Analisis Debit Banjir Rancangan Dengan Menggunakan Hidrograf Satuan Terukur Pada Daerah Aliran Sungai Progo Bagian Hulu
Analisis Debit Banjir Rancangan Dengan Menggunakan Hidrograf Satuan Terukur Pada Daerah Aliran Sungai Progo Bagian Hulu
2, Juli 2013
179
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013
PENDAHULUAN
180
Analisis Debit Banjir Rancangan Dengan Menggunakan Hidrograf ………............... (Pariartha)
ngan volume hidrograf limpasan lang- kan yang dapat ditimbulkan baik langsung
sung. maupun tidak langsung oleh banjir tidak
Hidrograf satuan hipotetik ditetapkan boleh terjadi selama besaran banjir tidak
tidak dengan ordinat-ordinat yang be- terlampaui (Sri Harto, 1993).
lum diketahui, akan tetapi hidrograf Untuk menentukan banjir rancangan,
satuan hipotetik yang pasti ditetapkan apabila data debit di daerah yang dikehen-
dengan ordinat-ordinatnya. daki mencukupi maka dapat langsung di-
Semua hujan yang terjadi, kecuali gunakan untuk menentukan banjir ranca-
bagian hujan maksimum, ditransfor- ngan dengan analisis frekuensi. Apabila
masikan dengan hidrograf satuan hi- pada daerah tersebut data debit sangat ter-
potetik tersebut, sehingga akan dipero- batas maka dapat digunakan data hujan
leh sebuah hidrograf. (A. Rahman et al, 2002).
Apabila hidrograf terukur dikurangi Persamaan perkiraan banjir yang ba-
dengan hidrograf yang diperoleh dari nyak digunakan dapat dipisahkan menjadi
butir (4), maka yang akan diperoleh 3 kelompok (Sri Harto, 1985 dalam Ika
adalah hidrograf yang ditimbulkan Tyasning Yudiyanti, 2006) :
oleh hujan maksimum. Hidrograf sa- cara empirik berdasar persamaan ra-
tuan 1 mm/jam baru dapat diperoleh sional untuk sungai – sungai yang be-
dengan membagi semua ordinat hidro- lum pernah diukur (tidak ada data
graf ini dengan intensitas hujan mak- AWLR dan data pengukuran debit),
simum. Hidrograf satuan yang dipe- cara yang berdasar pada teori hidro-
roleh terakhir ini dibandingkan de- graf satuan baik untuk sungai yang be-
ngan hidrograf satuan hipotetik. Apa- lum pernah diukur maupun yang su-
bila perbedaan keduanya sudah lebih dah pernah diukur,
kecil dari patokan (criteria) yang di- cara pendekatan statistik untuk sungai
tetapkan, maka hidrograf satuan ini – sungai yang mempunyai data cukup
sudah dianggap benar. Namun bila panjang.
perbedaannya masih lebih besar dari Cara empirik berdasarkan persamaan
patokan yang ditetapkan, maka prose- rasional yang dikenal di Indonesia dianta-
dur pada butir (4) diulang kembali, de- ranya adalah cara Melchior, cara der We-
ngan menggunakan hidrograf satuan duwen dan cara Haspers. Persamaan ra-
yang diperoleh dari butir (5). sional ini baik dipakai pada DAS yang ke-
Prosedur ini diulang-ulang terus sam- cil karena faktor yang mempengaruhinya
pai pada akhirnya diperoleh hidrograf dapat diketahui dengan baik, pemakaian
satuan terakhir yang tidak berbeda pada DAS yang besar akan menyebabkan
banyak dari patokan perbedaan yang penyimpangan yang besar. Selain itu juga
ditetapkan. digunakan cara hidrograf satuan terukur
Hidrograf satuan hanya dapat disusun dan cara hidrograf satuan sintetik. Cara
jika tersedia data hujan dan data debit yang disebutkan terakhir yaitu cara hidro-
yang cukup. Apabila data tersebut tidak graf satuan sintetik dilakukan jika tidak
tersedia maka suatu cara untuk memung- tersedia data debit aliran maupun data cu-
kinkan penggunaan konsep hidrograf sa- rah hujan, sehingga karakteristik sungai
tuan adalah hidrograf satuan sintetik. seperti kemiringan dan panjang sungai,
luas DAS dan bagiannya, diamati dengan
Debit Banjir Rancangan cermat, dan dituangkan dalam bentuk
Banjir rancangan adalah besarnya de- angka. Dalam praktek analisis hidrologi
bit banjir yang ditetapkan sebagai dasar terdapat beberapa metode seperti hidro-
penentuan kapasitas dan dimensi bangu- graf satuan sintetik GAMA I (HSS GA-
nan-bangunan hidraulik (termasuk bangu- MA I), hidrograf satuan sintetik Snyder
nan di sungai), sedemikian hingga kerusa- dan hidrograf satuan sintetik Nakayasu
181
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 17, No. 2, Juli 2013
HASIL ANALISIS
Lokasi Penelitian
Das Progo bagian hulu memiliki luas
1803,298 km2 dengan oulet merupakan
AWLR Kalibawang dan mempunyai sta-
siun hujan berjumlah 14 buah. Gambar 2
menunjukkan DAS Progi bagian hulu dan Gambar 3. Hidrograf Satuan Terukur
posisi stasiun hujan. Rata-rata DAS Progo Bagian Hulu
Dari hidrograf satuan yang diperoleh
di atas maka dapat ditentukan debit banjir
rancangan dengan kala ulang 20 dan 50
tahun dengan memasukkan hujan ranca-
ngan efektif ke dalam hidrograf satuan te-
rukur sehingga dapat diperoleh debit ban-
jir rancangan yang diinginkan. Pada pene-
litian ini diperoleh debit banjir rancangan
1232,22 m3/det untuk kala ulang 20 tahun
dan 1570,39 m3/det untuk kala ulang 50
tahun.
182
Analisis Debit Banjir Rancangan Dengan Menggunakan Hidrograf ………............... (Pariartha)
kuensi data debit. Persamaan yang diper- Q HS n = debit banjir rancangan dengan
gunakan adalah berikut ini (Yue dan Ha- hidrograf satuan (m3/s),
shino, 1999 dalam Ika Tyasning Yudiyan-
Q AF = debit banjir rancangan dengan
ti, 2006).
analisis frekuensi (m3/s),
QHS n QAF
RE( n ) 100 % ......... (1) n = jumlah kasus debit banjir.
QAF Dari hasil analisis debit rancangan da-
dengan : ri hidrograf satuan terukur rata-rata dan
RE(n) = kesalahan relatif tiap kasus banjir, debit rancangan dari data debit existing
maka diperoleh seperti Tabel 1 di bawah
ini.
183