DATA DIRI
Lelaki kelahiran kota apel (Malang, 27 Mei 1999) tersebut awal mula
menekuni dunia sastranya meliputi beberapa pulau dan kota antara lain:
Jakarta, Pulau Buru, Madura, dan Jawa. Beberapa puisinya pernah
ditayangkan di harian Riau Pos dalam edisi khusus untuk memperingati Hari
Puisi Indonesia (28 April 2020 sekaligus untuk mengenang wafatnya penyair
Chairil Anwar). Dibacakan oleh budayawan Sumatera Barat (Yeyen Kiram,
SH) di puncak acara Padang Kata-Kata. Pernah mendapat anugerah
penghargaan dari kantor Bahasa Sulawesi Tenggara 2019, Universitas
Gadjah Mada, dan penerbit Surya Pustaka Ilmu 2020.
Sebutir Debu.
Moehammad Abdoe.
Moehammad Abdoe
V. TEBAL
94 judul puisi.
VI. SINOPSIS
Kumpulan puisi Sebutir Debu oleh Moehammad Abdoe ini dikuasai oleh 94
himpunan puisi yang membicarakan mengenai persoalan rohani, integritas
nasionalisme, religi, serta lebih dalam membahas seputar percintaan.
Ilhamnya sendiri dicetuskan melalui pelbagai peristiwa dan persoalan yang
kemudian dikemas menjadi sebuah kumpulan puisi yang sangat baik guna
merefleksi diri ataupun dalam menjentik kesadaran diri para pembacanya.
Kumpulan puisi Sebutir Debu ini akan menjangkau seluruh pembaca, baik
remaja, dewasa, orang tua, pengamat sastra ataupun kritikus sastra; dosen,
guru, dan mahasiswa. Penulis juga mempunyai tanggung jawab penuh dan
akan bekerja sama dengan pihak Penerbit untuk memasarkan buku Sebutir
Debu secara online maupun offline, baik akan mengadakan louncing buku
maupun bedah buku. Penulis memiliki pasar sendiri di berbagai grup sastra
seperti Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang didirikan oleh pasangan
penulis Isa Alamsyah dan Asma Nadia yang anggotanya tidak kurang dari 1
juta anggota aktif, Sastra Minggu, dan Sastra Koran Majalah.
X. ISI
/Malam Terakhir/
ASMARA
/1/
garis tanganmu
membagi kasih
/2/
lautan asmara
/3/
/4/
sedang di kamarku
pulau-pulau kecil
asmara
MUSAFIR
:Kepada Penyair Iman Budhi Santosa
KELUARGA IBRAHIM
/1/
menyembelih putranya
bernama Ismail
seekor domba
/2/
Ismail putra Hajar
terpancar zaman
/3/
di lembah gersang
umat mengenang
/4/
Menyembelih Ismail
di puncak ketakwaannya
Allah mengajarkan
sifat-sifat binatang
dalam dirinya
NAWANG WULAN
namamu
abadi.
di bangku sekolah
ketika
di hari jengkel
membangun ruang.”
murah senyum
berbagi
WANITA JALANG
di bawah terik siang bulu
DADA WAKTU
hening meneroka tubuh malam
riwayat akarmu
di kebun agung
menangkup metamorfosis
keabadian baru
malam selamat
kota Jakarta
BIANGLALA
Menarik layang-layang
/1/
dendam
/2/
di bawah tiang lampu jalanan kota. di tengah ingar bingar politik dari
pahlawan regenerasi pilihan bangsamu
wajah mereka ketika itu serupa kawanan lalat hijau — chrysomya bezziana
mereka seperti misai serangga yang mendengus luka bakar pada kaki
dan barangkali
RAKYAT
LANGIT JAKARTA
di lepas desamu
sepanjang malam
kemilau kota
Jakarta, 28 Oktober 2020.
TERANG
TERBIT
WAJAH ANGIN
persujudan padi
berbinar giok kunang-kunang permata
PENGAMEN
menyibak sunyi
burung nuri
langkahmu gontai
menjelma harimuka
CERMIN PERADABAN
/1/
/3/
BOROBUDUR
rahasia bintang-bintang
JAMBU METE
/1/
mencengkeram alismu
/2/
/3/
Kereta arak-arakan
Payung zikir
Cangkul petani
Menggelar kenduri
BUNGA LEBAH
/1/
musim gugur menanti
/2/
tercampak ke bumi
MAWAR
duri luka
BUNGA API
luka nganga
menelan matahari
terbakar jelaga
sakit hati
disapu angin
membajak bintang
kaki halaman
Bangkalan, 21 Maret 2020.
indonesia
indonesia
PAHLAWAN 1945
di bait sajakku
BUNG TOMO
di kotamu Surabaya
keutuhan bangsa
Indonesia!
Surabaya, 16 Agustus 2020.
di kepalamu, Bung
kepada rabbmu
melawan!
BUKAN IBARAT
ADINDA
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini dengan bercinta. sebab angin
malam melulu payah untuk kau renungi sendiri.
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini di atas penderitaan sejarah.
sebab kemenangan hari ini adalah wajah bencana paling besar untuk
mereka yang kalah mencintaimu.
mari kita rayakan hari sumpah pemuda ini dengan menulis satu judul puisi.
sebab adamu adalah ruang putih bagi penaku.
duhai
adinda sayang
puisiku
tersungginglah
dunia berseri
abadi
memandangmu
selalu
HABIBI
kekasih
CAHAYA SUTRA
Hai, Ma
sudah bertahun rindu telah kutanam bagai bunga linglung meraba dinding
malam. Mencium aroma surga di telapak kaki yang kaubawa. Di mana
rembulan dan matahari dapat menyaksikan gerimis mendahului niatmu di
persimpangan maut, sebelum kau sempat melangkah.
Sebab kini telingaku juga sangat rindu mendengar bahasamu di udara.
Sebagaimana kelembutan sosok seorang ibu, wajahmu serupa cahaya sutra
yang ingin kulihat kembali. Kembali. Dan Mahasuci engkau wahai
rembulan hatiku, pemilik rahim nan elok, bacalah puisiku ini, mama.
EMAK
sungguh-sungguh malu
HAKIKAT CINTAKU
PEREMPUAN SETIA
Ibu adalah seberkas cahaya
tubuhnya meringkuk
Katanya:
MASKUMAMBANG
SAJAK LILIN
:Kepada Nabila
Kubakar sajakmu
Menjelma rupa
Terpisah abu
Hendaklah ke mana
MANDUL
di ladang massa
ADOPSI
Di negeriku Indonesia
terlunta-lunta
terkubur mati
O, Tuhan
negeri ini
CANGKIR BULAN
Rambut jerami
Benang basah
Terbuai harmoni
KAMPUNG HALAMAN
sisa-sisa kenangan
pohon-pohon merenung
PULANG
Adam
Yusuf
Idris
Harun
Musa
Ibrahim
/1/
/2/
tubuh persembahyangan
porak-peranda
/3/
demonstran pincang-pincang
jihad kumandang
TAHUN BARU
baru semalam aku tidur
dunia ilusi
/1/
jejak tubuhmu
menjahit kembali
meminang ampunan
seluas pintumu
/2/
/3/
masa di mana kau dapat membelinya dari kios pasar tradisional dulu
tetaplah sia-sia
rumah-rumah sempit
lekaslah kembali
Ya Tuhan
Menembus malam
melintasi rembulan
bintang-bintang, bima sakti
dan galaksi-galaksi.
MENGEJA ALAM
telah kemudian kautulis namaku pada selembar daun kizib pagi hari
bahagia tercurah
dan namaku
mengeja dua mata angin saling berkarung duka
pasir pantai
GUNUNG BOTAK
RINDUKU BUKIT
kubisikkan namamu
warnamu kutahbiskan
MERPATI
Merpati
jemputlah kekasih
tatkala ia bertanya
AWAN PERGI
kafilah berlalu
janji gombal
MEMO
Gelombang sinus.
Ke batu pusara.
Dan kini tibakah arung rakitku
Di peluk dermagamu.
TAFAKUR PAGI
Masih kunikmati
Di tengah gelanggang
Laga garang
HUJAN
/1/
/2/
hujan sayang
membasuh sepi
hujan sayang
hujan sayang
menemaniku
Rumah prodeo
Dangau pemasungan
Sungai darah
Di taman
Pulang ke kandang
BANAWA SEKAR
SAJAK NELAYAN
laut dangkal
API
SURAT DAHAGA
dalam tempurung
sampaikan dahagaku
Malang, 8 Juli 2020.
MALAM JUMAT
TEPIAN ILMU
/1/
/2/
BINTANG PENGETUK
PEMILIK HAKIKAT
MOKSA
Ya Allah
MAHA KAYA
Mintalah!
NOL
PERAHU KERTAS
perahu kertas
ia membasuh luka
Puing-puing Nusantara
Mengangkang
Di rumah kontrakan
Entahlah, Pak
Karena kulihat dua pasukan berkuda itu saling bunuh dan mengalahkan
Yang hitam menyesatkan
KEPADA PENGEMIS
Baru saja
Meminta-minta
Tapi, Tuan
Ah, dasar pengemis
Pulanglah
SUDUT PANDANG
/1/
dinding kaca
kacamata
tembus pandang
tunduklah
/2/
matahari
bunga kuning
sengketa
rabun ayam
ternyata
/3/
urat leher
sebatang pohon
naungan diri
sia-sia
KEKAL ABADI
lahir ke bumi
DUKA
angin lebat
wajah bencana
bertalu waktu
gunung terjal
air mata
DESTINASI
membaca tongkat
siapa saja
sumbar penentang
terkalang lidah
KAWAH
seluruh
LALAI
Celaka...