Anda di halaman 1dari 1

IRONI RUMI

ini tanahmu yang paling lapang:


bening sungai, pucuk-pucuk kesedihannya terpahat
di gigi pisau,
dimana mimpimu jadi padas seperti kerikil,
ajal yang tak sempurna;
kau bayangkan potret perempuan putih,
dari tanah lapangamu:
air mata, kilau cahayanya, sunyi membunuh
lekukan jalan dan sisa hasrat;
dunia ini seperti kaleng-kaleng kosong,
ketika kenangan jadi sederhana,
di jalan landai dalam tidurmu
sosokmu kulihat
tengah memanggul kayu, menyadari makna
yang hanyut di sungai
senyummu lebih menyala dan menjuntaikan
lengan-lengannya;
telusuri lagi ingatanmu, undakan jalan yang menukik;
masa lalu adalah akhir
dari sungai ketika senja; hanyutkan perasaanmu
pada hening
kelak kau menjelma ikan-ikan mati, tapi tak kutahu
arah tatapanmu,
seperti sifat dari kedalaman air, lidah percakapan kita
tak hendak usai di dingin malam;
di atas perahu kita menjadi tua oleh peradaban;
tatapan kita tak menyadari
apa yang tersirat dari penggalan sajak,
dimana hening mulut hujan
membentuk keajaibannya, seperti musim
yang terkubur oleh pelapukannya.

1999

posted by sastra at 6:16 AM

Anda mungkin juga menyukai