Oleh :
RENGGANIS KUMALASARI
30601600068
1
1. Judul Tugas Akhir
2. Latar Belakang
Saluran transmisi merupakan komponen penting dalam proses bisnis listrik di
PT PLN (Persero). Saluran transmisi inilah yang menyalurkan energi listrik dari
pembangkit sampai ke konsumen pada jarak yang jauh. Pada periode tahun 2015 -
2024 pengembangan sistem penyaluran berupa pengembangan sistem transmisi
dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di sistem Jawa - Bali serta tegangan 500 kV,
275 kV, 150 kV dan 70 kV di sistem Indonesia Timur dan Sumatera. Pembangunan
sistem transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara
kapasitas pembangkitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien.
Disamping itu juga sebagai usaha untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan
perbaikan tegangan pelayanan. Rencana pengembangan sistem penyaluran di
Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar 145.399 MVA untuk
pengembangan gardu induk serta 59.272 kms pengembangan jaringan transmisi.
Selain penambahan jalur transmisi juga terdapat pekerjaan rekonduktoring
(penggantian kawat konduktor) yang bertujuan meningkatkan kapasitas konduktor
pada tower/ jalur eksisting. Seiring dengan konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya
yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional,
mengaharuskan adanya peningkatan kapasitas peralatan penyaluran sistem tenaga
listrik sehingga dapat menjamin andalnya dan tercukupinya kebutuhan masyarakat
terhadap tenaga listrik. Rekonduktoring merupakan pekerjaan penggantian konduktor
eksisting menjadi konduktor baru tanpa perlu membebaskan lahan baru dan membuat
tower baru dari awal. Pekerjaan Rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang
meliputi pekerjaan penggantian 2 sirkit konduktor eksisting 1 x ACSR Hawk yang
memiliki kapasitas 1 x 600 A menjadi konduktor 1 x ACCC Lisbon yang memiliki
kapasitas 1 x 1200 A, sehingga terdapat peningkatan kapasitas penyaluran sistem
tenaga listrik. Dalam pelaksanaan pekerjaan rekonduktoring, terlebih dahulu dibuat
Drumschedule, yaitu suatu perencanaan terhadap pemakaian konduktor pada setiap
haspelnya untuk setiap tarikan/ stringing konduktor tower transmisi. Pada pembuatan
2
Drumschedule perlu memperhatikan nilai sagging konduktor dan juga ketentuan
dalam pelaksanaan stringing konduktor sehingga tidak ada konduktor yang tekor
(kurang panjang) dan sambungan konduktor ditempatkan pada span yang aman.
Kendala yang dihadapi pada saat ini untuk perhitungan adalah kurangnya sarana yang
mempermudah dalam menentukan kebutuhan konduktor dengan mempertimbangkan
faktor perhitungan sagging secara real.
Saat ini belum ada aplikasi yang dibuat untuk memudahkan baik pengawas
maupun pelaksana untuk melakukan perhitungan kebutuhan konduktor yang
diterapkan pada Drumschedule sebagai acuan pelaksanaan stringing konduktor di
lapangan. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini, perencanaan terhadap pemakaian
jumlah konduktor akan semakin mudah dan hasil pelaksanaannya menjadi lebih
efektif dan efisen.
3. Perumusan Masalah
a. Metode apakah yang digunakan untuk menganalisa kebutuhan konduktor
dalam proses stringing pada pekerjaan rekonduktoring?
b. Bagaimanakah ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan stringing konduktor
pada rekonduktoring tower transmisi?
c. Aplikasi apakah yang dapat digunakan untuk menganalisa kebutuhan
konduktor dalam proses stringing pada pekerjaan rekonduktoring?
4. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini dibatasi hanya pada materi
analisa kebutuhan konduktor berdasarkan perhitungan sagging pada pekerjaan tower
transmisi rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang menggunakan
konduktor ACCC (Aluminium Conductor Composite Core) tipe Lisbon.
5. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penulisan tugas akhir tersebut oleh bertujuan untuk memenuhi
persyaratan kelulusan yang wajib ditempuh oleh mahasiswa tingkat akhir Program
Strata Satu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Sultan Agung. Disamping itu tujuan pelaksanaan penulisan skripsi ini sebagai
berikut :
a. Menganalisa kebutuhan konduktor dalam proses stringing pada pekerjaan
rekonduktoring berdasarkan perhitungan sagging.
3
b. Mengetahui ketentuan – ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan stringing
konduktor pada rekonduktoring tower transmisi.
c. Membuat aplikasi untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor berdasarkan
perhitungan sagging pada pekerjaan stringing tower transmisi.
6. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dengan adanya
aplikasi perhitungan konduktor ini maka dapat mempermudah pengawas di lapangan
atau pelaksana pekerjaan stringing untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor
berdasarkan perhitungan sagging.
7. Tinjauan Pustaka
4
toleransi andongan dengan perhitungan sagging tersebut sehingga dapat menjadi
referensi perbandingan dalam melakukan perencanaan Drumschedule.
Dengan dasar inilah yang menjadikan dasar penyusunan skripsi guna membuat
aplikasi untuk melakukan analisa kebutuhan konduktor berdasarkan perhitungan
sagging. Aplikasi ini dibuat untuk mempermudah analisa kebutuhan konduktor dalam
pekerjaan stringing rekonduktoring tower transmisi.
8. Dasar Teori
5
topografi medan sepanjang jalur, dan profil melintang menunjukkan
ketinggian dan menara. Gambar profil rencana berfungsi sebagai lembar kerja
yang menunjukkan apa yang perlu dilakukan, dalam menangani masalah yang
mungkin muncul. Gambar ini digunakan sebagai dasar dalam menyelesaikan
pekerjaan sebuah jalur transmisi. Profil memanjang yang menunjukkan
ketinggian, lokasi dan tipe tower harus tergambar dalam profil rencana.
Langkah-langkah berikut harus diambil ketika merencanakan sebuah jalur
transmisi :
1) Menetapkan skala gambar profil rencana.
2) Menetapkan sag template pada skala yang sama dengan gambar profil
rencana.
3) Membuat tabel yang menunjukkan jarak konduktor ke tanah serta terhadap
benda/instalasi lainnya.
4) Tentukan batasan span dan jarak vertikal/clearance yang di ijinkan.
5) Tower harus sesuai dengan spesifikasi yang sudah ditentukan.
Jenis Tower berdasarkan konstruksinya :
1) Lattice Tower
Jenis Tower ini merupakan tower dengan konstruksi rangka baja,
dengan sistem rangka baja ini, maka jenis ini memiliki kelebihan :
- Mudah dalam pengangkutan sampai ke lokasi yang tidak dapat
dijangkau oleh kendaraan.
- Biaya lebih murah dibanding dengan konstruksi single pole.
- Proses erection tidak memerlukan alat berat.
- Kemampuan tariknya lebih maksimal jika dibandingkan dengan single
pole/tiang beton maupun tiang baja.
- Sudah banyak di aplikasikan sampai tegangan 500 kV.
Kelemahan jenis ini antara lain :
- Memerlukan lahan yang relatif luas.
- Rawan pencurian/mudah di curi.
2) Tiang/Single Pole Beton
Kelebihan jenis tower ini adalah :
- Efisien dalam penggunaan lahan.
- Relatif aman dari pencurian.
- Proses erection tiang beton relatif lebih mudah dan lebih cepat.
6
Kelemahan jenis ini antara lain :
- Hanya pada lokasi yang bisa di jangkau alat berat (crane).
- Kemampuan tariknya sangat terbatas.
- Semakin tinggi, semakin tidak efisien dan sulit pelaksanaan
pemasangannya.
- Hanya dapat diaplikasikan pada maksimum tegangan 150 kV.
3) Tiang/Single Pole Baja
Kelebihan jenis tower ini adalah :
- Efisien dalam penggunaan lahan .
- Relatif aman dari pencurian.
- Proses erection tiang baja relatif lebih mudah dan lebih cepat jika
dibandingkan dengan tiang beton dan lattice tower.
- Kemampuan tariknya dapat maksimal dibandingkan tiang beton
- Dapat diaplikasikan pada tegangan lebih dari 150 kV.
8
perhitungan sagging atau perencanaan jalur transmisi. Untuk itu perlu
diketahui jenis dan tipe konduktor yang akan digunakan agar tidak salah
tegangan.
kekuatan tinggi dan biaya yang relatif rendah. Ini terdiri dari helai
aluminium terikat di sekitar inti baja. Yang paling umum adalah 6/1, 26/7,
54/7.
a) ACSR/AW
b) ACSR/SD
Konduktor ACSR yang dapat meredaman getaran. Hal ini lebih mahal
konduktor sekitar inti baja. Untaian terbuat dari #6201 Aluminium, dan
Ini terdiri dari helai #1350 Aluminium sekitar inti yang terbuat dari
#6201 Aluminium. Hal ini lebih ringan dari ACSR, tetapi lebih mahal
9
dan sama kuat. Hal ini digunakan dalam lingkungan korosif.
d) AAAC – 6201
Konduktor terdiri dari #6201 Aluminium Alloy . Hal ini lebih kuat dari
ACSR, dan lebih ringan, tapi lebih mahal. Hal ini digunakan untuk
Trapezoidal Wire)
c. Sagging
Sagging, dalam pelaksanaannya sering disebut dengan istilah Andongan atau
Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi.
masing span, setelah dilaksanakan plotting tower, hal ini dilakukan pada jalur
SUTT/SUTET per section. Span adalah panjang rentang 2 (dua) tower yang
berurutan, atau jarak antara dua tower yang berurutan yang dinyatakan dengan
satuan meter.
10
Gambar 1.3 Basic Span
W L2
S=
8T
S= Sagging
W= Berat kawat
L= Panjang ( Span )
8= Koefisien
T= Tarikan (uts).. ( dari tabel kabel )
11
I Contoh perhitungan pada kawat AC3
- Berat konduktor ( W ) = 956,6 kg/km
- Tension ( uts ) = 1843,7 kg ( dari tabel kabel )
- Tension ( T )( tarikan kabel ) = 1843,7 kg = 1843,7 kg
- Span = 350 m
II Penghitungan
956,6 x ( 350 )2 117183500
S= = = 7,945 m
8 x 1843,7 14749,6
Temperature ( t )
t= 40°C
Span = 350 m
8,063 m
Span = 350 m
12
d. Microsoft Visual Basic Express 2010
Windows yang berbasis Graphical User Interface, hal ini menjadikan Visual
Basic menjadi bahasa pemrograman yang wajib diketahui dan dikuasai oleh
Visual Basic misalnya seperti Inheritance tidak bisa module dan Polymorphism
secara terbatas bisa dilakukan dengan deklarasi class module yang mempunyai
Interface tertentu. Sifat Visual Basic tidak case sensitif. Visual Basic 2010
adalah salah satu bahasa pemrograman yang tergabung dalam Microsoft Visual
meliputi dua aspek yaitu Design tampilan dan Design pemrograman. Struktur
penulisan program pada Visual Basic tidak terpacu susunan yang sistematis,
label menjadi merah dan VB green untuk merubah background label menjadi
hijau, nama property disini adalah Backcolour. Lalu, label dan text dapat
diisi dengan text atau yang dapat disebut juga Caption, sedangkan Mscomm
13
3. Method merupakan aksi yang dapat dilakukan oleh object.
9. Metode Penelitian
a. Metode Observasi
Pada penelitian yang dilakukan penulis dilakukan dengan dengan beberapa
metode salah satunya dengan metode observasi. Metode ini digunakan oleh
penulis untuk mempermudah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data
yang hanya dapat dilakukan atau didapatkan di lapangan. Sehingga data-data
mengenai pekerjaan Rekonduktoring SUTT 150 kV Pekalongan – Batang yang
didapatkan oleh penulis adalah data yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
b. Metode Studi Pustaka
Metode yang kedua yang dilakukan oleh penulis adalah metode studi pustaka.
Pada metode yang kedua ini penulis menggunakan bantuan pustaka atau referensi
buku-buku mengenai ketenagalistrikan. Sehingga data-data yang didapatkan
sesuai dengan literatur atau dalam ketenagalistrikan sesuai SPLN.
14
c. Metode Diskusi
Metode yang terakhir yang digunakan penulis adalah metode diskusi. Metode ini
digunakan peneliti untuk mendapatkan data langsung dari narasumber yang
berpengalaman sehingga penelitian yang dilakukan mendapatkan data - data yang
tidak hanya sesuai dilapangan ataupun sesuai literatur, namun data yang
didapatkan sesuai dengan pengalaman yang telah terjadi atau kejadian mengenai
penelitian yang telah lampau.
15
11. Jadwal Kegiatan
N WAKTU
KEGIATAN
O MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP
1 Studi kepustakaan
2 Penulisan Proposal
3 Pengumpulan data
4 Pembuatan Aplikasi
5 Demo Aplikasi
Anonimus. 2013. Survey Jalur Transmisi. Bogor : PT. PLN (Persero) Project
16