REZA FAHLEVI
PT KENCANA ALAM PUTRA
JL. KLAMPIS ANOM 17 / D4 , SURABAYA
LEVEL 6
Analis Utama Pembangunan Dan Pemasangan Sistem Transmisi
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata'ala, karena berkat
Rahmat dan Hidayah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang Pembangunan
SUTT / SUTET.
Sebagai prasarana pendukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang semakin
pesat akhir-akhir ini menyebabkan perlu penambahan kapasitas saluran transmisi seiring juga
dengan perluasan kapasitas pusat-pusat pembangkit serta untuk kehandalan sistem penyaluran
daya yang mana dalam hal ini juga membutuhkan peningkatan kemampuan hantar arus yang
semakin besar untuk mengakomodir semua kebutuhan diatas maka perlu dibuatkan
penambahan jalur ditribusi baru berupa SUTT / SUTET termasuk pemilihan type penghatar
yang sesuai untuk mengakomodir keperluan pengguna listrik dimasa sekarang ini.
Informasi yang tersaji dalam MAKALAH ini merupakan rangkuman dari berbagai
pengalaman di bidang Konstruksi Ketenagalistrikan yang di padukan dengan landasan teori.
Besar harapan dari penulis dapat memberikan manfaat bagi para profesi di bidang
ketenagalistrikan.
Surabaya, 19 Oktober
2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………4
1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………2
1.3 Tujuan
………………………………………………………………….3
1.4
Manfaat…………………………………………………………………3
BAB IV : PENUTUP
3
4.1
Kesimpulan……………………………………………………………..27
4.2
Saran…………………………………………………………………....27
DAFTAR PUSTAKA
4
ABSTRAK
Pembangunan dan Pemasangan SUTT/SUTET pada sistem jaringan listrik tegangan tinggi
yang meliputi pembuatan pondasi, erection tower dan penarikan kawat serta peralatan
kebutuhan atas listrik dalam segala bidang maka penambahan prasarana penyaluran daya dari
pembangkit sangatlah diperlukan, hal ini sangat diperlukan demi tercapainya penyaluran yang
merata terhadap seluruh bidang yang memerlukan pasokan listrik dan demi kehandalan system
penyaluran PLN pada umumnya sehingga kebutuhan akan daya listrik bisa terpenuhi setiap
saat.
kendalanya dilapangan, akan tetapi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut didukung
komitmen dan komunikasi yang baik dari seluruh jajaran yang terkait dalam pelaksanannya
maka semuanya akan berjalan lancer untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu
5
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah yang sering terjadi dalam Pembangunan SUTT / SUTET utamanya terkait
masalah Penarikan Konduktor yang mengakibatkan kemunduran progress pekerjaan
dilapangan , diantaranya adalah :
1. Kurangnya personil yang mempunyai kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan
pekerjaan khusus. (Personil Skill kurang )
2. Ketidak sesuain peralatan kerja.
3. Kelambatan pembebasan lahan
4. Kecepatan Tim Pondasi dan Tim Erection Tower untuk pelaksanan dilapangan.
5. Ketersedian Biaya Operasional yang memadai.
6. Sistem perencanaan pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan yang kurang bagus.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
8
Faktor internal yang menentukan keberhasilan penarikan konduktor adalah:
1. Tersedianya peralatan penarikan konduktor dengan jumlah yang cukup untuk
melaksanakan penarikan secepat mungkin,
2. Tersedianya SDM yang benar-benar terampil serta berpengalaman (berkompeten) di bi-
dang penarikan konduktor.
Penarikan Konduktor pada dasarnya adalah Kerja Tim yang melibatkan PLN selaku pemilik
proyek dan Kontraktor selaku pelaksana. Setiap individu didalam Tim tersebut harus dapat bekerja
sama secara sinergis untuk melaksanakan kegiatan penarikan konduktor sesuai jadwal yang sudah
disepakati bersama. Peran PLN dalam Tim tersebut utamanya adalah :
1. Memastikan kebutuhan material (konduktor, GSW/OPGW, isolator, asesoris) untuk stringing
tersedia lengkap.
2. Memastikan bahwa proses pembayaran untuk ROW berjalan lancar.
3. Memastikan bahwa semua permasalahan sosial yang timbul dapat diselesaikan dengan baik.
4. Memastikan koordinasi dengan pihak – pihak yang terkait untuk kelancaran proses penarikan
berjalan dengan baik.
Apabila Tim Stringing dapat bersinergis maka diharapkan proses penyelesain pekerjaan pemasan-
gan konduktor dapat memenuhi target waktu yang ditentukan.
9
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.1. Pondasi
Pondasi adalah suatu bangunan dibawah tanah sebagai titik tumpu berdirinya tower.
Bangunan pondasi harus kuat karena tower yang berdiri diatasnya memberikan 2
(dua) jenis gaya, yaitu :
- Gaya vertikal yang dihasilkan oleh beratnya tower
- Gaya transversal yang dihasilkan oleh adanya tiupan angin dan tarikan konduktor
Adapun tipe tipe pondasi yang seringkali digunakan ada 7 macam klass pondasi yaitu :
10
3.1.2. Tower
Tower adalah struktur bangunan tinggi diatas pondasi yang berfungsi untuk memikul
beban konduktor dan kawat tanah. Tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja
padanya, antara lain yaitu:
1. Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan).
2. Gaya tarik akibat rentangan kawat.
3. Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
11
Tower rangka baja adalah jenis tower yang strukturnya disusun dari material baja.
Ada dua jenis tower tower rangka baja yaitu steel pole dan lattice tower.
a.i. Konstruksi steel pole tower terbuat dari baja berbentuk pipa (tubular). Tower
jenis ini banyak digunakan didaerah perkotaan karena tidak membutuhkan lahan
untuk pondasi yang luas.
a.ii. Konstruksi lattice tower terbuat dari baja siku dan plat. Tower jenis ini banyak
digunakan diluar perkotaan karena membutuhkan lahan pondasi yang luas.
b. Tower Beton
Konstruksi tower beton sama seperti tower steel pole, hanya saja materialnya terbuat
dari beton.
12
3 C CC 20° - 60°
4 D DD 60° - 90°
5 E EE >90°
6 DR DDR >90°
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat
sifat sebagai berikut :
a. konduktivitas tinggi
b. kekuatan tarik mekanikal tinggi
c. tidak berat
13
d. biaya rendah
e. tidak mudah patah
Untuk memenuhi syarat ini biasa digunakan bahan aluminium atau tembaga. Kawat
yang dipasang tidak solid melainkan terdiri atas jalinan beberapa kawat (stranded).
Jenis-jenis konduktor yang banyak digunakan pada SUTT/SUTET PLN saat ini antara
lain :
a. Konduktor ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforced)
Konduktor ACSR terdiri dari aluminium dan baja dimana kawat baja berfungsi
memikul kekuatan mekanikal sedangkan aluminium berfungsi sebagai
penghantar.
b. Konduktor TACSR (Thermal ACSR)
Konduktor ini merupakan pengembangan dari ACSR yang mempunyai kuat
hantar arus lebih tinggi 1,5 kali ACSR. Hal ini disebabkan TACSR memiliki
kemampuan tahan panas yang lebih tinggi daripada ACSR sehingga saat dibebani
tinggi konduktor mengalami pemuaian yang lebih dibanding ACSR biasa.
c. Konduktor GTACSR (Gap Thermal ACSR)
Konduktor GTACSR merupakan teknologi baru setelah TACSR yang mempunyai
karakteristik hantar arus kurang lebih 1,6 kali sampai 2 kali.
d. Konduktor ACCC (Aluminium Conductor Compsite Core)
Konduktor ACCC mempunyai kuat hantar arus kurang lebih 2 kali dibandingkan
konduktor ACSR.
Kawat Tanah atau yang biasa disebut dengan Ground Steel Wire (GSW) biasanya
terdiri dari lilitan kawat baja (St 35 atau St 50) yang ditempatkan diatas kawat
penghantar berfungsi sebagai pelindung kawat penghantar terhadap sambaran petir
langsung.
Selain GSW, kawat tanah lainnya yang banyak digunakan adalah jenis OPGW
(Optic Ground Wire). Kawat Tanah jenis OPGW terdiri dari lilitan kawat aluminium
baja (ACS : Alluminium Clad Steel Wire) yang berintikan kawat aluminium
14
berongga. Rongga ini ditempati oleh saluran fiber optik yang digunakan untuk
keperluan telemetering, telekomunikasi, teleproteksi, teledata dan lain sebagainya.
Isolator Polymer
Panjang jarak rayap isolator (creepage distance) adalah panjang jarak yang diukur dari
salah satu elektroda menyusuri bentuk permukaan isolator hingga elektroda yang lain.
Dengan demikian jarak rayap yang besar mempunyai tahanan permukaan yang tinggi.
15
Berdasarkan panjang jarak rayap ini kemudian ditentukan jumlah renteng isolator
untuk besaran tegangan yang digunakan sebagai berikut :
a. 70 kV = 5 piringan isolator
b. 150 kv = 12 piringan isolator
c. 500 kV = 30x2 = 60 piringan isolator (tergantung type tower)
Type Isolator :
a. Fog
b. Anti Fog
c. Special Fog
Macam-macam pemasangan isolator :
a. Single suspension isolator
b. Double Suspension Isolator
c. Model V : Suspension Isolator (untuk 500 kV)
d. Strain Isolator (untuk tower sudut)
16
String set adalah perlengkapan untuk memegang konduktor agar tidak jatuh. String
set terdiri dari : Suspension Set dan Tension Set.
3.1.5 Accesorries
Asesoris adalah peralatan yang digunakan pada konduktor dan kawat tanah untuk
memenuhi ketentuan teknis yang dipersyaratkan. Beberapa asesoris yang digunakan
pada SUTT/SUTET adalah sebagai berikut :
a) Sambungan Konduktor (Midspan Joint)
Sambungan (Joint) ini biasa dipakai untuk menyambung konduktor saat penarikan
karena adanya keterbatasan panjang dalam satu drum (haspel) konduktor.
17
Sambungan (joint) harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
a. Konduktivitas listrik yang baik
b. Kekuatan mekanis dan ketahanan yang tangguh.
b) Perentang (spacer)
Perentang (spacer) dipasang diantara 2 kawat atau 4 kawat agar konduktor dalam
satu fasa tidak mendekat atau bertumbukan karena adanya gaya elektromekanis
atau angin. Spacer dipasang di dekat tiang dengan jarak sesuai ketentuan yang
berlaku dalam kontrak, pada umumnya 15 – 40 meter untuk SUTT 150 kV dan 75
meter untuk SUTET 500 kV dan ditengah span (midspan).
18
g) Dead-end clamp
Adalah kompresion klem yang dipasang pada tiang tension untuk menjepit
konduktor.
h) Sag Adjuster
Adalah peralatan untuk memudahkan/mengatur andongan konduktor pada
waktu sagging .
i) Yoke Plate
Adalah peralatan transmisi yang digunakan untuk menggantungkan isolator
(suspension) dan memegang tarikan konduktor pada tiang tension.
j) Suspension Clamp
Adalah klem yang berfungsi untuk memegang konduktor pada tiang
penyangga(suspension tower).
k) Protector tube
Adalah alat untuk mengamankan sambungan /Joint konduktor supaya tidak
terjadi kerusakan pada waktu konduktor ditarik melalui montage roll.
21
2. Pekerjaan persiapan
1. Pemeriksaan tower
Seluruh tower dalam stringing section harus diperiksa dengan teliti terutama
kelengkapan member tower, pengerasan baut dan plat, dan telah dilakukan
pengukuran pentahanan tower.
2. Back staying guys (sekuran)
Back staying guys dipasang pada kedua ujung tower dalam satu stringing section
yang berfungsi sebagai penyeimbang pada saat stringing dan sagging, biasanya
menggunakan tali atau kawat. Demikian juga pada mid- span tower dimana
beban yang timbul selama proses stringing dapat lebih besar dari beban design
juga diperkuat dengan back staying guys. Pemasangan back staying guys
diikatkan pada main post tower pada setiap level cross arm pada arah center line
tower atau pada sisi yang berlawanan dari titik beban konduktor.
3. Cross arm yang akan dibebani dengan gaya tarik yang berlebihan juga harus
dipasang temporary skur.
4. Pengaturan alat komunikasi :Pengaturan alat komunikasi diperlukan pada posisi
drum site, puller site, main guard structure dan lokasi lainnya yang dianggap
perlu. Alat komunikasi juga diperlukan untuk petugas yang mengikuti stringing
selama proses penarikan konduktor.
5. Pemasangan guard structure/scaffolding/stagger crossing : Guard
structure/schaffolding/stagger dipasang pada setiap jalur kawat yang akan
melewati bangunan ataupun fasilitas umum (SUTR, SUTM, saluran komunikasi,
rel kereta api, jalan umum, jalan tol) yang diperkirakan akan membahayakan
makhluk hidup yang ada dibawahnya pada saat proses penarikan kawat. Apabila
selama proses penarikan kawat tersebut tidak bisa dihindarkan menyentuh guard
structure terus menerus maka harus dipasang stringing sheaves (roller). Jarak
minimum standard guard structure terhadap tegangan listrik sebagai berikut :
22
6. Penempatan dan pemasangan peralatan Stringing
Penempatan peralatan stringing dilakukan setelah adanya kepastian akan
ketersediaan lahan yang akan dipakai/disewa.
1. Penempatan Engine Winch / Puller
Luas area yang diperlukan untuk Puller pada umumnya 150 – 300 m2. Puller
biasa disebut dengan stringing car, reel winders dan reel untuk messanger
wire ditempatkan dengan susunan sesuai gambar berikut :
Dalam pemilihan lokasi perlu diperhatikan bahwa kondisi tanah cukup keras,
rata dan akses jalan masuknya mudah.
2. Pemasangan Stringing Car
Stringing car harus diletakkan pada posisi dimana shaft capstan harus tegak
lurus terhadap arah penarikan konduktor. Antara tower dan stringing car
dipasang snatch block agar messanger wire masuk ke capstan secara
horisontal sehingga akan meminimalkan daya angkat (lifting force) pada saat
penarikan. Selain itu stringing car harus dijangkar ke bumi dengan
menggunakan sling baja. Bila pekerjaan stringing berdekatan dengan saluran
tenaga listrik yang bertegangan, maka stringing car harus diketanahkan.
23
3. Pemasangan Reel Winder
Reel winder dipasang horisontal tepat dibelakang stringing car dan dijangkar
ke bumi dengan sling baja. Reel winder didesain untuk mengukur panjang
messenger wire yang telah digulung oleh puller kedalam reel. Bila reel telah
penuh dengan kawat maka harus digantikam dengan reel yang masih kosong.
4. Penempatan Drum site.
Luas area yang diperlukan untuk drum site umumnya 500 – 1000 m2. Drum
site ditempatkan sesuai susunan seperti gambar berikut :
5. Pemasangan Tensioner
Tensioner ditempatkan segaris dengan arah penarikan konduktor dan
berfungsi untuk memberikan tegangan konstan pada penarikan. Bila
konduktor ditarik dari tensioner dengan sudut >50 terhadap horisontal maka
didepan tensioner harus dipasang snatch block yang berfungsi untuk
memperkecil sudut atau dapat juga dengan memasang stringing sheaves
(montage roll).
6. Pemasangan Drum Stand
Drum stand ditempatkan segaris dengan tensioner pada posisi tetap dan
dijangkar ke tanah + 10 m dibelakang tensioner. Drum stand berfungsi untuk
menyangga drum konduktor yang akan ditarik.
7. Pemasangan stringing sheaves (montage roll).
Stringing sheaves terbuat dari alluminium alloy dengan alurnya dilapisi
dengan polyrethane rubber sehingga dapat digunakan untuk messanger wire
dan konduktor secara bersamaan. Pada tower suspension stringing sheaves
dipasang pada suspension insulator string set, sedangkan pada tower tension
dipasang langsung pada cross arm dan diperkuat dengan skur untuk menjaga
agar posisinya tetap pada saat penarikan.
8. Pemasangan isolator dan montage roll konduktor serta montage roll GSW
di tower suspensi.
Untuk tower tension hanya dipasang montage roll, sedangkan isolator di
tower tension dipasang saat sagging.
Urutan pemasangan isolator dan montase rol :
24
- Material siap dilokasi tower, yaitu insulator disc dan fitting kemudian
keduanya dirangkai sehingga terbentuk insulator set
- Rangkaian insulator terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu Suspension insulator set
dan tension insulator set.
- Insulator set diangkat dengan bantuan tackle untuk dipasang (dikaitkan) pada
cross arm paling atas (upper cross arm), selanjutnya dilakukan hal yang sama
insulator set dipasang pada middle cross arm dan lower cross arm
- Pada saat pemasangan insulator set di upper, middle dan lower cross arm,
masing – masing diikuti pemasangan running out block/roll block/montage
roll. Di tension tower, running out block telah digantung langsung dibawah
titik crossarm dari landing plate.
- Pemasangan sudah benar sesuai dengan gambar referensi
- Disck insulator – nya dalam kondisi baik dan bersih dari kotoran lumpur,
tidak ada yang retak, gumpil dll.
- Fitting dalam keadaan baik, tidak ada yang cacat, galvanizenya dalam kodisi
baik (tidak luka/terbuka/terkelupas).
- Posisi sackle yang dipasang / dikaitkan ke cross arm tower sudah benar (posisi
baut/mur sudah benar).
b. Puller site
Setelah semua persiapan yang diperlukan siap maka konduktor ditarik dengan
stringing car melalui messenger wire yang dilewatkan melalui capstan dan
digulung pada reel yang dipasang pada reel winder menurut arah penarikan.
Tegangan tarik maksimum yang diberikan pada konduktor selama penarikan
berlangsung dijaga agar < 1/3 tegangan sagging maksimum konduktor atau
dijaga agar konduktor tetap diatas semua halangan – halangan yang terdapat
ditanah. Untuk mengetahui kuat tarikan konduktor/kawat tanah dapat
diketahui
melalui Tension meter. Kecepatan penarikan konduktor tergantung pada
tenaga tarikan stringing car dan kemampuan tensioner. Secara umum
kecepatan penarikan dijaga pada 30 m/menit untuk konduktor tunggal dan 20
m/menit untuk twin konduktor. Pelu diperhatikan bahwa pada saat proses
26
penarikan harus ada komunikasi yang baik antara operator pada stringing car,
operator tensioner, petugas yang mengikuti stringing yoke dan petugas yang
ditempatkan pada lokasi crossing utama.
27
- Setelah penyambungan sementara melewati tensioner, proses penarikan
dihentikan.
- Dengan menggunakan come along, konduktor yang terdapat diantara ujung
tower dan tensioner diikat dengan jangkar pada base tensioner. Akibatnya
tegangan Tarik konduktor dipindahkan ke sling come along dengan
menggulungnya dengan winch atau lever hoist yang telah dipasang untuk
mengontrol tegangan tarik come along.
- Konduktor diturunkan ketanah untuk dilakukan pengupasan kawat
aluminium sampai ke inti baja pada jarak tertentu untuk kedua ujung
konduktor yang akan disambung.
- Penyambungan inti baja pertama sekali dilakukan dengan menggunakan
compression joint untuk inti baja menggunakan hydraulic compressor
machine (mesin press). Perlu diperhatikan didalam compression joint untuk
inti baja harus ada grease untuk memudahkan pemasangan.
- Selanjutnya inti baja yang telah tersambung dimasukkan kedalam
compression joint kawat aluminium untuk dilakukan compression joint
permanen menggunakan hydraulic compressor machine.
- Setelah penyambungan selesai tegangan Tarik dikembalikan ketensioner
dan come along dilepas dengan hati - hati. Setelah semua konduktor dan
kawat tanah ditarik dalam stringing section maka konduktor ditegangkan
sementara dengan tegangan 80% - 90% dari tegangan sagging yang telah
direncanakan.
e. Penegangan sementara pada puller site.
- Konduktor ditarik dengan stringing car sampai pada tegangan yang
diinginkan, kemudian dijangkar sementara ke tanah dengan menggunakan
come along.
- Pada tower section puller site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor
yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah
dipasang pada cross arm.
28
f. Penegangan sementara pada drum site.
- Pada drum site, come along dipasang pada konduktor dan dilewatkan dengan
hand winch ke tanah. Kemudian konduktor ditarik dengan sling come along
melalui snatch block yang telah diikat pada cross arm dan tower leg.
- Pada tower section drum site, tension clamp dipasang ke ujung konduktor
yang telah dipotong dan dirangkai ke tension insulator string yang telah
dipasang pada cross arm.
29
Metode send out
- Gambar diatas memperlihatkan konduktor yang berada pada posisi yang
berlawanan dengan sagging section harus diikat ke cross arm dengan
menggunakan come along untuk meminimalkan tegangan tarik yang tidak
seimbang pada tower. Come along yang berada pada sagging section ditarik
dengan wire rope dari winch yang dipasang di tanah melalui snatch block
yang dirangkai ke cross arm dan tower leg.
- Setelah panjang konduktor yang terdapat pada sagging section diatur, maka
konduktor diklem pada sagging side dari tower. Ujung konduktor yang
berlawanan dengan tower dipasang pada tension insulator string dengan
menggunakan tension clamp.
- Kemudian konduktor untuk span berikutnya diulur dengan merewinding
winch dan mengendurkan tegangan sling dari come along.
- Konduktor harus ditarik bersamaan oleh winch yang ditempatkan pada ujung
dari sagging secion berikutnya agar tegangan konduktor tidak mengakibatkan
terjadinya ketidak seimbangan beban pada tower.
- Come along kemudian dibuka setelah beban tarikan dipindahkan
keseluruhannya ke tension insulator string.
30
2. Metode Seimbang.
Metode ini digunakan untuk sagging 2 (dua) section pada saat yang bersamaan
untuk mempercepat jadwal penyelesaian.
31
2. Pemasangan come along
Untuk menahan konduktor pada saat penegangan digunakan come along yang
dihubungkan ke bagian atas tension insulator string dengan wire rope
langsung atau dapat juga dikombinasikan dengan pulling block yang disusun
diantara come along dan insulator string. Wire rope diarahkan ke winch
melalui snatch block yang ditempatkan ditower. Come along dipasang pada
konduktor pada posisi + 3 m didepan tension clamp ketika konduktor
ditegangkan. Setelah come along dipasang, maka pulling block dihibingkan
ke come along. Pada konduktor yang lebih besar diameternya lebih baik
menggunaan counter weight untuk mencegah rotasi come along akibat gaya
puntir yang timbul karena penarikan.
3. Sambungan wire rope
Wire rope dikencangkan ke bagian atas tension insulator string yang,
dilewatkan melalui block yang dipasang di tower, kemudian dilewatkan
melalui block yang dipasang pada come along dan ditarik ke cross arm dan
diarahkan ke winch melalui block yang dipasang di tower. Untuk single
insulator string, clamp insulator replacer dapat digunakan untuk
mengencangkan wire rope ke insulator string Untuk double insulator string,
wire rope dikencangan ke yoke dari double insulator string.
4. Pemasangan Snatch block
Snatch block diikatkan pada bagian bawah cross arm sedemikian rupa
sehingga wire rope dapat lewat melalui main member cross arm dan body
tower.
Jika terdapat beberapa span dengan perbedaan level yang cukup besar
diantara tower – tower pada keseluruhan section, maka sighting span harus
dipilih span yang berdekatan dengan kedua ujung. Target (sagging board) dan
transit (pocket compass) dipasang pada tower yang berada pada kedua sisi
sighting span dibawah titik penopang konduktor sesuai hasil perhitungan sag.
Pengukuran temperature pada saat sagging dengan menggunakan glass
thermometer. Untuk mengetahui temperature dalam konduktor, maka core
wire harus diambil untuk memasukkan thermometer kedalamnya. Untuk
menghindari efek radiasi panas maka contoh konduktor harus ditempatkan +
3 meter diatas tanah.
7. Pelaksanaan Penentuan Andongan.
- Setelah semua persiapan selesai dan petugas yang terlibat telah berada
ditempat sesuai tugasnya, maka konduktor ditarik dengan mengoperasikan
33
sagging winch atas komando komunikasi antara winch operator dan setiap
transit observer sehingga andongan memenuhi target.
- Bila panjang konduktor yang ditarik melebihi beberapa span, maka tegangan
pada pulling end menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan ujung yang lain
akibat gesekan dengan sheaves. Untuk mengatur konduktor pada andongan
yang dikehendaki pada tegangan tertentu pada seluruh span, maka
konduktor harus ditarik hati – hati dengan tegangan sedikit lebih tinggi
daripada tegangan pada andongan yang dikehendaki, kemudian andongan
diatur sesuai target.
- Konduktor tidak boleh di sagging dengan level yang sama dengan span
sebelumnya. Andongan setiap span tergantung pada jarak antar tower,
ketinggian dan lain sebaginya.
8. Clamping
- Sekali konduktor telah ditarik dan diatur sesuai target, maka konduktor
harus di klem ke tension insulator string pada section tower.
- Untuk SUTT dengan twin konduktor dan SUTET Quaddrupple, untuk
meminimalkan perbedaan antara 2 (dua) sag sub konduktor, maka come
along salah satu sub konduktor dilengkapi dengan tambahan lever block
ditarik dan diatur untuk menentukan posisi pemotongan konduktor untuk
clamping.
- Sag untuk konduktor twin dan konduktor Quaddruple dapat diatur dengan
sag adjuster.
9. Pemasangan Armour Rod dan Clipping In.
Dalam waktu 48 jam setelah semua konduktor pada 1(satu) section stringing
selesai di sagging, stringing sheaves harus dibuka dari intermediate
suspension tower dan konduktor harus di clip in ke suspension insulator
clamp secara permanen, bersama sama dengan armour rod.
Prosedure pemasangan armour rod dan clipping in sebagai berikut :
- Konduktor ditandai langsung dibawah titik insulator attachment pada cross
arm.
34
- Konduktor ditopang dengan lever block yang telah disiapkan pada cross
arm dengan menggunakan sebuah konduktor hook untuk memindahkan berat
konduktor dari stringing sheaves dan.
- Stringing sheaves dilepas dari insulator string.
- Armour rod dipasang pada konduktor tepat dibawah yang ditandai pada
konduktor dan merupakan titik tengah suspension clamp.
- Suspension clamp dipasang pada insulator konduktor kemudian di clipping
in bersama - sama dengan armour rod.
10. Jumpering
Sebagai tindak lanjut proses clamping dan clipping in, pada kedua sisi tension
tower jumper dipasang diantara kedua tension clamp. Pemasangan jumper ini
untuk mendapatkan jarak bebas yang cukup antar tower member dengan
konduktor. Panjang konduktor untuk jumper untuk setiap tower tension ditentukan
dengan pengukuran langsung menggunakan jumper buatan dalam bentuk busur.
Jumper socket dari tension clamp dipasang pada kedua ujung dari jumper
konduktor dengan menggunakan hydraulic compressor sesuai spesifikasi
pabrikan. Jumper untuk setiap phase harus dibentuk sama/identik. Khusus untuk
twin konduktor, jumper harus diatur pada level yang sama dan ditempatkan
seragam dengan jumper spacer.
2. Pemasangan Spacer
Spacer hanya dipasang pada SUTT/SUTET dengan twin konduktor setelah
selesai clipping in. Pemasangannya dengan menggunakan conductor car yang
dijalankan dari tower ke tower. Lokasi spacer pada setiap span ditentukan
35
berdasarkan jarak maksimum dari clamp dan spacer yang berdekatan dalam
posisi + 60 cm dari posisi yang telah ditentukan.
3. Penggunaan Conductor Car / Spacer Car
- Conductor car dipasang pada tower site dan 4 (empat) rodanya ditempatkan
dengan sebaik – baiknya pada kedua sub konduktor. Rem tangan dan
pengukur jarak (distance couter) harus dipasang dengan benar pada
konduktor. Pengukur jarak harus diatur dalam posisi 0 (nol) sebelum
dijalankan.
- 3 (tiga) conductor car harus digunakan pada saat bersamaan, masing –
masing pada konduktor atas, tengah dan bawah.
- Distribusi beban orang, car dan alat kerja harus dijaga agar tidak menambah
andongan, sehingga dapat merusak konduktor pada saat conductor car lewat.
- Conductor car sebaiknya digerakkan sendiri oleh petugas yang bersangkutan
ke lokasi spacer yang telah ditentukan atau ditarik dari tanah oleh petugas
yang lain.
- Supaya conductor car tidak merusak conductor strands, maka conductor car
harus dimaju mundurkan didekat pemasangan spacer.
36
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Untuk kesimpulan dari uraian diatas adalah sangat diperlukannya pemahaman secara
mendetail terkait pelaksanaan pekerjaan penarikan konduktor (stringing) mulai dari material ,
peralatan dan metode kerja serta kordinasi diantara semua pihak yang terlibat dalama
pelaksanan pekerjaan sehingga tidak menghambat proses pekerjaan dilapangan
Daftar Pustaka
37