Perubahan regulasi ambang batas emisi bahan bakar kendaraan roda empat di Indonesia
berjalan lambat bila dibandingkan negara otomotif lain. Saat ini Indonesia menerapkan batas emisi
bahan bakar setara Euro 4 hanya untuk kendaraan bermesin bensin, sedangkan untuk mesin diesel pada
2021.
Euro 2
Pada 23 September 2003, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun
2003 tentang penerapan Euro 2 terbit dan berlaku. Dalam aturan ini ditetapkan model baru wajib lolos
uji tipe Euro 2 pada 1 Januari 2005, sedangkan untuk model yang sedang diproduksi berlaku pada 1
Januari 2007.
Peraturan ini menggantikan aturan tentang emisi gas buang kendaraan sebelumnya, yaitu
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-35/MENLH/10/1993.
Selang enam tahun regulasi Euro 2 berlaku, muncul Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 4 Tahun 2009 yang isinya merevisi beberapa hal. Di antaranya terdapat penambahan
aturan soal pengujian dalam kondisi idle buat mesin diesel dan menetapkan standar emisi untuk
kendaraan heavy duty berbahan bakar gas.
Euro 3
Sementara mobil masih berkutat dengan Euro 2, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
23 Tahun 2012 menyatakan sepeda motor wajib Euro 3. Euro 3 untuk sepeda motor berlaku pada 1
Agustus 2013.
Euro 4
Setelah 10 tahun Euro 2 berlaku, Indonesia masuk ke era Euro 4 untuk kendaraan roda empat
melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017. Pada aturan ini
ditetapkan kendaraan roda empat bermesin bensin yang diuji tipe wajib memenuhi Euro 4 pada 7
Oktober 2018, sedangkan mesin diesel pada 7 April 2021.
Meski sudah dinyatakan demikian, ternyata masih ada beberapa produsen otomotif di Tanah
Air yang meminta pengampunan soal penerapan Euro 4. Ketetapan Euro 4 buat mesin bensin yang
seharusnya berlaku 7 Oktober 2018 ditunda untuk enam model yang berasal dari empat perusahaan.
Empat perusahaan itu diberikan dispensasi memenuhi Euro 4 sampai April 2019. Dispensasi
ini tertuang dalam Surat Keputusan Dirjen PPKL 183/2017 yang diterbitkan 5 Desember 2017.
Dalam peta jalan yang terdapat di dalam materi presentasi Kementerian Perindustrian tentang
BBM Euro 4 dijelaskan, Indonesia bakal memasuki tahap batas emisi lebih ketat pada 2027. Saat itu
ada dua pilihan, yaitu Euro 5 atau loncat ke Euro 6.
Dibanding negara lain, Indonesia termasuk salah satu yang cukup lama beranjak dari Euro 2.
Negara otomotif tetangga seperti Thailand sudah memberlakukan Euro 4 sejak 2011, sedangkan
Filipina pada 2016. Singapura menerapkan Euro VI pada akhir 2014.
TIPE-TIPE STABILITY CONTROL SYSTEM
Pengereman diferensial adalah penerapan pengereman yang tidak merata yang diterapkan pada
roda yang berbeda.
Dalam dunia otomotif, pengereman diferensial akan digunakan selama aktivasi sistem anti-lock
/ anti-selip pada kendaraan. Ini juga digunakan selama aktivasi sistem kontrol stabilitas pada kendaraan
jika ada yang dipasang. Biasanya sistem pengereman anti-kunci adalah dasar untuk sistem kontrol
stabilitas dan diaktifkan secara berbeda ketika digunakan dalam mode kontrol stabilitas.
Kedua sistem ini menggunakan pengereman diferensial untuk membantu mempertahankan
beberapa tingkat kontrol arah dengan menerapkan jumlah aksi pengereman yang berbeda pada setiap
roda individu.
Sehubungan dengan penerbangan, sementara banyak pesawat menggunakan pengereman anti
selip ... yang mana industri otomotif mendapat ide untuk menginstalnya pada mobil dan truk ... bentuk
pengereman diferensial yang lebih sederhana digunakan pada beberapa pesawat untuk membantu
mengarahkan mereka saat menggunakan taksi tanah. Sekali lagi, aspek kontrol arah pengereman
diferensial ketika digunakan untuk mengarahkan pesawat di tanah di mana digunakan dalam
mengembangkan sistem yang diterapkan pada banyak kendaraan jalan modern.
2. ACTIVE TORQUE DISTRIBUTION
adalah tingkat yaw yang diinginkan (steer netral) dan laju yaw yang diukur tanpa sistem kontrol
stabilitas kendaraan. Sistem distribusi torsi aktif kendaraan dapat secara aktif mengatur distribusi torsi
pada roda penggerak kiri dan kanan dalam upaya meningkatkan stabilitas atau penanganan kendaraan
di dekat dan pada batas adhesi. Sistem ini biasanya berusaha untuk membawa kendaraan sedekat
mungkin ke jalur yang diinginkan dan / atau untuk meminimalkan pergerakan lateral ban relatif
terhadap permukaan jalan. Biasanya, kontrol dikonfigurasikan untuk membawa laju yaw kendaraan ke
korespondensi dengan nilai laju yaw yang diinginkan. Kami menggunakan model sepeda linier untuk
menghasilkan perilaku kendaraan referensi, seperti tingkat yaw yang diinginkan dan sudut selip.
Perbedaan tingkat yaw antara model referensi dan model multi-body dianggap sebagai sinyal kontrol
ke model multi-body kendaraan. Gbr. 3 adalah chasis yaw rate dengan sistem distribusi torsi aktif.
Tingkat yaw di bawah kendali dinamika kendaraan sangat dekat dengan tingkat yaw yang diinginkan.
Strategi kontrol stabilitas kendaraan yaw dikembangkan untuk mencegah kendaraan berputar
dan keluar. Sistem kontrol stabilitas yaw terintegrasi dengan distribusi torsi aktif dan sistem
pengereman diferensial. Sistem distribusi torsi aktif yang diusulkan dapat memberikan momen yaw
yang cukup tanpa kehilangan akselerasi kendaraan. Namun, jika koefisien gesekan jalan kecil atau jika
kecepatan kendaraan terlalu tinggi, sistem distribusi torsi aktif mungkin tidak mampu memberikan
cukup waktu untuk menanggapi kebutuhan pengemudi. Dengan sistem kontrol terintegrasi yang
ditingkatkan ini, kendaraan dapat melakukan manuver dan stabilitas yang baik