Anda di halaman 1dari 98

BAB II

PEMBAHASAN

Akuntansi Keperilakuan Dalam Bingkai Retrospektif dan Prospektif

Bab ini berangkat dari penelaahan Hopwood (1989) tentang akuntansi dalam bingkai
retrospektif dan prospektif. Retrospektif adalah sebuah istilah yang digunakan para ilmuwan
untuk melihat suatu kejadian/peristiwa kembali ke kebelakang atau merenungkan masa lalu.
Dalam konteks akuntansi keperilakuan, retrospektif berarti mencoba melihat ke belakang atas
peristiwa akuntansi keperilakuan masa lalu. Misalnya, jika dianalisis lagi, pembatalan atas
sejumlah pembelian saham oleh direktur perusahaan merupakan hal terbaik yang pernah
dilakukannya. Ungkapan ini menggunakan retrospeksi dalam arti “pandangan masa lalu."
Adapun pengertian prospektif dapat dinyatakan sebagai kemungkinan dan harapan. Secara
sederhana definisi ini berarti jika prospek adalah hal-hal yang mungkin terjadi dalam suatu
hal sehingga berpotensi menimbulkan dampak tertentu. Jika kita telaah dari kedua suku kata
tersebut (retrospektif dan prospektif) maka kita bisa menyimpulkan bahwa akuntansi
keperilakuan sebagai bidang studi akuntansi, perlu menelaah kembali ke masa lalu tentang
peristiwa akuntansi untuk dapat dijadikan sebagai rujukan/pedoman dalam rangka
mengembangkan akuntansi masa mendatang.
Pokok pembahasan dalam bab ini menekankan pada literatur studi akuntansi
keperilakuan. Isi pembahasan difokuskan pada faktor-faktor dalam literatur akuntansi
keperilakuan, kemajuan yang dicapai, dan kebutuhan riset mendatang. Munculnya masalah
akan penerimaan keragaman ilmu pengetahuan dan pendekatan riset akuntansi keperilakuan
pada kenyataannya didasarkan pada asumsi di mana ketika suatu padigna digunakan untuk
mengemas paradigma lainnya dilakukan dengan pendekatan yang berbeda. Dari pandangan
ini seharusnya para peneliti akuntansi keperilakuan mendatang diharapkan mampu
menyampaikan intelektualitas yang lebih mandiri dan matang dan berusaha untuk memahami
dan mengelaborasi tentang cara-cara dalam mencapainya.
Akuntansi telah diakui sebagal sesuatu yang membentuk fenomena dan berfungsi
sebagai konsekuensi interdependen dari konteks di mana akuntansi tersebut beroperasi. Dari
paradigma ekonomi, peranan dan fungsi akuntansi sekarang telah memberikan dampak
penting bagi perkembangan organisasi pemerintahan dan operasionalisasi pasar keuangan.
Dengan cara yang sama, dari paradigma keperilakuan dan organisasi, akuntansi sekarang
diakui sebagai praktik yang konsekuensinya dimediasi oleh konteks sosial dan manusia di
mana akuntansi beroperasi dan cara akuntansi bersinggungan dengan fenomena sosial dan
organisasi lainnya. Pencapaian paradigma tersebut merupakan hal yang relatif baru.
Walaupun telah ada teoretikus akuntansi sebelumnya yang menyampaikan pandangan
tersebut dan mayoritas pandangan masyarakat akademis lebih otonom dan sepertinya juga
secara teknis netral, tetapi dari perspektif keterlibatan akuntansi dalam menggeser sejumlah
bentuk pengendalian sosial, atau menyadari adanya kesalahan dalam perhitungan akuntansi
dan proses kesalahan terhadap pengambilan keputusan ekonomi, peranan tersebut hanya
menjelaskan apa yang terlihat. Berdasarkan pada pengertian tersebut, bagi aspek keperilakuan
dan organisasi, penggunaan analisis sosial akan kurang memadai. Walaupun sesungguhnya
perspektif ekonomi menarik bagi para pakar awal, peranan mereka seharusnya meningkatkan
rasionalitas praktik yang mendasari akuntansi agar lebih memadai dalam mencerminkan
praktik. Dengan cara ini, konsepsi yang dapat diambil dari teorisasi ekonomi adalah meliputi
pendanaan, pengukuran perusahaan, pengukuran kinerja divisional. Namun, semua itu tidak
memberikan dasar bagi pemahaman normatif ataupun deskriptif.

A. Awal Pergeseran Konsepsi


Munculnya pergeseran konsepsi diawali dari ketertarikan ilmuwan terhadap
studi ekonomi dan studi keperilakuan serta fungsi akuntansi organisasi. Pergeseran ini
mengakibatkan pergeseran konsepsi secara radikal yang merupakan pekerjaan dari
riset akuntansi itu sendiri. Pandangan yang mengatakan "daripada menggunakan
akuntansi untuk tujuan akuntansi semata," alangkah bailknya jika pandangan tersebut
mengarah pada pengembangan perspektif yang lebih problematik tentang masalah
akuntansi. Masyarakat mulai khawatir dengan fungsi akuntansi yang terkait dengan
aturan persaingan atas sumber informasi lainnya yang berakibat pada kinerja ekonomi
perusahaan. Mereka menyampaikan pertanyaan tentang kebenaran informasi
akuntansi yang digunakan, yang terkadang menghasilkan konsekuensi yang tidak
diinginkan dan tidak terduga. Daripada hanya menerima status quo atas kebijakan
akuntansi atau kebijakan konvensional yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut,
riset akuntansi keperilakuan memberikan dasar bagi perilaku modern dan analisis
akuntansi ekonomi dengan mulai mencerminkannya secara lebih analitis dan
terkadang mengkhawatirkan.
Sebaliknya, pandangan bahwa akuntansi hanya alat untuk memperbaiki
rasionalitas praktik akuntansi seperti yang dipahami selama ini, muncul dari semakin
meningkatnya kerelaan untuk memahaminya dalam konteks organisasi secara luas
pada setting ekonomi dan manajerial. Dorongan untuk reorientasi tersebut berasal dari
luar komunitas akademis akuntansi. Seperti yang dijelaskan Caplan (1971) dalam
pandangan pribadinya mengenai pengembangan akuntansi, riset kritis dan riset
eksternal tentang pendidikan bisnis di Amerika memberikan dasar bagi kebanyakan
harapan restrukturisasi dan kehidupan intelektual sekolah bisnis. Gordon dan Howell
(1959) menyatakan bahwa pendidikan bisnis perlu dipahami secara ilmiah dengan
proses yang diambil dari perspektif ilmu pengetahuan sosial dan keperilakuan yang
lebih luas. Riset akuntansi mungkin secara tidak langsung pada awalnya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ini. Walaupun terdapat kemungkinan untuk merekrut
peneliti akuntansi baru pada saat itu, akuntansi pada dasarnya merupakan perdebatan
baru antara akademisi akuntansi dengan kolega nereka dari bidang studi lain seperti
psikologi, ekonomi, keuangan, analisis kuantitatif dan sebagainya. Didasarkan pada
perbetdan lingkungan ini, orang-orang mulai dapat menggunakan informasi yang
diperoleh atas studi nonakuntansi yang lama, seperti penelltian Argyris, Dalton,
Roy,dan White dari Chicago School of Sociology, serta Simon dan koleganya yang
berfokus pada akuntansi, sekalipun relatif kurang dihargai oleh komunitas akademisi
akuntansi. Hal yang terpenting adalah perubahan kehidupan intelektual pada sekolah
bisnis di Amerika memberikan dasar tentang pendekatan yang lebih serius terhadap
riset doktoral. Dengan cara ini, mahasiswa bersentuhan dengan tradisi riset dan
intelektualitas dari ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya berdasarkan ekonomi dan
keperilakuan.
Sebenarnya, sejumlah tahap pengembangan awal telah tercatat dalam makalah
tinjauan (review paper) pada program doktoral di Berkeley, Carnegie Tech, Chicago
Onto State Staford, dan sebagainya. Didasarkan pada konteks tersebut, asal usul
tradisi riset keperilakuan dan ekonomi baru dalam akuntansi adalah sangat serupa.
Tidak ada yang diwakili oleh pendekatan utama (mainstream), keduanya dipandang
dengan banyak kecurigaan. Perlu diingat bahwa satu tulisan ekonomi yang paling
signifikan ditolak oleh The Accounting Review karena hanya untuk dipublikasikan
pada Jurnal of Accounting Research, sebuah jurnal yang mempunyai asal usul yang
sama dari perubahan institusional. Dari asal usul yang berhubungan ini, tradisi
keperilakuan dan ekonomi terpisah, walaupun tidak secara keseluruhan. Ada waktu di
mana kepentingan yang saling melengkapi muncul dalam beberapa bidang. Alasan
terhadap sifat dan bentuk perbedaan tidak diselidiki secara sistematis dan seluruh
penelaahan selanjutnya dari literatur riset keperilakuan tidak membahas ini.
Barangkali, ada keterlibatan sejumlah faktor di dalamnya.

B. Berpijak Pada Tradisi Ekonomi


Tradisi ekonomi baru pada awalnya muncul sebagai usaha untuk membangun
beberapa institusi, kemunculan ini sebagian besar dikarenakan kebutuhan untuk
mengonfigurasi intelektualitas pasar modal efisien yang berlandaskan pada riset di
mana keberagaman riset akan hal itu masih relatif jarang. Kemunculan institusi baru
tersebut diharapkan mampu memengaruhi alur pikir komunitas akademis akuntansi.
Selain itu, kemunculan ini juga lebih disebabkan kepada paradigma tradisi riset yang
masih sangat terfokus pada kajian tertentu sehingga menjadikan riset tersebut semakin
rentan terhadap rasionalitas ekonomi. Pengembangan disiplin ilmu dengan kebijakan
ketat, baik pada inovasi intelektual maupun batasannya, secara lambat laun ternyata
menghasilkan pengujian dengan pendekatan teknik statistilk dan riset yang kompleks.
Badan riset terbaru juga menginformasikan hasil di mana terjadi pertumbuhan yang
bermanfaat bagi sejumlah akademisi akuntansi yang mempunyai orientasi riset ke
dalam bidang riset kuantitatif. Perspektif tersebut juga muncul dalam akuntansi ketika
bentuk rasionalitas ekonomi dan teorisasi menjadi semakin signifikan dalam
pengelolaan sosial dan institusional. Sebaliknya, riset bidang keperilakuan pada
akhirnya muncul dalam bermacam-macam institusi. Dengan demikian, riset
keperilakuan menjadi subjek yang penuh keragaman (multiparadigma) pengaruh
intelektual. Sebagai akibatnya, munculah tradisi riset yang lebih heterogen. Bahkan,
banyak institusi inovasi awal yang tadinya hanya menduduki sedikit posisi sentral
dalam kampus, kemudian akhirnya membentuk komunitas akademis akuntansi.
Selama periode intervensi, tradisi riset organisasi dari keperilakuan telah
mengalami kemajuan sehingga sekarang menghasilkan literatur khusus yang lebih
substansial, melahirkan jurnal khusus, dan membentuk kelompok profesional
tersendiri. Banyak hal yang sudah dicapai dan pencapaian ini sesungguhnya lebih
banyak daripada yang terealsasil. Disiplin limu tidak lagi semata-mata terfokus pada
tinjauan Burgstahler dan Sundem (1989) yang melelat dengan kesulitan dan
kelemahan berkelanjutan yang didasarkan pada perbedaan tajam dengan literatur
kumulatif dan substantif dari studi Birnberg dan Shields (1989). Di sisi lain,
pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada disiplin ilmu yang tidak memiliki
kekurangan dalam banyak hal, sepertinya juga terbukti dalam akuntansi. Namun
demikian, terdapat kecurigaan bahwa riset sebelumnya lebih banyak bersentuhan
dengan pengembangan stereotip dan eksplorasi bidang yang kompleks dan bergerak
cepat.

C. Akuntansi : Bidang Yang Kompleks, Kaya, dan Terus Bergerak


Birnberg dan Shield (1989) menelaah literatur akuntansi dengan penuh
kecermatan dan kehati-hatian serta nenggambarkan bagaimana bidang area riset
akuntansi itu sendiri begitu kaya. Mereka berfokus pada berbagai macam pembahasan
atas seputar pertanyaan-pertanyaan tentang riset akuntansi keperilakuan dengan
menggambarkan setiap kasus yang ada dan bukan saja pada pemahaman yang
muncul, tetapi juga pada proses penyelidikan kumulatif. Walaupun perhatian yang
membentuk riset keperilakua dalam akuntansi berbeda-beda, Birnberg dan Shield
menampilkan sebuah gambaran area yang menekankan pada banyaknya penyelidikan
sampai pada suatu struktur lama dan pembelajaran terjadi. Dengan memilih untuk
fokus pada literatur yang mereka survei, analisis Birnberg dan Shield diakui
cenderung agak umum. Penjelasan lainnya menguraikan masalah yang masih
berkaitan dengan area yang lebih lambat sehingga manfaat untuk menyampaikan
pembahasan telah diperoleh.
Kondisi (state of the art) di lapangan bergerak cepat dari kenyataannya.
Munculnya penekanan baru, isu, masalah, perspektif, dan metode baru untuk
dimasukkan dalam bidang tersebut lebih membutuhkan perhatian. Meskipun
demikian, keadaan riset sekarang merupakan suatu hal yang dibenarkan oleh Birnberg
dan Shield dengan memberikan sebuah tawaran akan karakteristik positif terhadap
area tersebut. Sekalipun tidak ada keraguan lagi bahwa riset tersebut terlalu berbeda
dalam hal kualitas, Birnberg dan Shield membenarkan adanya penekanan terhadap
sifat observasional dari perbandingan dan variasi keperilakuan, serta peningkatan sfat
orientasi teoretis dalam proses riset tersebut. Mereka juga menekankan sifat aplikasi
dari banyak riset tersebut. Sedikit berlawanan dengan kebanyakan pandangan yang
diperoleh dari luar, mereka menunjukkan mobilisasi peran yang mengkhawatirkan
yang dipenuhi dengan pertanyaan dan masalah akuntansi.
Pertama, Birnberg dan Shield menampilkan sejumlah pandangan tentang area
yang menunjukkan kemajuan kumulatıf dan koheren dari yang telah dicapai.
Walaupun area tersebut kompleks dan sulit untuk dibuat karakteristik secara tepat,
subjek semacam itu pada akhirnya akan membedakan perspektif dan bahkan
rasionalitas. Meskipun area lainnya mungkin memiliki penekanan pada kerangka
kerja yang berbeda, Birnberg dan Shield menggambarkan bahwa perkembangan riset
organisasi dan keperilakuan dalam akuntansi selama bertahun-tahun secara acak tidak
mengalami kemajuan dan hanya terdiri atas sejumlah studi besar pada bidang yang
terisolasi. Riset dalam bidang tersebut secara sadar telah mengikuti pola aktivitas dari
para pendahulu mereka dan bersifat kontemporer.
Badan pengetahuan yang ada tetap jauh dari memadai, setidaknya karena
badan tersebut lebih banyak menggunakan pendekatan proses intuitif untuk
menghasilkan pertumbuhan riset, sementara bidang penting lainnya tetap kurang
diteliti. Dalam banyak area masih tidak ada tingkat kesadaran teoretis yang memadai
sehinga riset yang dilakukan masih jauh dari kemampuan memberikan sejumlah dasar
interpretasi yang menarik dan bermanfaat guna memahami dan mengubah akuntansi
dalam bentuk aksi. Saat ini, memberikan apresiasi yang berharga terhadap organisasi
dan organisasi dalam konteks akuntansi adalah layak dilakukan. Dalam konteks
akuntansi manajemen atau pengauditan pada tingkat individu, kita berada dalam
posisi untuk memahami dan memanfaatkan pernyataan tentang fungsi sistem
informasi akuntansi. Fenomena seperti penganggaran, penetapan standar dan
interpretast informasi akuntansi manajemen dapat dipahami secara integratif dengan
konteks manusia dan organisasi di mana mereka berada.
Banyak karakteristik dari studi Birnberg dan Shield disebut sebagal aliran riset
‘sosiologi organisasi’ yang berorientasi pada sekumpulan isu berikutnya. Para peneliti
akuntansi keperilakuan yang bekerja dalam tradisi ini terpesona pada keragaman
praktik akuntansi dan heterogenitas yang terlihat dalam aksi sosial dan organisasi.
Kesulitan dalam melakukan universalitas terhadap teknik akuntansi disebabkan
karena banyaknya alasan yang masuk dalam kategori pembahasan akuntansi. Birnberg
dan Shield berusaha menggunakan faktor-faktor yang memengaruhi cara akuntansi
bekerja, cara akuntansi berhubungan dengan proses organisasi, serta cara mengangkat
konsekuensi sosial ekonomi, organisasi, dan keperilakuan terhadap akuntansi guna
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.
Dengan mengadopsi agenda riset yang berbeda tersebut, para peneliti
organisasi dalam akuntansi merasa tertarık pada berbagai perspektif intelektual,
literator riset, dan mode penyelidikan ekuitas yang berbeda. Dilithat dari sudut
pandang ini, tidak terlalu benar jika menyebut hal ini sebagai interpretatif murni,
seperti yang ingin dilakukan oleh Birnberg dan Shield. Dengan mengakui keragaman
akuntansi, banyak peneliti telah berfokus pada peningkatan perspektif tersebut yang
dapat diperoleh melalui pemahaman praktik akuntansi organisasi. Namun, terdapat
relatif sedikit penelitian yang dilakukan dalam bentuk interpretatif seperti yang
dipahami secara konvensional dalam literator. Menyadari pertanyaan epistemologi
pada sebagian besar ilmu pengetahuan manusia, peneliti organisasi bersiap mengakui
sifat reflektif dan konstitutif; bukan pada akuntansi itu sendiri, tetapi juga
pengetahuan yang diperoleh darinya. Hal ini juga yang memberikan dasar bagi
mereka untuk memisahkannya dari pernyataan epistemologi yang lebih sederhana
yang menunjukkan karakteristik bagian lain literatur akuntansi. Dan kaitannya dengan
organisasi yang melekat pada fungsi akuntansi dan dinamika perubahan, para peneliti
tersebut sering mengajukan riset atas kasus tunggal secara lebih terperinci. Dengan
dikembangkannya cara in, badan pengetahuan keperilakuan dan organisasi yang
berkaitan dengan fungsi akuntansi dapat menjelaskan akuntansi secara apa adanya dan
dapat menjadi cara untuk menciptakan manfaat bagi banyak kebijakan model
konvensional dan ortodoks di masa lalu.

D. Sudut Pandang Dari Luar


Tinjauan atas apa yang disampaikan oleh Burgstahler dan Sundem telah
menunjulckan suatu perbedaan yang besar. Sebagai ilmuwan yang berada di luar
bidang akuntansi, mereka memberilkan sudut pandang dari luar atau without (sudut
pandang nonakuntansi) walaupun mereka memahami akuntansi. Perspektif tersebut
pada dasarnya memberikan manfaat potensial terhadap bidang akuntansi. Dalam
banyak penyelidikan lapangan, ada bahaya introspeksi dan sering kali ini menjadi
menantang sehingga penting untuk memperhatikan pandangan mereka yang
memahami perkembangan akuntansi dari perspekuif yang berbeda. Sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Burgstahler dan Sundem, riset akuntansi keperilakuan di masa
lalu telah menjadi titik perhatian bagi anggota komunitas sosial yang berbeda.
Tugas yang diambil oleh Burgstahler dan Sundem sangat sulit. Kekayaan dan
kompleksitas bidang yang muncul menciptakan kesulitan besar bagi pihak luar
(outsider). Hal ini membutuhkan investasi waktu yang besar untuk memahami aliran
proses riset, strategi riset kumulatif yang diadopsi, cara bidang tersebut distruktur dan
dikarakteristikkan, serta implikasi penuh dari keragaman perspektif konseptual yang
digunakan. Survei atas seluruh bidang riset-yang berorientasi ekonomi dalam
akuntansi mulai dari teori biaya dan laba yang menekankan pada studi pasar modal
fisien, teori agensi, ekonomi informasi dan organisasi, dan seterusnya-akan menjadi
tugas yang cukup berat bagi peneliti organisasi atau keperilakuan. Di samping itu,
tugas tersebut tidak dipermudah dengan munculnya asumsi yang seragam tentang
rasionalitas keperilakuan yang dominan. Keragaman tersebut tidak muncul dalam area
keperilakuan dan organisasi. Tingkat kesulitan bisa saja semakin tinggi.
Jika orang luar berbicara berdasarkan keragaman ilmu pengetahuan manusia
umum atau ilmu ekonomi secara khusus dengan mencoba menguraikan proses
intelektual yang bekerja dalam analisis akuntansi dan keperilakuan, maka ia harus
menghadapi berbagai cara dari energi intelektualitas berbeda yang berasal dari ilmu
pengetahuan lain yang masuk dan memengaruhi akuntansi. Oleh karena itu, apresiasi
yang setinggi-tingginya layak diberikan kepada Burgstahler dan Sundem karena telah
melakukan tugas tersebut. Walaupun penulis akan mengomentari sejumlah masalah
yang diamati dari pendekatan mereka masih terdapat banyak aspek dari pernyataan
mereka yang bermanfaat dan berharga untuk dipertimbangkan lebih lanjut oleh
komunitas riset keperilakuan. Hal yang bermanfaat adalah tidak hanya pernyataan
eksplisit tentang cara memahami area tersebut, tetapi pandangan mereka setidaknya
membuka beberapa kemungkinan bagi perspektif keperilakuan dan ekonomi. Ini
memungkinkan pertumbuhan minat dalam komunitas ekonomi untuk terjadinya
menyelidiki proses organisasi.
Jika diamati lebih cermat ke dalam, tinjauan dari apa yang disampaikan oleh
Brughstahler dan Sundem sedikit memiliki unsur subjektivitas dan bias. Seperti pada
penjelasan di awal, mereka memahami diri mereka hanya sebagai pihak yang
mengamati akuntansi keperilakuan dari perspektif pendekatan utama (mainstream).
Barangkali, tanpa menyadari sudut pandang dari mana mereka muncul dan mengikuti
pendekatan utama pada awal periode di mana akuntansi keperilakuan itu sendiri
berkembang dan daripada hanya menawarkan pandangan tentang institusi dan sosial
sebagai proses intelektual dengan menyediakan konsepsi yang dibentuk secara sentral,
mereka memilih untuk menawarkan interpretasi pada bidang yang dipahami tersebut
tanpa fokus pada perspektif yang membandingkan stabilitas dengan homogenitas
relatif yang dipandang secara tidak problematik. Dengan demikian, analisis
Brughstahler dan Sundem harus dipahami secara hati-hati. Dalam semua hal, mereka
berusaha menentukan kerangka kerja bidang akuntansi keperilakuan berdasarkan
analisis yang muncul dari penalaran ekonomi. Secara eksplisit, mereka menyatakan
bahıwa pendekatan terhadap tinjauan didasarkan pada perspektif pandangan informasi
ekonomi dunia,yang merupakan salah satu dari rentang perspektif ekonomi. Hal ini
sama seperti peneliti keperilakuan lain yang menggunakan sosiologi ekonomi untuk
memahami masalah yang melekat pada rasionalitas ekonomi implisit dalam riset
ekonomi yang berorientasi pada penelitian akuntansi dan sejarah intelektual yang
didasarkan pada konsep perilaku dalam dunia sosial-politik dan lingkungan ekonomi.
Kedua strategi ini dapat bermanfaat dan menarik. Keduanya akan membuka
jalan bagi landasan konsepsi absolut dan meresap pada area intelektual. Namun
demikian, pendekatan tersebut juga mempunyai risiko, setidaknya jika badan
pengetahuan yang digunakan untuk melakukan tinjauan semata-mata berfungsi
sebagai cara menyesuaikan pencapaian pada satu bentuk kepada bentuk lain. Kondisi
perkembangan dari apresiasi akuntansi keperilakuan dan organisasi saat ini dapat
memberikan pemahaman yang bukan sebatas sekunder pada ilmu ekonomi tersebut.
Perspektif keperilakuan tidak dimulai dari perspektif ekonomi yang tidak lagi
berfungsi. Perspektif ini bukanlah residu, melainkan merupakan perspektif yang lebih
proaktif dan positif yang dapat menawarkan pemahaman dan analisis alternatif,
bahkan analisis terhadap sifat ekonomi sosial dan organisasi dalam lingkungan
spesifik di mana organisasi menjadi menarik untuk alasan ekonomi.
Perhatian juga perlu diarahkan pada penerimaan premis ahli epistemologi
bahwa Burgstahler dan Sundem kemungkinan melihat perspektif yang mendasari
evaluasi mereka. Walaupun mereka mungkin tergoda untuk mengarakteristikkan
penolakan terhadap tingkat penerapan dari gagasan mereka dalam pengertian
penerimaan filosof/filsafat pengetahuan pascamodern, hal ini setidaknya
memperkenalkan gagasan yang lebíh kompleks ke dalam pembahasan intelektual.
Analisis dari argumentasi menunjukkan hal tersebut. Dalam hal ini yang penting
bukan hanya pendirian mereka terhadap hal yang rill dan benar, melainkan dorongan
yang dihasilkan pada saat itu terhadap pertanyaan mengenai tingkat penerapan dalam
konteks akuntansi. Hasil riset mereka juga mengarah pada validitas riset akuntansi
keperilakuan. Namun, mereka menggunakan mode penalaran ekonomi di luar batas
yang digunakan oleh ekonomitu sendiri. Sementara, ekonomi memberian cara
menginterpretasikan sebuah spektrum akivitas yang sangat luas, ekonom sangat
jarang mengaplikasikan teori ekonomi pada ekonomi itu. Disiplin Ilmu tersebut tidak
dicatat karena refleksivitasnya. Jika hal itu dilakukan maka akan dihasilkan
penyampaian ekonomi sebagai ekuilibrium sementara dari permintaan dan penawaran
teori akuntansi dalam pasar masih sangat berhati-hati; mereka tidak memandang
aktivitas teoritis dalam pengertian teori mereka sendiri walaupun mereka mengklaim
secara diam-diam bahwa lebih banyak menggunakan posisi epistemologi.
Oleh karena itu, posisi teoretis Burgstahler dan Sundem adalah asli walaupun
bukan satu-satunya yang berkembang secara penuh dalam tinjauan tulisan
selanjutnya. Meskipun bermanfaat untuk menggambarkan akuntansi sebagai artefak
subjek kepada ketidakpastian mausia dan sosial, Burgstahler dan Sundem memberian
sedikit pemahaman tentang sifat pengemangan mode penalaran ekonomi terhadap
analisis pengetahuan yang telah muncul di seputar akuntansi. Mereka juga
menunjuklan sedikit kesadaran terhadap problem epistemologi yang mungkin tercipta.
Isu ini signifikan karena rangkaian mode dari riset ekonomi dan keperilakuan dalam
akuntansi muncul ketika komunitas akademis mulai menyampaikan pertanyaan
akuntansi dan bukannya semata-mata mengaplikasikan pengetahuan untuk
memperbaiki rasionalitas dari teknis keahlian akuntansi.
Perspektif tersebut barangkali menguntungkan walaupun Burgstahler dan
Sundem menyampalkan secara eksplsit bahwa perspektif tersebut merupakan satu-
satunya yang berhubungan dengan tinjauan mereka tentang literator akuntansi
keperilakuan. Tinjauan tersebut terutama menyampaikan metodologi dan tematis,
bukannya Substantif. Beberapa tren benar-benar muncul dari analisis terperinci yang
dilakukan oleh Birnberg dan Shield, termasuk beberapa yang menegaskan dan
mengelaborasi sejumlah perkembangan yang dianlisis oleh Birnberg dan Shield. Pada
tingkat pribadi, penulis kagum dengan pahan yang mereka sampaikan tentang peranan
yang dimainkan akuntansi dalam organisasi dan masyarakat. Hal ini menunjukan
bahwa penanganan atas alat-alat publikasi menjadi penting. Sebuah observasi yang
menarik pada saat itu dibuat ketika seorang penulis merayakan peluncuran jurnal baru
dan menjadi saksi dari impliiasi atas jurnal baru tersebut terhadap perubahan dalam
editor lainnya.
Kemudian tinjauan Burgstahler dan Sundem masuk untuk mengomentari
beberapa kesulitan yang melekat pada riset akuntansi keperilakuan. Meskipun
demikiam, sebagaimana yang dicatat oleh Burgstahler dan Sundem, semua kesulitan
bersifat unik walaupun mereka memahami seluruh kesulitan untuk mengaplikasikan
riset akuntansi keperilakuan.Ini merupakan masalah yang sesungguhnya. Bahkan,
ekonomi berorientasi riset dalam akuntansi yang saat ini menemukan bidang agak
luas, hanya memahami sebagian dari saling keterkaitan di antara bidang-bidang
tersebut. Teori agensi, ekonomi, informasi, studi pasar modal, teori investasi, dan
sebagainya didasarkan pada satu asumsi mode rasionalitas tertentu. Namun,
interdependensi dan potensial dari teori yang memberikan pemahaman yang saling
menguntungkan tersebut masih belum diselidiki.
Kesulitan spesifik yang dicatat oleh Burgstahler dan Sundem mencerminkan
sejumlah pendirian evaluatif. Dalam keragaman ilmu pengetahuan manusia, kesulitan
dari satu disiplin ilmu terkadang dipahami sebagai kekuatan oleh disiplin ilmu lain.
Terdapat perhatian yang tinggi terhadap teorisasi kompleksitas pada beberapa agenda
disiplin ilmu, sementara disiplin ilmu lainnya banyak membahas tentang
kesederhanaan teoritis. Dalam beberapa ilmu pengetahuan manusia, belakangan ini
terdapat peningkatan perhatian terhadap potensi generalisasi teori, dimana energi
intelektual dicurahkan pada peningkatan lingkungan khusus yang dapat digunakan
untuk interpretasi manusia.
Disiplin ilmu lain tertarik pada peningkatan kekuatan dari generalisasi
teorinya. Telaah evaluatif Burgstehler dan Sundem perlu diperhatikan secara
waspada. Orang memahami bahwa beberapa penekanan yang disampaikan oleh
Burgstehler dan Sundem mencerminkan kesulitan yang melekat pada bidang
penyelidikan yang kompleks dari sudut pandang luar (without). Pada dasarnya,
mereka menbandingkan hal itu dengan telaah substantif yang lebih kumulatif
meskipun yang disampaikan oleh Burgsteher dan Sundem masih bersifat umum.
Namun, Burgsteher dan Sundem mungkinmenawarkan beberapa kritik yang bila
dimodifikasi oleh penjelasan mereka sendiri tentang kemajuan terbaru yang sudah
dicapai akan menjadi lebih baik.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Hopwood (1989) mengambil
pendirian spesifik dalam mengomentari pandangan yang disampaikan oleh Burgsteher
dan Sundem. Alasan Hopwood melakukan itu adalah ia berorientasi secara internal
pada area akuntansi organisasi dan keperilakuan walaupun tidak bersifat defensif.
Menerima, mempertimbangkan, dan bertindak berdasarkan pandangan dari orang luar
adalah penting bagi peneliti organisasi dan keperilakuan dalam organisasi. Bidang
tersebut seharusnya tidak diisolasi atau tidak dilihat secara terisolasi. Dengan cara
yang sama, Hopwood berpikir sangat penting bagi peneliti akuntansi dan keperilakuan
untuk menyadari sifat dan kekhususan mereka sendiri, tradisi intelektual yang mereka
ambil, dan posisi dari mana mereka yang seharusnya berusaha membahas penelitian
mereka di dalam spektrum ilmu pengetahuan manusia yang beragam. Sebenarnya,
jika Hopwood kritis terhadap peneliti akuntansi keperilakuan, dapat dilihat bahwa
para peneliti yang tampaknya tidak menyadari posisi intelektual mereka sendiri.
Jika riset akuntansi keperilakuan menginvestasikan lebih banyak waktu untuk
sifat dan posisinya sendiri, Hopwood merasa bahwa bidang tersebut akan lebih kuat.
Kemudian, bidang ini akan didengar dengan penuh simpati dan memahami pandangan
orang luar. Hal ini dapat menjadi apresiasi yang lebih terhadap relevansi akuntansi
keperilakuan. Bidang ini bahkan dapat dikembangkan untuk melengkapi pandangan
yang muncul dari luar (without) dalam proses mengembangkan beberapa pemahaman
organisasi dan prasyarat sosial yang muncul atas kepentingan ekonomi, serta
diterjemahkan ke dalam mode perhitungan ekonomi, seperti kuntansi.

E. Menggerakkan Agenda Riset ke Depan


Pendapat pribadi Caplan (1971) tentang kemunculan akuntansi keperilakuan
telah memberikan sejumlah pemahaman lebih lanjut akan keluatan mobilisasi
perkembangan dari bidang tersebut dan apa yang telah dicapai saat ini. Bukan hanya
dikarenakan pengaruh tekanan peranan yang dimainkan oleh restrukturisasi
intelektual bisnis Amerika terhadap pendidikan dan riset melainkan juga kemunculan
studi akuntansi keperilakuan yang perlu dipandang dalam konteks kemunculan
ketertarikan organisasiterhadap ilmu pengetahuan sosial dan keperilakuan.
Kembali pada analisis kondisi (state of the art) saat ini. Caplan menawarkan
sebuah pandangan yang lebih berhati-hati dibandingkan dengan pandangan
Burgstahler dan Sundem walaupun ia merupakan orang dalam (insider) di bidang
akuntansi keperilakuan. Menurut Caplan, akuntan keperilakuan memberikan
penekanan yang adil terhadap pemahaman sempit, dikendalikan metode, dan cepat
melakukan studi yang sebagian tampaknya dihasilkan oleh budaya akademis
Amerika. Seperti yang dinyatakan Hopwood (1989), mereka cenderung memahami
bagian dari area tersebut. Padahal kita bahkan perlu kehati-hatian untuk memberikan
lebih banyak penekanan pada studi massal. Seperti disampaikan oleh Burgstahler dan
Sundem serta pernyataan Lord (1989), kemajuan dalam satu bidang lebih sering
ditentukan oleh sejumlah kecil studi inovatif. Sama seperti bidang lainnya, bidang
akuntansi keperilakuan cenderung mencerminkan pembelajaran, proses riset
kumulatif, dan interdependensi yang sehat dengan disiplin ilmu lain dalam ilmu
pengetahuan manusia.
Terlihat bahwa studi ini banyak menampilkan hal yang ideal dari bermacam-
macam studi yang lebih terfokus dan kurang inovatif. Dengan memandang cara ini,
tidak perlu ada konflik antara tinjauan substantif dan kumulatifyang disampaikan oleh
Burgstahler dan Sundem, serta kegalauan yang disampaikan oleh Caplan dan periset
lainnya. Mereka telah menunjukkan pencapaian ril dari bidang tersebut, sementara
yang lainnya masih mencerminkan persentase besar dari studi yang dilakukan.
Bahkan, seperti yang disampaikan secara benar oleh Caplan, para peneliti tidak perlu
menonjolkan kepuasan diri. Riset akuntansi keperilakuan membutuhkan perbaikan
dan dapat diperbaiki.
Pemetaan rute riset organisasi dan keperilakuan mendatang dalam akuntansi
lebih sulit dan merupakan tugas yang berisiko. Riset tersebut dapat mencerminkan
preferensi pribadi dengan mudah daripada kemungkinan perkembangan substantif
dalam bidang tersebut. Caplan menawarkan pandangan yang lebih berhati-hati tentang
masa depan karena ia menyadari kelanjutan dari kekurangan relatif dalam
kemampuan individual melakukan riset keperilakuan yang berkualitas tinggi. Dengan
cara yang sama, akuntansi keperilakuan menekankan pada kebutuhan untuk
memperbaiki orientasi matodologis dan memberikan daftar perbaikan spesifik yang
dibutuhkan dalam proses tersebut. Burgstahler dan Sundem menunjukkan adanya tren
metodologis dan substantif meskipun tidak terlalu evaluatif terhadap yang lain.
Selama pengembangan metodologis diperhatikan, maka akan tampak adanya
pertumbuhan yang signifikan dan mungkin pengembangan mendatang ada pada
sistem ahli. Kedua rangkaian perkembangan tersebut benar-benar sudah muncul.
Walaupan Hopwood tidak yakin bahwa Burgsteher dan Sundem dalam
memahami pola perkembangan tersebut kemungkinan akan berhasil membagi riset
akuntansi keperilakuan kedalam aliran rasional dan subyektif disebabkan pola
tersebut cenderung memprioritaskan konsepsi rasionalitas khusus, Ho

keperilakuan ke dalam aliran rastonal dan subjektit disebstbian

memprioritaskan konsepsi rasionalitas thusus, Hopw

dikatakan bahwa terdapat kemungkinan hesar haai pen

berbeda karena tradisi riset yang berbeda

membag rises skantans


tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh set

a dan organisasi yang terus bergerak membahas masalah-ma

Hopwood berpandangan baliwa sudah saatnya melakukan

arsa yang mencoba untulk menangkap masalah yang berkaitan dengan

praktik teknis akuntansi sebagaimana halnya dengan konteks manusia dan

Riset yang ada sekarang telah memberikan dasar yang memadai untulk

melau hal ini. Melalui studi yang konsisten terhadap faltor-faktor yang dire

memunculkan kebiasaan teknis akuntansi yang berbeda, usaha untuke

pemahaman tentang fungsi akuntansi sosiotelnis yang lebih kaya atau

pemahaman tentang konsekuensi organisasi dan manusia yang berbeda

sebagat dari praktik teknis yang berbeda, membutuhkan lebihı banyak

pengetahuan yang berorientasi pada pengetahuan yang didapatkan dari riset

yang secara berusaha menelit interdependensi, interpretasi teknis, manusia,

dan o pemaham

Sebenarnya perhatian Caplan terhadap dampak potensial riset dari praktik tersebu

ditujulkan dengan cara inl. Walaupun hubungan antara riset dan praktik adalah komplels

dan jarang yang bersifat langsung, semakin banyak perhatian yang diberilkan

n praktik teknis dalam akuntansi dan konteks organisasi manusia mungkin

menghasillan kerangka kerja, kategori analisis, dan skema interpretasi yang dapat

pengetabuan

ebth memungkinkan untuk mengembangkan cara ini dibandingkan dengan usaha

unakan pemahaman organisasi dan keperilakuan untuk mendesain inovasi telms

membantu membuat struktur pemahaman praktik tersebut. Badan


yang lebih spesifik

Hopwood sendiri bersimpati terhadap ajakan Caplan dan para peneliti lainnyo

iti akuntansi apa adanya, atau setidaknya membahas peraturan dengan

yang kompleks dan interdependen yang lebih besar. Dalam riset akuntans

Hopwood menyatakan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat u

erfuas fokus riset keperilakuan dari perhatian terhadap isu keputusan kepada

mengenai komponen keperilakuan dan akuntansi lainnya dari tugis

butkan bahwa riset yang ada tentang keputusan tidak

Sebenarnya, yang terjadi adalah kebalikannya. Namun

da praktiknya, Hopwood mengetahui bahwa isu kogn

dan waktu auditor mengatasi konteks yang sanga

kali membutuhkan keahlian negosiasi yang rumit

In, unsur kognitif dimasukkan secara birokratis TANSI KEPERILAKUAN DALAM


BINGKAIRETROSPEKTIF DAN PROSPEKTIF I 107 1

mengajak para peneliti untuk memperluas fokus. Barangkali. ika dilihat

h positif, ia menyampaikan bahwa praktik personel akuntansi cenderung

n individu menjadi sangat individual sehingga memungkinkan mereka

emberikan kontribusi guna memecahkan masalah yang dihadapi oleh profest

i sekarang. Tentunya, dalam mendapatkan akses ke riset tersebut tidaklah

h Oleh karena beragam alasan, pengadaan pengaturan (setting) riset yang realistis

neg kall menjadi kepentingan parsial dari komunitas praktisi. Namun, hal int juga

di pada area penggunaan setting eksperimental atau simulasi organisasi yang hati

ti dapat memberikan konteks yang sesuai untuk menyelidiki beberapa kemungkinan


raksi antara elemen-elemen lingkungan dan tugas audit yang berbeda serta

faktor faktor yang memengaruhi signifikansinya.

Perluasan domain penyelidikan organisasi dan keperilakuan tersebut bukannya

udah dan tidak problematik. Seperti yang disampaikan Caplan, studi kasus di tempat

a untuk penyelidikan yang lebih terperinci tidak hanya membutuhkan keahlian

tetapi juga keahlian besar dalam mengidentifikasi konsep keperilakuan yang tepat

serup

dan mengaplikasikcan konsep ini pada situasi yang khusus. Hal inl menjadi poin yang

tida latihan deskriptif nonteoretis dan menilal para peneliti berisiko mengabaikan

kerumitan

at ditekankan secara mudah. Studi kasus berorientasi riset tidak pernah menjadi

teoretis besar yang diakui oleh seluruh peninjau yang terkait dengan perkembangan

Apakah tugas tersebut dapat dipandang sebagai tugas deskriptif seperti

menyampaikan cerita tentang penjelasan yang mendalam mengenai keterk

aitan

akuntansi dengan konteks di mana akuntansi beroperasi? Perlu diakui bahwa analisis

resultan adalah satu hasil yang muncul melalui lensa konseptual khusus. Tidak ada

sesuatu yang semata-mata

Deskripsi tentang kebutuhan mengarah pada kategori, perbedaan, dan

deskriptif yang dapat menyampaikan secara apa adanya.

penekanan

linguistik yang memberikan kekhususan dan parsialitas pada deskripsi tersebut. Namun

demikian, proses implisit mungkin terjadi karena laporan akuntansi selalu dida

pada pemahaman dan penekanan sebelumnya


Poin tersebut seharusnya tidak perlu diulangi Namun, dengan seluruh kemungkinan

saat ini terkait dengan riset studi kasus, poin fundamental ini sering dilupakan. Penekanan

at diberikan secara mudah terhadap pembangunan legitimasi atas latihan, bukannya

dap

pada dasar intelektual dan konteks yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan teori k

Terdapat beberapa tanda bahaya yang mungkin muncul dari pendirian yang tidak

roblematik tersebut. Dalam menyelidiki hubungan antara akuntansi biaya dengan

ologi manufaktur baru, misalnya, terdapat beberapa indikasi tentang hal yang

I dari perspektif yang tidak reflektif tersebut. Tanpa kepedulian, akuntan terlalu

k mengarahkan pandangannya untuk hanya berfokus pada topik akuntansi

lama tanpa mempertimbangkan signifikansinya dalam konteks keseluruhan di mana

akuntanst beroperasi. Pada saat yang sama, akuntan juga mengabaikan cara teknolog

baru dapat mengubah konteks pergeseran utama dan pasar. Sering terdapat kegagalan

tapa pentingnya cara teknologi dan pasar menekan individu untuk

ma pada perubahan dalam mode pengendalian organisasi

apat diatributkan dengan aliran informasi khusus, termasuk TSO) AKUNTANS,


KEPERİLAKUAN AKUNTANSI MULTIPA

dapat dilihat terlalu

akuntansl. Sebagal hasilnya, analisis studi kasus

ran sebelumnya, terlalu mudah mendukung panda

serta terlalu jauh da

al teknik yang terisolasi dan melihat ke dalam, s

perspektif masa lalu tersebut diubah, studi kasus yane


ep akan dibutuhkan untuk lebih menghargai konteks o

lebih berorientas

masalah asli dan pragmatis

masa lalu dengan masa depan, riset perlu membuktikan rentan

masuknya teknologi yang mungkin terjadi melalui domain organisast

perlu menggeser praktik dan perspektif organisasi guna mencipta

penyesuaian baru berkaitan dengan praktik dan fungsionalitas, t

itu sendiri. Kemungkinanny

sebagai penyesuaian antara akuntansi terdahulu dengan akuntansi

lebih sebagal pertanyaan fundamental tentang akuntansi dala

akuntansi beroperasi. Darlpada mencoba mengisolasi dan membandin

. Riset te

termasuk akuntans

yang terbaru, teta

a adalah perspektif tersebut tidak dapat segera

terorganisasi. Salah satu isu terakhir yang disampaikan oleh Caplan adalah nilai

komentar selanjutnya, yaitu perhatiannya terhadap teks akuntans

area akuntansi manajemen

khususnya dalanm

Hopwood mengatakan ia tidak sependapat dengan Caplan. Hopwood be

bahwa teks akuntansi sekarang menjadi penekanan utama dari pengembangan an

organisasi dan keperilakuan dalam akuntansi. Dari sudut pandang penulis, m

tersebut lebih dalam daripada yang disampaikan teks selkarang dengan sedikit ata
tidak adanya cakupan terhadap isu keperilakuan dan organisasi. Penganggaran dicirika

sebagai keahlian teknis dan bukan fenomena organisasi multirupa yang me

yang sama, penentuan standar, penilaian investasi, dan mobilisasi informasi akuntansi

dampak organisasi dan keperilakuannya

mempunyai sedikit penekanan terhadap relevansi yang berbeda dari pene

nawarkan

bermacam-macam kesempatan untuk memberikan pengaruh manajerial. Dengan

seputar pola tanggung jawab manajerial dibahas sebagai latihan teknis yang mengabailkan

praktik akuntansi, sebagian besar penulis buku teks akuntansi manajemen sepertin

int, serta pemahaman organisasi dan keperilakuan. Dengan demilkian, mereka sering

Mungkin karena hanya sedikit orang yang memahami sifat organisasi d

rapan saat

kali sulit memperkenalkan materi tersebut ke dalam buku mereka

Hasilnya adalah suatu penekcanan terhadap bidang akuntansi manajemen itu sendiri

Dengan penekanan murni terhadap teknis, pemikiran penting yang disampaikan buku

teks hanya seperti buku manual. Didasarkan pada sedikit atau bahkan tidak ada sama

sekali pemahaman terhadap cara elemen-elemen teknis yang dimobilisasi dan dibawa k

dalam konteks organisasi, para penulis tersebut tidak pernah memberikan pendekatan

yang secara manajerial berorientasi pada desain pendekatan akuntansi yang mung

kin

embentuk arsitektur akuntansi. Tidak disangkal bahwa kita membutuhkan keahllan

tersebut. Keahlian teknis adalah penting. Namun demikian, keahlian teknis merupa

yang kompleks dan berubah. Ditekan oleh keahlian tersebut, mereka tidak perna
organisasi yang merupakan faktor-faktor yang membentuk bagian penting dari tug

sebagian dari akuntansi dalam dunia yang bersinggungan dengan proses organ

n dasar terhadap evaluasi, diagnosis, desain, dan reformasi sistem akunt

sebagai sesuatu yang berbeda dengan tugas teknis. Hal ini memuncul NTANSI
KEPERILAKUAN DALAM BINGKAI RETROSPEKTIF DAN PROSPEKTS

an baru di bidang konsultasi organisasi. Keahlian baru dan pemahaman

i serta kepertlakuan yang muncul terkadang menyampaikan informasi kepada

basis keahlian

PASANG SURUT ALIRAN KEMAJUAN

n Lord (989) tentang perkembangan pemikiran keperilakuan dalam akuntansi

kuat banyak temuan dari riset lain. Meskipun demikian, pendekatan khusus ini

nghasilkan sejumlah observasi tentang cara bidang tersebut dapat bermanfaat

embangan berikutnya. Hal yang menarik adalah kualitas dan keaslian riset

mpaknya tidak memadai untuk memasukkan dorongan khusus dari riset

i pe

a ta

nisas dan keperilakuan ke jalur kemajuan kumulati. Dalam hal inl, fakta bahwa ser

ghasillkan momentum berkesinambungan merupakan hal yang menarik. Meskipun

tudi yang berorientasi organisasi yang dilakukan oleh Ohio State University tidak

benar asli dan diakui mempunyai kualitas yang tinggi, orientasi organisasi tidak

baliknya, tinjauan Lord bermanfaat untuk menyampaikan pertimbangan tentang

awal s

benar-
nghasilkan aliran penyelidikan berkesinambungan pada saat itu.

skala pengembangan komparatif dari studi yang berorientasi akuntansi di Amerika

Serikat, khususnya yang mencerminkan pendekatan perr.rosesan informasi manusia dan

kognitif. Tinjauan ini terkadang lebih implisit dalam pandangan Burgstahler dan

Sundem ung mengandung intelektual literator riset daripada distribusi numerik.

Terdapat berbagai alasan, termasuk predisposisi budaya serta kehadiran awal psikolog

dalam komunitas sekolah bisnis, peningkatan perubahan dalam disiplin ilmu tersebut,

serta eberapa besar hal ini dipahami sebagai ilmu pengetahuan, dan sifat metodologinya

Lord ga menekankan cara riset akuntansi keperilakuan muncul dalam konteks

peningkatan ketertarikan yang lebih umum terhadap peranan akuntansi dalam

pengambilar keputusan. Dengan demikian, ia mengilustrasikan bagaimana

pengembangan

akuntansi keperilakuan berhubungan dengan konsepsi rasionalitas keputusan,

setidaknya berdasarkan beberapa kesesualan teorisasi ekonomi yang mendasarinya.

Hal yang tidak signifikan dalam riset akuntansi keperilakuan adalah observasi Lord

tentang peranan signifikan yang dimainkan oleh struktur institusional dunia akademis

kuntansi. la menekankan pentingnya pengembangan riset pemrosesan informasi

anusia yang pada awalnya diterima oleh Journal of Accounting Research dan

dimasukkan dalam konferensi riset empiris Chicago yang sangat berpengaruh. Baik Lord,

Burgstahler upun Sundem mengomentari signifikansi intelektual dari konferensi sebagai

kunci

untuk area pengembangan lebih luas. Hal ini bukan saja ditunjukkan pada konferensi

yang diorganisasi di Chicago, melainkan juga pada korferensi awal di negara bagian

Ohto, kemudian yang diorganisasi dalam konjungsi dengan Accounting, Organization,

and Society Walaupun tergoda untuk menekankan pada tren intelektual, pencapaian dan
tan, tinjauan Lord menunjukkan lebih banyak mengenai kemunculan penetapan

badan ilmu yang dengan sendirinya bermanfaat dan pemikiran yang sederhana.

Semua riset pada hakikatnya merupakan usaha mengungkap kebena

itu dapat dibedakan dalam empat lapis. Lapis paling dasar adalah keb

yang diperoleh melalui pancaindra kita dan dapat dilakukan oleh siap

atasnya adalah kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui kegiatan yang sist

logis, dan etis oleh mereka yang terpelajar. Pada lapis di atasnya lagi adalah kebena

falsafi yang diperoleh melalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangatter

dan hasilnya diterima serta dipakai sebagai rujukan oleh masyarakat luas. Pada

kebenaran tertinggi adalah kebenaran religi yang diperoleh dari Yang Maha Pen

melalui wahyu kepada para nabi serta diikuti oleh mereka yang meyakinin

kebenaran indraw

Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu berlandaskan fi

safat. Hakikat filosofi adalah kebenaran yang diperoleh melalui berpikir

secar

sistematis, metodis. Kebenaran adalah kenyataan apa adanya yang sesuai

dengan sofi

a logi

logika

at. Kebenaran juga sekaligus menjadi tujuan pengembangan ilmu pengetahua

a bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Berpikir logis adalah berpikir

secara

bernalar menurut logika yang diakui ilmu pengetahuan dengan bebas sedalam-dalamnya
pai ke dasar permasalahan guna mengungkapkan kebenaran. Sistematis adalah

berpikir dan berbuat yang bersistem, yaitu runtun, berurutan, dan tidak tumpang

tindih Metodis adalah berpikir dan berbuat menurut metode tertentu yang

kebenarannya diakui menurut penalaran. Bab ini diawali dengan mendiskusikan

pengertian filsafat. MENGENAL FILSAFAT

PENGERTIAN FILSAFAT

Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani "philos" (suka, cinta) dan

"sophi (kebijaksanaan). Jadi, kata filosofi berarti cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat

sering kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari il

didefinisikan

u pengetahuan. Filsafat dapat

dalam beragam istilah. Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan

rcayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis

kepe

Definisi ini merupakan arti yang informal tentang filsafat atau kata-kata "mempuny

filsafat." Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap

kepercayan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi. Ini adalah arti yang formal dari

"berfilsafat Dua arti filsafat, "memiliki dan melakukan," tidak dapat dipisahkan

sepenuhnya s

dari lainnya. Oleh karena itu, jika tidak memiliki suatu filsafat dalam arti yang formal

dan personal, seseorang tidak akan dapat melakukan filsafat dalam arti kritik

reflektif (reflective sense). Meskipun demikian, memiliki filsafat tidak cukup untu

melakukan filsafat. Suatu sikap falsafi yang benar adalah sikap yang kritis dan

mencar dan
pra

memerlukan

sej

p itu adalah sikap terbuka, toleran, dan mau melihat segala sudut persoalan tanpa

sangka. Berfilsafat tidak hanya berarti"membaca dan mengetahui filsafat."

Seseoran kebolehan berargumentasi, memakai teknik analisis, dan mengetahu

umlah bahan pengetahuan, sehingga ia dapat memikirkan dan merasakan seca

falsaf

fi. Ahli filsafat selalu bersifat berpikir dan kritis. Mereka melakukan pemeriksaan tentang
area yang

lah dicapai. Walaupun area

tepat, subjek semaca

asionalitas. Mesk

Pertama, Birnberg dan Shield menampilkan sebuah pandanga

menunjukkan kemajuan kumulatif dan koheren dari yang

itu pada akhirnya akan membedakan perspektif dan bahkan r

area lainnya mungkin memiliki penekanan pada kerangka keria

dan Shield menggambarkan bahwa perkembangan riset organisa

dalam akuntansi selama bertahun-tahun secara acak tidak me

hanya terdiri atas sejumlah studi besar pada bidang yang terisola

tersebut secara sadar telah mengikuti pola aktivitas dari para

bersifat kontemporer

tersebut kompleks dan sulit untuk dibuat karakteristik secara t


yang berbeda, Birnberg

mengalamí kemajuan dan

Riset dalam bidang

Badan pengetahuan yang ada tetap jauh dari memadai, setidaknya karena h

rsebut lebih banyak menggunakan pendekatan proses intuitif untuk menghasil

pertumbuhan riset, sementara bidang penting lainnya tetap kurang diteliti.

Dalam

banyak area masih tidak ada tingkat kesadaran teoretis yang memadai sehingga rise

yang dilakukan masih jauh dari kemampuan memberikan sejumlah dasar interpretasi

ang menarik dan bermanfaat guna memahami dan mengubah akuntansi dalam bentuk

aksi. Saat ini, memberikan apresiasi yang berharga terhadap organisasi dan organisasi

dalam konteks akuntansi adalah layak dilakukan. Dalam konteks akuntansi manajemen

atau pengauditan pada tingkat individu, kita berada dalam posisi untuk memahami dan

memanfaatkan pernyataan tentang fungsi sistem informasi akuntansi. Fenomena seperti

penganggaran, penetapan standar, dan interpretasi informasi akuntansi manajemen

dapat dipahami secara integratif dengan konteks manusia dan organisasi di mana

mereka berada.

kan

Banyak karakteristik dari studi Birnberg dan Shield disebut sebagai aliran riset

sosiologi organisasi' yang berorientasi pada sekumpulan isu berikutnya. Para peneliti

akuntansi keperilakuan yang bekerja dalam tradisi ini terpesona pada keragaman

praktik akuntansi dan heterogenitas yang terlihat dalam aksi sosial dan organisasi.

Kesulitan

m melakukan universalitas terhadap teknik akuntansi disebabkan karena banyaknya

alasan yang masuk dalam kategori pembahasan akuntansi. Birnberg dan Shield
berusaha
enggunakan faktor-faktor yang memengaruhi cara akuntansi bekerja, cara akuntansi

berhubungan dengan proses organisasi, serta cara mengangkat konsekuensi sosial

onomi, organisasi, dan keperilakuan terhadap akuntansi guna mengatasi kesulitan

kesulitan tersebut.

Dengan mengadopsi agenda riset yang berbeda tersebut, para peneliti organisas

kuntansi merasa tertarik pada berbagai perspektif intelektual, literator riset, dan

mode penyelidikan ekuitas yang berbeda. Dilihat dari sudut pandang ini, tidak

tertald benar jika menyebut hal ini sebagai interpretatif murni, seperti yang ingin

dilaku oleh Birnberg dan Shield. Dengan mengakui keragaman akuntansi, banyak

pee

telah berfokus pada peningkatan perspektif tersebut yang dapat diperol

lui

pemahaman praktik akuntansi organisasi. Namun, terdapat relatif sedikit penelitian yar

dilakukan dalam bentuk interpretatif seperti yang dipahami secara konvensional dala

literator. Menyadari pertanyaan epistemologi pada sebagian besar ilmu pengetahuan

manusia, peneliti organisasi bersiap mengakui sifat reflektif dan konstitutif; bukan pada

akuntansi itu sendiri, tetapi juga pengetahuan yang diperoleh darinya. Hal ini juga yan

memberikan dasar bagi mereka untuk memisahkannya dari pernyataan epistemologi edu (a
second look) terhadap bahan-bahan yang disajikan oleh paham orang awam

mon sense). Mereka mencoba untuk memikirkan berbagai problem kehidupan dan

menghadapi fakta-fakta yang ada hubungannya dengan itu. Memiliki pengetahuan

banyak tidak dengan sendirinya akan mendorong dan menjamin seseorang untuk

memahami karena pengetahuan banyak belum tentu mengajar akal untuk mengadakan

evaluasi

uricis terhadap fakta-fakta yang memerlukan pertimbangan (judgment) yang bersifat


konsisten dan koheren. Ev

ntuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Filsafat berusaha untuk mengombinasikan

hasil berbagai sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang

konsisten tentang alam. Seorang ahli filsafat ingin melihat kehidupan, tidak de

pandangan seorang saintis, seorang pengusaha atau seorang seniman, tetapi dengan

andangan yang menyeluruh, mengatasi pandangan yang parsial. Tugas filsafat adalah

untuk memberikan pandangan tentang keseluruhan, kehidupan, dan pandangan tentang

alam, dan untuk mengintegrasikan pengetahuan sains dengan pengetahuan disiplin lain

agar mendapatkan suatu keseluruhan yang konsisten. Menurut pandangan ini, filsafat

berusaha membawa hasil penyelidikan manusia-keagamaan, sejarah, dan keilmuan

kepada suatu pandangan yang terpadu, sehingga dapat memberi pengetahuan d

pardangan yang mendalam bagi kehidupan manusia. Keempat, filsafat adalah sebaga

analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Memang ini

merupakan fungsi filsafat. Hampir semua ahli filsafat telah memakai metode analisti

serta berusaha untuk menjelaskan arti istilah dan pemakaian bahasa. Akan tetapi, ada

sekelompok ahli filsafat yang menganggap hal tersebut sebagai tugas pokok f

bahkan ada golongan kecil yang menganggap hal tersebut sebagai satu-satunya fungs

yang sah dari filsafat. Kelompok ini menganggap filsafat sebagai suatu bidang

khusus yang mengabdi kepada sains dan membantu menjelaskan bahasa, dan buka

suatu bidang luas yang memikirkan segala pengalaman kehidupan. Pandangan

seper ini merupakan hal baru dan telah memperoleh dukungan yang besar pada

abad k

20. Pandangan ini akan membatasi apa yang dinamakan pengetahuan (knowledge)

kepada pernyataan (statement) tentang fakta yang dapat dilihat serta hubungan
aluasi kritis sering berbeda. Ketiga, filsafat adalah usaha

duanya, yaitu urusan sains yang beraneka macam. Memang, ahli analisis ba

(linguistic analysis) tidak membatasi pengetahuan sesempit itu. Mereka menolak dan

berusaha untuk membersihkan berbagai pernyataan yang non-ilmiah (non-scientific),

tetapi banyak di antara mereka yang berpendapat bahwa manusia dapat memilik

pengetahuan tentang prinsip etika dan sebagainya yang dihasilkan dari pengalaman.

Mereka yang memilih pandangan yang lebih sempit, mengabaikan, walaupun tidak

mengingkari, semua pandangan yang menyeluruh tentang dunia kehidupan, tentang

filsafat moral yang tradisional dan teologi. Dari segi pandangan yang lebih sempit ini

tujuan filsafat adalah untuk menonjolkan "bauran dan omong kosong"

menjelask

filsafat adalah sekumpulan problem yang langsung mendapat perhatian dari manusia

an yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat. Filsafat mendorong

penyelidikannya serta untuk

an arti dan pemakaian istilah dalam sains dan urusan sehari-hari. Kelima

Sa

mpai kepada persoalan yang paling mendalam dari eksistensi manusia. Sebagian

persoalan filsafat pada zaman dahulu telah terjawab dengan jawaban yang

memuaskan

kebanyakan ahli filsafat. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukka

dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih n

mengantarkan pada sebuah

konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana "pohon ilmu pe


mekar bercabang secara subur sebagai sebuah fenomena kerm

cabang pada tahap selanjutnya melep

mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya

61 AKUNTANSI RET

memadai. Filsafat telah

fenomena adanya siklus pengetahuan sehingga memb

entuk

umbu

kemanusiaan.' Masing-masin

askan diri dari batang filsafatnya, berkemb

Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan

ilmu baru dengan berbagai disiplin yang akhirnya memunculkan subilmu

baru ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lag, seperti spesialisasi.

pengetahuan hakikatnya dapat dilihat sebagai suatu sistem yang saling menjalin dan

taat asas (konsisten) dari ungkapan yang sifat benar tidaknya dapat ditentukan den

patokan serta tolok ukur yang mendasari kebenaran masing-masing bidang

jarah kelahirannya, istilah filsafat terwujud sebagai sikap yang diteladankan o

Socrates. Sikap seorang yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran

seseorang ntuk terus-menerus maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa

dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus-menerus mengembangkan

penalarannya untuk mendapatkan kebenaran

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya

kekaguman atau keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan
lebih lanjut, karena persoalan manusia semakin kompleks. Sekalipun bertanya tenta

seluruh realitas, filsafat selalu bersifat "filsafat tentang" sesuatu: tentang manusia, tentang

alam, tentang Tuhan (akhirat), tentang kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama,

sejarah, dan sebagainya. Semua selalu dikembalikan kepada empat bidang induk: Pertama

filsafat tentang pengetahuan; objek material: pengetahuan ("episteme") dan kebenaran

epistemologi; logika; dan kritik ilmu. Kedua, filsafat tentang keseluruhan kenyataan; obje

aterial: eksistensi (keberadaan) dan esensi (hakikat), metafisika umum (ontolo

metafisika khusus: antropologi (tentang manusia); kosmologi (tentang alam sem

teologi (tentang Tuhan). Ketiga, filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam s

tindakan; objek material: kebaikan dan keindahan, etika; dan estetika. Keempat, sea

filsafat;, menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian (Suriasuman

Jíka dikelompokkan secara kerakterisitik cara pendekatannya, dalam filsafat dike

ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok pers

filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris, dan

masalah-masalah asasi (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 1997).3 Kemudian,

menyatakan karakteristik filsafat dapat didentifikasi sebagai berikut (

1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.

2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.

3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.

4. Filsafat adalah berpikir secara rasional

5. Filsafat bersifat komprehensif.

Solihin. berpikir filsafat mengandung makna berpikir tentang segala sesuatu yang ada
ritis, sistematis, tertib, rasional, dan komprehensif

cara k

ETODOLOGI FILSAFAT

arena filsafat berangkat dari rasa heran, bertanya, dan memikirkan tentang

msi-asumsi yang fundamental, maka diperlukan untuk meneliti bagaimana filsafat

itu enjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Problematik filsafat tidak dapat

dipecahkan n sekadar mengumpulkan fakta. Untuk mencapai tujuan tersebut, metode

dasar

untuk penyelidikan filsafat adalah metode dialektika. Filsafat berlangsung dengan

Oleh k

mengikuti dialektika argumentasi. Istilah dialektika menunjukkan proses berpikir

berasal dari Socrates. Menurut Socrates, cara yang paling baik untuk mendapatkan

pengetahuan yang diandalkan adalah dengan melakukan pembicaraan yang teratur

(disciplined conversation) dengan memainkan peranan seorang intellectual midw

(orang yang memberi dorongan atau rangsangan kepada seseorang untuk melahirkan

pengetahuan yang terpendam dalam pikiran). Metode yang dipakai Socrates

dinamakan dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua pendirian yang

bertentangan.

Socrates dan filsuf yang datang kemudian berkeyakinan bahwa dengan proses dialog

di mana setiap peserta dalam pembicaraan akan terpaksa untuk menjelaskan idenya.

Hasil terakhir dari pembicaraan tersebut akan merupakan pernyataan tentang apa

yang dimaksudkan. Hal penting adalah dialektika merupakan perkembangan pemikiran

dengan memakai pertemuan (interplay) antaride. Pemikiran dialektika atau metode

dialektika berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya

terjalin implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling memengaruhi


Argumen tersebut akan menunjukkan bahwa tiap-tiap proses (sikap) tidak menyajikan

pemahaman yang sempurna tentang kebenaran. Dengan demikian, timbul pandangan

an alternatif yang baru. Setiap tahap dialektika akan masuk lebih dalam pada problem

asli, dan dengan begitu ada kemungkinan untuk lebih mendekati kebenaran. Dengan

menggunakan metode dialektika akan lebih mendekati kebenaran, tetapi sesungguhnya

tidak jarang problem filsafat yang semula belum terpecahkan. Banyak persoalan yang

dikemukakan serta argumentasi yang ditentang. Dengan metode dialektika setidaknya

an sampai kepada pemecahan sementara, ada jawaban yang tampak lebih memuaskan

etapi ada juga jawaban yang harus dibuang

PENDEKATAN FILSAFAT RISET AKUNTANSI

KEPERILAKUAN

FILOSOFI PA

MORGAN (1979)

RADIGMA METODOLOGI RISET BURREL DAN

n Morgan (1979)5 mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi metateoretis

mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operandi dari ilmuwan yang 1981
AKUNTANSTIL

mengatakan suatu pengetalh

wledge) dibangun berdasarkan asumsi filosofis tertentu. Asu

ontologi (ontology), epistemologi (epistemology), hakikat manusia (hu

dan metodologi (methodology). Ontologi be n hakikat

realitas atau objek yang akan diinvestigasi. Epistemolo

ilmu pengetahuan, bentuk ilmu pengetahuan tersebut, serta cara m


menyebarkannya. Epistemologi ini memberikan perhatian pada c

mengomunikasikan ilmu pengetahuan.

ua

berada dalam paradigma tersebut. Lebih lajut, mereka m

rhubungan denga

atau sifat dari

i berhubungan dengan sifat

cara menyerap dan

Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus ma

eterkaitan antara kehidupan manusia denga

(voluntarism) memberikan penekanan

untuk memecahkan fenomena sosia

pilhan bebas (free will and choice). Manusia pada sisi ini dilihat sebagai pencipta dan

mempunyai perspektif untuk menciptakan fenomena sosial dengan daya kreativitasn

ecara ringkas, Burrel dan Morgan membagi asumsi tersebut ke dalam dua bagian, yaitu

pendekatan subjektivisme dan pendekatan objektivisme sebagaimana disajikan pada

Gambar 6

n lingkungannya. Pendekatan voluntarisme

pada esensi bahwa manusia berada di dunia i

1 sebagai makhluk yang memiliki kehendak

1. Pendekatan Subjektivisme (anti-positivism).

Subjektivisme adalah cara tertentu untuk mengonseptualisasikan subjektivitas

Subjektivitas adalah apa yang membuat kita sebagai subjek bukan objek. Subjektivitas
mencakup proses yang dilambangkan dengan istilah mental, pikiran, sadar

pengalaman, agensi, kehendak, intensionalitas, pemikiran, perasaan, mengingat

menafsirkan, memahami, belajar, dan jiwa. Proses subjektif ini terdiri dari aktivitas

subjek. Tanpa subjektivitas, kita hanya akan menjadi objek fisik tanpa aktivitas.

Subjektivitas dapat dimengerti jika kita melihat bagaimana perkembangannya

di atas skala filogenetik. Perilaku binatang yang lebih rendah tidak memiliki

subjektivitas. Ini adalah hubungan langsung respons dengan stimulus. Responsnya

ditentukan oleh program biologis yang dikenal sebagai naluri. Hewan yang lebi

maju secara progresif mengembangkan proses subjektif yang menengahi anta

rangsangan dan tanggapan dan semakin menentukan respons hewan terhadap

rangsangan. Subjektivitas mencapai bentuk tertinggi pada manusi

berpikir, merencanakan, mengingat, merasakan, memimpikan, memb

ayangkan,

engantisipasi, melambangkan, memutuskan, memahami, belajar, dan melakukatn

tindakan pada tingkat yang jauh lebih canggih, kompleks, dan akti

hewan apa pun. Fungsi subjektif menentukan bagaimana kita berea

rangsangan. Stimulus sendiri tidak secara langsung menentukan

seperti yang terjadi pada organisme yang lebih rendah. Untuk subjekt

menengahi rangsangan itu pasti berbeda dengan mereka. Ini memben

memeriksanya sebagai urútan tertentu, fenomena yang Ikhas. Inilah yan

subjektivisme. Ini mengkaji interioritas subjektivitas, proses a

subjektif dan yang menentukan perilaku

aksi terhadap
vitas da

narkan untuk

fat

ktif yang ber

Subjektivisme adalah salah satu konsepsi subjektivitas. Su

menafsirkan subjektivitas sebagai produk subjek atau individu. Dalam pand

ini, apa yang dipikirkan,dibayangkan, dirasakan, diingat, diharapkan, dipat GAMBAR 6.1

Dimensi Subjektivisme-Objektivisme

Pendekatan

Subjektivisme

Pendekatan

Objektivisme

Nominalisme

Realisme

Antipositivisme

Positivisme

VoluntarismeDeterminisme

Nomotetik

dan diperjuangkan sepenuhnya adalah produk dari diri kita sendiri. Subjektivitas

dapat memanfaatkan hal-hal duniawi, tetapi selalu dengan syaratnya sendiri, untuk

tujuannya sendiri, sesuai dengan proses dan hukumnya sendir

Subjektivisme mendominasi metodologi riset kualitatif. Ini menafsirkan

interaksi antara peneliti dan subjek (melalui wawancara khususnya) dan


interpretasi data yang aktif-yang merupakan fitur utama penelitian kualitatitf

sebagai lisensi untuk pelaksanaan subjektif dari proses subjektif. Subjek bebas

untuk mengungkapkan gagasan subjektif apa pun yang diinginkan, dan peneliti

bebas untuk menafsirkan data secara subjektif

Kecenderungan subjektivitas dalam penelitian kualitatif (yang bertentangan

dengan kecenderungan objektivitas yang digambarkan dalam objektivisme)

mengklaim bahwa dunia, termasuk dunia psikologis subjek, tidak dapat diketahui

Akibatnya, peneliti membangun kesan dunia seperti ia melihatnya, tanpa

memperhatikan apakah kesan subjektif ini sesuai dengan kenyataan di luar sana

Subjektivitas peneliti adalah dunia tersendiri, yang merupakan definisi klasik

subjektivisme. Validitas dan objektivitas adalah masalah yang tidak relevan di sini,

seperti metodologi. Tidak ada gunanya mengembangkan metodologi yang ketat

untuk menangkap dan mengukur realitas psikologis karena sama sekali tidak ada

Penelitian kualitatif, dalam pandangan ini, terdiri dari peneliti yang mengembangkan

dan membandingkan laporan psikologi mereka sendiri. Pendekatan subjektivisme

terhadap penelitian kualitatif ini diungkapkan oleh pernyataan sosialis konstruksi

pascamodernisme (postmodernisme) Ken Gergen, "Tidak ada cara untuk menyatakan

bahwa dunia ada di luar sana atau tercermin secara objektif"di sini" (Gergen, 2001

hlm. 805).6

Sebenarnya, penjelasan ini bukan untuk memberikan gambaran yang akurat

entang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi untuk terlibat dalam serangkaian

onvensi sosial. Menjadi objektif adalah bermain sesuai peraturan dalam tradisi

praktik sosial tertentu. Untuk melakukan sains bukanlah untuk memegang cermin
alam, tetapi untuk berpartisipasi secara aktif dalam konvensi dan praktik penafsiran

sychological Science in a Postmodern Context". American Psychologist, 2001, 56. 803-813


catatan ilmiah, bukan

I2001 AKUNTANSI KEPL

ntu. Pertanyaan utama yang harus diajukan dari ca

kepada buda

palam, tetapl apa dimensi ini meawarkan kepada bud

bu

apakah itu benar terhadap

uga menerima laporan subjektif

Tujuannya adalah untuk

Garis penelitian ini

secara lebih umum (Gergen, 2001, hal 806)

enelitian kualitatif j

Subjektivisme dalam p

kp

subjek tentang psikologi mereka sebagai objek penelitian. Tuiu

memvalidasi interpretasi subjektif, makna, dan pengertian

Untuk ini akan ada penyangkalan orisinalitas dan agensi

subjek. Penelitian ini juga tidak berusaha untuk men

tidak berusaha untuk menjelaskan subjektif subjek dalam hal

subjektif subjek
rang

ini juga tidak berusaha untuk mengevaluasi sulb

an membandingkannya dengan sumber informasi lain-seperti

laporan。Penelitian subjektivisme tidak akan

ntang fenomena psikologis yang sama.

membandingkan catatan seorang anak tentang pengalamannya den

orang tuanya tentang pengalamannya. Misalnya, anak tersebut mengatakan bahw

ia tidak bahagia lima tahun yang lalu dan membenci orang tuanya, sementara

tua menunjukkan foto anak yang tampak sangat senang dengan mereka

Pendekatan Objektivisme (positivism)

Objektivisme adalah sebuah pandangan yang menekankan bahwa butir

penge

oran

-butir

tahuan dari soal sederhana sampai dengan teori yang kompleks mempunyai

fat dan ciri yang melampaui keyakinan dan kesadaran individu yang merancang

dan memikirkannya. Pengetahuan adalah sesuatu yang diprioritaskan pada ciri

ciri permasalahan atau cabang tertentu yang berada di luar pikiran atau otak

seseorang yang keberadaannya tidak ada hubungannya dengan sikap, keyakinan

atau keadaan subjektif lainnya. Titik berat kaum objektivisme adalah penekanan

pada sifat pernyataan sederhana yang di dalamnya mempunyai sifat tertentu,

tidak peduli apakah individu tersebut menyadari atau tidak, meyakini atau tidak.

Dalam
pandangan objektivisme, ilmu pengetahuan yang diteorikan oleh seorang ilmuwan

kadang-kadang mempunyai kaitan yang erat dengan pengetahuan yang

ditemukarn oleh orang lain. Mungkin teori yang sudah ada tersebut merupakan

konstruksi dari pengetahuan yang lebih kompleks hingga tanpa disadari

keberadaan teori tersebut isa saling mendukung. Keterkaitan ini tidak hanya yang

bersifat positif,terkadang aitan yang terjadi adalah kaitan yang saling mematahkan

satu sama lain. Dalam

ua kasus ini, saling keterkaitan terjadi secara objektif di antara bagian-a

struktur itu, terlepas dari kesadaran individu terhadap saling

Hal yang menguntungkan kaum objektivisme bahwa teori ilmiah dapatatau

mempunyai konsekuensi yang tidak dimaksudkan sebagaimana p

keterkaitan t

tidak disadari oleh orang yang pertama kali mengusulkan teo

da mulanya dan

ri tersebut

Nominalisme-Realisme: Debat Ontologi

Aliran nominalisme mendasarkan diri pada asusmsi bahwa dun

luar individu dan tidak lebih dari nama, konsep, dan label yang digu

membentuk realitas. Aliran realisme menyat

individu adalah suatu dunia nyata yang terbentuk dari struktur yan

dan relatif kuat, dan secara realitas.

nia sosial berada di luar Antipositivisme-Positivisme: Debat Epistemologi

Antipo

alam dun
fisik da

sme pada dasarnya berusaha untuk mencari aturan atau dasar

kebiasaan ia sosial. Aliran ini mengganggap bahwa dunla sosial adalah

realitas

n hanya dapat dipahami dari sisi pandang individual yang terlibat secara

dalam aktivitas yang sedang diteliti. Aliran positivisme menjelaskan dan

erkirakan apa yang terjadi dalam dunia sosial dengan meneliti kebiasaarn

hubungan kausal antara elemen-elemen yang saling berhubungan.

Intinya sitivi

serta

dalah berdasarkan pada pendekatan tradisional yang didominasi ilmu natural

Voluntarisme-Determinisme: Debat Hakikat Manusia

Aliran determinisme memandang bahwa manusia dan aktivitasnya sangat ditentukan

eh situasi atau "lingkungan" tempat ia berada. Sebaliknya, aliran voluntarisme

memandang bahwa manusia sangat mandiri dan bebas.

Ideografis-Nomotetik: Metodologi

Pendekatan ideografis memandang bahwa seseorang hanya dapat memahami suatu

nia sosial dengan mengumpulkan informasi atau pengetahuan tangan pertama

dari subjek dengan mendekatkan peneliti dengan subjek yang didapatkan secara

detail dan lengkap mengenai sejarah dan latar belakang. Pendekatan ini menekankan

analisis secara subjektif yang didapatkan dengan masuk ke dalam situasi yang

terjadi. Sebaliknya, pendekatan nomotetik menekankan pada pentingnya pelaksanaan

penelitian berdasarkan pada teknik dan protokol sistematis, di mana difokuskan pad

proses pengujian hipotesis dengan serangkaian tes, teknik kuantitatif untuk analisi
data, survei, kuesioner, tes kepribadian, maupun alat pengujian standar lainnya.

Berdasarkan asumsi tersebut, Burrel dan Morgan (1979) mengelompokkan

pengetahuan dalam tiga paradigma, yaitu fungsionalisme-interpretif (functionalist

interpretive), radikal-humanis (radical-humanist), dan radikal-struktural (radical

structuralist) sebagaimana yang disajikan pada Gambar 6.2. Akuntansi sebagai

pengetahuan manusia juga dapat dipandang menurut paradigma tersebut

PARADIGMA RISET AKUNTANSI

KEPERILAKUAN

PARADIGMA FUNGSIONALISME/POSITIVISTIK

aradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang muncul paling awal

am dunia ilmu pengetahuan. Paradigma fungsionalisme ini sering disebut

fungsional struktural (structural functionalist) atau kontinjensi rasional (rational

contingency). radigma ini merupakan paradigma umum, bahkan sangat dominan

digunakan dalam ntansi dibandingkan dengan paradigma lain sehingga disebut

paradigma utama

am paradigm). Secara ontologi, paradigma utama ini sangat dipengaruhi

tas fisik yang menganggap bahwa realitas objektif berada secara bebas darn

i luar diri manusia. Realitas diukur, dianalisis, dan digambarkan secara

onsekuensinya adalah jarak antara objek dan subjek. Dalam kaitannya dengan

dal

riset aku

oleh reali AKUNTANS

[202]

Paradigma Riset Sosial


GAMBAR 6.2

PERUBAHAN RADIKAL

(Konflik struktural)

(Mode dominasi)

Kontradiksi)

(Emansipasi)

(Pencabutan)

(Potensialitas)

STRUKTURAL

RADIKAL

Objektif

Realisme)

(Positivisme)

(Determinisme)

(Nomotetik)

HUMANIS

RADIKAL

Subjektif

(Nominalisme)

(Antipositivisme)

(Voluntarisme

(Ideografis)

INTERPRETIF FUNGSIONALISME
STATUS Quo

(Aturan sosial)

(Konsensus)

(Integrasi dan kohesi

sosial)

(Pemuasan kebutuhan)

(Aktualitas)

Sumber: Burrell dan Morgan (1979),

akuntansi manajemen dan sistem pengendalian, fungsionalisme mengasumsikan suatu

sistem sosial dalam organisasi yang meliputi fenomena empiris dan konkret yang

keberadaannya bebas dari manajer dan karyawan yang bekerja di dalamnya. Kepercayaan

dalam pandangan ini berakar pada paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa

realitas berada dalam kenyataan dan berjalan sesuai dengan hukum alam

Paradigma ini muncul pada abad ke-19 oleh August Comte (1830-1842), kemudian

dikembangkan oleh Emile Durkheim (1895) yang menjadi rujukan penganut positivisme

dalam bidang sosial. Menurut Durkheim (1895) seperti yang dikutip Salim (2006), abjek

studi sosiologi adalah fakta sosial (social-fact)

fakta sosial dalam uraian di atas adalah semua yang berkaitan dalam kehidupar

ai

sekalipun fakta sosial tersebut berasal dari luar kesadaran individu. Untuk mencap

kebenaran ini peneliti harus menanyakan secara langsung kepada objek yang diteliti,

dar objek tersebut dapat memberikan jawaban langsung kepada peneliti yang bersangku

Paradigma ini memiliki pendekatan yang berusaha untuk menjelaskan hubunga


sosial dengan pemikiran yang rasional, dengan orientasi yang pragmatik

dengan pengetahuan tepat guna dan mengedepankan regulasi yang

pengendalian hubungan sosial. Pendekatan ini cenderung mengartikulasikan

sebagai dunia artefak empiris dan hubungan yang ada dapat diidentifikasi dan diukd

dengan ilmu natural seperti biologi dan mekanik. Paradigma ini didasarkan pada norm

rasionalitas purposif (Burrel dan Morgan, 1979)

efektif serta

dunia

Pemahaman tentang realitas akan memengaruhi cara memperoleh ilmu penge

yang benar. Secara epistemologi, akuntansi utama melihat realitas sebagal re

tahu

an BAB 6: FILOSOFI RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

u keyakinan bahwa ilm u pengetahuan akuntansi dapat

gun dengan rasio dan dunia empiris. Berdasarkan pada keyakinan tersebut,

peneliti tansi utama sangat yakin bahwa satu-satunya metode yang dapat

digunakan untuk bangun ilmu pengetahuan akuntansi adalah metode ilmiah. Suatu

penjelasan materi yang mempunyai suat

em

Ikatakan ilmiah apabila memenuhi tiga komponen berikut.

1. Memasukkan satu atau lebih prinsip-prinsip atau hukum umum

2. Mengandung prakondisi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk

pernyataan pernyataan hasil observasi

Memiliki satu pernyataan yang menggambarkan sesuatu yang dijelaskan.


3.

Pengujian empiris dalam filsafat dinyatakan dengan dua cara

Dalam aliran positivisme ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi

independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran

1.

teori (pendekatan hypothetico-deductive)

2. Dalam pandangan Popperian, karena pernyataan hasil observasi merupakan teoi

yang dependen dan dapat dipalsukan (falsible), maka teori-teori ilmiah tidak dapat

dibuktikan kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak

Beberapa argumentasi teoretis dalam paradigma fungsionalisme ini dapat dijelaskan

engan masalah yang difokuskan pada sistem informasi akuntansi beserta penulisnya

ebagai berikut: relevansi dari akuntansi manajemen saat ini (Kaplan, 1984), tinjauan

atas riset teori agensi (Baiman, 1990),8 tinjauan atas riset kinerja dan penganggaran

Briers dan Hirst, 1990),9 perancangan sistem akun ansi dalam hierarki organisasi

Cooper dkk, 1981),10 ketidakcukupan teori keputusan dalam hubungannya dengan

perancangan sistem informasi akuntansi (March, 1987),11 kecukupan teknis teori

pengendalian dalam pemahaman tindakan organisasi, hubungan antara akuntansi

manajemen dan tindakan dalam organisasi, model sistem pengendalian organisasi

berdasarkan sibernatika (Dermer dan Lucas, 1986),12 peranan pengendalian dalam

organisasi yang pluralistik, dan model interaktif dari pengendalian organisasi

(Flamholitzs dkk., 1985)13

etodologi riset yang digunakan oleh para fungsionalisme mengikuti metodologl

yang digunakan dalam ilmu alam. Penganut aliran ini melakukan deskripsi atas variabel,
embangun dan menyatakan hipotesis, mengumpulkan data kuantitatif, serta melakukan

cara statistika. Beberapa riset empiris dalam akuntansi keperilakuan yang

nggunakan pendekatan paradigma fungsionalisme ini (menggunakan pengumpulan data

el atau kuesioner dan analisis statistik) yang dijelaskan oleh Dillard dan Becker dengan
AKUNTANSI KEPERILARU

masalah risetnya, antara lain Govindarajan dan Gupta (1985)14

antara sistem pengendalian dan strategi unit bisnis strate

dan William (1992)15 yang berfokus pada peranan manajerial da

serta menemukan bahwa beberapa manajer menggunakan sistem pengan

cara-cara strategis, sementara beberapa menggunakan cara-cara umum; M

ang menggunakan kuesioner dan wawancara yang tidak terstruktur un

keputusan program diskresioner dikendalikan secara bervariasi, serta

beberapa tindakan yang diharapkan dan tidak diharapkan. la juga

menyaran studi lapangan akan lebih bermanfaat dalam riset-riset

organisasi; dan Hi (1993)16 yang menggunakan studi kasus dalam

menganalisis proses pemili informasi dalam penganggaran modal, serta

menyimpulkan bahwa informa untuk menguji cara

menghasilkan

kan bahwa

han dan peranan

banyak peranan dan tidak ada satupun model pilihan yang meryajilkan suatu penjelasan

perilaku yang cukup memuaskan.

Beberapa kelemahan metodologi paradigma fungsionalisme dalam riset akuntansi


terutama akuntansi keperilakuan, mulai dirasakan oleh peneliti akuntansi lainnya

Mereka mulai mempertanyakan apakah pandangan ontologi realitas fisik adalah tepat

untuk memahami fenomena sosial. Capra dalam Triyuwono (1998) mengatakan

bahwa:

ilmuwan sosial telah berusaha keras untuk memperoleh kehormatan dengan cara

mengadopsi paradigma ala Descartes dan metode-metode fisika ala Newton (yang sangat

mekanistis). Meskipun demikian, kerangka ala Descartes sering kali sangat tidak sesua

untuk fenomena-fenomena yang mereka gambarkan dan akibatnya model-model mereka

menjadi semakin tidak realistis

.ekonomi termasuk akuntansi saat ini ditandai dengan pendekatan reduksionis da

terpecah-pecah.. .Para ahli ekonomi termasuk akuntansi biasanya gagal mengetahui

bah

ekonomi, termasuk akuntansi, hanyalah salah satu aspek dari suatu keseluruhan susunan

ekologis dan sosial, suatu sistem hidup yang terdiri atas manusia dalam interaksinya yang

terus-menerus."

Pemikiran akuntansi utama tidak memberikan perhatian pada perdeb

antara pemikiran Popper, Lakatos, Kuhn, dan Feyerbend. Masalah lain

yan dari pemikiran akuntansi utama adalah pertanyaan dari peneliti a

relevansi filosofi ilmu pengetahuan alam (natural science) sebagai dasa

riset akuntansi yang seharusnya lebih banyak mendekati ilmu sosial. Kelema

utama tersebut menyebabkan para pemikir akuntansi mulai mencart I

lain atau metode alternatif yang dapat secara tepat digunakan oleh a

memecahkan masalah-masalah sosial.

akuntansi tentang
i metode-metode

kuntansi dalam PARADIGMA INTERPRETIF

digma interpretif juga disebut interaksionis subjektif (subjective interactionist

natif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan

pemahaman dalam ilmu sosial. Sementara itu, menurut Burrel

andang para nominalisme yang melihat

bahasa, interpretasi, dan

dan Morgan, paradigma ini menggunakan cara p

alitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan label, nama, atau konsep yan

bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan

nakan untuk membangun realitas. Hal itu

hanyalah penamaan atas sesuatu yang diciptakan oleh manusia atau merupakan produk

manusia itu sendiri. Dengan demikian, realitas sosial merupakan sesuatu yang berada

dalam diri manusia itu sendiri sehingga bersifat subjektif, bukan objektif sebagaimana

yang dipahami oleh paradigma fungsionalisme. Pendekatan in berfokus pada sifat

subjektif dunia sosial dan berusaha memahami kerangka berpikir objek yang sedang

dipelajarinya. Fokusnya ada pada diri individu dan persepsi manusia terhadap realitas

bukan pada realitas independen di luar mereka. Bagi paradigma interpretif ini, ilmu

pengetahuan tidak digunakan untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to

redict), tetapi untuk memahami (to understand). Berkaitan dengan sistem pengendalia

dan akuntansi manajemen, terdapat dua perbedaan antara paradigma fungsionalisme

dengan interpretif. Perbedaan pertama adalah paradigma interpretif tidak

memusatkan perhatian pada cara membuat perusahaan berjalan dengan baik, tetapi
juga cara menghasilkan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai cara manajer

dan karyawan dalam organisasi memahami akuntansi, berpikir tentang akuntansi, serta

berinteraksi dan menggunakan akuntansi. Perbedaan kedua adalah para interaksionis

tidak percaya pada keberadaan realitas organisasi yang tunggal dan konkret, melainkan

pada situasi yang ditafsirkan organisasi dengan caranya masing-masing. Hal yang lebih

penting lagi adalah pemahaman mereka menjadi nyata karena mereka bertindak untuk

suatu peristiwa dan situasi atas dasar makna pribadinya

Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi (ethno method

interaksionisme simbolis fenomenologis (phenomenological symbolic interactionism)

yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis, dan fenomenologis. Tujuan

pendekatan interpretif ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas s

osial

te

rsebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini.

1. Tradi

slonal, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan,

dan analisis historis.

2. Metode

e Foucauldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai

pengganti konsep tradisional historis yang disebut "a historical" atau "antiquarian."

Tahap aliran ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian posmodernisme

Bebe

rapa argumentasi teoretis paradigma interpretif dalam akuntansi keperilakuarn


g (1987),19 Colville (1981),20 Robert dan

oleh Morgan (1988),18 Gamblin 1 AKUNTANSI KEPERILAKUAN: AKUNTANSI


MULTIPARADIGMA

Scapens (1985),21 serta Covaleski dan Dirsmith (1990).22 Studi empiris dalam bida

akuntansi yang telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan interpretif ini,ci

antaranya Colignon dan Covaleski (1988),23 Bougen dkk (1990),24 Pinch dkk: (1989),2

Boland dan Pondy (1983),26 Berry dkk. (1985),27 Macintosh dan Scapens (1990),28

serta Roberts (1990).29

ng

PARADIGMA STRUKTURALISME RADIKAL

Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai kesamaan

dengan fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai

keberadaan ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik

mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta

memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah

dari manusia tertentu. Riset yang diklasifikasikan dalam paradigma strukturalisme

radikal [radical structuralism) adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme

tradisional. Argumentasi teori yang dikemukakan oleh Cooper (1983) menelaah dan

mengkritik karya-karya yang didasarkan pada teori agensi. la mengusulkan adanya

penggunaan perspektif radikal dalam riset akuntansi

(1984)30 mengusulkan suatu ekonomi politik akuntansi untuk

ekonomi, sosial, dan politik dalam lingkungan di mana akuntansi digunakan

itu, Hopper dkk. (1987) melakukan pembahasan atas perbandingan an


interpretif dengan strukturalisme radikal. Suatu perspektif atas "prose

(labor process) menyajikan suatu "saling memengaruhi" (interplay) yang

antara kekuatan politik, ideologi, dan ekonomi. Beberapa riset

yang menggunakan pendekatan ini, antara lain Armstrong (1

manajemen. Cooper dan Sheren

pemahaman lingkungan

ementara

antara perspektif

(1991, 1987,1985),31 Hooper BAB 6: FILOSOFI RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN


[2

mstrong (1991),32 Knights dan Collinson (1987),33 Neimark dan Tinker (1986),34

serta Tinker dan Neimark (1987).35

PARADIGMA HUMANIS RADIKAL

Riset akan diklasifikasikan dalam paradigma humanis radikal (radical humanist)

jika didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan

kritis Habermas melihat objek studi sebagai suatu interaksi sosial yang disebut

dunia kehidupan" (life world), yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan

kebutuhan yang melekat dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang

saling memahami. Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua

kelompok, sebagai berikut.

1. Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan

sistem informasi manajemen.

2. Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sisterm


yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan

merupakan interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan

berbagai kepentingan

Macintosh menyatakan humanis radikal memiliki visi praktik akuntansi manajemen

dan sistem pengendalian yang berorientasi pada orang (people-oriented), yang

mengutamakan idealisme humanistis dan nilai-nilai dibandingkan dengan tujuan

organisasi. Argumentasi teoretis dalam paradigma humanis radikal dikemukakan oleh

Laughlin (1987),36 yang menyajikan suatu diskusi dari aplikasi teori kritis Haberma

dalam riset akuntansi. Laughlin menunjukkan bahwa teori kritis Habermas akan

sangat berguna dalam meneliti "saling keterkaitan" (interrelationship) antara

teknologi

akuntansi dengan asal mula sosialnya. Sementara itu, riset akuntansi yang

menggunakan pendekatan ini, antara lain Broadbeent dkk. (1991)37 yang menunjukkan

penggunaan rangka Habermasian dalam menganalisis aplikasi akuntansi pada industri

pelayanan AS. Mereka menemukan bahwa walaupun akuntansi tidak diterima secara

Penuh sebagai teknologi manajemen dalam sektor pelayanan kesehatan, tetapi akuntansi

engaruhi tindakan dengan cara memberikan arti atau makna dalam suatu dilema

kesehatan di

memen

mcral di sekitar alokasi sumber daya pelayanan kesehata Paradigma posmodernisme muncul
karena adanya kelemahan dari bebe

yang ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernisme

modernisme yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas

memperbaiki dirinya sendiri dan berpikir secara rasional. Bagi seoran


ada keadaan yang lebih baík, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak

kemajuan atau pengendalian alam. Postmodern membuan

dominan mengenai modernitas dan menggantikannya dengan metode

(post-stru

PARADIGMA POSMODERNISME

menolak pendapat

untuk maju, untuk

ut

metode dan teori yanp

cturalist). Oleh karena itu, postmodern menempuh jalan yang berbeda de

adigma sebelumnya. Logika yang biasa dipakai pada paradigma sebelumnya tidaka

par

ampu untuk menunjukkan kebenaran yang semakin kompleks yang tidak dapat ditolak

Menurut paradigma posmodernisme, kebenaran itu tidak bisa dibayangkan, oleh sebab

itu setiap manusia harus aktif untuk membangun kebenaran itu sendiri. Jalan kebenara

tersebut perlu dicari secara aktif dan kreatif untuk memberi makna sehingga yang ada

perlu didekonstruksi karena tidak mampu lagi menemukan kebenaran

Jean Francois Lyotard seorang pencetus istilah "postmodernisme" secara khas

menyebutkan bahwa dalam postmodernisme, segala grand narrative (narasi besar) yang

merupakan jalur strategi intelektual yang mengklaim bahwa ada prinsip kebenaran,

kesejahteraan, makna kehidupan dan moral yang bersifat universal, ditolak kemudian

diganti dengan narasi kecil dengan segala nilai mitos, spiritual, dan ideologi yang

lebih spesifik. Posmodernisme menyajikan suatu wacana sosial yang sedang muncul
dan meletakkan dirinya di luar paradigma modern. Jadi, tidak tepat bila wacana ini

dimasukkan dalam skema paradigma yang telah dibahas sebelumnya. Bahkan, dapat

dikatakan bahwa paradigma posmodernisme ini merupakan

modern. Beberapa pemikir posmodernisme meliputi Baudrillard, Jacques Derrida

Latorur, dan Michael Foucault. Namun, karya yang paling banyak digunakan

sebagai dasar aliran posmodernisme adalah karya Derrida dan Foucault. Foucault

terkenal dengan metode arkeologis (archeological) dan genealogis (genealogica

Foucault, istilah arkeologis dimaksudkan untuk mencari asal usul pengeta

digunakan untuk menunjukkan suatu usaha arkeologis, yaitu ciri khas pemikiran

menyangkut tujuan, metode, dan bidang penerapan. Foucault melakukan stu

periode sejarah pemikiran untuk menemukan epistemologi yang mendasa

mu tertentu dan ciri pengetahuan yang menentukan di setiap periode

oposisi dari paradigma

enurut

huan

yar

di tentang

Tujuan metode arkeologis ini adalah menetapkan serangkaian diskusi, ya

wacana, serta menentukan suatu rangkaian dari awal sampai akhir bagi peml

oucault. Wacana global dan universal yang dibentuk oleh paradigma modern

entuk logosentrisme yang memiliki kuasa yang dapat menciptakan kegagalan

istem

merupa
kehidupan manusia, serta

dan stagnasi. Dengan

pengetahuan yang tertindas oleh pengetahuan yang sed

merupakan konsekuensi logis dari ketidakmampuan mo

manusia secara utuh. Hal ini tercermin dalam pandangan

keil logosentrisme. Berikut ciri utama logosentrisme

menyebabkan timbulnya rasisme, diskriminasi, penga

metode genealogis, Foucault melakukan k

ang berkuasa. Kegagalan in

modernisme untuk melihat

keilmuannya yang cenderung BAB ILoSUPRISET AKUNTANSI

KEPERILAKUAN ikir oposisi biner (dualistis dikotomis) yang hierarkis, seperti

esensi-eksistensi, konsep metafora, jiwa-badan, makna-bentuk.

bahasa lisan-tulisan,

ek keilmuan. Ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada

ek praktis dan fungsi, dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini

terlihat darí pernyataan ilmu-ilmu positif yang mengklaim bahwa ilmu pengetahuan

2.

harus netral dan bebas dari nilai.

Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa

raktik akuntansi harus berlaku secara universal atau internasional. Klaim ini

diwujudkan dengan gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization

of accounting). Bagi pemikiran Foucault, wacana global dan universal tersebut


memiliki hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan

Foucault beranggapan bahwa kuasa tidak hanya terpusat dan terkonsentrasi pada

para penguasa yang sedang berkuasa dalam organisasi formal, tetapi juga pada semua

pek kehidupan masyarakat, termasuk ilmu pengetahuan (knowledge). Postmodernisme

versi Foucault terutama diartikulasikan dalam bentuk kekuasaan pengetahuan yang secara

jelas mengatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan.

Dillard dan Becker (1997)38 membahas mengenai beberapa argumentasi teoretis

dan beberapa riset akuntansi yang didasarkan pada teori Foucault, di antaranya Hopwood

(1987)39 yang mengembangkan suatu arkeologi sistem akuntansi dengan suatu pemahaman

yang lebih baik tentang proses perubahan akuntansi. Hasilnya menyarankan bahwa

arkeologi Foucault dapat menghasilkan berbagai macam faktor sosial yang direplikasi

dalam perubahan akuntansi. Loft (1986)40 menggunakan metode genealogi Foucault dalam

merginvestigasi hubungan antara praktik akuntansi biaya dengan konteks sosialnya di

Ingeris, antara tahun 1914 sampai 1925. Analisisnya mengindikasikan bahwa akuntansi

rupakan suatu aktivitas sosial yang secara fundamental dan tidak dapat digambarkan

s. Miller dan O'leary (1987)41 dalam makalah

menggunakan metode arkeologi penganggaran dan sistem penentuan harga

r. Mereka berpendapat bahwa anggaran dan biaya standar berkembang dari

angan atas jaringan pengetahuan kekuasaan diskursif selama

matu periode. Tabel pada lampiran akan menjelaskan secara terperinci argumen-argumen

ng dłkembangkan oleh beberapa ahli dalam meletakkan dasar dan merumuskan

me

maknanya
hanya dari perspektif tekni

narnya

pokok standa

dan merupakan pengemb

mendasar

paradigma tersebut.

PARADIGMA AKUNTANSI KRITIS

Paradigma

Paradigma ini dikemukakan

ansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial kritis.

an per eh Mattessich (1964)42 melalui sebuah

akunt

tama kali ol derivatif filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh kare

ini tidak berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan den

teknis penilaian, di mana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yan

pada konsep ekonomi marginalis. Berdasarkan perspektif akuntansi trad

ada kesadaran tentang kesalahan, krisis, pendidikan, atau aksi

ada pengakuan terhadap kebaikan sosial, kecuali dalam keyakinan

terdistorsi. Semuanya bisa dipenuhi secara baik oleh perulangan

Mattessich menghendaki akuntansi untuk dipadukan ke

itu, teori

didasarkan

isional, tid
yang samar dan

istem kapitalis

bidang ilmu manajemen

dalam

g meliputi metode ekonomi dan analitis dari administrasi dan manajemen entita

yan

Pada awalnya, Mattessich membuat pernyataan dorongan dari sebuah perspektif ilmu

sosial kritis. Misalnya, masalah ekonomi utama dari pertengahan abad 20 bisa dikaitkan

dengan pencarian kemampuan survei, klarifikasi tujuan, pengaturan perangkat ekonom

dalam jumlah besar sehingga mengancam keberadaan manusia dan penyempitan

pikiran. la tetap mempermasalahkan tanggung jawab eksekutif bisnis yang penuh

keburukan meskipun bukti yang ada tidak berlaku bagi konstituen lainnya. Namun

dengan persetujuan dari para pakar manajemen sebagai dasar yang tepat untuk

mengembangkan teori akuntansi, tidak mengherankan bahwa teori dikatakan terpuruk

dalam konteks akuntansi teknologi standar dari fungsionalisme dan mencerminkan

asumsi filosofi yang mendasar. Mattessich mengemukakan kelompok asumsi dasar

umum yang menghasilkan aksioma, yang kemudian membentuk pemikiran akuntansi

sebagai "sebuah disiplin yang berkaitan dengan deskripsi kuantitatif dan proyeksi

sirkulasi pendapatan serta agregat kekayaan." Kemudian, akuntansi dibentuk dalam

logika teoretis

Hal yang diinginkan di sini sebenarnya adalah teknologi "yang lebih baik" yang

didasarkan pada kelompok asumsi dasar yang menghasilkan representasi alternatif

yang konsisten dengan faktor lingkungan ekonomi. Apakah teknologi "yang lebih

baik
a membantu mengevaluasi tatanan dan kehidupan sosial secara rasional sehingga

mendorong munculnya perubahan dalam praktik dan kebijakan yang dikatakan tidak

rasional dan opresif, masih belum jelas. Dengan basis fungsionalisme,

kecenderungan seharusnya kecil. Representasi Mattessich juga mempertahankan

kesadaran yang ngan mempertanyakan hierarki konstruksi sosial sehingga

menyatakan dir

salah de

ebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pencipta dan peniruny

Asumsi dasar Mattessich yang dievaluasi dari perspektif kritis menunju

teori memicu dan mengulangi dominansinya. A

ersifat reduksionisme. Nilai moneter ini sebagian besar berfungsi mensp

bahasa guna mengungkapkan nilai. Dengan membatasi bahasa pembahasan, hubtu

sosial bisa ditegaskan dan dipertanyakan sehingga dipandang sebagai ling

objektif dan tidak berubah. Dari lingkungan itulah. tindakan bisa dijalankan. Ha

mencerminkan penurunan nilai dari manusia pekerja sampai pada nilai kom

yang dehumanis. Interval waktu yang ada memudahkan pemahaman atas ha

kontinu. Namun, di lain pihak, hal ini juga bisa dipandang sebagai sesuatu yang te

(discrete) tanpa memperhatikan dampak distorsinya. Segmen wa

ini merupakan makna yang diperoleh dari kebutuhan akan "suatu akuntansi" surp

yang dihasilkan oleh sarana produksi. Struktur yang ada menghasilkan seju

kelas hierarki yang mencerminkan kategori entitas yang "signifikan' Tidak

terdapa kkan bah

sumsi pertama adalah nilai moneter

ra
rp

ktu yang tanpa arti

lus engaruh struktur terhadap cara di mana manusia bisa dinilai

konstruksi sosial dipertanyakan dan dilegitimasi

r formal. Dualitas ini membatasi informasi relevan yang terkait

truktur tertentu (akun) dan spesifikasi

waktu (tanggal). Tidak ada atribut atau interpretasi lain yang diperbolehkan di sini

produksi

deri pihak pengendalinya lebih jauh lagi. Objek ekonomi adalah objek riil (komoditas

dan jasa) atau objek finansial (klaim) dengan nilai atau komponen fisik yang mengalami

erubahan. Asumsi dasar ini membatasi perspektif dari klaim komoditas, jasa, dan

finansial. Hal ini bisa melembagakan pemisahan pekerja dari modal dan sarana produksi

Dengan berfokus pada "objek, "dasar" menjadi kabur. Oleh karena itu, tidak ada unsur

"individu" dan "diri" dalam konstruksi ini. Perubahan dipertimbangkan dalam bidang

objek ekonomi. Perubahan sosial hanya dipertimbangkan secara tidak langsung, serta

dicerminkan dalam objek ekonomi dan penilaiannya. Ketidakadilan dalam kadar

moneter adalah sebuah pernyataan teknologi yang berkaitan dengan masalah penilaian

sehubungan dengan ukuran yang tidak stabil. Namun, ini merupakan pernyataan berasal

dari kebutuhan informasi kapitalis. Agen ekonomi membatasi tindakan manusia pada

aktivitas ekonomi dan klasifikasi kelompok memiliki makna dalam konteks ekonomi

marginalis (seperti pemilik, manajer, pegawai). Entitas bisa dipandang sebagai institusi

sosial, tetapi hal itu berarti atribut ekonomi saja yang bisa ditetapkan di sini. Transaksi

ekonomi merupakan fenomena empiris dalam lingkup positif dan merepresentasikan


komponen mendasar akuntansi. Karakteristik pertimbangan ini terkait dengan

perubahan objek ekonomi. "Asumsi dasar" didefinisikan sebagai hipotesis yang memiliki

kemungkinan untuk mengambil banyak nilai, didasarkan pada situasi spesifik yang

dipertimbangkan. "Asumsi" ini adalah "aturan" teknis untuk menjalankan sistem dengan

sepuluh asumsi dasar pertama. Penilaian di sini berkaitan dengan nilai yang diberikan

pada transaksi akuntansi. Realisasi di sini menunjukkan kapan nilai bisa ditetapkan.

Klasifikasi ini berkaitan dengan transaksi akuntansi yang bisa ditetapkan dalam sistem.

Input data berhubungan dengan bentuk yang memudahkan data untuk masuk ke sistem.

Durasi berkaitan dengan panjang"periode akuntansi" Ekstensi merupakan kemampuan

atau menilai dirinya sendiri. Klasifikasi

oleh hierarki struktu

dengan transaksi atas sebuah klasifikasi dalam s

asi akan mengurangi komponen sistem sehingga memisahkan sarana

mengonsolidasikan sistem

Materialitas berkaitan dengan "jika dan kapan" suatu transaksi bisa dijalankan

Se

mentara alokasi berhubungan dengan dekomposisi entitas menjadi subentita

Kerangka Mattessich berfokus pada penilaian dan tidak mengandung dasar untuk

nengkritik tatanan ekonomi, sosial, atau politik. Sistem ekonomi dipandang

berdaulat peran akuntansi dalam hal ini adalah untuk memahami dan

mengakomodasi sistem ng ada. Secara implisit, hal ini mengasumsikan bahwa

teknologi bebas dari konteks etika. Teknologi mencerminkan sebuah

da
yang berkaitan dengan masalah moral atau

realitas, selain dari pengaruh pol

k dan budaya. Mattessich menunjukkan apres

n masalah ini. Dalam membahas prinsip netralitas dari Sprouse dan Moonitz

962),43 Mattessich menyatakan bahwa: Hal ini tidak pernah dapat menjadi sesuatu yang lain

dipengaruhi oleh sudut pandang tertentu dan dicondongk

satu tujuan atau lainnya, di mana "netralitas" yang mengukur

spesifik)

mendukungnya

lebih atau kurang ke arah

an penilaian nila

(berdasar

kecondongan tersebut dengan kepentingan fungsi yang menduku

atau tidak

bih jauh lagi, dalam membahas penilaian dari sebuah perspektif il

attessich menyatakan bahwa

tujuan yang

memberikan

mum bagi

. .. Wawasan bahwa penilaian membutuhkan spesifikasi konteks ataupu

ditetapkan, memberikan bukti bahwa laporan keuangan serbaguna dari akunt

alat yang dogmatis. Situasi ini hanya bisa diatasi jika ada kemungkinan untuk me

skala nilai pada laporan keuangan yang mencakup lingkup tujuan dan konteks u
semua situasi bisnis

Sayangnya, Mattessich mempunyai pandangan yang agak sempit terhadap do

dan tidak kreatif dalam menspesifikasikan skala nilai. Solusi ini didasarkan pada teknologi

dengan asumst filosofi dasar yang sama. Kesempitan ontologi dan epistemologi ini tida

menghilang begitu saja. Teori Mattessich mencerminkan sistem sosioekonomi yang ada

hingga menjadi sarana untuk mengulangi kesadaran yang salah dalam m

bahwa tidak ada perspektif lain selain yang didominasi oleh kapitalis. Krisis, pendidikan,

da

n tindakan transformatif bukanlah bagian dari perspektif fungsionalisme. Fakta

menunjukkan bahwa ketiganya masih terhambat oleh teori aksiomatis dari akuntans

Dengan mengetahui landasan fungsional dan asumsi filosofi yang mengikutinya, s

teori dapat ditempatkan berkaitan dengan potensi emansipasi atau kurangnya potensi

tersebut

Teori kedua dikemukakan oleh Tinker (1985)44 yang menyatakan bahw

permasalahan akuntansi baru"bergerak ke arah akuntansi yang didasarkan pada asumsi

filosofi alternatif. Permasalahan ini ditemukan dalam teori nilai pekerja dari Marx; dalatn

kondisi tersebut, teori ini bisa diklasifikasikan dalam golongan strukturalis radikal

Dalam hal ini, perbedaan utama dengan perspektif fungsionalisme adalah orienta

pada masyarakat. Pendapat Tinker didasarkan pada konflik dan kontradiksi struktura

yang menghasilkan penyelesaian status quo. Perhatian diarahkan pada kontradiks

struktural dengan teori akuntansi terkait. Tinker mengklaim bahwa akuntansi adafa

konstruksi sosial dan melakukan konstruksi secara sosial. Akuntansi dikonstruksi secar

sosial dalam kondisi bahwa teori nilai dalam ekonomi marginalis mempunyai peng
ominan terhadap teori akuntansi. Akuntansi juga melakukan konstruksi sostai

kondisi bahwa transaksi pertukaran ekonomi bisa dipahami menurut t

yang ada. Pengaruh kapitalisme, seperti yang diungkapkan lewat ekono

bisa mendominasi interpretasi transaksi pertukaran ekonomi. Akibatnya

yang sama" didefinisikan secara sosial menurut status dimensi per

terpilih atau berdasarkan kelompok kepentingan tertentu

mi

rtukaran ekonomi

Logika yang mendasari pendapat Tinker didasarkan pada kritik aku

marginalis. Logika ini menghendaki penggunaan "teori nilai keterasinga

untuk mengembangkan teknologi akuntansi. Dengan berdasarkan pa

ekonomi politik Marxist, Tinker berpendapat bahwa akuntansi dan masy

ntansi

berbasis

n" sebagai dasar

da pemikiran

masyarakat yang at dipandang dari perspektif keterasingan dari kelompok masyarakat.

nsi bisa dipandang sebagai salah satu dari banyak institusi membentuk keyakinan

da dalam konteks sosial dan historis. Konteks tersebut disebabkan akuntansi

ngarah pada sistem teknologi dan mengulangi kondisi kesadaran yang salah.

i adalah sebuah teknologi atau "logika untuk mengarahkan produksi

material g bera

ran ekonomi". Oleh karena itu, akuntansi mencerminkan ideologi yan


lewat pertukaran

ada. A

surplus yang menjadi sebuah proses tanpa landasa

ers

kuntansi adalah "ideologi karena akuntansi memudahkan pembenaran nilai

n yang logis". Tanpa landasan

akuntansi dikatakan sebagai ideologi yang menjadi cara merasionalisasi atau

laskan pembenaran produksi dari satu kelas sosial oleh anggota dari kelas lainnya.

h karena itu, akuntansi adalah "sebuah perangkat intelektual dan pragmatis dalam

enje

Ole

dominansi sosial

Oleh karena Tinker mendasarkan sistem akuntansi emansipatorisnya pada teori

arx, orang bisa memperkirakan adanya korespondensi antara hal ini dan ilmu

osial kritis. Teori kesadaran yang salah dari Marx menyatakan bahwa pemahaman diri

dalam masyarakat kapitalis adalah hasil dari hubungan sosial yang menguat. Tatanan

kapitalis dan ilusi yang dihasilkan adalah instrumen dalam mempertahankan tatan

sosial. Secara spesifik, Tinker menjalankan kritik ideologi. Dalam melakukan hal itu, ia

menemukan pembelaan kapitalistis dari marginalisme yang menjadi basi

konvensional. Kesalahpahaman diri dibutuhkan dan dipertahankan ketika

ini tertanam

orang memandang dirinya sebagai seorang marginalis. Cara pemikiran

dalam kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi sistem keyakinan yang diterapk
pada distribusi kekayaan dan pendapatan. Orang bisa meng

merupakan satu komponen atau dimensi yang mengulangi kes

atakan bahwa hal ini

adaran yang salah. Hal

ini tidak terkait dengan kedalaman psikologi dari konsep sebelumnya dibahas, tetapi

an dengan domain ekonomi dari

setidaknya menjadi komponen permukaan berkait

kondisi seseorang

linker menunjukkan sejumlah cara di mana pemahaman dikatakan salah dan tidak

heren dengan mengambil contoh pada skandal akuntansi. Representasi transaksi

pertukaran ekonomi dikemukakan sebagai hasil asumsi dari nilai mendasar yang terkait

gan akuntansi kontemporer Sifat kapitalis dari kepemilikan properti dan struktur

ekuasaan yang ada bisa dikemukakan sebagai pencipta dan pengulang sehingga

menjadi sebuah teori krisis dan aksi transformatif. Alternatif yang lebih baik dari ini

ko

dasar

ikemukaka

n dalam bentuk akuntansi emansipatoris yang didasarkan pada teori nil

ng berlawanan dengan akuntansi konvensional yang didasarkan pada teori

x ya

nilai marginalis

dengan teori kritis, Tinker berasumsi bahwa, sebagaimana dikemukakan

menghasilkan
itan

oleh Marx, kontradiksi sosial didasarkan pada tekanan produksi yang

uatu akun kri

keterasingan dan d

bagalmana dicermi

nilai yang ada. Sec

alam teori nilai itu sendiri. Alokasi d

yang disebabkan oleh polarisasi kela

sis. Dalam konteks akuntansi, suatu krisis sosial ditentukan dalam kadar

jelaskan dengan transaksi pertukaran ekonomi yang bisa dipahami

nkan dalam teori akuntansi yang selanjutnya dipengaruhi oleh teori

ara implisit, situasi ini setidaknya tidak dapat diatasi tanpa perubahan

an distribusi kekayaan yang tidak proposional

s dan monopolisasi kapital akan tetap berlanjut

ikasi transaksi pertukaran ekonomi terbaru. Dengan mengetahui dan praktik

an teori nilai ekonomi dan menghubungkannya ke dalam pikira

perkembang

Sebagaimana teori kesadaran yang salah, teori kritis Tin

kebutuhan ilmu sosial kr

transformatif, tidak dijelaskan secara eksplisit oleh Tinker O

bahwa buku itu adalah sebuah upaya pendidikan. Namun demikian, al

menjelaskan kondisi yang dibutuhkan dan tidak

teori atau menjelaskan apakah kondisi perubahan yang dibutuhkan telah


ada petunjuk atau rencana aksi yang dihasilkan tentang bagaimana siste

emansipatoris bisa menggantikan akuntansi konvensional dan bagai

ini bisa dijalankan

aku

ntansi terbaru, akun keterasingan historis perlu ditegaskan.

itis. Pada dua kategori terakhir, pendidikan dan

alasan i

ak

memadai untuk mencerahkan visi d

ada. Tidak

io

Pendapat Tinker lebih dikaitkan dengan perspektif ilmu sosial kritis daripa

Mattessich. Kedua penelititersebut melihat nilai sebagai hal yang sentral dan m

bahwa terdapat masalah utama berkaitan dengan marginalisme sebagai basis dari

teori nilai akuntansi. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Tinker yang

menyatakan ada suatu teori nilai yang berbeda secara radikal dan marginalisme

menghasilkan kesenjangan sosial atau defisiensi teoretis. Di lain pihak, teori

Mattessich hanya

berkembang dalam bentuk marginalisme "vulgar" dan mencerminkan suatu penyesuaian

inkremental dengan melonggarkan asumsi optimisasi. Hal ini memudahkan Mattessich

untuk merespons kritik dari akuntansi konvensional secara lebih baik.

Cara tersebut menghasilkan teori nilai umum, tetapi dengan dasar yang tetap

berbeda. Tinker memandang nilai pekerja dan nilai surplus sebagai landasan, sedangkan

Mattessich memandang laba, modal, sewa, dan upah sebagai komponen dasar: Dua peneliti
ini menuju arah yang berlawanan dalam rekomendasinya. Mattessich menjela

kebenaran ilmu manajemen dan ilmu ekonomi serta mengemukakan suatu kerangka

yang membentuk kuantifikasi reduksionis dari semua faktor produksi. Kerangka ini

tidak menjelaskan implikasi moral atau etika dari distribusi kekayaan, melainkan hanya

representasi kekayaan dalam fokus yang agak sempit. Tinker berfokus pada kebutuhan

untuk memberikan informasi mengenai distribusi kekayaan dan menetapkan masala

keterasingan mendasar. Matessich mengemukakan presentasi pernyat

yang merepresentasikan asumsi valuasi mendasar yang berbeda (yaitu

b perubahan tingkat harga, dan biaya penggantian)

aan multinila

Tinker mendefinisikan nilai dari perspektif masyarakat

apakah ini merupakan representasi hubungan keterasingan (yaitu: rasism

kelas). Dua sistem tersebut dapat dipandang sebagai berkaitan dengan repre

tersebut. Mattessich mempunyai pandangan "vertikal" yan

fungsional, seperti sub-unit, entitas, dan area. Sementara Tinker me

pandangan "horizontal' yang berfokus pada kelompok sosial, seperti pekerja, wan

kapitalis. Jadi, akuntansi kritis merupakan bagian dari teori akuntansi yang me

bahwa akuntansi memiliki peran yang sangat penting dalam t

memutuskan konflik antara perusahaan dan konstituen sosial, S

pelanggan, dan publik. Hal ini berkaitan langsung dengan

peran akuntan. Akuntansi kritis merupa

dan mempertanyakan

sentas
g berfokus pada

memandang

seperti tenaga kerja, para

rea akuntans

kan penggabungan dari dua atau lebih a

yang berkembang pada tahun 1960-an dan meliputi akuntansi kepentingan pu

akuntansi sosial tansi kepentingan publik berkaitan dengan pekerjaan bebas pajak dar

t keuangan bagi individu, kelompok, dan perusahaan kecil yang tidak mampu

ar untuk jasa ini. Akuntansi sosial yang disinggung berusaha mengukur

laporan erusahaan dengan memperhitungkan biaya eksternal seperti biaya

polusi

akan kerugian bagi masyarakat, tetapi tanpa pembebanan kepada pihak yang

enghasut. Akuntansi kritis lebih luas dibandingkan akuntansi kepentingan publik dan

nsi sosial. Lebih lanjut, niat para peneliti akuntansi kritis adalah untuk bergerak

ntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial ke kepentingan riset akuntansi

me

mbay

laba rugi

akunta

dar

i aku

dengan mengadopsi "..suatu konflik berdasarkan perspektif..

kuntansi kritis berbeda dengan seluruh riset akuntansi di seluruh area r

sebagaimana didiskusikan sebelumnya. Arah riset sebelumnya diasumsikan


sebagai sesuatu yang jelas bagi para peneliti dan bidang investigasinya. Misalnya, para

neliti akuntansi posistif dan para ilmuwan keperilakuan percaya bahwa mereka

elaporkan secara sederhana berdasarkan perilaku dari subjek yang diuji. Walaupun

diungkapkan secara terus terang oleh para peneliti normatif, sebagaimana dalam

aliran model keputusan, penelitian melibatkan suatu realitas yang independen dari

ti itu sendiri. Dengan demikian, penemuan mereka dilibatkan dengan berbagai

cara untuk dilaporkan berdasarkan operasi dan keseharian dari bisnis dan entitas

lainnya. Para peneliti akuntansi kritis meskipun yakin pada realitas dalam pandangan

pene

dan penyelidikan, mereka juga membantu membentuk realitas

PELUANG RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

PADA LINGKUNGAN AKUNTANSI

Banyaknya diversifikasi dalam riset akuntansi keperilakuan menyebabkan tidak

mungkin suatu makalah dapat memberikan analisis yang menyeluruh terhadap peluang

riset dalam semua bidang. Untuk suatu tinjauan menyeluruh dari topik khusus, suatu

artikel harus ditujukan secara langsung pada tinjauan yang lebih khusus. Eksistensi yang

diberikan dari tinjauan spesialisasi menyebabkan suatu makalah harus menggunakan

ndekatan yang lebih luas dan mengidentifikasi peluang riset yang pada umumnya

dilakukan melalui subbidang, seperti peluang untuk mentransfer ide riset melalui

bidang. Dengan menelaah riset akuntansi keperilakuan sebelumnya secara khusus

dapat diperoleh suatu kerangka analisis dan diskusi yang dibatasi pada peluang,

terutama pada hasil potensi subbidang dan implikasinya untuk subbidang akuntansi yang

lain.

PEMERIKSAAN AKUNTANSI (AUDITING)


uatu tinjauan atas

90-1991

menunjukkan penekanan pada kekuatan dalam pembuatan keputusan yang merupakan

iset akuntansi keperilakuan. Penjelasan dari bagian

embuatan keputusan dalam audit, dan telah memfokuskan

tif

artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 19

karakteristik dari sebagian besar r

ini berorientasi pada

riset terakhir pada penilaian dan pe

mbuatan keputusan auditor, sepertip

naan laporan audit dan meningkatnya perkembangan yang berorientasi kogn , Libby dan
Frederick (1990)45 menjelaskan pentingn

emahaman

pengetahuan

Secara persuasif

mengenai bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pen

faktual dan prosedural, serta pengaruh memori dalam pembuatan k

Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang merupakan fokus te

1. Karakteristik pengetahuan yang dihubungkan d

engan pengalaman (yang meliputi

bagaimana pengetahuan itu diperoleh)

pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasi


2.

Pengujian atas bagaimana

atau lingkungan;

3.

Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.

Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperilakuan.

Ada dua alasan untuk hal ini, yaitu

1.

Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kinerja.

2.

Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam

mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.

Riset ini juga diterapkan pada subbidang akuntansi yang lain. Bagaimanapun

juga, pertimbangan yang diteliti merupakan persyaratan dalam melakukan investigasi

terhadap pengaruh pengalaman. Riset audit menyarankan suatu hubungan yang

kompleks antara pengalaman dan kinerja yang belum dipahami dengan baik. Sementara

itu, riset yang dikembangkan dalam audit seperti hubungan kemampuan dan peran latar

belakang merupakan aspek dari hubungan antara pengalaman dan kinerja yang hanya

memperoleh sedikit perhatian dan penerimaan dalam literator audit. Sementara riset

akuntansi keperilakuan dalam bidang manajerial telah dipelajari secara lebih terperinci

Riset ini menyarankan bahwa terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan

pemahaman dan evaluasi hasil keputusan audit. Salah satu kesulitan dengan riset yang

berorientasi pada keputusan dalam audit adalah kurangnya kriteria varia


diamati terhadap penilaian kinerja auditor sehingga peneliti sering melakukan stu

konsensus penilaian dan konsistensi. Bedard dan Biggs (1991)46

ecara kreatif dengan merancang bahan kasus eksperimental yang mempun

jawaban unik yang benar, dan McDaniel (1990)47 menggunakan pende

Salah satu pendekatan alternatif adalah pemenuhan standar profesiona

accepted accounting principles-GAAP dan Generally Accepted Accounting

GAAS) sebagai suatu variabel kriteria

bel yang dapat

mengatasi masalah ini

atu

yai su

Standard

AKUNTANSI KEUANGAN

Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidan

akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit didentifikasikan. Be

menunjukkan bahwa terbatasnya pemrosesan informasi yang tidak mendorong le

Beberapa bukti kannya riset akuntansi keperilakuan merupakan pertanyaan menarik. Secara
jelas,

riset akuntansi keuangan yang berbasis pasar modal dibandingkan dengan audit

ukkan kurang kuatnya permintaan eksternal terhadap riset akuntansi keperilakuan

ang keuangan. Hal itu dijadikan alasan untuk tidak melakukan diskusi yang lebih

dalam bidan

lanjut oleh sebagian besar kantor akuntan publik.


Oleh karena pemakai informasi keuangan membuat keputusan secara individual dan

m kelompok kecil, riset akuntansi keperilakuan dapat membuat suatu kontribusi

ada bidang ini. Selain itu, berikut beberapa alasan riset akuntansi keperilakuan

dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di masa

ala

penting p

mendatang

1.

Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar

modal dengan ekspektasi naif

Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan berpotensi memberikan

kontribusi yang lebih besar berhubungan dengan keuntungan dari riset akuntansi

2.

keperilakuan dalam bidang audit

Dua alasan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan di atas telah

mampu memberikan kontribusi yang lebih besar karena keunggulannya yang

melebihi riset akuntansi keperilakuan dalam audit

1. Terdapat sejumlah tugas dari informasi akuntansi keuangan yang merupakan

input langsung untuk keputusan pinjaman bank, r.egosiasi kontrak tenaga kerja,

prediksi laba, dan rekomendasi saham. Konsekuensinya, akuntansi keuangan

mempertimbangkan lingkup pengujian kemampuan generalisasi dari pengaruh

variabel perilaku, seperti variabel psikologi sebagai struktur kognitif dan

kemampuan pemecahan masalah" (problem solving) dengan variabel lingkungan,

seperti insentif
dan ketidakpastian melalui konteks keputusan berdasarkan pengetahuan

2.

Keuntungan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan meliputi beberapa

tugas seperti prediksi laba yang telah didefinisikan dengan baik dan mempunyai

sifat berulang. Hal ini merupakan kerugian yang relatif dalam audit, di mana tugas

tugas audit yang jarang dilakukan auditor dapat menimbulkan kesulitan untuk

mempelajari hubungan antara pengalaman audit dan kinerja

AKUNTANSI MANAJEMEN

awalnya, analisis ini me

nunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam

bidang akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan

dengan riset yang sama

tradisi lam

organisasi da

perilaku individu d

dalam akuntansi keuangan, dan memungkinkan pencerminan

a yang berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Variabel

n lingkungan berpengaruh penting terhadap perilaku organisasi dan

alam organisasi. Selanjutnya, sistem pengawasan akuntansi tidak

secara terpisah, melainkan harus dipertimbangkan dalam konteks

gawasan organisasi yang lain. Riset akuntansi keperilakuan dalam

variabel ini dan pen

akuntansi manajemen
en melakukan investigasi atas seluruh variabel lingkungan dan

rganisasi yang telah diidentifikasi sebelumnya dan riset mendat

ang diharapkan aka meningkatkan perluasan pengetahuan yang mendasari hubun

konteks yang baru.

81 AKUNTA

dan pengujian dala

Riset ini telah mengakui interdependensi antara variabel lin

dan perilaku yang dapat menawarkan pengetahuan mengena

audit dalam hubungannya dengan pengujian teknologi dan inovasi ore

kantor akuntan. Temuan umum lainnya adalah informasi

minat riset terhada

lah informasi akuntansi memengaruhi

mbuatan keputusan manajerial walaupun pembuat keputusan tidaklah sela

terhadap perubahan metode akuntansi sebagaimana dalam akuntansi ke

uangan

is

akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen cenderung fokus

variabel lingkungan dan organisasi yang mengandalkan teori agensi, sepertii

dan variabel asimetri informasi. Sementara riset akuntansi keperilakuan dalam bid

audit lebih fokus

ns

pada variabel psikologi, khususnya kesadaran. Domain penge

khusus merupakan karakteristik akuntansi manajemen dan pembuat keputu


ya

ng menggunakan akuntansi manajemen. Selanjutnya, pengakuan riset akuntansi

keperilakuan dalam bidang audit memerlukan studi atas interaksi variabel psikologi

dengan variabel lingkungan organisasi yang menyarankan perluasan riset akuntansi

keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen dengan variabel-variabel yang

meliputi interaksi dengan variabel kogniti

Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan

subbidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi

terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar

memengaruhi motivasi, umpan balik, dan kinerja. Misalnya, saat ini, riset menemukan

hubungan yang signifikan antara ketidakpastian tugas, partisipasi anggaran, penekanan

anggaran, dan kinerja serta antara gaya evaluasi kinerja atasan dengan bawahan. Riset

ini juga mempunyai implikasi terhadap audit yang secara luas telah difokuskan pada

tingkat organisasi perusahaan atau pada tingkat tugas individu.

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akunta

adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi

kuntansi yang lebih awal sekalipun. Jelas bahwa desain sistem meme

penggunaan informasi. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan te

saat ini, seperti pencitraan data (data imaging), jaringan (networks), dan aks

dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan pertimbangan atas pelua

akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem akuntansi. Riset ini al

difokuskan pada domain spesifik dari variabel-variabel yang unik dalam sistern a
akan lebih berhasil jika

dan konteks keputusan akuntansi, seperti standar profesi dan anahs

Dengan semakin luasnya penggunaan jaringan komputer

interpersonal, interaksi kelompok dan pengiriman informasi mengusu

terdapat dua bidang riset akuntansi keperilakuan dalam sistem akunt

terhadap subbidang

informasi adalah untuk komunikasi yang efektif dan efisien. Studi Davis t

komunikasi

akuntansi yang lain. Analisis alternatif dari bentuk p

ansi yang rels

presentasi

48 dukung bukti awal bahwa format presentasi seperti tabel dan diagram balok

men

diberlakukan secara berbeda, serta format presentasi yang dipelajari dalam

hubungannya dengan variabel persepsi dan kepribadian, variabel psikologi, khususnya

laman dan pengetahuan menunjukkan peluang riset saat ini. Otomatisasi informasi

tidak hanya meningkatkan pilihan format, tetapi juga menjadi lebih penting bagi peran

aktif pemakai dalam pengambilan keputusan ini. Pilihan pemakai terhadap format

ng

ya

enga

tem informasi yang lebih umum menunjukkan hasil bidang ini untuk riset

ke
rilakuan. Potensi riset lainnya adalah peran dari sistem pendukung kelompo

roup support systems) dalam memfasilitasi proses kelompok. Misalnya, kemungkinan

ang paling signifikan dari perubahan teknologi untuk kantor akuntan pada beberapa

tahun mendatang akan menguntungkan kecanggihan komunikasi jaringan.

PERPAJAKAN

Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada

kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan

lingkungan. Variabel yang sering diuji dengan hasil campuran menyarankan bah

perilaku kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma (1991)49 menyebutkan

pengujian teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak menghasilkan kegagalan atas

ekspektasi teori utilitas untuk menjelaskan keputusan kepatuhan secara lengkap. Riset

akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk bermacam

macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit

Interdependensi hubungan antara otoritas perpajakan dan kontribusi wajib paja

pada kompleksitas perilaku digambarkan oleh Colins dan Plumlee (1991).50 Pada

bagian lain, dengan mendasarkan pada teori agensi, r.set menemukan bahwa subjek

memilih sendiri kontrak pekerjaan menurut faktor yang sesuai dengan kompensasi

yang diharapkan. Wajib pajak dapat memengaruhi kemungkinan audit secara efektif

melalui keputusan pelaporannya. Potensi lain untuk riset akuntansi keperilakuan

dalam bidang perpajakan dan audit merupakan studi perilaku yang jarang dilakukan

Audit oleh kantor pajak jarang dilakukan untuk wajib pajak, tidak seperti audit atas

kesalahan laporan keuangan oleh auditor. Konsekuens nya, banyak literator psikologi

yang mempunyai implikasi terhadap perilaku berdasarkan pada kejadian umum yang
tidak dapat diterapkan dalam konteks audit dan perpajakan. Oleh karena itu, terdapat

engecualian bahwa berbagai literator psikologi tersebut tidak ditujukan untuk riset

akuntansi keperilakuan khusus pada bidang perpajakan atau audit.

PERTUMBUHAN RISET PERILAKU

penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap

garuh dari paradigma perilaku riset. Untuk menangani

memilih untuk menentukan persentase penulisan dan

dimen

si ini, Dyckman (1998)51 artikel yang diterbitkan oleh dua jurnal utama, yaitu Journal of
Accountin

The Accounting Review yang dapat dilihat pada Tabel 6.1. Secara substansi

penulis artikel lebih besar daripada persentase yang berhubungan dengan

sebagai calon perilaku. Terdapat beberapa kombinasi dari tiga faktor uta

1. Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan

l Research dan

staf pengajar

lebih banyak

artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal di atas

Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan

dala 2.

bidang ini, belum ada calonnya.

3.

Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.


Secara keseluruhan, hasil ini menyatakan bahwa pengaruh terhadap literator di

atas dapat diperkirakan berdasarkan jumlah identifikasi staf pengajar dengan min

perilaku. Brown (1996)52 menguji 103 pengaruh artikel akuntansi berdasarkan pada

suatu analisis kutipan, dan menyimpulkan bahwa hanya literator pasar modal yang da

mengklaim dirinya sebagai literator lebih berpengaruh daripada paradigma perilaku

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya perluasan kontribusi paradigma perilaku

untuk

memahami fenomena akuntansi selama lebih dari 40 tahun ini. Hal ini merupakan suatu

kontribusi yang meningkat, tetapi kelanjutannya perlu mendapat perhatian dari para

peneliti yang berminat. Tabel 6.1 ini meringkas persentase dari penulis perilaku dan

artikel yang diterbitkan pada The Accounting Review dan Journal Accounting Research.

PERKEMBANGAN TERAKHIR

Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara

yaitu sebagai berikut.

1. Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan

2. Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi

terhadap model perilaku individu.

Bamber (1993)53 telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yan

diterbitkan selama periode 1987-1991 pada Accounting Review, Contempor

Accounting Research, Journal of Accounting Research, dan Accounting, Organi

and Society. Jurnal-jurnal tersebut umumnya dipilih karena merupakan jurnal yo

paling banyak menerbitkan bagian riset ini dengan metodologi yang terbu

seluruh subjek akuntansi. Dari keempat jurnal tersebut, Accounting, Organiza

ociety merupakan jurnal yang cenderung memfokuskan isinya pada ri


keperilakuan meskipun jurnal tersebut juga menerbitkan jenis rise

periode sekarang, audit merupakan bidang riset keperilakuan yang pali

diterbitkan dalam Behavioral Research in Accounting

zation

ntu

nd

riset akuntansi

lainnya. Pada

Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik dipresentasikan d

artikel yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan

Research in Accounting. Selanjutnya, urutan berikutnya diduduki oleh bidanga BAB 6:


FILOSOFIRISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

manajemen yang hampir mencapai seperempat dari total penerbitan, sementara

merupakan subbidang lainnya. Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting untuk

Behavioral Research in Accounting. Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000)54 telah

menggunakan Hasselback's Directory

yang dipith dan mengidentifikasi mereka yang mempunyai minat terhadap bidang perilaku

selama tiga periode. Kronologi peristiwa atau kejadiannya adalah seperti pada Tabel 6.1.

untuk menghitung jumlah staf pengajar akuntansi

TABEL 6.1

Kronologi Peristiwa

Keterangan Peris

Tahun
1960 1968

1 Eksperimen pertama

2 Konferensi di Ohio Stat

evaluasikinerja

Konferensi di Ohio State University: Eksperimen perilaku dalam akuntans

lsuperama dar Accounting Organizaion and Soce

1971

5 Peat Marwick Research dalam program pengauditan

6Bebavioral Designatonkyang diperoleh dalam Hässelback

7 Sesi perilaku dari AAA

1976

, 1981

uasi dan

etode riset saatinidalam akuntansi kriti

な aboratorium

eksperimen 9

Pleno

pada Konvensi Nasional: Penekanan dalám sistem akuntansi

1982

su periama dar Riset Akuntanst Kerperilakiian

1990
11 Konferensi JAR: Isu judgment dala

m akuntansi dan pengauditan

countiag, Behaviorakand Organizati

g Behavioralk and Orgenization: Konterensi riset pertama

oent and Decision Making Research dalam Akuntansi dan Pengauditan

13 J

1995

erensiJAR Pakar dan aplikasi dalam akuntan

umber Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000)

Jumlah Dosen dan Sekolah yang Dosennya Didentifikasi dengan Aspek Perilaku

Fakultas

16 (0,3)

125 (0,2)

476 (0,4)

Sekolah

13 (1)

88 (13)

272 (28)

1978-1979

ngha dalam kurung menunjukkan persentase

Sumber. Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) Tabel 6.3 memberikan suatu pandangan
menyeluruh atas topik-topik

keperilakuan terbaru yang cukup menarik. Peraga ini diadaptasi dari klasif
yang memengaruhi perilaku individu, dan artikel riset akuntansi ke

diterbitkan pada tahun 1990 dan 1991 yang dipetakan ke dalam

artikel yang menguji setiap variabel ditunjukkan untuk seiuruh variabel van

penjumlahan dari setiap subbidang dan ditunjukkan oleh subbidan

kategori variabel

riset akuntansi

keperilakuan yang

peraga ini. Jumlah

ap

tik lingkun

Perilaku dibentuk oleh karakteristik individu dan karakteris

Tabel 6.3 menunjukkan karakteristik dari individu pada sumbu horizontal a

karakteristik lingkungan tugas pada sumbu vertikal. Peraga tersebut menunjukan

bahwa riset akuntansi keperilakuan dilakukan untuk seluruh bidang dengan perbeda

yang mencolok jika hanya mempertimbangkan penerbitan artikel selama tahun 199o

dan 1991. Fokus riset akuntansi keperilakuan saat ini adalah pada pengaruh variab

psikologi, lingkungan, dan organisasi terhadap perilaku. Penekanan pada variabel

psikologi adalah konsisten dengan sifat profesional dari akuntansi dan produknya sebagai

input dalam pembuatan keputusan. Oleh karena perbedaan antara subbidang dalam

penekanan tersebut terletak pada karakteristik psikologi pemakainya dibandingkan

dengan penyusun, maka fokus audit khususnya adalah pada auditornya dibandingkan

terhadap pemakai laporan audit, demikian pula dengan perbedaan dalam fokus topilk

tersebut antara subbidang akuntansi


TEORI KEPERILAKUAN TENTANG

PERUSAHAAN

Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan

terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa memedulikan

ar kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai milik dari pemegang

saham yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan yang berputar di se

harga saham dan berada di luar lingkup keputusan. Pandangan yang dihimpun

lengkap dari tujuan suatu perusahaan memungkinkan para akuntan untuk meny

laporan keuangan yang mencerminkan hasil operasional tahunan perusahaan

didistribusikan ke pemegang saham dan publik melalui laporan keuangann

ini menyiratkan keberadaan penetapan suatu tujuan yang hampir bisa

meliputi tujuan biaya dan pendapatan dalam wujud cita-cita mengenai pertum

laba, penguasaan penjualan di pasar, produksi, persediaan, tingkat imbal hasil,ov

bauran produk, karyawan, dan sebagainya

secara

ipastikan

ad

Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi seperangkat tujuan se

erusahaan mengawali penyesuaian dan pencapaian memerlukan suatuP

yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian masalah dengan pas

spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang dip

berkaitan dengan tujuan, motivasi, dan karakteristik menyelesaikan masala

anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai berikut.


rta cara

ti. Agar Tabel 6.3 memberikan suatu pandangan menyeluruh atas topik-topik

keperilakuan terbaru yang cukup menarik. Peraga ini diadaptasi dari klasif

yang memengaruhi perilaku individu, dan artikel riset akuntansi ke

diterbitkan pada tahun 1990 dan 1991 yang dipetakan ke dalam

artikel yang menguji setiap variabel ditunjukkan untuk seiuruh variabel

van penjumlahan dari setiap subbidang dan ditunjukkan oleh subbidan

kategori variabel

riset akuntansi

keperilakuan yang

peraga ini. Jumlah

ap

tik lingkun

Perilaku dibentuk oleh karakteristik individu dan karakteris

Tabel 6.3 menunjukkan karakteristik dari individu pada sumbu horizontal a

karakteristik lingkungan tugas pada sumbu vertikal. Peraga tersebut menunjukan

bahwa riset akuntansi keperilakuan dilakukan untuk seluruh bidang dengan perbeda

yang mencolok jika hanya mempertimbangkan penerbitan artikel selama tahun 199o

dan 1991. Fokus riset akuntansi keperilakuan saat ini adalah pada pengaruh variab

psikologi, lingkungan, dan organisasi terhadap perilaku. Penekanan pada variabel

psikologi adalah konsisten dengan sifat profesional dari akuntansi dan produknya

sebagai input dalam pembuatan keputusan. Oleh karena perbedaan antara subbidang

dalam penekanan tersebut terletak pada karakteristik psikologi pemakainya dibandingkan


dengan penyusun, maka fokus audit khususnya adalah pada auditornya

dibandingkan terhadap pemakai laporan audit, demikian pula dengan perbedaan

dalam fokus topilk tersebut antara subbidang akuntansi

TEORI KEPERILAKUAN TENTANG

PERUSAHAAN

Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan

terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa memedulikan

ar kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai milik dari pemegang

saham yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan yang berputar di se

harga saham dan berada di luar lingkup keputusan. Pandangan yang dihimpun

lengkap dari tujuan suatu perusahaan memungkinkan para akuntan untuk meny

laporan keuangan yang mencerminkan hasil operasional tahunan perusahaan

didistribusikan ke pemegang saham dan publik melalui laporan keuangann

ini menyiratkan keberadaan penetapan suatu tujuan yang hampir bisa

meliputi tujuan biaya dan pendapatan dalam wujud cita-cita mengenai pertum

laba, penguasaan penjualan di pasar, produksi, persediaan, tingkat imbal hasil,ov

bauran produk, karyawan, dan sebagainya

secara

ipastikan

ad

Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi seperangkat tujuan se

erusahaan mengawali penyesuaian dan pencapaian memerlukan suatuP

yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian masalah dengan pas
spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang dip

berkaitan dengan tujuan, motivasi, dan karakteristik menyelesaikan masala

anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai berikut.

rta cara

ti. Agar engaruh dari permulaan proses antar-peserta organisasi

asil p

ntu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian masalah

2.

a di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi peserta

Peranny

ana derajat tingkat kepuasan kerja anggotanya akan diuraikan dalam kaitannya

an pribadi mereka yang saling tumpang-tindih dengan tujuan organisasi,

dengan tuju

dan

membantu penerimaan tujuan pribadi mereka

Akhirn

sampai sejauh mana karyawan memandang perusahaan sebagai hal yang

ya, pengambilan keputusan perusahaan, proses menyelesaikan masalah

ur organisasi, pembagian kerja, penggunaan prosedur standar operasional, dan

diuraikan sebagai fungsi peserta yang menyelesaikan masalah perilaku

ng ditandai oleh pembatasan kapasitas mereka secara rasional. Hal utama yang perlu

hatikan adalah perusahaan dapat dipandang sebagai suatu keseimbangan dalam

m pengambilan keputusan. Komposisi tujuan dapat berubah dari waktu


trukt

seter

usnya

diper

encari siste

ke waktu, tetapi proses tingkat penyesuaian harus mengikuti beberapa aturan. Jalannya

perasional perusahaan dibatasi oleh tingkat sampai sejauh mana kapasitas penyelesaian

masalah dalam pengembalian informasi. Sistem organisasi hanya memulihkan suatu

bagian yang terbatas pada informasi yang lalu; selain itu, kapasitasnya juga telah dibatasi

untuk

prosedur operasi yang baku serta penggunaan alat sederhana untuk

menyelesaikan masalah

memproses informasi. Sebagai akibatnya, terdapat kepercayaan yang besar pad

MODEL MOTIVASI DARI PERILAKU MANAJERIAL

Pengujian terhadap literator berdasarkan organisasi motivasi men

kebanyakan dari penulisan (empiris dan teoretis) sebenarnya mendasarkan tulisannya

pada motivasi partisipan dari tingkat yang lebih rendah. Selain itu, dari sejumlah teori

ada yang telah mencoba untuk menguraikan motivasi manusia secara umum dan telalh

diberlakukan bagi perilaku keorganisasian. Pada bagian iní, akan dikembangkan suatu

pandangan yang bersifat motivasi mengenai perilaku manajerial serta

mengevaluasinya dalam hubungannya dengan keterangan empiris dan teoretis

gungkapkan bahwa

Pandangan umum tentang perilaku individu berkaitan dengan arah tujuan. Prinsip
mum menekankan kebutuhan atas teori dan tingkatan dari jenis-jenis teori. Dalam hal

ini, ada beberapa hal penting. Pertama, seseorang dapat mempertimbangkan proses

tujuannya dalam menetapkan dan menyusun tujuan strukturnya. Dengan kata lain,

kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor prestasinya, kecenderungan untuk

menyesuaikan kebutuhan anggota, otoriterisme, motif dependen-independen, dan

semua motif kekuasaan yang telah dihubungkan dengan intensitas arah tujuan perilaku

Pada umumnya, arah tujuan perilaku akan mempunyai karakteristik yang menimbulkan

ebutuhan akan psikologi dan mengambil keutamaan tujuan saat ini yang mengara

pada perilaku. Selain itu, ketidakmampuan atau gangguan untuk mencapai tujuan dapat

enggeser perhatian dari satu tujuan ke tujuan lain. Akhirnya, tujuan mengarah pada

u organisasi dengan mengejar satu tujuan saja pada waktu yang sama dan

prestas pe

rilak

suatu tujuan terjadi ketika memperoleh solusi yang memuas Implikasi perilaku organisasi
dibagi menjadi dua. Pertam

mencapai suatu subkelompok dari tujuannya di dalam organisasi. Kedua

organisasi dapat diuraikan dalam hubungannya dengan pemecahan masalah, ke

model hubungan kepribadian. Dalam pandangan ini, hal penting untuk meneka

suatu organisasi (perusahaan) diharapkan menjadi penolong dalam men

subkelompok tujuan pribadi seseorang. Selain itu, keputusan seseorang u

a, seseorang akan be

rilaku di dalam

kepuasan, dan
enekankan bahwa

untuk bergabu

engan suatu organisasi adalah untulk mencapai prestasi untuk tujuan pribadin

halnya dengan ketidakpuasan pekerjaan yang akan terjadi ketika peserta

organi bahwa makna organisasi akhírnya bisa berakhir. Sejumlah teori

menguraikan motivasi manusia secara umum. Pada bagian ini, akan dike

pandangan dasar mengenai motivasi dari perilaku manajerial serta mengevaluasinva

dalam hubungannya dengan keterangan empiris dan laporan tinjauan literator. M

pandangan manajer tentang motivasi manajerial yang diperkenalkan adalah mana

termotivasi untuk mencapai dua tujuan sekaligus, yaitu tujuan pribadinya dan tuju

perusahaan. Tujuan pribadi dihubungkan secara langsung dengan pendapatan, status

pengendalian diskresioner atas alokasi sumber daya, dan jaminan kerja. Untuk menca

kedua tujuan ini, manajer tersebut akan menutupi slack (rentang/jarak ketidaksesuaian)

dari lingkungan operasionalnya. Oleh karena itu, menciptakan dan mengendalikan slack

dari sumber daya yang dihadapi berarti menjamin bahwa manajer dapat mencapai tujuan

organisasi dan tujuan pribadiny

yang ada mencoba untuk

Secara umum, pandangan perilaku individu mengarah pada tujuan prinsip perilak

umum dari teori kebutuhan. Tujuan perilaku biasanya mengarah pada pemunculan

kebutuhan karakteristik psikologis. Selain itu, ketidakmampuan untuk mencapai suatu

tujuan dapat menggeser perhatian dari satu tujuan ke tujuan lain. Sebagai contoh adalah

arah tujuan perilaku organisasi yang mengarah pada pengejaran hanya satu tujuan pada

waktu yang sama dan prestasi suatu tujuan dapat terjadi jika penyelesaian masalah dapat
diperoleh. Robbins mengatakan manajer menggunakan orang lain dalam menyelesaikan

masalah atau urusan dalam pekerjaannya. Mereka mengambil keputusan, mengalokasikan

sumber daya, dan mengarahkan kegiatan orang lain untuk mencapai tujuan.

Fred Luthans yang dikutip dari Robbins melihat masalah mengenai apa yang

dilakukan oleh para manajer dari perspektif yang agak berbeda. la mengemukakan

pertanyaan: Apakah manajer yang cepat naik pangkat dalam suatu organisasi telan

melakukan kegiatan yang sama dengan tekanan yang sama seperti manajer yang

melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya? Anda akan cenderung berpikir ba

anajer yang paling cepat dipromosikan pastilah manajer yang tel

pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah dem

dan asistennya mempelajari lebih dari 450 manajer. Apa yang mereka t

para manajer ini melakukan e

1. M

kian. Lu

mpat kegiatan manajerial berikut

anajemen tradisional: mengambil keputusan, merencanakan, dan

mengend

Komunikasi: mempertemukan informasi rutin dan memproses dok

pengisian staf (staffing), dan melatih.

orang luar

2.

3. Mana

iemen sumber daya manusia: memotivasi, mendisiplinkan, men


mengelola konflik

ke

4. Membentuk jaringan: bersosialisasi, berpolitik, dan berinteraksi dengan o

Me lam studi ini, manajer rata-rata menghabiskan 32 persen dari waktunya un

tuk

atan manajemen tradisional, 29 persen untuk berkomunikasi, 20 persen untuk

atan manajemen sumber daya manusia, dan 19 persen untuk membentuk jaringan.

an ini menambah wawasan yang penting pada pengetahuan kita mengenai apa

dilakukan oleh para manajer. Secara rata-rata, manajer menghabiskan waktun

ya

Bagaim

berlawa

politik untuk maju dalam organisasi

a-kira 20 sampai 30 persen untuk setiap jenis kegiatan tersebut (manajemen

disional, komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pembentukan

jaringan) anapun manajer yang sukses tidak memberikan tekanan yang sama pada

setiap

atan ini seperti manajer yang efektif. Pada kenyataannya, tekanan mereka hampir

nan. Hal ini berlawanan asumsi historis bahwa promosi didasarkan pada kinerja

memberikan gambaran jelas pentingnya permainan keterampilan sosial dan

an

WAWASAN UNTUK MASA DEPAN

Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang

rang
mendukung riset akademik dibandingkan di masa lalu. Banyak universitas yang pada

menunjukkan penurunan

ena riset keperilakuan saat

ni cenderung menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa

lebih sulit melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya sumber dana ini perlu mendapat

perhatian khusus dari para subjek profesional yang mampu. Di samping itu, sikap dan

pandangan dari beberapa pengusaha yang mempunyai anggapan kurang positif terhadap

kegiatan riset ini juga berpengaruh karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang

cukup untuk memahami bahwa kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan

aplikasi hasil riset. Tidak ada cara yang lebih baik untuk meningkatkan pemahaman

umlahnya. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam "The Big 4" di AS ku

umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan

sumber yang memberikan dukungan terhadap riset. Oleh kar

orang terhadap satu fenomena, kecuali dengan melakukan riset dan menulis tentang

fenomena tersebut kepada orang lain dan melakukan berbagai perbaikan

Adanya penghargaan seperti penghargaan akadenmi

(academic rewards), baik

dap riset maupun kegiatan pengajaran yang secara tidak langsung akan mendorong

pengembangan riset

masalah

membuka dan mendorong peneliti untuk mempertimbangkan masalah-masalah yang

pada masa lalu telah tertutup. Saat ini, dengan pendekatan riset yang lebih terbu

masalah tersebut kembali menjadi masalah riset saat ini


t, merupakan suatu keuntungan guna mengangkat dan menganalisis0

terbaru. Demikian pula, keunggulan teknologi khususnya komputer telah

DI masa mendatang, apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih bai

dengan kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah dia

bekerja dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil dengan disiplin ini? Apakah paradigma

perilaku yang terus berlanjut berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil de

adalah tanggung jawab para peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan?

Berbaga pertanggungjawaban lainnya sekiranya d

keperilakuan untuk lebih memperkaya masalah-masalah yang pada pada gilirannya

dapat memberikan suatu kontribusi yang signifikan terhadap praktik organisasi yang ada

ngan baik

apat menjadi pemicu para peneliti akuntansi

Anda mungkin juga menyukai