Anda di halaman 1dari 4

Warna Merah Kirmizi

orhan pamuk

tangan pucat terkulai kuku natap atap langit


di kenangan berlumpur dalam sumur
keharuman hangat bunga hitam hasrat lukisan
penyepuh emas yang mati kesepian

reruntuhan bata, kucing-kucing telungkup


di bawah dinding dingin dimakan lumut
istanbul memamerkan dekor-dekor batu lapuk
menangkap mimpi hening pembunuh mabuk

daun-daun rebah mencatat salju


berguling ke udara kedukaan masa muda
kisah tangan-tangan beku melintasi jantung
perempuan berperut langit padam
membangkitkan huzun demi huzun

kota besar yang gedung-gedungnya moyak


seperti lelaki tua yang sekarat di ceruk sumur
bola nanap dengan kepala berlumur darah
dibakar warna merah kirmizi menyal-nyala

2020

Kubur Penyair

ia tenggelam di kedalaman malam


tak ada keluhan terdengar, kecuali dingin
pemakaman penyair yang jauh terasing

di nisan, lewat bunga-bunga koyak


kelopak-kelopak melengking di udara
seolah memanggil nama yang terlupakan
suara gigil paling samar, lalu hening

di sekeliling dunia tak kenal siapa


sajak yang tak sempat berjudul
nama yang tak pernah disebut
telah menguruk tanah-tanah sunyi

darah mencarimu dalam telentang warna


mencairkan langit telanjang tanpa makna

yang berlangsung padamu selamanya


hanyalah kata-kata, bisu
2020

Surat Kutulis Untuk Lupa

pada mulanya rindu


maka kutulis surat untukmu

memang rekasi cinta buru-buru


sebelum sentuhan mengenal
daerah-daerah paling perih darimu
dan waktu pun menjadi luka

bukankah segala adalah ujian


tubuh belajar banyak hal dari percintaan
mata telah paham bagaimana menjawab
pertanyaan-pertanyaan kesedihan
bukan demi membacanya

percobaan memerlukan juga kegagalan


kesendirian kini jauh dari impian
tapi di sana, pada kenangan
masih belum dibaca kemungkinan
siapa bakal hapus kau

doa-doa selalu menyelimurkan


malam jadi tambah mimpi buruk
dan membuat kau pergi, sia-sia

buku dalam hati ingatan


masih sering memelintir hari-hari
ketika perasaan gagal sering terjadi
sama sekali tak ada hubunganmu
tapi kau makin menebal sesal

kutulis surat ini untukmu


sebab ingin sekali mengosongkannya
bahwa apapun yang pernah ada sebagai kau
atau sudah berhasil menjadi meluka
ingin kulupakan, kulupakan saja

2020
Khanafi, lahir di Banyumas, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1995. Puisi-puisinya tersiar
di beberapa media baik koran koran lokal maupun nasional, di situs daring atau media
cetak seperti; Linikini.id, Tembi.net, Litera.co.id, Sastra Biem.co, Koran Tempo,
Suara Merdeka, Radar Banyuwangi, Radar Banyumas, Budaya Fajar, serta tergabung
dalam buku antologi puisi seperti; Antologi Puisi Negeri Bahari dan Negeri
Pesisiran: Dari Komunitas Negeri Poci, Hujan di Bulan Purnama: Tembi Rumah
Budaya, Senyuman Lembah Ijen, Epitaf Kota Hujan, Matahari di Bumi Blambangan:
Cerpen & Puisi Pilihan Jawa Pos Radar Banyuwangi 2018, dan lain-lain. Penulis
tergabung dalam Forum Penyair Solitude. Sekarang penulis tinggal di Purwokerto dan
sedang menyelesaikan buku kumpulan puisi pertamanya. Penulis bisa dihubungi
melalui Email : afisaja043@gmail.com atau No. WA : 088232840466. No. Rekening
Bank : 0447748196 (BNI) a.n Khanafi.

Anda mungkin juga menyukai