Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI PERHITUNGAN KEBUTUHAN KONDUKTOR

BERDASARKAN SAGGING PADA PEKERJAAN


REKONDUKTORING SUTT 150 KV PEKALONGAN – BATANG
BERBASIS VISUAL BASIC

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

RENGGANIS KUMALASARI

30601600068

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021

1
1. Judul Tugas Akhir

“Aplikasi Perhitungan Kebutuhan Konduktor Berdasarkan Sagging Pada


Pekerjaan Rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang Berbasis Visual
Basic”

2. Latar Belakang
Saluran transmisi merupakan komponen penting dalam proses bisnis listrik di
PT PLN (Persero). Saluran transmisi inilah yang menyalurkan energi listrik dari
pembangkit sampai ke konsumen pada jarak yang jauh. Pada periode tahun 2015 -
2024 pengembangan sistem penyaluran berupa pengembangan sistem transmisi
dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di sistem Jawa - Bali serta tegangan 500 kV,
275 kV, 150 kV dan 70 kV di sistem Indonesia Timur dan Sumatera. Pembangunan
sistem transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara
kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien.
Disamping itu juga sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan
perbaikan tegangan pelayanan. Rencana pengembangan sistem penyaluran di
Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar 145.399 MVA untuk
pengembangan gardu induk serta 59.272 kms pengembangan jaringan transmisi.
Selain penambahan jalur transmisi juga terdapat pekerjaan rekonduktoring
(penggantian kawat konduktor) yang bertujuan meningkatkan kapasitas konduktor
pada tower/ jalur eksisting. Seiring dengan konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya
yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional,
mengaharuskan adanya peningkatan kapasitas peralatan penyaluran sistem tenaga
listrik sehingga dapat menjamin andalnya dan tercukupinya kebutuhan masyarakat
terhadap tenaga listrik. Rekonduktoring merupakan pekerjaan penggantian konduktor
eksisting menjadi konduktor baru tanpa perlu membebaskan lahan baru dan membuat
tower baru dari awal. Pekerjaan Rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang
meliputi pekerjaan penggantian 2 sirkit konduktor eksisting 1 x ACSR Hawk yang
memiliki kapasitas 1 x 600 A menjadi konduktor 1 x ACCC Lisbon yang memiliki
kapasitas 1 x 1200 A, sehingga terdapat peningkatan kapasitas penyaluran sistem
tenaga listrik. Dalam pelaksanaan pekerjaan rekonduktoring, terlebih dahulu dibuat
Drumschedule, yaitu suatu perencanaan terhadap pemakaian konduktor pada setiap
haspelnya untuk setiap tarikan/ stringing konduktor tower transmisi. Pada pembuatan

2
Drumschedule perlu memperhatikan nilai sagging konduktor dan juga ketentuan
dalam pelaksanaan stringing konduktor sehingga tidak ada konduktor yang tekor
(kurang panjang) dan sambungan konduktor ditempatkan pada span yang aman.
Kendala yang dihadapi pada saat ini untuk perhitungan adalah kurangnya sarana yang
mempermudah dalam menentukan kebutuhan konduktor dengan mempertimbangkan
faktor perhitungan sagging secara real.
Saat ini belum ada aplikasi yang dibuat untuk memudahkan baik pengawas
maupun pelaksana untuk melakukan perhitungan kebutuhan konduktor yang
diterapkan pada Drumschedule sebagai acuan pelaksanaan stringing konduktor di
lapangan. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini, perencanaan terhadap pemakaian
jumlah konduktor akan semakin mudah dan hasil pelaksanaannya menjadi lebih
efektif dan efisen.
3. Perumusan Masalah
a. Metode apakah yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan konduktor
dalam proses stringing pada pekerjaan rekonduktoring?
b. Bagaimanakah ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan stringing konduktor
pada rekonduktoring tower transmisi?
c. Aplikasi apakah yang dapat digunakan untuk menganalisa kebutuhan
konduktor dalam proses stringing pada pekerjaan rekonduktoring?

4. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini dibatasi hanya pada materi
analisa kebutuhan konduktor berdasarkan perhitungan sagging pada pekerjaan tower
transmisi rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang menggunakan
konduktor ACCC (Aluminium Conductor Composite Core) tipe Lisbon.

5. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penulisan tugas akhir tersebut oleh bertujuan untuk memenuhi
persyaratan kelulusan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa tingkat akhir Program
Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Sultan Agung. Disamping itu tujuan pelaksanaan penulisan skripsi ini sebagai
berikut :
a. Menganalisa kebutuhan konduktor dalam proses stringing pada pekerjaan
rekonduktoring berdasarkan perhitungan sagging.

3
b. Mengetahui ketentuan – ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan stringing
konduktor pada rekonduktoring tower transmisi.
c. Membuat aplikasi untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor berdasarkan
perhitungan sagging pada pekerjaan stringing tower transmisi.

6. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan adanya
aplikasi perhitungan konduktor ini maka dapat mempermudah pengawas di lapangan
atau pelaksana pekerjaan stringing untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor
berdasarkan perhitungan sagging.

7. Tinjauan Pustaka

Dalam merencanakan jalur transmisi pertimbangan dari aspek Sistem


Jaringan SUTT/SUTET di wilayah tertentu menjadi salah satu aspek yang harus
diperhatikan sehingga dalam pengoperasiannya bisa optimal. Perencanaan jalur
SUTT/SUTET perlu memperhatikan beberapa faktor - faktor seperti pemilihan rute,
rencana kapasitas maksimum penyaluran data dan penempatan tower transmisi
berdasarkan jenisnya sehingga dalam pelaksanaan tidak banyak mengalami gangguan
maupun kesulitan dalam pemeliharaan.

Pada pekerjaan rekonduktoring, hal yang perlu diperhatikan dalam


melaksanakan stringing konduktor adalah perencanaan dalam membuat
Drumschedule yang menjadi acuan pemakaian konduktor dalam setiap haspel dan
penempatan midspan joint atau sambungan konduktor. Berdasarkan Panduan
Pemeliharaan Transmisi PLN, midspan joint tidak dapat diletakkan di jalan raya, rel
kereta api, fasilitas umum dan span yang memiliki tower berjenis tension.

Dalam merencanakan kebutuhan konduktor tersebut biasanya menggunakan


acuan toleransi andongan sebesar 2% - 5%. Agar perencanaan Drumschedule menjadi
lebih pasti, maka dilakukan analisa berdasarkan perhitungan sagging untuk
membandingkan hasil perencanaan kebutuhan konduktor menggunakan acuan

4
toleransi andongan dengan perhitungan sagging tersebut sehingga dapat menjadi
referensi perbandingan dalam melakukan perencanaan Drumschedule.

Dengan dasar inilah yang menjadikan dasar penyusunan skripsi guna membuat
aplikasi untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor berdasarkan perhitungan
sagging. Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah analisa kebutuhan konduktor dalam
pekerjaan stringing rekonduktoring tower transmisi.

8. Dasar Teori

A. Konsep Dasar Perencanaan Jalur Transmisi


a. Jenis dan Tipe Tower

Tower berfungsi menyangga konduktor pada ketinggian yang aman


(sesuai SNI) dari tanah dan benda-benda lain yang ada di bawahnya, sehingga
memiliki jarak yang cukup dari satu sama lain. Pemilihan tipe tower
mempengaruhi biaya karena terkait dengan desain, bahan, transportasi dan
tenaga kerja. Galvanis baja, beton atau kayu umum digunakan. Pembangunan
tower merupakan bagian penting dari pembangunan saluran transmisi.
Pemilihan tipe tower tergantung pada :
1) Medan/lokasi proyek
2) Jalan akses
3) Workspace
4) Pengalaman dan Ketersediaan pekerja
5) Waktu untuk penyelesaian proyek
Selain itu, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih
metode konstruksi, antara lain :
1) Jenis struktur yang harus dibangun
2) Kondisi profil/kontur jalur
3) Dimensi media yang berada di bawah jalur dan situasi jalur
4) Akses jalan ke lokasi tapak tower
5) Persyaratan untuk menggunakan akses jalan yang ada
Faktor-faktor di atas ditentukan oleh apakah ada pilihan untuk
menggunakan peralatan maksimum dan minimum tenaga kerja atau peralatan
minimum dan tenaga kerja yang maksimal. Lokasi jalur harus memperhatikan
akses jalan, gambar rencana profile dibuat yang menunjukan peta kontur

5
topografi medan sepanjang jalur, dan profil melintang menunjukkan
ketinggian dan menara. Gambar profil rencana berfungsi sebagai lembar kerja
yang menunjukkan apa yang perlu dilakukan, dalam menangani masalah yang
mungkin muncul. Gambar ini digunakan sebagai dasar dalam menyelesaikan
pekerjaan sebuah jalur transmisi. Profil memanjang yang menunjukkan
ketinggian, lokasi dan tipe tower harus tergambar dalam profil rencana.
Langkah-langkah berikut harus diambil ketika merencanakan sebuah jalur
transmisi :
1) Menetapkan skala gambar profil rencana.
2) Menetapkan sag template pada skala yang sama dengan gambar profil
rencana.
3) Membuat tabel yang menunjukkan jarak konduktor ke tanah serta terhadap
benda/instalasi lainnya.
4) Tentukan batasan span dan jarak vertikal/clearance yang di ijinkan.
5) Tower harus sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.
Jenis Tower berdasarkan konstruksinya :
1) Lattice Tower
Jenis Tower ini merupakan tower dengan konstruksi rangka baja,
dengan sistem rangka baja ini, maka jenis ini memiliki kelebihan :
- Mudah dalam pengangkutan sampai ke lokasi yang tidak dapat
dijangkau oleh kendaraan.
- Biaya lebih murah dibanding dengan konstruksi single pole.
- Proses erection tidak memerlukan alat berat.
- Kemampuan tariknya lebih maksimal jika dibandingkan dengan single
pole/tiang beton maupun tiang baja.
- Sudah banyak di aplikasikan sampai tegangan 500 kV.
Kelemahan jenis ini antara lain :
- Memerlukan lahan yang relatif luas.
- Rawan pencurian/mudah di curi.
2) Tiang/Single Pole Beton
Kelebihan jenis tower ini adalah :
- Efisien dalam penggunaan lahan.
- Relatif aman dari pencurian.
- Proses erection tiang beton relatif lebih mudah dan lebih cepat.
6
Kelemahan jenis ini antara lain :
- Hanya pada lokasi yang bisa di jangkau alat berat (crane).
- Kemampuan tariknya sangat terbatas.
- Semakin tinggi, semakin tidak efisien dan sulit pelaksanaan
pemasangannya.
- Hanya dapat diaplikasikan pada maksimum tegangan 150 kV.
3) Tiang/Single Pole Baja
Kelebihan jenis tower ini adalah :
- Efisien dalam penggunaan lahan .
- Relatif aman dari pencurian.
- Proses erection tiang baja relatif lebih mudah dan lebih cepat jika
dibandingkan dengan tiang beton dan lattice tower.
- Kemampuan tariknya dapat maksimal dibandingkan tiang beton
- Dapat diaplikasikan pada tegangan lebih dari 150 kV.

Kelemahan jenis ini antara lain :


- Hanya pada lokasi yang bisa di jangkau alat berat (crane).
- Biaya investasi lebih mahal dari lattice tower.

Jenis tower berdasarkan fungsinya (berdasarkan SPLN T5.004 : 2010) :


1) Tower Tension : Disebut juga tower sudut berfungsi untuk menahan
konduktor pada kedua bentang untuk jalur transmisi yang memiliki sudut
belok sampai dengan 90o, tower ini memiliki beberapa tipe yang diberi
nama berdasarkan besaran sudut dan tipe insulatornya.
2) Tower Suspension : Disebut juga tower lurus berfungsi untuk menahan
konduktor pada kedua bentang untuk jalur transmisi yang memiliki sudut
belok 0o s/d 3o.
3) Tower Dead End (DDR) : Disebut juga tower ujung berfungsi untuk
menahan konduktor pada ujung jalur transmisi atau pada kedua bentang
jalur transmisi yang memiliki salah satu span pendek (slack span) yang
memiliki sudut sampai dengan 45 o.
4) Tower Transposisi : Tower sudut/tension yang berfungsi untuk merubah
posisi fasa penghantar pada kedua bentang jalur transmisi yang lurus
dengan perkiraan jarak diatas 200 km. Hal tersebut dimaksud untuk
7
menyeimbangkan sistem jaringan transmisi berdasarkan impedansi yang
timbul.
Tabel 1.1 Tipe Tower SUTT 150 kV

*) Keterangan : Tipe tower “DDR” adalah terminal tower dengan


sudut datang (entry) maksimum 0o dan sudut keluar (exit)
maksimum 45o

Tabel 1.2 Tipe Tower SUTET 275 kV dan 500 kV

*) Keterangan : Tipe tower “FF” adalah terminal tower dengan


sudut datang (entry) maksimum 45o dan sudut keluar (exit)
maksimum 45o

b. Jenis dan Tipe Konduktor

Jenis dan tipe konduktor untuk penghantar SUTT/SUTET terdapat

beberapa macam, pemilihan jenis/tipe konduktor berpengaruh dalam

8
perhitungan sagging atau perencanaan jalur transmisi. Untuk itu perlu

diketahui jenis dan tipe konduktor yang akan digunakan agar tidak salah

dalam perencanaan jalur SUTT/SUTET. Konduktor harus dirancang untuk

memenuhi tingkat tegangan yang ditentukan, konduktor harus mencapai

tingkat tegangan dan daya yang ditransmisikan, kerugian maksimum yang

diijinkan pada transmisi, kapasitas termal maksimum, kapasitas arus dan

tegangan.

Ada beberapa jenis konduktor yang digunakan untuk transmisi :

1) ACSR - Aluminium Conductor Steel Reinforced.

Ini adalah konduktor yang paling populer yang digunakan karena

kekuatan tinggi dan biaya yang relatif rendah. Ini terdiri dari helai

aluminium terikat di sekitar inti baja. Yang paling umum adalah 6/1, 26/7,

54/7.

a) ACSR/AW

Konduktor ACSR dengan Aluminium berlapis baja diperkuat inti. Hal

ini sangat berguna dalam lingkungan korosif.

b) ACSR/SD

Konduktor ACSR yang dapat meredaman getaran. Hal ini lebih mahal

daripada ACSR biasa, dan terdiri dari dua lapisan trapezoidal

konduktor sekitar inti baja. Untaian terbuat dari #6201 Aluminium, dan

struktur membuat redaman terhadap Aeolian Getaran. Mereka dapat

digantung pada ketegangan yang sangat tinggi.

c) ACAR - Aluminium Conductor Alloy Reinforced

Ini terdiri dari helai #1350 Aluminium sekitar inti yang terbuat dari

#6201 Aluminium. Hal ini lebih ringan dari ACSR, tetapi lebih mahal

9
dan sama kuat. Hal ini digunakan dalam lingkungan korosif.

d) AAAC – 6201

Konduktor terdiri dari #6201 Aluminium Alloy . Hal ini lebih kuat dari

ACSR, dan lebih ringan, tapi lebih mahal. Hal ini digunakan untuk

bentang panjang dalam lingkungan korosif.

e) ACCC/TW - Aluminum Conductor with Composite Core/

Trapezoidal Wire)

ACCC/TW adalah konduktor dengan bahan penghantar listrik dari

Aluminium murni (AAC) yang diperkuat pada titik tengah/center nya

dengan menggunakan Composite Core sebagai penggantungnya.

Konduktor ACCC memiliki kapasitas arus 2x lipat dibanding ACSR.

c. Sagging
Sagging, dalam pelaksanaannya sering disebut dengan istilah Andongan atau

lendutan, dalam hal ini adalah andongan konduktor/kawat jaringan sebuah

Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.

Jadi sagging adalah membuat/ menggambar andongan/ lendutan pada masing-

masing span, setelah dilaksanakan plotting tower, hal ini dilakukan pada jalur

SUTT/SUTET per section. Span adalah panjang rentang 2 (dua) tower yang

berurutan, atau jarak antara dua tower yang berurutan yang dinyatakan dengan

satuan meter.

10
Gambar 1.3 Basic Span

Persamaan Sagging yang dipergunakan :

W L2
S=
8T
S= Sagging
W= Berat kawat
L= Panjang ( Span )
8= Koefisien
T= Tarikan (uts).. ( dari tabel kabel )

11
I Contoh perhitungan pada kawat AC3
- Berat konduktor ( W ) = 956,6 kg/km
- Tension ( uts ) = 1843,7 kg ( dari tabel kabel )
- Tension ( T )( tarikan kabel ) = 1843,7 kg = 1843,7 kg
- Span = 350 m

II Penghitungan
956,6 x ( 350 )2 117183500
S= = = 7,945 m
8 x 1843,7 14749,6

Temperature ( t )
t= 40°C

7,945 m Panjang Sagging

Span = 350 m

III Pertambahan panjang kawat


L x 8 x sag2 350 x 8 x (7,945)2 176738,2199
Span = = = = 1,68 m
3x L 3 x 350 1050

IV Jadi total panjang kawat pada temperature 40°C


total L = L + Perpanjangan = 350 + 1,68 = 351,68 m ( L 1 )

V Kawat AC3 dapat memikul beban sampai 200°C


Temperature ( t ) = 200°C
Modulus elastisitas AC3 (Q) = 1,61 x 10-6 = 1,61E-05 ( Modulus Elastisitas berbeda pada tiap kawat )
Δt = 200°C - 40°C = 160 °C

L2= L 1 + Q x L 1 x Δt = 351,68 + 1,61 x 10-6 x 351,68 x 160° = 352,59 m ( L2)

VI Jadi pada Sagging t = 180°C


W L2 956,6 x (362.49)2 118923664,2
S= = = = 8,063 m
8T 8 x 1843,7 14749,6

8,063 m

Span = 350 m

VII Tinggi kawat maximum dari permukaan tanah


Misal tegangan 150 kV
20 ft + ( kV - 50 ) x 0.5" + 0.75 x ( beban max - beban kerja )
ft ( feet ) = 1 feet = ± 30 cm
" ( inch ) = 1 " (inch) = 2.54 cm
Jadi :
20 x 30 cm + (150 kV - 50) x 0.5 x 2.54 + 0.75 x (8,522 - 7,945) = 7,27 m

12
d. Microsoft Visual Basic Express 2010

Visual Basic adalah sebuah bahasa pemrograman yang berpusat pada

object (Object Oriented Programming) digunakan dalam pembuatan aplikasi

Windows yang berbasis Graphical User Interface, hal ini menjadikan Visual

Basic menjadi bahasa pemrograman yang wajib diketahui dan dikuasai oleh

setiap programmer. Beberapa karakteristik obyek tidak dapat dilakukan oleh

Visual Basic misalnya seperti Inheritance tidak bisa module dan Polymorphism

secara terbatas bisa dilakukan dengan deklarasi class module yang mempunyai

Interface tertentu. Sifat Visual Basic tidak case sensitif. Visual Basic 2010

adalah salah satu bahasa pemrograman yang tergabung dalam Microsoft Visual

Studio 2010. Visual Studio 2010 dan Microsoft.Net Framework 4.0

membantu developer menghasilkan performa yang lebih baik dan

menghasilkan aplikasi yang scapable. Visual Basic 2010 pembuatannya

meliputi dua aspek yaitu Design tampilan dan Design pemrograman. Struktur

penulisan program pada Visual Basic tidak terpacu susunan yang sistematis,

namun umumnya terdiri dari 4 unsur penting, yaitu:

1. Object adalah komponen didalam sebuah program.

Misalnya : Label, text, serial port, combo box dan lain-lain.

2. Property adalah karakteristik yang dimiliki object.

Misalnya : Label mempunyai fungsi forecolor untuk merubah background

label menjadi merah dan VB green untuk merubah background label menjadi

hijau, nama property disini adalah Backcolour. Lalu, label dan text dapat

diisi dengan text atau yang dapat disebut juga Caption, sedangkan Mscomm

hanya dipergunakan untuk komunikasi serial.

13
3. Method merupakan aksi yang dapat dilakukan oleh object.

Misalnya : Form memliki metode hide,move,show.

4. Event adalah kejadian yang dapat dialami oleh object.

Misalnya : Label memiliki eventclick, mousedown, mouse move.

Gambar 1.4 Tampilan Awal Visual Basic 2010 Express

9. Metode Penelitian
a. Metode Observasi
Pada penelitian yang dilakukan penulis dilakukan dengan dengan beberapa
metode salah satunya dengan metode observasi. Metode ini digunakan oleh
penulis untuk mempermudah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data
yang hanya dapat dilakukan atau didapatkan di lapangan. Sehingga data-data
mengenai pekerjaan Rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang yang
didapatkan oleh penulis adalah data yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
b. Metode Studi Pustaka
Metode yang kedua yang dilakukan oleh penulis adalah metode studi pustaka.
Pada metode yang kedua ini penulis menggunakan bantuan pustaka atau referensi
buku-buku mengenai ketenagalistrikan. Sehingga data-data yang didapatkan
sesuai dengan literatur atau dalam ketenagalistrikan sesuai SPLN.

14
c. Metode Diskusi
Metode yang terakhir yang digunakan penulis adalah metode diskusi. Metode ini
digunakan peneliti untuk mendapatkan data langsung dari narasumber yang
berpengalaman sehingga penelitian yang dilakukan mendapatkan data - data yang
tidak hanya sesuai dilapangan ataupun sesuai literatur, namun data yang
didapatkan sesuai dengan pengalaman yang telah terjadi atau kejadian mengenai
penelitian yang telah lampau.

10. Diskripsi Tugas Akhir

15
11. Jadwal Kegiatan

N WAKTU
KEGIATAN
O MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP

1 Studi kepustakaan              

2 Penulisan Proposal              

3 Pengumpulan data              

4 Pembuatan Aplikasi              

5 Demo Aplikasi              

6 Penulisan Tugas Akhir              

12. Daftar Pustaka

Anonimus. 2013. Survey Jalur Transmisi. Bogor : PT. PLN (Persero) Project

Academy Udiklat Bogor.

16

Anda mungkin juga menyukai