran, atau secara
eksternal yang menjadi penyebab seseorang gratis.
menyalahgunakan dan menjadi 3. Tahap Instrumental (The Instrumental
ketergantungan narkoba. Menurut Stage)
Sudarsono, bahwa penyalahgunaan narkoba Pada tahap instrumental, melalui
dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, yaitu pengalaman coba-coba dan meniru,
:7 bahwa penggunaan dapat bertujuan
1. Untuk membuktikan keberanian dalam memanipulasi emosi dan tingkah laku,
melakukan tindakan-tindakan yang mereka menemukan bahwa
berbahaya seperti ngebut dan bergaul pemakaian obat dapat memengaruhi
dengan wanita; perasaan dan aksi, mendapatkan mood
2. Menunjukkan tindakan menentang yang berayun-ayun, dan bertujuan
orang tua, guru dan norma sosial. untuk menekan perasaan atau tujuan
3. Mempermudah penyaluran dan memperoleh hedonistik (kenikmatan)
perbuatan seks. dan kompensatori (mengatasi stres
4. Melepaskan diri dari kesepian dan dan perasaan tidak nyaman).
memperoleh pengalaman-pengalaman 4. Tahap Pembiasan
emosional. Pada tahap ini, jika tidak ditemukan
5. Mencari dan menemukan arti hidup. obat yang bisa digunakan, akan
6. Mengisi kekosongan dan kesepian mencari obat lain, untuk menghindari
hidup. gejala putus obat atau zat. Pada tahap
7. Menghilangkan kegelisahan, frustasi ini mereka lebih sensitif, lekas marah,
dan kepepet hidup. gelisah dan depresi. Mereka akan
8. Mengikuti kemauan kawan-kawan merasa kesulitan berkonsen-trasi,
dalam rangka pembinaan solidaritas. duduk dengan tenang atau tidur
9. Iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu. dengan nyenyak. Mereka akan
Ada beberapa tahapan proses memakai obat dengan dosis yang
ketergantungan Narkotika. Tahapan-tahapan bertambah, atau mencoba obat lain
tersebut adalah sebagai berikut :8 untuk menggantikan
1. Tahapan Eksperimen (The ketidaknyamanannya.
Experimental Stage) Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan
Motif utama dari pemakaian narkotika yang sangat berperan dalam
eksperimen adalah rasa ingin tahu dan masyarakat antara lain :
7
1. Faktor kepribadian anti sosial dan
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta, Jakarta psikopatik.
2002, hlm. 67.
8
Sumarmo Ma’sum, Penanggulangan Bahaya Narkotika
2. Kondisi kejiwaaan yang mudah merasa
dan Ketergantungan Obat. CV Mas Agung, Jakarta, kecewa atau depresi.
2007, hlm. 133-134.

170
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

3. Kondisi keluarga yang meliputi Sanksi pidana terhadap pelaku


keutuhan keluarga, kesibukan orang penyalahgunaan narkotika diatur mulai dari
tua, hubungan orang tua dan anak. Pasal 111 UU Narkotika yang menentukan :
4. Kelompok teman sebaya. (1) Setiap orang yang tanpa hak atau
5. Faktor narkotikanya itu sendiri mudah melawan hukum menanam,
diperoleh dan tersedianya pasaran memelihara, memiliki, menyimpan,
baik resmi maupun tidak resmi. menguasai, atau menyediakan Narkotika
Menurut hemat penulis, faktor penyebab Golongan I dalam bentuk tanaman,
utama penyalahgunaan narkotika dalam dipidana dengan pidana penjara paling
masyarakat Indonesia dewasa ini karena singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
narkotika itu sendiri mudah diperoleh dan 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
tersedia di pasaran. Sehingga masyarakat paling sedikit Rp800.000.000,00
yang dalam kondisi kejiwaan yang lebih (delapan ratus juta rupiah) dan paling
karena merasa kecewa akibat gagal dalam banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan
cita-cita, percintaan, jabatan dan lain-lain, miliar rupiah).
hidup dalam rumah tangga yang rapuh dan (2) Dalam hal perbuatan menanam,
kacau, tidak adanya tanggung jawab orang memelihara, memiliki, menyimpan,
tua, tidak ada petunjuk, arahan dan pola menguasai, atau menyediakan Narkotika
anutan yang mulia dari orangtua, Golongan I dalam bentuk tanaman
pengangguran sangat mudah terjerumus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam penyalahgunaan narkotika. beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku
oleh Sumarno Ma’sum secara garis besar dipidana dengan pidana penjara seumur
dikelompokkan pada tiga bagian, yaitu :10 hidup atau pidana penjara paling singkat
1. Kemudahan memperoleh narkotika 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
2. Kepribadian puluh) tahun dan pidana denda
3. Lingkungan maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
B. Sanksi Pidana Bagi Pelaku Unsur-unsur dalam Pasal 111 UU
Penyalahgunaan Narkotika Narkotika adalah :
Sanksi pidana bagi pelaku a. Setiap orang. Maksudnya bahwa setiap
penyalahgunaan narkotika berdasarkan orang dapat menjadi pelaku tindak
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 pidana narkotika.
tentang Narkotika, telah diatur dalam Bab XV b. Tanpa atau melawan hukum.
tentang Ketentuan Pidana, yakni mulai Pasal c. Menanam, memelihara, memiliki,
111 sampai dengan Pasal 147. menyimpan, menguaai atau
Sanksi pidana bagi pelaku menyediakan Narkotika Golongan I
penyalahgunaan narkotika yang paling berat dalam bentuk tanaman.
dengan ancaman pidana mati, pidana penjara Yang dimaksud narkotika golongan satu
seumur hidup, pidana penjara paling sedikit adalah narkotika yang hanya dapat
satu tahun. Sanksi pidana bagi pelaku digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
penyalahgunaan narkotika merupakan akibat pengetahuan dan tidak digunakan dalam
mutlak yang harus ada sebaai suatu terapi, serta mempunyai potensi dapat
pembalasan kepada pelaku yang mengakibatkan ketergantungan.11
menyalahgunakan narkotika. Yang termasuk narkotika golongan satu
Dasar pembenaran sanksi pidana bagi adalah sebagai berikut :
pelaku penyalahgunaan narkotika terletak a. Tanaman Papaver somniferum L dan
pada adanya penyalahgunaan narkotika itu semua bagian-bagiannya termasuk
sendiri sebagai tindak pidana. Setiap tindak buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
pidana harus berakibat dijatuhkannya sanksi
pidana kepada pelaku. 11
Kanwil Depdiknas DKI Jakarta, Kami Peduli
Penanggulangan Bahaya Narkoba, Jakarta, 2004, hlm.
10
Ibid, hlm. 134. 4.

171
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

b. Opium mentah, yaitu getah yang m. Alfa-metilfentanil: N-[l-(a-metil


membeku sendiri, diperoleh dari buah fenetil)-4-piperidil] propionanilida.
tanaman Papaver somniferum L yang n. Alfa-metiltiofentanil:
hanya mengalami pengolahan sekadar H-[l-]l-metil-2-(2-tienil) etil[-4 piperidil]
untuk pembungkus dan pengangkutan propionanilida.
tanpa memerhatikan kadar morpinnya. o. Beta-hidroksi-3-metilpentanil:
c. Opium masak yang terdiri dari: 1) N-[l-(beta-hidroksi fenetil) -4-piperidil]
candu, hasil yang diperoleh dari opium propionanilida.
mentah melalui suatu rentetan p. Beta-hidroksi-3-metilpentanil:
pengolahan khususnya dengan N-[-(beta-hidroksifeneridil]
pelarutan, pemanasan, dan peragian -3-metil-4-piperidil] propionanilida.
dengan atau tanpa penambahan q. Desomorfina: hidrodeoksimorfina.
bahan-bahan lain, dengan maksud r. Storfma:
mengubahnya menjadi suatu ekstrak tetrahidro-7a-(l-hidroksi-l-metilbutil)-6,
yang cocok untuk pemadatan; 2) jicing, 14-endoeteno-oripavina.
sisa-sisa dari candu setelah diisap, s. Heroina: diacetilmorfina.
tanpa memerhatikan apakah candu itu t. Ketobemidona:
dicampur dengan daun atau bahan 4-meta-hidroksifenil-l-metil-4-propionil
lain; 3) jicingko, hasil yang diperoleh piperidina
dari pengolahan jicing. u. 3-metilfentanil: N-3
d. Tanaman koka, tanaman dari semua (-metil-l-fenetil-4-piperidil) propio
genus Erythroxylon dari keluarga nilpiperidina.
Eryhroxylaceace termasuk buah dan v. 3-metiltiofentanil:
bijinya. N-[3-metil-l-[2-(2-tienil)
e. Daun koka, daun yang belum atau etil]-4-piperidil] propionanilida.
sudah dikeringkan atau dalam bentuk w. MPP:
serbuk dari semua tanaman genus l-metil-4-fenil-4-piperidinol-propianat(e
erythroxylon dari keluarga ster).
erythroxylaceae yang menghasilkan x. Para-fluorofentanil:
kokain secara langsung atau melalui 4'-fluora-N-(l-fenetil-4-piperidil)
perubahan kimia. propionanilida.
f. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang y. PEPAP: 1 -fenetil-4-piperidinol asetat
diperoleh dari daun koka yang dapat (ester).
diolah secara langsung untuk z. Tiofentanil: N-[l-(tienil)etil-4-piperidil]
mendapatkan kokain. propionanilida.
g. Kokain, metilester-1-bensoilekgonina. Sanksi pidana dalam Pasal 111 UU
h. Tanaman ganja, semua tanaman Narkotika diancamkan kepada setiap orang
genus, cannabis dan semua bagian dari yang tanpa haka tau melawan hukum
tanaman termasuk biji, buah, jerami, menanam, memelihara, memiliki,
hasil olahan tanaman ganja atau menyimpan, menguasai atau menyediakan
bagian tanaman ganja termasuk damar Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman.
ganja dan hasis. Sedangkan Pasal 112 UU Narkotika sanksi
i. Tetrahydrocannabinol, dan semua pidana diancamkan kepada setiap orang yang
isomer serta semua bentuk stereo tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
kimianya. menyimpan, menguasai atau menyediakan
j. Delta 9 tetrahydrocannabinol dan Narkotika Golongan I bukan tanaman.
semua bentuk stereo kimianya. Pasal 112 UU Narkotika, menentukan :
k. Asetorfina: 3-0 (1) Setiap orang yang tanpa hak atau
acetiltetrahidro-7a-(l-hidroksi-l-metil mclawan hukum memiliki, menyimpan,
butil), 14-endeotenooripavina. menguasai, atau menyediakan Narkoti-
1. Acetil-alfa etilfetanil: H-[l-(a-metil ka Golongan I bukan tanaman,
fenetil)-4-piperidil] asetanilida. dipidana dengan pidana penjara paling

172
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

singkat 4 (empat) tahun dan paling menakut-nakuti itu hanyalah ditujukan


lama 12 (dua betas) tahun dan pidana kepada penjahat itu sendiri supaya
denda paling sedikit Rp800.000.000,00 tidak melakukan kejahatan apabila
(delapan ratus juta rupiah) dan paling berniat untuk itu, atau tidak
banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan mengulangi lagi apabila telah
miliar rupiah). melakukannya.
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, 2. Perbaikan atau pendidikan bagi
menyimpan, menguasai, atau penjahat. Kepada penjahat diberikan
menyediakan Narkotika Golongan I pendidikan berupa pidana, agar ia
bukan tanaman sebagaimana kelak dapat kembali ke lingkungan
dimaksud pada ayat (1) beratnya masyarakat dalam keadaan mental
melebihi 5 (lima) gram, pelaku yang lebih baik dan berguna.
dipidana dengan pidana penjara Perkembangan dari teori ini, ialah agar
seumur hidup atau pidana penjara diusahakan suatu usaha supaya
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling penjahat tidak merasakan pendidikan
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana sebagai suatu pidana. Cara perbaikan
denda maksimum sebagaimana penjahat dikemukakan ada tiga macam
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 yaitu: Perbaikan intelektual,
(sepertiga). perbaikkan moril dan perbaikan
Sanksi pidana dalam Pasal 112 UU yurudis.
Narkotika tersebut di atas ditujukan kepada 3. Menyingkirkan penjahat dari
setiap orang yang tanpa hak atau melawan lingkungan/pergaulan masyarakat.
hukum memiliki, menyimpan, menguasai, Caranya ialah kepada penjahat yang
atau menyediakan Narkotika Golongan I sudah lebih kepada ancaman pidana
bukan tanaman. Dipandang dari tujuan yang berupa usaha menakut-nakuti,
pemidanaan, maka sanksi pidana bagi pelaku supaya dijatuhi perampasan
penyalahgunaan narkotika adalah sebagai kemerdekaan yang cukup lama,
berikut :12 bahkan jika perlu dengan pidana mati.
1. Pencegahan terjadinya kejahatan Dengan demikian ia tersingkir dari
dengan mengadakan ancaman pidana pergaulan masyarakat.
yang cukup berat untuk 4. Menjamin ketertiban hukum
menakut-nakuti calaon penjahat. (Rechtsorde). Caranya mengadakan
Seorang calon penjahat apabila norma-norma yang menjamin
mengetahui adanya ancaman pidana ketertiban hukum. Kepada pelanggar
yang cukup berat cara ini ditujukan norma tersebut negara menjatuhkan
secara umum, artinya kepada siapa pidana. Ancaman pidana akan bekerja
saja agar takut melakukan kejahatan, sebagai peringatan dan
yang dengan demikian disebut juga mempertakutkan. Jadi diletakkan pada
sebagai prevensi umum. Paul Amselm bekerjanya pidana sebagai
Van Feuerback yang mengemukakan pencegahan.
teori dengan nama yang cukup tekenal Sanksi pidana bagi pelaku
Vom Psycholgischen Zwang penyalahgunaan narkotika terutama untuk
(Psyclogiche dwang atau paksaan menjamin ketertiban umum. Untuk itu
Psikologis), mengakuinya bahwa hanya kepada pelaku penyalahgunaan narkotika
dengan mengadakan ancaman pidana dijatuhi pidana. Sanksi pidana akan bekerja
saja tidak akan memadai, melainkan sebagai peringatan dan mempertakutkan.
diperlukannya penjatuhan pidana Sanksi pidana diletakkan sebagai
kepada penjahat. Tetapi Sarjana lain pencegahan.
berpendapat bahwa cara Sanksi pidana bagi pelaku
penyalahgunaan narkotika selain untuk
12
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan mencegah juga untuk menyingkirkan
Penerapannya, Alumni AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, penjahat dari lingkungan pergaulan dalam
2002, hlm. 61-62.

173
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

masyarakat. Dengan cara merampas Golongan III adalah narkotika berkhasiat


kemerdekaan pelaku melalui pidana penjara pengobatan dan banyak digunakan dalam
yang akan dijalankan di Lembaga terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan
Pemasyarakatan. Bahkan jika perlu dengan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ancaman pidana mati sebagaimana yang ringan mengakibatkan ketergantungan.
diatur dalam Pasal 118 UU Narkotika. Selain Daftar narkotika Golongan III adalah
itu ancaman pidana bagi pelaku sebagai berikut (Terlampir).
penyalahgunaan narkotika dimaksudkan Penyalahgunaan narkotika tidak lagi
untuk perbaikan dan Pendidikan. Terhadap dilakukan secara perseorangan, melainkan
pelaku diberikan sanksi pidana agar kelak melibatkan banyak orang secara
dapat kembali ke lingkungan masyarkat bersama-sama, bahkan merupakan satu
dalam keadaan mental yang lebih baik dan sindikat yang terorganisasi dengan jaringan
berguna. yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat
Pasal 111 sampai dengan Pasal 116 UU rahasia, baik di tingkat nasional maupun
Narkotika tentang Narkotika Golongan I. internasional.
Sedangkan untuk Narkotika Golongan I diatur Kejahatan terorganisasi adalah kejahatan
mulai Pasal 117 sampai dengan Pasal 121 UU yang dilakukan oleh suatu kelompok yang
Narkotika. Pasal 117 UU Narkotika, terstruktur yang terdiri atas 3 (tiga) orang
menentukan : atau lebih yang telah ada untuk suatu waktu
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau tertentu dan bertindak bersama dengan
melawan hukum memiliki, menyimpan, tujuan melakukan suatu tindak pidana
menguasai, atau menyediakan Narkotika narkotika sebagaimana dalam Pasal 1 butir
Golongan II, dipidana dengan pidana 20 UU Narkotika.
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan PENUTUP
pidana denda paling sedikit A. Kesimpulan
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta 1. Faktor-faktor penyebab terjadinya
rupiah) dan paling banyak penyalahgunaan narkotika dalam
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). masyarakat adalah faktor narkotika itu
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, sendiri yang mudah diperoleh dan
menyimpan, menguasai, menyediakan tersedia di pasaran, faktor kepribadian
Narkotika Golongan II sebagaimana pelaku yang anti sosial, faktor kejiwaan
dimaksud pada ayat (1) beratnya pelaku yang mudah kecewa. Faktor
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana ketidakharmonisan hubungan antara
dengan pidana penjara paling singkat 5 anggota keluarga dan faktor pergaulan
(lima) tahun dan paling lama 15 (lima atau pertemanan.
belas) tahun dan pidana denda 2. Sanksi pidana bagi pelaku
maksimum sebagaimana dimaksud pada penyalahgunaan narkotika
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). berdasarkan Undang-undang Nomor
Penjelasan Pasal 6 huruf b UU Narkotika 35 Tahun 2009 adalah sanksi pidana
menjelaskan bahwa Narkotika Golongan II mati, pidana penjara seumur hidup,
adalah narkotika berkhasiat pengobatan pidana penjara paling lama 20 (dua
digunakan sebagai pilihan terakhir dapat puluh) tahun dan pidana penjara paling
dipergunakan dalam terapi dan/atau untuk sedikit 1 (satu) tahun dan pidana
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan denda paling banyak Rp
serta mempunyai potensi tinggi 10.000.000.000 (sepuluh miliar)
mengakibatkan ketergantungan. rupiah. Namun sanksi pidana ini belum
Yang termasuk narkotika golongan II mampu meminimalisir
adalah sebagai berikut (Terlampir). penyalahgunaan narkotika yang terjadi
Sanksi pidana terhadap narkotika dalam masyarakat.
Golongan III diatur mulai Pasal 122 sampai
dengan Pasal 126 UU Narkotika. Narkotika B. Saran

174
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

1. Salah satu faktor penyebab terjadinya Jakarta, 2004.


penyalahgunaan narkotika dalam Ma’ruf M. Ridha, Narkotika, Masalah dan
masyarakat adalah narkotika itu sendiri Bahayanya, CV. Marga Jaya, Jakarta,
yang mudah diperoleh dan tersedia 2006.
dalam masyarakat. Untuk itu Ma’sum Sumarmo, Penanggulangan Bahaya
pemerintah melalui aparat penegak Narkotika dan Ketergantungan Obat.
hukum yang berwenang harus dilatih CV Mas Agung, Jakarta, 2007.
lagi memberantas peredaran gelap Mardani, Penyalahgunaan Narkoba dalam
narkotika dalam masyarakat. Perspektif Hukum Islam dan Hukum
2. Pemerintah perlu memikirkan sanksi Pidana Nasional, PT Raja Grafindo
lain seperti misalnya hukum Persada, Jakarta, 2008.
administrasi bagi pelaku Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina
penyalahgunaan narkotika, karena Aksara, Jakarta, 2003.
ternyata sanksi pidana belum ________, Kitab Undang-undang Hukum
memberikan efek jera pelaku dan Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2006.
belum memberikan rasa takut kepada Muladi & Nawawi Barda, Teori-teori dan
masyarakat untuk menggunakan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
narkotika. 2004.
Prasetyo Teguh, Kriminalisasi Dalam Hukum
DAFTAR PUSTAKA Pidana, Nusamedia, Bandung, 2011.
Aminudin, dan Abidin H. Zainal, Pengantar Saleh Roeslan, Stelsel Pidana Indonesia,
Metode Penelitian Hukum, PT Raja Aksara Baru, Jakarta, 2008.
Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Sholehudin, Sistem Sanksi Dalam Hukum
Baraza Luthfi, Gangguan Mental dan Perilaku Pidana, PT. Raja Grafindo Persada,
Akibat Narkoba, SMK IPTEK, Jakarta, Jakarta, 2013.
2001. Sianturi S.R., Asas-asas Hukum Pidana
Effendy Marwan, Pokok-pokok Hukum Indonesia dan Penerapannya, Alumni
Pidana, Gaung Persada Press, AHAEM-PETEHAEM, Jakarta, 2002.
Jakarta, 2012. Sitanggang B.A., Pendidikan Pencegahan
Hamzah Andi dan Surahman R.M., Kejahatan Penyalahgunaan Narkotika, Karya
Narkotika dan Psikotropika, Sinar Utama, Jakarta, 2007.
Grafika, Jakarta, 2004. Soedarto, Hukum dan Hukum Pidana,
_____________, Sistem Pidana dan Alumni, Bandung, 2007.
Pemidanaan Indonesia dari Retribusi Soeharno, Perang Total Melawan Narkotika,
ke Reformasi, Pradnya Paramita, Yayasan Generasi Muda, Surabaya.
Jakarta, 2006. Soesilo R., Kitab Undang-undang Hukum
_____________, Terminologi Hukum Pidana, Pidana (KUHP) serta
Sinar Grafika, Jakarta, 2009. Komentar-komentarnya Lengkap
Hawari Dadang, Konsep Islam Memerangi Pasal demi Pasal, Politeia, Bogor,
AIDS dan Naza, Dhana Bakti 1988.
Primayasa, Yogyakarta, 2007. Sogandhi R., KUHP dan Penjelasannya, Usaha
Hernawan Rachman, Penyalahgunaan Nasional, Surabaya, 2007.
Narkotika oleh para Remaja, PT. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Rineka Cipta,
Eresco, Bandung, 2006. Jakarta 2002.
Joewana Satya, Gangguan Penggunaan Zat Syamsuddin Aziz, Tindak Pidana Khusus, Sinar
Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Grafika, Jakarta, 2014.
Lainnya, Karisma Indonesia, Jakarta, Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
2006. Nasional Departemen Kehakiman
Kamus Hukum, Citra Umbara, Jakarta, 2008, Republik Indonesia, KUHP, Sinar
hlm. 429. Harapan, Jakarta, 2003.
Kanwil Depdiknas DKI Jakarta, Kami Peduli W.P. Ratna, Aspek Pidana Penyalahgunaan
Penanggulangan Bahaya Narkoba, Narkotika, Legality, Yogyakarta,

175
Lex Crimen Vol. X/No. 7/Jun/2021

2017.
Waluyo Bambang, Pidana dan Pemidanaan,
Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Widjaja A.W., Masalah Kenakalan dan
Penyalahgunaan Narkotika, Armico,
Bandung, 2007.

176

Anda mungkin juga menyukai