Reliabilitas Dan Validitas
Reliabilitas Dan Validitas
1. RELIABILITAS
1.1 Definisi Reliabilitas
Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur. Pengertian reliabilitas dapat lebih mudah
dipikirkan jika pertanyaan berikut dijawab :
1) Jika set objek yang sama diukur berkali-kali dengan alat ukur yang sama, apakah kita
akan memperoleh hasil yang sama?
2) Apakah alat ukur yang diperoleh dengan menggunakan alat ukut tertentu adalah alat
ukur yang sebenarnya dari objek tersebut?
3) Berapa besar error yang kita peroleh dengan menggunakan ukuran tersebut terhadap
objek?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak lain dari 3 aspek pengertian tentang
reliabilitas. Suatu alat ukur disebut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya
jika alat ukur itu mantap, dalam pengertian bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat
diandalkan (dependability) dan dapat diramalkan (predictability).Suatu alat ukur yang
mantap tidak berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat
ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.
Pertanyaan kedua member aspek akurasi. Suatu pertanyaan atau ukuran yang akurat
adalah ukuran yang cocok dengan yang ingin diukur. Jika kedua aspek di atas, yaitu
aspek stabilitas dan aspek akurasi digabungkan, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur
tersebut mantap dan dapat mengukur secara cermat dan tepat. Suatu alat ukur juga harus
sedemikian rupa sifatnya sehingga error yang terjadi, yaitu error pengukuran yang
random sifatnya, dapat ditolerir.
Dari aspek-aspek reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah
ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur.
2. VALIDITAS
Reliabilitas alat ukur menunjukkan pada kita tentang sifat suatu alat ukur dalam
pengertian apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil, atau konsisten dalam mengukur apa
yang ingin kita ukur. Di lain pihak, validitas mempersoalkan apakah kita benar-bnar
mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur.
Istilah validitas ternyata memiliki keragaman kategori. Ebel (dalam Nazir 1988)
membagi validitas menjadi concurrent validity, construct validity, face validity, factorial
validity, empirical validity, intrinsic validity, predictive validity, content validity, dan
curricular validity.
§ Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
kinerja.
§ Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa
yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu
dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
§ Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur
sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.
§ Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-
faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya,
dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.
§ Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan
suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang
ingin diramalkan oleh pengukuran.
§ Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba
untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
§ Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat
ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.
§ Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari
suatu populasi.
§ Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari
pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang
benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.
Berdasarkan definisi-definisi validitas di atas, terlihat bahwa terdapat tumpang tindih
antara yang satu dengan lainnya.Oleh karena itu, Thorndike dan Hagen membagi validitas
atas dua jenis saja, yaitu validitas langsung dan validitas derivatif. Validitas langsung adalah
validitas yang berdasarkan pada analisis rasional dan putusan profesi (professional
judgment), sedangkan validaitas derivatif bergantung pada pembuktian statistic dan empiris.
Kerlinger membagi validitas menjadi tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas yang
berhubungan dengan kriteria, dan validitas konstrak.
2.1 Validitas Isi
Validitas isi mempersoalkan apakah isi dari suatu alat ukur (bahannya, topiknya,
subsansinya) cukup representative untuk sebuah sampling. Validitas isi dipandu oleh
pertanyaan : “Apakah isi atau substansi dari alat ukur ini merupakan representative dari
sifat-sifat universal yang ingin diukur?”
Definis dasar dari validaitas isi adalah suatu pendapat, baik pendapat pribadi maupun
pendapat orang lain. Tiap-tiap item dalam uji perlu dipelajari secara seksama, dan
kemudian dipertimbangkan tentang representative tidaknya isi yang akan diuji.
Contoh dari validitas isi adalah : seorang dosen memberikan ujian tengah semester
pada Fakultas Pertanian. Materi yang diberikan selama setengah semester telah
ditentukan dalam course outline. Dosen tersebut membuat soal dalam bentuk objektif dan
essai. Soal tersebut perlu dipertanyakan apakah soal yang dibuat telah mencakup
keseluruhan isi pelajaran sesuai dengan course outline. Pertanyaan tersebut
mempersoalkan masalah validitas isi dari alat ukur (soal ujian) yang digunakan untuk
mengukur prestasi mahasiswa dalam jarak waktu setengah semester. Kita lihat bahwa
dalam menentukan validitas isi alat ukur, yang perlu sekali mendapat perhatian adalah :
1) Apakah alat ukur (soal ujian) telah mewakili semua mata pelajaran yang diberikan?
2) Apakah pokok-pokok yang dicantumkan dalam alat ukur (soal) sesuai dengan mata
pelajaran yang telah diajarkan?
Biasanya dosen mendiskusikan soal dengan dosen lainnya untuk melihat validitas isi
tersebut, di samping menggunakan penilaian sendiri yang disesuaikan dengan course
outline dari mata pelajaran yang bersangkutan.
Uji Reliabilitas :
Selanjutnya akan dihitung koefesien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20,
sebagai berikut:
Keterangan:
rii = koefesien reliabilitas tes
k = cacah butir
piqi = varian skor butir
pi = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i
qi = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i
= varian skor total
Koefesien reliabitas dari contoh diatas adalah:
Pertama-tama dihitung varian butir (piqi) sebagai berikut:
Nomor butir pi qi pi qi
1 0,7 0,3 0,21
3 0,5 0,5 0,25
4 0,6 0,4 0,24
5 0,5 0,5 0,25
6 0,3 0,7 0,21
Jumlah 1,16
St = 3,24
Jadi koefesien reliabilitas tes (dengan 5 butir) pada contoh diatas adalah 0,80.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, A & Susana Urbina. 1997. Psychological Testing. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
Gregory, Robert J. 2000. Psycological Testing: History, Principles and Aplications. Boston:
Allyn and Bacon
Gronlund., dan Linn. 1990. Measurement and Evaluation in Teaching. Sixth Edition. New York:
Macmillan Publishing Company.
Kerlinger, EN. 1990. Azas-Azas Penelitian Behavioral (Alih Bahasa Simatupang dan
Koesoemanto). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian. Jakarta: UI-Press.
Nazir Moh, Ph.D. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.