Anda di halaman 1dari 29

PEMERIKSAAN NERVUS KRANIALIS

NERVUS I : OLFAKTORIUS
1. PENGERTIAN Pemeriksaan saraf olfaktorius yaitu suatu pemeriksaan yang
dilakukan pada rongga hidung dengan atau tanpa alat yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data yang
menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.

2. TUJUAN Untuk menilai kondisi indra penciuman klien.

3. INDIKASI -

4. KONTRAINDIKASI 1. Jalan nafas harus diperhatikan bebas dari penyakit


2. Bahan yang dipakai harus dikenali oleh klien
3. Bahan yang digunakan bersifat non irritating
4. Tidak diperkenankan menggunakan bahan yang cepat
menguap

5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri Anda, dan identifikasi


klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri
privasi pada klien.
1. 4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan
DAN BAHAN 2. Bubuk kopi
3. Cuka
4. Bubuk vanili
5. Buah jeruk

7. CARA KERJA

1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai


2. Posisikan kursi periksa sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
4. Posisikan klien senyaman mungkin
5. Lakukan pemeriksaan untuk memastikan ada tidaknya sumbatan atau kelainan pada
rongga hidung
6. Minta klien untuk menutup salah satu lubang hidung klien
7. Dekatkan bahan yang telah disediakan tadi dan minta klien untuk mencium bahan
tadi dan menyebutkan jenis bau yang diciumnya

Gambar 3. Pemeriksaan N I (diadaptasi dari Buckley, et al., 1980)

8. Pemeriksaan yang sama dilakukan juga untuk lubang hidung kontralateral


9. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
10. Bereskan alat dan bahan yang telah digunakan
11. Kaji respon klien(subyektif dan obyektif)
8. HASIL

Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/Jam Tindakan, Hasil yang Diperoleh,


Respon Klien Selama Tindakan, Nama dan Paraf Perawat Pelaksana.

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Terciumnya bau-bauan secara tepat menandakan fungsi nervus olfaktorius


kedua sisi adalah baik.
2. Hilangnya kemampuan mengenali bau-bauan (anosmia) yang bersifat
unilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada rongga hidung merupakan
salah satu tanda yang mendukung adanya neoplasma pada lobus frontalis
cerebrum.
3. Anosmia yang bersifat bilateral tanpa ditemukan adanya kelainan pada rongga
hidung merupakan salah satu tanda yang mendukung adanya meningioma pada
cekungan olfaktorius pada cerebrum. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari
trauma ataupun pada meningitis. Pada orang tua dapat terjadi gangguan fungsi
indra penciuman ini dapat terjadi tanpa sebab yang jelas. Gangguan ini dapat
berupa penurunan daya pencium (hiposmia). Bentuk gangguan lainnya dapat
berupa kesalahan dalam mengenali bau yang dicium, misalnya minyak kayu
putih tercium sebagai bawang goreng, hal ini disebut parosmia.

4. Selain keadaan di atas dapat juga terjadi peningkatan kepekaan penciuman


yang disebut hiperosmia, keadaan ini dapat terjadi akibat trauma kapitis, tetapi
kebanyakan hiperosmia terkait dengan kondisi psikiatrik yang disebut konversi
histeri. Sensasi bau yang muncul tanpa adanya sumber bau disebut halusinasi
olfaktorik. Hal ini dapat muncul sebagai aura pada epilepsi maupun pada
kondisi psikosis yang terkait dengan lesi organik pada unkus.
PEMERIKSAAN NERVUS II : OPTIKUS

1. PENGERTIAN Pemeriksaan Nervus II Optikus merupakan suatu


pemeriksaan yang dilakukan pada mata yang bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada mata.
2 TUJUAN 1.Mengukur ketajaman penglihatan atau visus dan
menetukan apakah kelainan pada visus disebabkan oleh
kelainan okuler lokal atau kelainan saraf
2.Mempelajari layangan pandangan
3.Memeriksa upil optik
3. INDIKASI Semua klien yang ingin mengetahui dan mendeteksi
adanya gangguan pada penglihatan klien
4 KONTRA INDIKSI Menurunnya tingkat ketajaman penglihatan,buta
warna,katarak,glaukoma dan konjungtivitis
5. PERSIAPAN KLIEN 1. Menyapa pasien (ucapkan salam)
2. Jelaskan maksud dan tujuan tentang tindaakan
yang akan dilakukan
3. Pasien diatur dalam posoisi aman dan nyaman
(semi flowler)
6. PERSIAPAN ALAT 1. Koran
2. Buku
3. Snelen Chart
4. Kartu Isihara
7 CARA KERJA
1. Pemeriksaan Daya Penglihatan (Visus)
1. Memberitahukan kepada penderita bahwa akan diperiksa daya
penglihatannya.
2. Memastikan bahwa penderita tidak mempunyai kelainan pada mata,
misalnya katarak, peradangan pada mata, jaringan parut atau kekeruhan pada
kornea.
3. Pemeriksa berada pada jarak 1 – 6 meter dari penderita.
4. Meminta penderita untuk menutup mata sebelah kiri untuk memeriksa mata
sebelah kanan.
5. Meminta penderita untuk menyebutkan jumlah jari pemeriksa yang
diperlihatkan kepadanya.
6. Jika penderita tidak dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, maka
pemeriksa menggunakan lambaian tangan dan meminta penderita
menentukan arah gerakan tangan pemeriksa.
7. Jika penderita tidak dapat menentukan arah lambaian tangan, maka
pemeriksa menggunakan cahaya lampu senter dan meminta penderita untuk
menunjuk asal cahaya yang disorotkan ke arahnya.
8. Menentukan visus penderita.
9. Melakukan prosedur yang sama untuk mata sebelah kiri.

2. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan


1. Dilakukan dengan cara membandingkan ketajaman penglihatan pasien
dengan pemeriksa yang normal
2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh
3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku
4. Bila ketajaman pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal
5. Pemeriksa ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus
dengan menggunakan gambar snelen
6. Pemeriksaan snelen chart

3. Pemeriksaan Snelen Chart


1. Pasien disuruh membaca gambar snelen dari jarak 6 meter
2. Tentukan sampai barisan ia dapat membacanya
3. Bila pasien dapat membaca sampai barisan yang paling bawah, maka
ketajaman penglihatannya normal (6/6)
Bila tidak normal:
I. Misal 6/20 , berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 meter,
pasien hanya dapat membaca pada jarak 6 meter, namun bila pasien dapat
melihat melalui lubang kecil (kertas yang berlubang,lubang peniti), huruf
yang bertambah jelas, maka pasien mengalami refraksi
II. 1/300 = pasien dapat melihat gerakan tangan atau membedakan adanya
gerakan atau tidak
III. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang
4. Pemeriksaan Lapang Pandang
1. Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan
jarak kira-kira 1 meter
2. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus
ditutup, misalnya dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus
menutup mata kanannya.
3. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan
pemeriksa harus selalu melihat mata kanan pasien.
4. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pemeriksa dan pasien.
5. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam.
6. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa, ia harus
memberitahu dan dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa
juga melihatnya.
7. Bila sekiranya ada gangguan penglihatan, maka pemeriksa akan lebih
dahulu melihat gerakan tersebut.
8. Lakukan pemeriksaan pada masing – masing mata pasien.

5. Pemeriksaan Buta Warna


1. Lakukan tes buta warna menggunakan buku isihara.
2. Meminta pasien untuk membaca dan menyebutkan angka serta alur yang
tampak pada setiap halaman.
3. Hasil bacaan pasien diinformasikan dengan jawaban yang tersedia untuk
menentukan diagnosis.

8 HASIL
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil Yang diperoleh, Respon
klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana.
9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Pada klien yang menggunakan alat bantu seperti kacamata dan kontak lensa
diharapkan dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukannya pemeriksaan
2. Jika klien memiliki gangguan atau kelainan pada gangguan optikus diharapkan
memberi tau pemeriksa
3. Gunakan APD sebelum memeriksa
PEMERIKSAAN NERVUS III : OKULOMOTORIUS

1. PENGERTIAN Pemeriksaan nervus kranial adalah pemeriksaan yang


dilakukan untuk memberikan informasi tentang kondisi sistem
saraf pusat terutama batang otak pada nervus III
(okulomotorius). Pemeriksaan okulomotorius diantaranya
adalah pemeriksaan retraksi kelopak mata atas, ptosis, pupil,
gerakan bola mata, dan sikap bola mata.
2. TUJUAN Mengetahui kondisi pada pupil, bola mata dan kelopak mata
3. INDIKASI Klien dengan gangguan saraf motorik, untuk mengangkat
kelopak mata keatas, konstriksi pupil, dan sebagian gerakan
ekstraokuler.
4. KONTRAINDIKASI 1. Klien dengan kelumpuhan otot
2. Klien dengan opthalmoplegic externa
3. Klien dengan opthalmoplegic interna
4. Klien dengan opthalmoplegic partialis
5. Klien dengan opthalmoplegic totali
5. PERSIAPAN KLIEN 4. Berikan salam, perkenalkan diri Anda, dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat
5. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
6. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri
privasi pada klien.
7. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Pen light
2. Kertas
7. CARA KERJA
1. Beritahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
3. Periksa alat-alat yang akan digunakan
4. Posisikan klien senyaman mungkin
5. Inspeksi bentuk, ukuran dan ada tidaknya gerakan yang tidak dapat dikendalikan
oleh otot
6. Lakukan palpasi untuk menilai kekuatan otot tonus
7. Sorotkan senter kedalam tiap pupil arahkan dari belakang sisi klien dan sinari satu
mata. Perhatikan kontriksi pupil yang terkena sinar
8. Beritahu klien untuk melihat benda yang dipegang perawat
9. Beritahu klien untuk mengikuti gerak benda tersebut dimana benda tersebut
digerakkan menuju bagian tengah dari kedua mata klien
10. Beritahu klien untuk menutup salah satu matanya dengan kertas
11. Arahkan cahaya pada salah satu mata yang ditutupi. Amati fase kontriksinya
12. Kaji respon klien (subyektif dan obyektif)
13. Berikan reinforcement positif pada klien
14. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
15. Akhiri kegiatan dengan baik
16. Kembalikan peralatan ke nurse station dan cuci tangan
8. HASIL
Dokumentasikan nama tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil yag diperoleh, Respon
klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat pelaksana
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Klien dengan kelumpuhan otot
PEMERIKSAAN NERVUS IV : TROKLEARIS

1. PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan pada Nervus IV (Nervus


Troklearis)

2 TUJUAN Untuk mengetahui kedudukan atau posisi bola mata

3. INDIKASI Strabismus (posisi bola mata tidak simetris akibat adanya


kontraksi atau tarikan yang berlebihan daro otot mata)

4. KONTRAINDIKASI -

5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi


identitas klien
2. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan.
Beri kesempatan klien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan klien
3. Beri privasi pada klien. Ciptakan suasan yang
tenang
4. Atur posisi klien hingga klien merasakan aman
dan nyaman

6. PERSIAPAN ALAT 1. Handscoen


2. Masker
7. CARA KERJA

1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.


2. Posisikan klien senyaman mungkin
3. Dekatkan alat-alat dengan pemeriksa
4. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur keperawatan
5. Gunakan handscoen dan masker
6. Memperhatikan ada tidaknya gerakan bola mata di luar kemauan klien

Gambar 1.1 Pergerakan Bola Mata


7. Pinta penderita untuk mengikuti jari pemeriksa
8. Jari pemeriksa digerakkan segala jurusan
9. Perhatikan ada tidaknya hambatan pada pergerakan bola mata klien
10. Pinta penderita untuk menggerakkan sendiri bola matanya atau melirik
ke satu arah baik kanan, kiri, atas maupun bawah
11. Perhatikan gerakan bola mata pasien
12. Cuci tangan dan beritahu klien bahwa pemeriksaan telah selesai
dilakukan
8. HASIL
Dokumentasikan Nama tindakan/Tanggal/waktu tindakan, hasil yang diperoleh,
respon klien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana

9. Hal-hal yang perlu diperhatikan

- Usahakan ruang pemeriksaan dalam suasana yang tenang

PEMERIKSAAN NERVUS V : TRIGEMINUS

Pemeriksaan Saraf Trigeminus adalah Pemeriksaan yang


dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan
PENGERTAN kiri. Pemeriksaan Sensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :
1. - bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis
- bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis
- bagian dagu, keluar dari foramen mentale

2. TUJUAN 1. Membantu menentukan adanya gangguan saraf


trigeminus
1. Pasien yang mengalamigangguan pada bagian dahi pipi
3. INDIKASI dan dagu

4 KONTRAINDIKASI -

1. Berikan Salam, perkenalkan diri anda dan


identifikasi klien dengan memeriksa identitas
klien secara cermat.

5 2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan


PERSIPAN KLIEN
dilakukan, berikan kesempatan pada klien untuk
bertanya dan jawab seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan,
beri privasi pada klien.
4. Atur posisi pada klien sehingga merasakan aman dan
nyaman.
6 PERSIAPAN ALAT 1. Masker
2. Hanscoend
3. Palu Reflek
7 CARA KERJA:
1. Pemeriksaan Fungsi Motorik
a. Meminta klien untuk merapatkan gigi sekuat-kuatnya.
b. Perawat mengamati muskulus masseter dan muskulus temporalis
(normal: kekuatan kontraksi sisi kanan dan sisi kiri).
c. Meminta klien untuk membuka mulut.
d. Perawat mengamati apakah dagu tampak simetris dengan acuan gigi
seri atas dan bawah (apabila ada kelumpuhan, dagu akan terdorong
kearah lesi).
2. Pemerikasaan Fungsi Sensorik
a. Melakukan pemeriksaan sensasi nyeri dengan jarum pada daerah
dahi, pipi dan rahang bawah.
b. Melakukan pemeriksaan sensasi suhu dengan kapas dibasahi dengan
air hangat pada dahi, pipi dan rahang bawah.
3. Pemeriksaan Refleks Kornea
a. Menyentuh kornea dengan ujung kapas (normal penderita akan
menutup mata dan berkedip).
b. Menanyakan apakah klien dapat merasakan sentuhan tersebut.
4. Pemeriksaan Kekuatan Mandibula
a. Instruksikan klien untuk menoleh ke arah kanan atau kiri
b. Kemudian pemeriksa mengecek kekuatan mandibula dengan cara
mendorong bagian mandibula ke arah yang berlawanan
c. Instruksikan klien untuk menahan dorongan pemeriksa
d. Amati respon klien, apakah klien bisa menahannya atau tidak.

8. HASIL :
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/jam tindakan, Hasil Yang diperoleh,
Respon klien selama tindakan, Nama dan paraf perawat Pelaksana
9. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Perhatikan privasi klien
PEMERIKSAAN NERVUS VI : ABDUSEN

Pemeriksaan fisik saraf kranial adalah pemeriksaan yang


1. PENGERTIAN dilakukan dalam rangka menentukan diagnosa keperawatan
tepat dan melakukan tindakan perawatan yang sesuai.
2. TUJUAN Untuk mengetahui lateralisasi pada N VI
3. INDIKASI -
KONTRAINDIKASI -
4.

Pasien
1. Menanyakan identitas pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan maksud dan
tujuan Lingkungan
5. PERSIAPAN 1) Mempersilahkan pengunjung menunggu
diluar dan menyisakan 1 keluarga berada di
dalam
2) Menutup pintu
3) Menutup jendela
4) Menutup sketsel
5) Menyalakan lampu apabila ruangan gelap
6 PERSIAPAN ALAT 1. Masker
2. Handscoon
3. Hand sanitaizer
4. Penlight
7 CARA KERJA a. Dekatkan peralatan pada pasien
b. Cuci tangan 6 langkah
c. Pakai APD
d. Minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa
menengok.

e. Periksa adanya lateralisasi

8 HASIL :
Lateralisasi dapat terdeteksi
9 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
Perhatikan privasi klien
PEMERIKSAAN NERVUS VII : FACIALIS

Pemeriksaan yang dilakukan pada bagian wajah. Pemeriksaan pada N. Facialis terdapat dua jenis
yaitu: motorik dan sensoris
1. Mengetahui adanya gangguan pada bagian otot wajah
2. Mengetahui adanya gangguan pada indera pengecapan
Semua pasien
-
1. Berikan salam, perkenalkan diri, periksa identitas pasien dengan cermat untuk memastikan
bahwa tindakan yang akan kita berikan sudah tepat pasien.
2. Jelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan rentang waktu tindakan yang akan dilakukan.dan
mintalah persetujuan dari pasien atas tindakan yang akan dilakukan
3. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan (jika diperlukan)
4. Beritahukan kepada pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan

Gula, garam, cuka, kinine


CARA KERJA

A. Pemeriksaan motorik
1.Meminta pasien untuk duduk dengan rileks
2.Amati bentuk wajah dari pasien apakah simetris atau tidak
3.Amati lipatan dahi, tinggi alis, lebar celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut
4.Minta pasien untuk melakukan sebagai berikut:
a. Mengertutkan dahi, pada bagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam
b. Mengangkat alis
c. Menutup mata dengan rapat, kemudian pemeriksa akan membuka mata pasien dengan
tangan
d. Memoncongkan bibir atau menyengir
e. Meminta penderita untuk menggembungkan pipinya, kemudian pemeriksa menekan pipi
kanan dan kiri apakah kekuatannya sama. Apabila ada kelumpuhan maka angin akan
keluar bagian yang lumpuh

B. Pemeriksaan sensoris
Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang memiliki rasa:
- Manis: gula
- Pahit: kinine
- Asin: garam
- Asam: cuka
1. Minta pasien untuk menutup matanya
2. Minta pasien untuk menjulurkan 2/3 bagian lidahnya.
3. Letakkan gula, kinine, garam, cuka pada bagian kanan, kiri, dan depan pasien.
4. Minta pasien untuk menuliskan apa yang dirasakannya pada kertas
5. Pada saat dilakukan pemeriksaan, hendaknya pasien melakukan hal seperti dibawah
ini:
a. Lidah pasien harus selalu di julurkan keluar
b. Pasien tidak boleh berbicara
c. Pasien tidak boleh menelan
HASIL
Dokumentasikan :
1. Tanggal/jam pemberian tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan (subyektif dan obyektif)
4. Nama dan paraf perawat
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Menjaga privasi klien
PEMERIKSAAN NERVUS VIII : VERSIBULOKOKLEARIS

1. PENGERTIAN Pemeriksaan saraf vestibulokoklearis yaitu suatu pemeriksaan


yang dilakukan pada bagian telinga.
2. TUJUAN 1. Mengetahui keseimbangan klien
2. Mengetahui ada tidaknya gangguan pada N.VIII
3. INDIKASI -

4. KONTRAINDIKASI 1. Pasien mengalami sakit kepala berat


5. PERSIAPAN KLIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri Anda, dan identifikasi
klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri
privasi pada klien.
4. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT 1. Sarung tangan
DAN BAHAN 2. Garpu tala
3. Jam tangan

7. CARA KERJA
1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
3. Posisikan klien senyaman mungkin
4. Detik Arloji
Arloji di tempelkan di telinga, kemudian di jatuhkan sedikit demi sedikit sampai
tak terdengar lagi di bandingkan kanan dan kiri
5. Gesekan Jari

6. Tes Webber
- Garputala diletakkan di dahi penderita.
- Pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras (penderita tidak dapat
menentukan di mana yang lebih keras).
- Bila terdapat tuli konduksi di sebelah kiri, misal oleh karena otitis media, pada
tes
- Weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat tuli persepsi di sebelah kiri, maka
tes Weber terdengar lebih keras di kanan.

7. Tes Rinne
- Tujuan untuk membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara dari
penderita.
- Pada telinga sehat, pendengaran melalui udara di dengar lebih lama daripada
melalui tulang.
- Garputala ditempatkan pada planum mastoid sampai penderita tidak dapat
mendengarnya lagi, kemudian garpu tala dipindahkan ke depan meatus
eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan tes positif,
pada orang normal atau tuli persepsi, tes Rinne ini positif. Pada tuli konduksi tes
Rinne negatif.

Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan


1.Pemeriksaan dengan Tes Kalori :
- Bila telinga kiri dimasukkan air dingin timbul nistagmus ke kanan. Bila telinga kiri
dimasukkan air hangat akan timbul nistagmus ke kiri.
- Bila ada gangguan keseimbangan,maka perubahan temperatur air dingin dan hangat ini
tidak menimbulkan reaksi.
2.Pemeriksaan dengan Past Ponting Test:
Penderita diminta untuk menyentuh ujung jari pemeriksa dengan jari telunjuknya,
kemudian dengan mata tertutup penderita diminta untuk mengulangi, normal penderita
harus dapat melakukannya
3.Berdiri dengan mata tertutu dengan salah satu kaki klien diangkat selama 30 detik.
8. HASIL
Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/Jam Tindakan, Hasil yang Diperoleh,
Respon Klien Selama Tindakan, Nama dan Paraf Perawat Pelaksana.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Kesehatan klien sebelum dan sesudah tindakan.
2. Privasi klien saat tindakan.

PEMERIKSAAN NERVUS IX : GLOSOFARINGEUS

1. PENGERTIAN Pemeriksaan pada nervus ke-9 agar klien dapat membedakan


rasa manis dan asam

2. TUJUAN Membedakan rasa manis dan asam

3. INDIKASI Pasien dengan gangguan nervus glasofaringeus yaitu,


neuralgia (dimana rasa nyerinya yang menyengat)

4. KONTRAINDIKASI 1. Terdapat lesi pada bagian lidah


2. Flu berat
5. PERSIAPAN 1. Berikan penjelasan pada klien tentang tindakan yang
KLIEN akan dilakukan dan jelaskan alasan tindakan
dilakukan.
2. Klien diposisikan duduk
6. PERSIAPAN ALAT 1. Larutan cuka
2. Garam
7. CARA BEKERJA

1. Kaji program terapi klien


2. Cuci tangan
3. Jelaskan tujuan tindakan pada klien
4. Berikan posisi duduk atau high fowler
5. Dekatkan alat-alat di samping klien
6. Minta klien merasakan larutan cuka
7. Minta klien kumur-kumur agar pada pengecapan kedua rasa di lidah tidak
tercampur
8. Minta klien merasakan garam
9. Beritau bahwa tindakan sudah selesai
10. Bereskan alat-alat yang telah digunakan
11. Beri posisi nyaman pada klien
12. Evaluasi respon klien
13. Cuci tangan
8. HASIL

Dokumentasikan :

1. Tanggal/jam tindakan
2. Nama tindakan
3. Respon klien selama tindakan (respon subyektif dan obyektif)
4. Catat jika ada ekspresi dari klien ketika tindakan pemberian larutan cuka dan
garam, reflek muntah dan reflek palatal.
5. Nama dan para perawat
9. Hal-hal yang diperlukan

-
PEMERIKSAAN NERVUS X : VAGUS

PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan pada saraf kranial terutama nervus


1.
vagus.

TUJUAN 1. Mengetahui status kesehatannervus vagus.


2. 2. Mengetahui saraf sensoris dan motorik pada nervus
vagus.
INDIKASI 1. Gangguan menelan.
3. 2. Gangguan pada relfeks gaster.
3. Mengetahui keadaan uvula.
4. KONTRAINDIKASI -

PERSIAPAN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi


KLIEN klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
5.
berikan kesempatan pada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.
3. Tanyakan kesediaan pasien dalam melakukan tindakan.
4. Atur posisi klien hingga klien merasa nyaman.
PERSIAPAN ALAT 1. Penlight.
2. Tisu.
3. Masker.
6.
4. Handscoend.
5. Bengkok.
6. Tongue spatel.

PERSIAPAN 1. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri


7. LINGKUNGAN privasi kepada klien.
2. Tutup pintu dan jendela.
3. Hidupkan lampu apabila ruangan gelap.
CARA KERJA

1. Fungsi sensoris :
- Membuka mulut klien, bila terdapat kelumpuhan maka akan terlihat uvula
tidak di tengah tetapi tampak miring kearah yang sakit.
8. - Menyuruh klien untuk mengatakan “aaaa” untuk melihat gerakan ovula,
suara klien (normal, serak, berkurang, atau tidak ada).
- Menyuruh klien menelan saliva .
- Perhatikan pergerakan esofaguske arah superior dan inferior.
- Memasukkan tongue spatel ke mulut klien untuk melihat refleks gaster dari
gerakan palatum superior dan inferior dan lidah.
HASIL
9. Dokumentasikan nama tindakan/ tanggal/ jam tindakan, hasil yang diperoleh, respon klien
selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.

HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN


10. 1. Perhatikan keadaan umum klien danl ingkungan klien sebelum, selama, dan
setelah tindakan.
2. Perhatikan kebersihan alat yang akan digunakan.

PEMERIKSAAN NERVUS XI : ASSESSORIUS

1. PENGERTIAN Suatu tindakan untuk memeriksa motorik yang diatur oleh nervous
accessorius
2. TUJUAN 1. Mengetahui fungsi, gerakan dan kekuatan leher,
2. Mengetahui fungsi, gerakan dan kekuatan bahu.

3. PERSIAPAN a) Perawat memberi salam kepada klien/keluarga klien.


PERAWAT b) Perawat memperkenalkan diri.
c) Perawat menjelaskan tujuan, prosedur, dan lama tindakan
kepada keluarga/klien.
d) Perawat menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan.
e) Perawat memberikan posisi yang nyaman pada klien.
f) Perawat memberikan intruksi untuk memulai kegiatan pada
klien.
4. PERSIAPAN 1. Perawat memastikan kesiapan klien.
PASIEN 2. Pastikan identitas klien yang akan dilakukan tindakan.
3. Kaji kondisi klien.
4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga klien mengenai tindakan
yang akan dilakukan.
5. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya.
6. Menanyakan kepada klien apakah perlu ke toilet terlebih
dahulu.
7. Atur suhu ruangan agar tetap dalam keadaan hangat.
5. PERSIAPAN Alat :
ALAT 1. Masker
2. Handscun

6. CARA 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan


BEKERJA 2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Untuk mengetahui adanya paralisis* m.
Sternokleidomastoideus** :
Pasien diminta untuk menolehkan kepala ke arah sisi yang
berlawanan dengan sisi leher yang akan diperiksa, kemudian
raba m. Sternokleidomastoideus. Pemeriksa mendorong atau
melawan, sedangkan pasien mempertahankan posisi lateral
fleksi. Bila terdapat paralisis Nervous accessorius disisi
tersebut, m. Sternokleidomastoideus tidak menegang.
5. Untuk mengetahui kekuatan m. Trapezius*** :
Pemeriksa menekan kedua bahu penderita ke bawah,
sedangkan penderita mempertahankan posisi kedua bahu
terangkat. (posisi penderita sebaiknya duduk dan pemeriksa
berada di belakang penderita). Bahu penderita pada sisi yang
sakit tampak lebih rendah dari sisi yang sehat.

7. EVALUASI 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik.


2. Berikan penjelasan terkait hasil pemeriksaan
3. Cuci tangan.
PEMERIKSAAN NERVUS XII : HIPOGLOSUS

1. PENGERTIAN Pemeriksaan saraf olfaktorius adalah saraf motoric untuk


pergerakan lidah. Nervus hipoglosus berinti di nucleus yang
terletak di samping bagian dorsal ( punggung ) fasikulus
longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medulla blongata.

2. TUJUAN Untuk menilai kondisi pergerakan lidah

3. INDIKASI 1. Akibat gangguan pergerakan lidah, maka perkataan-


perkataan tidak dapat diucapkan dengan baik
(disartria)
2. Dalam keadaan diam, lidah tidak simetris, biasanya
bergeser ke daerah sehat karena tonus di sini
menurun.
3. Bila lidah dijulurkan, lidah akan berdeviasi ke sisi
sakit.

4. KONTRAINDIKASI Tidak ada

5. PERSIAPAN KLIEN 5. Berikan salam, perkenalkan diri Anda, dan identifikasi


klien dengan memeriksa identitas klien secara cermat
6. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan klien.
7. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri
privasi pada klien.
8. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT Alat dan bahan :
DAN BAHAN
 Handscoon
 Spatel
 Kasa
 Alkohol
7. CARA KERJA

8. Mencuci tangan
9. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai
10. Lindungi privasi klien dengan menutup tirai ruangan
11. Posisikan kursi periksa sampai ketinggian kerja yang nyaman
12. Cek alat dan bahan yang akan digunakan
13. Posisikan klien senyaman mungkin
14. Suruh penderita membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat
dan bergerak
15. Minta pasien menjulurkan lidahnya, perhatikan apakah posisi lidah simetris atau
mencong
16. Pada parese satu sisi, lidah dijulurkan mencong ke sisi yang lumpuh.

Gambar 1. Nervus Hipoglossus Prosedur

17. Jika terdapat kelumpuhan pada dua sisi, lidah tidak dapat digerakkan atau
dijulurkan.
18. Terdapat disartria (cadel, pelo) dan kesukaran menelan. Selain itu juga
didapatkan kesukaran bernapas, karena lidah dapat terjatuh ke belakang,
sehingga menghalangi jalan napas.
19. Untuk menilai tenaga lidah kita suruh pasien menggerakkan lidahnya ke segala
jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya. Kemudian pasien disuruh
menekankan lidahnya pada pipinya. Kita nilai daya tekannya ini dengan jalan
menekankan jari kita pada pipi sebelah luar. Jika terdapat parese lidah bagian
kiri, lidah tidak dapat ditekankan ke pipi sebelah kanan, tetapi ke sebelah kiri
dapat. (Alwiucil, 2015)
20. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
21. Bereskan alat dan bahan yang telah digunakan
22. Kaji respon klien(subyektif dan obyektif)
8. HASIL

Dokumentasikan Nama Tindakan/Tanggal/Jam Tindakan, Hasil yang Diperoleh,


Respon Klien Selama Tindakan, Nama dan Paraf Perawat Pelaksana.
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kondisi mulut pasien jika ada sariawan atau luka.

Anda mungkin juga menyukai