Anda di halaman 1dari 31

FHARADHILA TAJRIYANI

1102017092
B10 (21-KK13)

1. MM KELUARGA
1.1 Definisi Keluarga
Definisi keluarga dikemukakan oleh beberapa ahli :
a. Reisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing
mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan
nenek.
b. Logan’ s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu sama lain.
c. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki
tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit
individu.
d. Duvall
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota.
e. Bailon dan Maglaya
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama
lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
f. Johnson’ s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama
atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,
yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan
orang yang lainnya.
g. Lancester dan Stanhope (1992)
Dua atau lebih individu yang berasal dari kelompok keluarga yang sama atau yang berbeda
dan saling menikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya bertempat tinggal
dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional dan adanya pembagian tugas antara satu
dengan yang lainnya.
h. Jonasik and Green (1992)
Keluarga adalah sebuah sistem yang saling tergantung, yang mempunyai dua sifat
(keanggotaan dalam keluarga dan berinteraksi dengan anggota yang lainnya).
i. Bentler et. Al (1989)
Keluarga adalah sebuah kelompok sosial yang unik yang mempunyai kebersamaan seperti
pertalian darah/ikatan keluarga, emosional, memberikan perhatian/asuhan, tujuan orientasi
kepentingan dan memberikan asuhan untuk berkembang.
j. National Center for Statistic (1990)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang berhubungan
dengan kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu rumah.
k. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional, dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas.
l. BKKBN (1992)
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri
dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.

Menurut Mubarak (2009) keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang terikat
oleh hubungan perkawinan, hubungan darah, ataupun adopsi, dan setiap anggota keluarga
saling berinteraksi satu dengan lainnya. Sedangkan menurut UU No. 52 Tahun 2009,
mendifinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Wirdhana et al., 2012).

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu,
karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Karena itulah
peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung (Ariani, 2009).

1.2. Bentuk Keluarga

Tipe/Bentuk Keluarga

a. Tradisional

• The Nuclear family (keluarga inti)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak


• The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu
rumah.

• Keluarga usila

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri.

• The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat
waktunya yang disebabkan karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

• The extended family

Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti
nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan

• The single parent famili

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya
melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)

• Commuter family

Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat
tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad
saat ”weekend”

• Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.

• Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling
menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi,
televisi, telepon,dll)

• Blended family

Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
• The single adult living alone/single adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau
perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

b. Non-Tradisional

• The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah

• The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri

• Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama,
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.

• The nonmarital heterosexsual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

• Gay and lesbian families

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana ”marital pathners”

• Cohabitating couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu

• Group-marriage family

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling
merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan
membesarkan anak.

• Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung
jawab membesarkan anaknya

• Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
• Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

• Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

Menurut Kamanto Sunarto (1993:159-160), keluarga dapat dibedakan menjadi beberapa


bentuk.

1. Berdasarkan keanggotaannya, terdiri dari keluarga batih dan keluarga luas.

2. Berdasarkan garis keturuan, terdiri atas keluarga patrilineal, keluarga

matrilineal, dan keluarga bilateral.

3. Berdasarkan pemegang kekuasaannya, terdiri dari keluarga patriarhat, keluarga

matriarhat, dan keluarga equalitarian.

4. Berdasarkan bentuk perkawinan, terdiri atas keluarga monogami, keluarga poligami, dan
keluarga poliandri.

5. Berdasarkan status sosial ekonomi, terdiri atas keluarga golongan rendah, keluarga
golongan menengah, dan keluarga golongan tinggi.

6. Berdasarkan keutuhan, terdiri atas keluarga utuh, keluarga pecah atau bercerai, dan
keluarga pecah semu.

1.3 Struktur Keluarga dan Peran Keluarga

Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:

a. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media,
massage, environtment dan reciever.
Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:

1). Karakteristik pengirim yang berfungsi

• Yakin ketika menyampaikan pendapat


• Jelas dan berkualitas
• Meminta feedback
• Menerima feedback
2). Pengirim yang tidak berfungsi

• Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)


• Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
• Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang
tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk,
normal/tidak normal, misal: ”kamu ini bandel...”, ”kamu harus...”
• Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
• Komunikasi yang tidak sesuai

3). Karakteristik penerima yang berfungsi

• Mendengar
• Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
• Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi

• Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar


• Diskualifikasi, contoh : ”iya dech.....tapi....”
• Offensive (menyerang bersifat negatif)
• Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
• Kurang memvalidasi

5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi

• Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira


• Komunikasi terbuka dan jujur
• Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
• Konflik keluarga dan penyelesaiannya

6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

• Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)


• Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
• Kurang empati
• Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
• Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
• Komunikasi tertutup
• Bersifat negatif
• Mengembangkan gosip

b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat,
misalnya status sebagai istri/suami atau anak.

Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan
sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.

Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya,
baik fisik, mental, sosial dan spiritual

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:

• Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)
• Referent power (seseorang yang ditiru)
• Resource or expert power (pendapat ahli)
• Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
• Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
• Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)
• Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)

Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti::
• Konsensus
• Tawar menawar atau akomodasi
• Kompromi atau de facto
• Paksaan

1.4 Fungsi Keluarga

Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi
keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga
tersebut. Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,
resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun
eksternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan
dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak
didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan
perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai
apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan
mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah.

Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:

Fungsi afektif dan koping


Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.

Fungsi sosialisasi
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.

Fungsi reproduksi
Keluarga melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.

Fungsi ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat

Fungsi fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Sedangkan Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992) antara lain:


Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain
dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada
kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.

Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian
diantara anggota keluarga
Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga
anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman

Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,


memelihara dan merawat anggota keluarga

Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat


perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik

Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan


keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang

Fungsi pembinaan lingkungan

1.5 Dinamika Keluarga

Adanya interaksi (hubungan) antara individu dengan lingkungan sehingga tersebut dapat
diterima dan menyesuaikan diri baik dalam lingkungan keluarga maupun kelompok
sosial yang sama. Dinamika keluarga adalah interaksi atau hubungan pasien dengan anggota
keluarganya dan juga bisa mengetahui bagaimana kondisi keluarga di lingkungan sekitarnya.
Keluarga diharapkan mampu memberikan dukungan dalam upaya kesembuhan pasien. Ada
empat aspek yang selalu muncul dalam dinamika keluarga
a. Pertama, tiap anggota keluarga memiliki perasaan dan idea tentang diri sendiri yang
biasa dikenal dengan harga diri atau self-esteem.

b. Kedua, tiap keluarga memiliki cara tertentu untuk menyampaikan pendapat dan pikiran
mereka yang dikenal dengan komunikasi.

c. Ketiga, tiap keluarga memiliki aturan permainan yang mengatur bagaimana mereka
seharusnya merasa dan bertindak yang berkembang sebagai sistem nilai keluarga.

d. Yang terakhir, tiap keluarga memiliki cara dalam berhubungan dengan orang luar dan
institusi di luar keluarga yang dikenal sebagai jalur ke masyarakat.

1.6 Siklus Kehidupan Keluarga

Duvall (1067) mengklasifikasikan siklus kehidupan keluarga menjadi 8 tahap yaitu :


1) Tahap awal perkawinan (newly married), suatu pasangan yang baru saja kawin dan
belum mempunyai anak.
2) Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first child), keluarga tersebut telah
mempunyai bayi, dapat satu atau dua orang.
3) Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah (family with preschool children),
keluarga tersebut telah mempunyai anak dengan usia prasekolah (30 bulan sampai
6 tahun).
4) Tahap keluarga dengan anak usia sekolah (family with children in school), keluarga
tersebut telah mempunyai anak dengan usia sekolah (6-13 tahun).
5) Tahap keluarga dengan anak usia remaja (family with teenager), keluarga tersebut
telah mempunyai anak dengan usia remaja (13-20 tahun).
6) Tahap keluarga dengan anak-anak yang meninggalkan keluarga (family as
launching centre), satu persatu anak meninggalkan keluarga, dimulai oleh anak
tertua dan diakhiri oleh anak terkecil.
7) Tahap orang tua usia menengah (parent alone in middle years), semua anak telah
meninggalkan keluarga, tinggal suami istri usia menengah.
8) Tahap keluarga usia jompo (aging family members), suami istri telah berusia lanjut
sampai dengan meninggal dunia.

Tahap perkembangan keluarga menurut Friedman (1998) adalah :

1. Tahap1:Keluargapemula

Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga
yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim.

2. Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan.
Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak
takut juga. Kekhawatiran terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari,
karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan
semua peran-peran mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran
tersebut pada mulanya sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua
baru.

3. TahapIII: Keluarga yang anak usia prasekolah


Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5
tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri
tiga hingga lima orang, dengan posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki –
saudara, anak perempuan – saudari. Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda.

4. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini.

5. TahapV: Keluarga dengan anak remaja


Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan
keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini
dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika
anak masih tinggal dirumah hingga brumur 19 atau 20 tahun.
6. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan
rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum
menikah yang masih tinggal di rumah.

7. Tahap VII : Orang tua pertengahan

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan dari bagi
oarngtua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika
orangtua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan
pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.

8. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.

2. DIAGNOSIS HOLISTIK

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu
rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan
lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:
1. Bahan Bangunan
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain sebagai berikut :
o Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3
o Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam
o Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
2. Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
o Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan
sirkulasi udara
o Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga,
ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.
f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.
3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh bagian
ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a) Suhu udara nyaman berkisar antara l8°C sampai 30°C
b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c) Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d) Pertukaran udara
e) Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f) Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau
dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan
pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur
dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang perumahan
dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi “Setiap warga negara
mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak
dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur”
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati rumah
yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung
dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial

LO 2.1 Eksternal
1) Radiasi ponsel
Semua orang baik tua maupun muda, 90% menggunakan handphone, menurut penelitian,
radiasi yang dikeluarkan dari handphone, lama kelamaan dapat mengakibatkan efek yang
negative terhadap otak kita.
2) Polusi udara
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan bertambahnya penduduk dunia, membuat
polusi udara semakin meningkat, mengapa begitu? Karena semakin banyak dibangun
pabrik untuk memenuhi kebutuhan dari pasar, kendaraan semakin banyak, dari hari ke hari
jalanan semakin macet. Asap knalpot kendaraan dan pabrik mengandung karbon
monoksida.
3) Jadi perokok pasif
Perokok pasif merupakan seorang penghirup asap rokok dari orang yang sedang merokok.
Akibatnya lebih berbahaya dibandingkan perokok aktif. Bahkan bahaya yang harus
ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif.
Setyo Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)
mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke
tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke
tubuh orang di sekelilingnya.

Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang
terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam
tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap. “Namun konsentrasi racun
perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia
hembuskan.” Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok
yang sedang tak dihisap. Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau
yang tidak sempurna. Dapat anda bayangkan seberapa beresikonya perokok pasif.
4) Efek rumah kaca
Dari asap pabrik, kendaraan bermotor, asap rokok, asap pembakaran sampah, hal ini
memicu terjadinya efek rumah kaca. Meningkatnya kadar karbondioksida diudara
merupakan permasalahan yang sangat serius dan mesti diperhatikan sejak dari sekarang.
Jika hal ini dibiarkan berlarut, justru akan mengancam kehidupan makhluk hidup.
Meningkatnya kadar karbondioksida di atmosfer dapat menyebabkan terjadinya efek
rumah kaca (green house effect) atau lebih dikenal dengan pemanasan global suhu bumi.
Pada dasarnya, karbondioksida tidak berbahaya bagi manusia. Namun, kenaikan kadar
karbondioksida diudara dapat mengakibatkan peningkatansuhu permukaan bumi.

Efek rumah kaca terjadi dikarenakan karbondioksida yang ada di atmosfer melebihi
ambang batas. Gas karbondioksida dapat dilewati oleh semua sinar/cahaya yang
dipancarkan oleh matahari. Akan tetapi ketika memantul dipermukaan bumi dan kembali
keatmosfer, sinar tertentu akan tertahan dan terperangkap kemudian dipantulkan lagi ke
bumi. Fenomena ini persis seperti sebuah rumah yang terbuat dari kaca, dimana suhu
didalamnya sangat panas. Dua faktor tersebut yang setiap hari kita hadapi. Segala hal yang
dapat mengganggu Kesehatan, sedikit demi sedikit kita investasikan di dalam tubuh kita
semenjak kita lahir sampai dengan sekarang. Semakin banyak pula orang yang mengalami
sakit kritis, seperti kanker, serangan jantung, stroke, diabetes, kolesterol, gagal ginjal, dan
lain sebagainya.

LO 2.2 Internal
1. Pola makan tidak sehat
Dengan semakin majunya budaya dan teknologi, semakin membuat orang-orang harus
bekerja dan bergerak dengan cepat. Hal ini membuat pola makan kita menjadi tidak sehat,
dengan mengkonsumsi makanan cepat saji, yang sangat menggiurkan ketika
menyantapnya. Mie instant ketika malas untuk memasak makanan yang sesungguhnya.
Belum lagi ketika mengkonsumsi minuman berkarbonasi.

2. Kelelahan
Ketika bekerja dalam mencukupi kebutuhan hidup, apalagi yang sudah berkeluarga, beban
itu semakin berlipat, terkadang sampai tidak memperdulikan tanda-tanda tubuh yang
menyatakan kalau tubuh sudah waktunya untuk berisitirahat. Sehingga membuat kondisi
kesehatan kita menjadi turun dan rentan terkena penyakit.
3. Stress /tertekan
Dalam menghadapi tuntutan hidup yang membuat kita harus bekerja lebih keras lagi,
manusia tidak luput dari rasa tertekan, stress, putus asa, dan sebagainya.
4. Gaya hidup tidak sehat
Dengan masuknya budaya dari luar, dan pergaulan, membuat gaya hidup tidak sehat,
dengan merokok, “dugem” sampai dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang, hal
tersebut terkadang merupakan salah satu cara “pelarian”.
5. Kurang istirahat dan olahraga
Dengan adanya tuntutan pekerjaan, problema hidup, stress yang berkepanjangan, tak
jarang manusia selalu memikirkannya, bekerja sampai larut malam, sehingga membuat
kurang isitrahat dan juga kurang berolah raga untuk membuat tubuh tetap fit.
6. Obat-obatan kimia

Pada saat sakit tidak jarang orang-orang minum obat untuk meredakan sakit yang di derita,
baik itu dengan menggunakan resep dokter atau dengan obat bebas. Untuk menunjang
kesehatan pun, terkadang mengkonsumsi vitamin-vitamin.

LO 2.3 Klinis

a. Identifikasi diagnosis kerja/diagnosis klinis


b. Identifikasi diagnosis banding

1. Diagnosis klinis Bila diagnosis klinis belum Diagnosis berdasarkan ICD


biologikal, psikomental, dapat ditegakkan cukup 10, dan ICPC-2 yang juga
intelektual, nutrisi dengan diagnosis kerja. mengemukakan masalah
sertakan derajat sosial dan derajat penyakit
keparahan .

LO 2.4 Personal

a. Idenfitikasi alasan kedatangan pasien


b. Identifikasi harapan pasien
c. Identifikasi kekhawatiran pasien

2. Alasan kedatangan 1.1.keluhan utama (reason Keluhan (complaints) dari


pasien of encounter) Fisik, mental
/simptom/ sindrom neuropsikologikososial
klinis yang ditampilkan (walau keluhan tak jelas )

2.2.apa yang diharapkan


pasien atau
keluarganya
3.3.serta apa yang
dikawatirkan pasien
atau keluarganya
3. Analisis Penerapan Diagnosis Holistik pada Skenario
• Aspek personal: batuk berulang, keluhan timbull terutama saat malam hari dan musim
hujan.
• Aspek klinis: asma bronkial.
• Aspek resiko internal:merokok 1 bungkus per hari, riwayat keluarga.
• Aspek resiko eksternal dan psikososial: menggunakan motor sebagai sarana trasportasi
(polusi), tinggal di kawasan padat penduduk, kondisi rumah kurang pencahayaan dan
ventilasi.
• Derajat fungsional: skala 2

4. Pandangan Islam Mengenai Kewajiban Keluarga dalam Merawat Keluarga yang sedang
Sakit

Ada dua hak orang sakit yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat atau keluarganya.
Hak orang sakit yang pertama dan utama adalah bebas dari segala tanggung jawab social yang
normal. Artinya orang yang sedang sakit mempunyai hak untuk tidak melakukan pekerjaan
sehari-hari yang biasa dia lakukan. Hal ini boleh dituntut, namun tidaklah selalu mutlak,
tergantung tingkat keparahan atau tingkat persepsi dari penyakit tersebut. Apabila tingkat
keparahan sakitnya rendah maka orang tersebut mungkin saja tidak perlu menuntut haknya.
Dan seandainya menuntut haknya harus tidak secara penuh. Maksudnya, ia tetap dalam
posisinya tetapi perannya dikurangi, dalam arti volume dan frekuensi kerjanya dikurangi.
Tetapi bila tingkat keparahannya tinggi maka hak tersebut harus dituntutnya, misalnya
menderita penyakit menular. Hak tersebut haruslah dituntut karena bila tidak akan dapat
menimbulkan konsekuensi ganda, yaitu disamping produktivitas kerja menurun atau bahkan
dapat menambah beratnya penyakit.
Hak yang kedua adalah hak untuk menuntut bantuan atau perawatan kepada orang lain.
Didalam masyarakat yang sedang sakit berada dalam posisi yang lemah, lebih-lebih bila
sakitnya berada dalam derajat keparahan yang tinggi. Anggota keluarga dan anggota
masyarakat berkewajiban untuk membantu dan merawatnya. Oleh karena tugas penyembuhan
dan perawatan memerlukan keahlian tertentu, maka tugas ini didelegasikan kelpada lembaga-
lembaga masyarakat atau individu tertentui seperti dokter, perawat, bidan dan petugas lainnya.

Kewajiban keluarga merawat orang sakit :


1. Mengenal gangguan kesehatan setiap anggotanya. Keluarga mempunyai peranan yang
amat penting dalam mengembangkan, mengenal, dan menemukan masalah kesehatan dalam
keluarga sebagai antisipasi menjaga kesehatan dalam keluarganya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Keluarga merupakan pusat
pengambilan keputusan terpenting, termasuk membuat keputusan tentang masalah kesehatan
keluarga. Keluarga dalam tugasnya mengambil keputusan bagi anggota keluarga disebut
sebagai pelayanan rujukan kesehatan primer
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan, yang
menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada

Kewajiban-Kewajiban Orang yang Sakit dalam Islam:


1) Orang yang sakit memiliki kewajiban untuk senantiasa ridha terhadap qadha Allah
Subhanahu wa Ta’ala, bersabar atas taqdir-Nya serta berbaik sangka kepada Rabbnya. Itu yang
lebih baik baginya.
2) Seyogyanya orang yang sedang sakit memiliki perasaan antara rasa takut dan harap, yaitu
takut akan siksa Allah ‘Azza wa Jalla atas dosa-dosanya dan berharap akan rahmat Allah ‘Azza
wa Jalla kepadanya. Sikap ini didasarkan pada hadits dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu
yang mengatakan:

‫{ِ أ َ ِﻧّﻲ أ َْرُﺟﻮ ﱠ‬


َ{ ‫ﺳﻮَل ﱠ‬ ‫ﻒ ﺗ َِﺠﺪَُك ﻗَﺎَل َو ﱠ‬
ُ ‫{ِ ﯾَﺎ َر‬ ِ ‫ب َوُھَﻮ ِﻓﻲ اْﻟَﻤْﻮ‬
َ ‫ت ﻓَﻘَﺎَل َﻛْﯿ‬ ٍّ ‫ﺷﺎ‬ َ ‫ﺳﻠﱠَﻢ دََﺧَﻞ‬
َ ‫ﻋﻠَﻰ‬ َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ُ{ َ ‫ﻲ‬ ‫أ َﱠن اﻟﻨﱠِﺒ ﱠ‬
‫{ُ َﻣﺎ‬ َ ‫ﻋْﺒٍﺪ ِﻓﻲ ِﻣﺜِْﻞ َھﺬَا اْﻟَﻤْﻮِطِﻦ ِإﱠﻻ أ َْﻋ‬
‫ﻄ ﺎه ُ ﱠ‬ ِ ‫ﺳﻠﱠَﻢ َﻻ ﯾَْﺠﺘ َِﻤﻌَﺎِن ِﻓﻲ ﻗَْﻠ‬
َ ‫ﺐ‬ َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬
َ ُ{ َ ِ{ ‫ﺳﻮُل ﱠ‬ ُ ‫ف ذُﻧُﻮِﺑﻲ ﻓَﻘَﺎَل َر‬ُ ‫َوِإﻧِّﻲ أ ََﺧﺎ‬
ُ ‫ﯾَْﺮُﺟﻮ َوآَﻣﻨَﮫُ ِﻣﱠﻤﺎ ﯾََﺨﺎ‬
‫ف‬

3) Seberat apapun sakit yang diderita, tidak boleh baginya untuk berangan-angan ingin mati.
Hal ini karena ada hadits Ummul Fadhl Radhiyallahu’anha, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi wa Sallam pernah datang kepada mereka tatkala ‘Abbas Radhiyallahu’anhu
(paman Rasulullah) menderita sakit, hingga ‘Abbas berangan-angan ingin mati.
4) Jika ia masih memiliki tanggungan atas hak-hak orang lain, hendaklah ia tunaikan kepada
yang berhak apabila hal itu mudah baginya. Jika tidak mudah, hendaklah ia berwasiat (kepada
keluarganya). Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam berkata:
ُ‫ﺿِﮫ أ َْوﻣﺎﻟﮫ ﻓﻠﯿﺆدّه اﻟﯿﮫ ﻗَْﺒَﻞ أ َْن ﯾَﺄﺗﻲ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ ﻻ ﯾﻘﺒﻞ ﻓﯿﮫ ِدﯾﻨَﺎٌر َوﻻ ِدْرَھٌﻢ ِإْن َﻛﺎَن ﻟَﮫ‬ ْ ‫ﺖ ﻋﻨﺪه َﻣ‬
ِ ‫ﻈﻠََﻤﺔٌ ﻻَِﺧﯿِﮫ ِﻣْﻦ ِﻋْﺮ‬ ْ َ‫َﻣْﻦ َﻛﺎﻧ‬
‫ﻋﻠَْﯿِﮫ‬
َ ‫ﺻﺎِﺣِﺒِﮫ ﻓَُﺤِﻤﻠَﺖ‬ َ ‫ﺻﺎِﻟٌﺢ أ ُِﺧﺬَ ِﻣْﻨﮫُ وأﻋﻄﻲ ﺻﺎﺣﺒﮫ َوِإْن ﻟَْﻢ ﯾَُﻜْﻦ ﻟَﮫُ ﻋﻤﻞ ﺻﺎﻟﺢ أ ُِﺧﺬَ ِﻣْﻦ‬
ِ ‫ﺳﯿِّﺌ َﺎ‬
َ ‫ت‬ َ ‫ﻋَﻤٌﻞ‬ َ

“Barang siapa pernah mendhalimi hak saudaranya dalam hal harga diri atau hartanya,
hendaklah ia selesaikan sebelum datang hari kiamat, hari yang tidak diterima dinar tidak pula
dirham. Jika ia punya amalan shalih maka diambil darinya lalu diberikan kepada orang yang
punya hak. Jika ia tidak punya amalan shalih, maka diambil dosa-dosa orang yang
bersangkutan lalu dibebankan kepadanya.”
5) Orang yang sakit hendaknya bersegera untuk menyiapkan wasiat karena ada sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

ُ‫ﺻﯿﱠﺘ ُﮫُ َﻣْﻜﺘ ُﻮﺑَﺔٌ ِﻋْﻨﺪَه‬


ِ ‫ﻲ ِﻓﯿِﮫ ِإﻻ َوَو‬ ِ ‫ﺷْﻲٌء ﯾُِﺮﯾﺪُ أ َْن ﯾُﻮ‬
َ ‫ﺻ‬ َ ُ‫ﺖ ﻟَْﯿﻠَﺘ َْﯿِﻦ و ﻟَﮫ‬ ٍ ‫َﻣﺎ َﺣﱡﻖ اْﻣِﺮ‬
ُ ‫ئ ُﻣْﺴِﻠٍﻢ ﯾَِﺒﯿ‬
“Tidak benar bagi seorang muslim yang bermalam dua malam sedangkan ia punya sesuatu
yang ingin diwasiatkannya kecuali semestinya wasiat itu telah ditulis di sisinya.”
Ibnu Umar Radhiyallahu’anhuma berkata: “Tidaklah berlalu satu malam sejak aku mendengar
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam mengatakan itu kecuali sudah kutulis wasiatku.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim juga Ashabus Sunan maupun yang lain.
6) Wajib baginya untuk memberikan wasiat kepada sanak kerabatnya yang tidak menerima
warisan darinya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

‫ﺻﯿﱠﺔُ ِﻟْﻠَﻮاِﻟﺪَْﯾِﻦ‬
ِ ‫ت ِإْن ﺗ ََﺮَك َﺧْﯿًﺮا اْﻟَﻮ‬ ُ ‫ﻀَﺮ أ ََﺣﺪَُﻛُﻢ اْﻟَﻤْﻮ‬َ ‫ﻋﻠَْﯿُﻜْﻢ ِإذَا َﺣ‬
َ ‫ﺐ‬ َ ‫ُﻛِﺘ‬
‫ﻋﻠَﻰ اْﻟُﻤﺘ ﱠِﻘﯿَﻦ‬
َ ‫ﺎ‬Å‫ف َﺣﻘ‬ ِ ‫َواْﻷ َْﻗَﺮِﺑﯿَﻦ ِﺑﺎْﻟَﻤْﻌُﺮو‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) kematian,
jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiatlah untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya
secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 180)
7) Boleh baginya untuk berwasiat dengan sepertiga hartanya, tidak boleh lebih.
8) Hendaklah dalam berwasiat ini disaksikan oleh dua orang yang jujur yang muslim. Jika
tidak ada maka bisa dengan dua orang (yang jujur) non muslim dengan diminta agar keduanya
bersumpah untuk bisa dipercaya apabila ragu akan persaksiannya.
9) Adapun berwasiat agar hartanya diberikan kepada kedua orang tua dan sanak kerabat
yang berhak menerima warisan dari orang yang meninggalkan warisan itu, maka ini tidak boleh
dilakukan. Karena hal ini sudah dimansukh dengan ayat tentang warisan. Dan telah dijelaskan
pula oleh RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam dengan penjelasan yang paling sempurna,
ketika beliau berkhutbah pada haji Wada’. Kata beliau:

‫ث‬ ِ ‫ﻖ َﺣﻘﱠﮫُ َوﻻ َو‬


ٍ ‫ﺻﯿﱠﺔَ ِﻟَﻮاِر‬ َ ‫{َ أ َْﻋ‬
ٍ ّ ‫ﻄﻰ ُﻛﱠﻞ ِذي َﺣ‬ ‫ِإﱠن ﱠ‬

“Sesungguhnya Allah telah memberikan hak kepada setiap yang punya hak, dan tidak ada
wasiat bagi ahli waris.”
10) Diharamkan membuat wasiat yang mendatangkan mudharat (kerugian) bagi orang lain,
seperti berwasiat agar sebagian ahli waris jangan diberikan hak warisnya atau berwasiat agar
melebihkan sebagian ahli waris atas sebagian yang lain. Hal ini disebabkan adanya firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ َ‫ﺐ ِﻣﱠﻤﺎ ﺗ ََﺮَك اْﻟَﻮاِﻟﺪَاِن َواْﻷ َْﻗَﺮﺑُﻮَن ِﻣﱠﻤﺎ ﻗَﱠﻞ ِﻣْﻨﮫُ أ َْو َﻛﺜ َُﺮ ﻧ‬
‫ﺼﯿﺒًﺎ‬ ٌ ‫ﺼﯿ‬ َ ّ‫ﺐ ِﻣﱠﻤﺎ ﺗ ََﺮَك اْﻟَﻮاِﻟﺪَاِن َواْﻷ َْﻗَﺮﺑُﻮَن َوِﻟﻠ ِﻨ‬
ِ َ‫ﺴﺎِء ﻧ‬ ِ َ‫ِﻟﻠِّﺮَﺟﺎِل ﻧ‬
ٌ ‫ﺼﯿ‬
ً ‫َﻣْﻔُﺮو‬
‫ﺿﺎ‬
“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi wanita
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.” (An-Nisaa’: 7)
11) Wasiat yang lalim (tidak adil) hukumnya batil lagi tertolak, karena adanya sabda
RasulullahShallallahu’alaihi wa Sallam:

ّ‫ﻣﻦ اﺣﺪث ﻓﻲ اﻣﺮﻧﺎ ھﺬا ﻣﺎ ﻟﯿﺲ ﻣﻨﮫ ﻓﮭﻮ رد‬

“Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak ada asal
darinya, maka ia tertolak.”
12) Ketika banyak terjadi kebid’ahan pada sebagian besar kaum muslimin di masa ini. Begitu
pula dalam permasalahan yang berkaitan dengan jenazah. Maka termasuk kewajiban seorang
muslim adalah untuk berwasiat agar disiapkan (urusan kematiannya) dan agar dikuburkan
berdasarkan Sunnah (tuntunan Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam), sebagai pengamalan
terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (At-Tahrim: 6)

Menjenguk Orang Sakit dan Hukumnya


Orang sakit adalah orang yang lemah, yang memerlukan perlindungan dan sandaran.
Perlindungan (pemeliharaan, penjagaan) atau sandaran itu tidak hanya berupa materiil
sebagaimana anggapan banyak orang, melainkan dalam bentuk materiil dan spiritual sekaligus.
Karena itulah menjenguk orang sakit termasuk dalam bab tersebut. Menjenguk si sakit
ini memberi perasaan kepadanya bahwa orang di sekitarnya (yang menjenguknya)
menaruhperhatian kepadanya, cinta kepadanya, menaruh keinginan kepadanya, dan
mengharapkan agar dia segera sembuh. Faktor-faktor spiritual ini akan memberikan
kekuatan dalam jiwanya untuk melawan serangan penyakit lahiriah. Oleh sebab itu, menjenguk
orang sakit, menanyakan keadaannya, dan mendoakannya merupakan bagian dari
pengobatan menurut orang-orang yang mengert. Maka pengobatan tidak seluruhnya bersifat
materiil (kebendaan). Karena itu, hadits-hadits Nabawi menganjurkan "menjenguk orang sakit"
Dari abu musa r.a. berkata, bersabda Rasulullah saw.: jenguklah orang sakit, dan berikanlah
makanan kepada orang yang lapar, dan bebaskanlah tawanan. (H.R. Bukhari)

Hak orang islam terhadap orang islam lainnya ada enam:


1) Apabila engkau berjumpa dengannya berilah salam kepadanya.
2) Apabila ia mengundangmu penuhilah undangnnya itu.
3) Apabila ia meminta nasehat kepadamu, nasehatilah dia.
4) Apabila ia bersin, lalu memuji allah, maka doakanlah ia olehmu.
5) Apabila ia sakit, tengoklah ia, dan apabila ia meninggal dunia, maka iringkanlah dia.
(H.R. Muslim)

Menjenguk orang yang terbaring sakit. Sebagian ulama telah menetapkan menjenguk
orang sakit ini sebagai fardhu kifayah, seperti halnya memberi makan orang yang kelaparan
dan membebaskan tawanan. Jumhur ulama berpendapat bahwa menjenguk ini pada dasarnya
hukumnya sunnah. Namun pada perkembangannya ia menjadi wajib di beberapa kalangan
tertentu.
Perintah menjenguk orang sakit mengandung hikmah, dapat meringankan beban mental
keluarganya, sebagai ungkapan kasih sayang, mengingatkan manusia akan mati, memberikan
dorongan kejiwaan dan menghibur, dan lain-lain.

5. Konsep Keluarga dalam Pandangan Islam


Keluarga muslim adalah keluarga yang meletakkan segala aktivitas pembentukan
keluarganya sesuai dengan syari’at Islam yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Keluarga
tersebut dibangun di atas aqidah yang benar dan semangat untuk beribadah kepada Allah serta
semangat untuk menghidupkan syiar dan adab-adab Islam Islam sebagaimana telah
dicontohkan Rasulullah SAW. Menurut HammudahAbdul Al-Ati dalam bukunya “The Family
Structure in Islam” definisi keluarga dilihat secara operasional adalah: “Suatu struktur yang
bersifat khusus yang satu sama lain mempunyai ikatan khusus, baik lewat hubungan darah atau
pernikahan. Perikatan itu membawa pengaruh pada adanya rasa “saling berharap” (mutual
expectation) yang sesuai dengan ajaran agama, dikukuhkan dengan kekuatan hukum serta
secara individual saling mempunyai ikatan batin”.
Bentuk keluarga yang paling sederhana adalah keluarga inti yang terdiri atas suami istri
dan anak-anak yang biasanya hidup bersama dalam suatu tempat tinggal. Namun demikian
menurut Abdul Al ‘Ati pengertian keluarga tidaklah dibatasi oleh kerangka tempat tinggal.
Sebab anggota sebuah keluarga tidaklah selalu menempati tempat tinggal yang sama. Adanya
rasa saling harap sebagai unsur dalam perikatan keluarga itu lebih penting dari unsur tempat
tinggal.
Pentingnya keharmonisan keluarga yang paling berpengaruh buat pribadi dan
masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran. Alloh dengan
hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia untuk menetap dan tinggal
dengan tentram di dalamnya. FirmanNya:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia mencipatakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan diajadikanNya
diantara kamu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar Ruum [30]: 21)

Tugas Suami
Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu
lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia
akan buntu. Terlalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan
membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita
dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari
rusuk adalah bagian atasnya. Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya.
Dan seandainya kamu biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan
baik." (HR. Bukhari, Muslim). Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat apa
yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi kekurangan mereka.
Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali. Dalam hal ini maka berperilakulah
lemah lembut. Sebab jika ia sudah melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi
dimana sumber-sumber kebahagiaan itu berada.
Allah berfirman;

"Dan bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka
maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Aloh
menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa' [4]: 19)

Tugas Istri
Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui
kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung,
penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami.
Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan
rumahnya. Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin di rumah
suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga mengakui kecakapan suami
dan tiada mengingkari kebaikannya. Untuk itu seyogyanya memaafkan kekeliruan dan
mangabaikan kekhilafan. Jangan berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati
ketika ia pergi. Dalam hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha
kepadanya maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu Majah)
Ada juga yang mengungkapkan beberapa karakteristik yang harus terwujud dalam
sebuah keluarga yang menjadikannya layak disebut sebagai model keluarga muslim.
Karakteristik tersebut adalah:
• Keluarga yang dibangun oleh pasangan suami-istri yang shalih.
• Keluarga yang anggotanya punya kesadaran untuk menjaga prinsip dan norma Islam.
• Keluarga yang mendorong seluruh anggotanya untuk mengikuti fikrah islami.
• Keluarga yang anggota keluarganya terlibat dalam aktivitas ibadah dan dakwah, dalam
bentuk dan skala apapun.
• Keluarga yang menjaga adab-adab Islam dalam semua sisi kehidupan rumah tangga.
• Keluarga yang anggotanya melaksanakan kewajiban dan hak masing-masing.
• Keluarga yang baik dalam melaksanakan tarbiyatul aulad (proses mendidik anak-anak).
• Keluarga yang baik dalam mentarbiyah khadimah (mendidik pembantu).

Hak dan Kewajiban Anak


• Kewajiban Anak Terhadap Orang Tua
Pada dasarnya, kewajiban seorang anak merupakan hak bagi orang tua begitu pula
sebaliknya hak anak adalah merupakan kewajiban dari orang tua sendiri. Diantara kewajiban
anak untuk berbakti pada orang tuanya dibagi menjadi dua yaitu ketika mereka masih hidup
dan sesudah mereka wafat.

Saat Orang Tua Masih Hidup

1) Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah.


Ta’at, patuh dan hormat pada kedua orang tua merupakan kewajiban bagi setiap anak
Adam(manusia). Sedangkan mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan,
kecuali jika mereka menyuruh untuk berbuat syirik atau bermaksiat kepada Allah. Allah
berfirman, artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,
dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….”
Rasulullah SAW. bersabda, “Tidak ada ketaatan untuk mendurhakai Allah.
Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam melakukan kebaikan”. Adapun contoh bentuk ketaatan
pada orang tua diantaranya:
a) Apabila orang tua meminta makan maka anak wajib memberikan
b) Memberikan sesuatu yang diinginkan orang tua baik yang diminta atupun tidak
c) Segera mendatangi panggilan orang tua
d) Melaksanakan semua perintah orang tua asalkan buka perintah maksiat
e) Tidak membentak, menghardik, memukul bahkan membunuh orang tua meskipun orang
tua salah.
Berbakti terhadap kedua orang tua dapat direalisasikan dengan berbagia bentuk. Di
antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat
menyakiti mereka, walaupun berupa isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara
melebihi suara mereka, mendahulukan keperluan orang tua dari pada keperluan pribadi.

2) Berbakti terhadap kedua orang tua dapat direalisasikan dengan berbagai


bentuk. Diantara wujud lain dari pada bakti pada orang tua diantaranya:
a) Tidak berkata “ah” dan tidak mengeraskan suara melebihi suara orang tua
b) Tidak mendahului jalan orang tua
c) Mendahulukan keperluan orang tua dari pada keperluan pribadi
d) Tidak berkata kasar

3) Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya.
Amat penting kedudukan izin kepada orang tua dalam masalahjihad. Seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah
apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu masih mempunyai
kedua orangtua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau bersabda, ‘Berjihadlah
(dengan cara berbakti) kepada keduanya’.

4) Memberikan nafkah kepada orang tua


Beberapa ayat dalam Al Qur’an yang membahas tentang hal ini adalah Al Baqarah ayat
15 dan Ar-Rum ayat 38. Rasulullah SAW. pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia
berkata, “Ayahku ingin mengambil hartaku”. Nabi SAW. bersabda, “Kamu dan hartamu
adalah milik ayahmu.”
Oleh sebab itu, hendaknya seorang anak tidak bersikap bakhil (kikir) terhadap orang
yang menyebabkan keberadaan dirinyaatas izin Allah, memeliharanya ketika kecil, serta telah
berbuat baik kepadanya.

5) Memenuhi sumpah/nadzar kedua orang tua


Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara tertentu yang di dalamnya tidak
terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya
karena hal itu termasuk hak mereka.
6) Mendahulukan berbakti kepada ibu dari pada ayah.

:‫ ﻋﻦ أﺑﻲ ھﺮﯾﺮة رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎل‬،‫ ﻋﻦ أﺑﻲ زرﻋﺔ‬،‫ ﻋﻦ ﻋﻤﺎرة ﺑﻦ اﻟﻘﻌﻘﺎع ﺑﻦ ﺷﺒﺮﻣﺔ‬،‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺟﺮﯾﺮ‬:‫ﺟﺎء ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻗﺘﯿﺒﺔ ﺑﻦ ﺳﻌﯿﺪ‬
:‫ ﺛﻢ ﻣﻦ؟ ﻗﺎل‬:‫ ﻗﺎل‬.(‫ )أﻣﻚ‬:‫ ﻣﻦ أﺣﻖ اﻟﻨﺎس ﺑﺤﺴﻦ ﺻﺤﺎﺑﺘﻲ؟ ﻗﺎل‬،‫ ﯾﺎ رﺳﻮل ﷲ‬:‫رﺟﻞ إﻟﻰ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل‬
.‫ ﻣﺜﻠﮫ‬:‫ ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ زرﻋﺔ‬:‫وﻗﺎل اﺑﻦ ﺷﺒﺮﻣﺔ وﯾﺤﯿﻰ ﺑﻦ أﯾﻮب‬.(‫ )ﺛﻢ أﺑﻮك‬:‫ ﺛﻢ ﻣﻦ؟ ﻗﺎل‬:‫ ﻗﺎل‬.(‫ )ﺛﻢ أﻣﻚ‬:‫ ﺛﻢ ﻣﻦ؟ ﻗﺎل‬:‫ ﻗﺎل‬.(‫)ﺛﻢ أﻣﻚ‬
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa
yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki
itu bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu
kembali bertanya, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi?
Tanyanya. “Ayahmu,” jawab beliau.”
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu dari pada ayah. Sebab, menaati ayah
lebih didahulukan jika keduanya menyuruh pada waktu yang sama dan dalam hal yang
dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.

7) Mendahulukan berbakti pada orang tua dari pada berbuat baik pada istri
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah kisah tiga orang yang terjebak
di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar kemudian mereka bertawasul dengan amal baik
mereka, di antara amal mereka, ada yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang
tuanya, walaupun anak dan istrinya membutuhkan. Begitupula dengan kisah Alqomah

8) Mendo’akan kedua orang tua.


Merupakan perihal yang sangat urgen sebab do’a juga merupakan wujud ungkapan
terimakasih anak terhadap orang tua. Ayat Al-Qur’an yang membahas tentang kewajiban
mendoakan keduanya salah satunya adalah firman Allah SWT :

ِ ّ ‫ﺾ ﻟَُﮭَﻤﺎ َﺟﻨَﺎَح اﻟﺬﱡ ِّل ِﻣَﻦ اﻟﱠﺮْﺣَﻤِﺔ َوﻗُْﻞ َر‬


َ ‫ب اْرَﺣْﻤُﮭَﻤﺎ َﻛَﻤﺎ َرﺑﱠﯿَﺎِﻧﻲ‬
‫ﺻِﻐﯿًﺮا‬ ْ ‫َواْﺧِﻔ‬
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil".

9) Memelihara orang tua


Ayat yang membahas tentang hal ini adalah surat Al-Isra’ ayat 23 dan Al-Ahqaf ayat 15
Ketika Orang Tua Telah Meninggal
Ada beberapa kewajiban yang dilakukan anak terhadap orang tuanya ketika mereka sudah tiada
diantaranya:
1) Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan untuknya, karena ini merupaka bukti
kebaktian anak terhadap orang tuanya sebelum dikebumikan.
2) Memohonkan ampun untuk keduanya. Karena do’a yang yang masih bisa menjadi amal
jariyah adalah do’a anak sholeh terhadap orang tuanya. Namun anak yang dimaksud anak di
sini tidak hanya anak kandung saja tapi anak tiri, ataupun anak angkatpun bisa. Karena dalam
doa kita juga dianjurkan untuk mendoakan semua orang muslim.
3) Melanjutkan amalan baik yang belum sempat dilakukan mereka semasa hidup karena
demikian itu akan menjadi amalan jariyah bagi orang tua meskipun telah memenuhi
panggilanya.
4) Menunaikan janji, hutang dan wasiat orang tua yang belum terlaksana.
5) Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang
anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya
meninggal”.
6) Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat ibu dan ayah
Rasulullah SAW. bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang
ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah
ia meninggal.”

• Hak-hak yang harus diperoleh anak


1) Hak Mendapatkan Rasa Kasih Sayang
Banyak hal yang bisa menjadi ungkapan kasih sayang, hal yang demikian tak
ditinggalkan oleh syariat, hingga didapati banyak contoh dari Rasulullah SAW, bagaimana
beliau mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak.
Satu contoh yang beliau berikan adalah mencium anak-anak. Bahkan beliau mencela
orang yang tidak pernah mencium anak-anaknya. Kisah-kisah tentang ini bukan hanya satu
dua. Di antaranya dituturkan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
‫ﻋْﺸَﺮة ً ِﻣَﻦ‬
َ ‫ ِإﱠن ِﻟْﻲ‬: ‫ع‬ُ ‫ ﻓَﻘَﺎَل اﻷ َْﻗَﺮ‬،‫ﺴﺎ‬ ُ ‫ﻲ ِ َوِﻋْﻨﺪَهُ اﻷ َْﻗَﺮ‬
ً ‫ع ْﺑُﻦ َﺣﺎِﺑِﺲ اﻟﺘ ﱠِﻤْﯿِﻤﻲ َﺟﺎِﻟ‬ ّ ‫ﻋِﻠ‬
َ ‫ﺴَﻦ ْﺑَﻦ‬ َ ‫ﺳﻠﱠَﻢ اْﻟَﺤ‬ َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ‫ﻰ ﷲ‬
‫ﺻﻠ ﱠ‬ ُ ‫ﻗَﺒﱠَﻞ َر‬
َ ِ‫ﺳﻮُل ﷲ‬
‫ َﻣْﻦ ﻻَ ﯾَْﺮَﺣْﻢ ﻻَ ﯾُْﺮَﺣْﻢ‬:‫ﺳﻠﱠَﻢ ﺛ ُﱠﻢ ﻗَﺎَل‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ‫ﻰ ﷲ‬‫ﺻﻠ ﱠ‬ َ ِ‫ﺳﻮُل ﷲ‬ َ َ‫ ﻓَﻨ‬. ‫ﺖ ِﻣْﻨُﮭْﻢ أ ََﺣﺪًا‬
ُ ‫ﻈَﺮ ِإﻟَْﯿِﮫ َر‬ ُ ‫اﻟَﻮﻟَِﺪ َﻣﺎ ﻗَﺒﱠْﻠ‬.
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium Al-Hasan bin 'Ali, sementara Al-
Aqra' bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka Al-Aqra' berkata, "Aku memiliki
10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang kucium." Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memandangnya, lalu bersabda, "Siapa yang tidak menyayangi,
maka dia tidak akan disayangi."
Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yang shalih dari kalangan
shahabat radhiallahu 'anhum, hal ini pun ditemukan di kalangan mereka. Bahkan dilakukan
oleh shahabat yang paling mulia, Abu Bakr Ash-Shiddiqradhiallahu 'anhu. Ketika Abu
Bakr radhiallahu 'anhu tiba di Madinah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam
hijrah, dia mendapati putrinya, 'Aisyah radhiallahu 'anha sakit panas. Al-Barra' bin
'Azibradhiallahu 'anhu yang menyertai Abu Bakr saat menemui putrinya mengatakan:
ِ ‫ﻒ أ َْﻧ‬
‫ﺖ ﯾَﺎ ﺑُﻨَﯿﱠﺔ‬ َ ‫ َﻛْﯿ‬: ‫ﺖ أ َﺑَﺎَھﺎ ﯾُﻘَِﺒُّﻞ َﺧﺪﱠَھﺎ َوﻗَﺎ َل‬ َ َ ‫ﻄِﺠﻌَﺔٌ ﻗَْﺪ أ‬
ُ ‫ ﻓََﺮأ َْﯾ‬،‫ﺻﺎﺑَﺘَْﮭﺎ ُﺣﱠﻤﻰ‬ ْ ‫ﺸﺔُ اْﺑﻨَﺘ ُﮫُ ُﻣ‬
َ ‫ﻀ‬ َ ‫ ﻓَﺈِذَا‬،‫ﻋﻠَﻰ أ َْھِﻠِﮫ‬
َ ‫ﻋﺎِﺋ‬ ُ ‫ﻓَﺪََﺧْﻠ‬
َ ‫ﺖ َﻣَﻊ أ َِﺑْﻲ ﺑَْﻜٍﺮ‬
‫؟‬
"Kemudian aku masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata 'Aisyah putrinya
sedang berbaring, terserang penyakit panas. Maka aku melihat ayah 'Aisyah mencium pipinya
dan berkata, 'Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?'."
Inilah kasih sayang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, seorang ayah yang paling
mulia di antara seluruh manusia. Tak segan-segan beliau mendekap dan mencium putra-putri
dan cucu-cucunya. Begitu pun yang beliau ajarkan kepada seluruh manusia.

2) Hak untuk memperoleh kehidupan


Problematika perekonomian seakan menjadi momok yang menakutkan bagi calon
orang tua bahkan orang tua sekalipun. Banyak sekali orang tua yang mnelantarkan anak yang
telah dilahirkan sendiri dari rahimnya. Bahkan tak sedikit pula yang membiarkan anaknya
merasakan kehidupan dunia ini.
Allah berfirman:
“Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan memberikan rizqi
kepadamu dan kepada mereka.”

3) Hak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI)


Wajib bagi seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman Allah
yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan.
Sebuah riwayat disampaikan oleh 'Umar bin Al-Khaththab radhiallahu 'anhu:
َ ‫ﻲ ِ أ ََﺧﺬَﺗْﮫُ ﻓَﺄ َْﻟ‬
ُ‫ﺼﻘَﺘْﮫ‬ ّ ‫ﺴِﺒ‬
َ ‫ﺎ ِﻓﻲ اﻟ‬Å‫ﺻِﺒﯿ‬
َ ‫ت‬ ُ ُ‫ﻲ ِ ﺗ ّْﺤﻠ‬
ْ َ‫ﺐ ﺛ َﺪَْﯾَﮭﺎ ﺗ َْﺴﻘَﻰ ِإذَا َوَﺟﺪ‬ َ ‫ ﻓَﺈِذَا اْﻣَﺮأ َة ٌ ِﻣَﻦ اﻟ‬، ‫ﻲ‬
ّ ‫ﺴِﺒ‬ َ ‫ﺳﻠﱠَﻢ‬
‫ﺳِﺒ ﱞ‬ َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ َ‫ﻰ ﷲ‬
‫ﺻﻠ ﱠ‬ ّ ‫ﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠِﺒ‬
َ ِ‫ﻲ‬ َ ‫ﻗَِﺪَم‬
َ‫ﻋﻠَﻰ أ َْن ﻻ‬ َ ‫ َوِھ‬، َ‫ ﻻ‬: ‫طﺎِرَﺣﺔٌ َوﻟَﺪََھﺎ ِﻓﻲ اﻟﻨﱠﺎِر؟ ﻗُْﻠﻨَﺎ‬
َ ‫ﻲ ﺗ َْﻘِﺪُر‬ َ ‫ أ َﺗ ََﺮْوَن َھِﺬِه‬:‫ﺳﻠﱠَﻢ‬
َ ‫ﻋﻠَْﯿِﮫ َو‬
َ ُ‫ﻰ ﷲ‬
‫ﺻﻠ ﱠ‬ ‫ ﻓَﻘَﺎَل اﻟﻨﱠِﺒ ﱡ‬. ُ‫ﺿﻌَﺘْﮫ‬
َ ‫ﻲ‬ ْ َ‫ِﺑﺒ‬
َ ‫ﻄِﻨَﮭﺎ َوأ َْر‬
ْ َ ‫ﺗ‬.
‫ُ أ َْرَﺣُﻢ ِﺑِﻌﺒَﺎِدِه ِﻣْﻦ َھِﺬِه ِﺑَﻮﻟَِﺪَھﺎ‬åَ‫ ﱠ‬: ‫ ﻓَﻘَﺎَل‬. ُ‫ﻄَﺮُﺣﮫ‬
"Datang para tawanan di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Ternyata di antara
para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya penuh dengan air susu. Setiap dia dapati
anak kecil di antara tawanan, diambilnya, didekap di perutnya dan disusuinya. Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bertanya, "Apakah kalian menganggap wanita ini akan
melemparkan anaknya ke dalam api?" Kami pun menjawab, "Tidak. Bahkan dia tak akan kuasa
untuk melemparkan anaknya ke dalam api." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh Allah lebih penyayang daripada wanita ini terhadap anaknya."

4) Hak untuk mendapat nama yang baik dari orang tua


Pemberian nama yang baik bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan
terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini tidak
selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah sebuah
do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak mampu berperilaku baik sesuai
dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan telah
mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang kita inginkan,
maka kita kembalikan kepada Allah SWT. Nama yang baik dengan akhlak yang baik, itulah
yang diharapkan oleh setiap orang tua.

5) Hak mendapat aqiqohan dari orang tua.


Aqiqah hukumnya sunnah muakkadh (sangat dianjurkan) bagi yang mampu
melakukannya, berdasarkan sabda Nabi SAW
."‫ وﯾﺴﻤﻰ‬،‫ وﯾﺤﻠﻖ‬،‫ ﺗﺬﺑﺢ ﻋﻨﮫ ﯾﻮم ﺳﺎﺑﻌﮫ‬:‫"ﻛﱡﻞ ﻏﻼٍم رھﯿﻨﺔٌ ﺑﻌﻘﯿﻘﺘﮫ‬
“Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya yang disembelih paa hari ketujuh (sejak kelahiran
anaknya), lalu dinamai dan dicukur rambutnya.

6) Hak mendapat pendidikan


Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Bahkan
ibu merupakan madrasah awal bagi putra putrinya. Dia senantiasa mendidik anak-anaknya
dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik
anak bukanlah sekedar kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi
merupakan kewajiban dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya,
seperti mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan mendidik anak itu
mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi penerus yang akan
menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh yang akan memenuhi bumi ini
dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan kejayaan. Bak dan tidaknya seorang anak juga
ada pengaruhnya terhadap peran orang tua. Karena pada dasarnya anak itu terlahir dalam
keadaan fitrah, jadi yang menjadikan anak tersebut islam ataupun kafir adalah orang tuanya.
Hak dan Kewajiban Orang Tua
• Kewajiban Orang tua kepada Anak

1) Berdoa sebelum bercampur dengan istri, sehingga jika Allah takdirkan dari pencampuran
tadi, si istri hamil, maka anaknya menjadi anak yang soleh.
2) Mengikuti rosulullah dalam menyambut kelahiran anak.
3) tinggal di lingkungan yang islami
4) Memberi nama yang baik
5) Ibu hendaknya Menyusui anaknya
6) Mengasuh dan membimbing anak (bukan diasuh oleh pembantu).
7) Mengkhitan si anak
8) Mengajari alquran, sholat,puasa, adab dan etika
9) Mengajari anak naik kuda, berenang dan memanah.
10) Memberi nafkah dari rezeki yang halal sampai si anak mandiri atau menikah.
11) Memilihkan teman yang baik.
12) berbuat adil kepada semua anak anaknya.
13) Menjadi contoh yang baik bagi anaknya.
14) Mencarikan pendamping hidup yang sholeh bagi anaknya.

• Hak-hak Orang Tua


Yang dimaksud dengan hak-hak orang tua di sini adalah kewajiban-kewajiban yang
harus ditunaikan seorang anak terhadap orang tuanya. Ada banyak hak orang tua atas anak,
yang paling penting di antaranya adalah :
1) Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Hal itu ditunjukkan melalui perkataan,
perbuatan, harta, dan badan.
2) Menaati perintah keduanya kecuali dalam hal-hal yang sifatnya maksiat.
3) Berbicara kepada mereka berdua dengan penuh kelembutan dan sopan santun.
4) Tawadhu’ (rendah diri) dan tidka boleh bersikap sombong di hadapan keduanya.
5) Banyak berdo’a dan memohon ampun untuk mereka berdua, terlebih di saat keduanya
telah meninggal dunia.
6) Memelihara nama baik, kehormatan, dan harta mereka berdua.
7) Melakukan perbuatan yang membuat mereka senang tanpa harus ada perintah terlebih
dahulu.
8) Menghormati teman-teman mereka berdua semasa mereka masih hidup, dan begitu juga
setelah matinya.
9) Segera memenuhi panggilan mereka berdua

Hak dan Kewajiban Antar Keluarga


• Hak Kerabat dan Sanak Keluarga
1) Dikunjungi/silaturahim
Dalil hadits: “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya maka hendaklah
dia takut kepada Allah dan bersilaturahim kepada kerabat.” (HR. Ahmad dan Al Hakim)
2) Selamat dari tangan dan lisannya. Maksudnya adalah tidak digunjingkan dan dianiaya.
3) Bersedekah/memberi hadiah
“Shadaqah yang paling utama adalah kepada kerabat yang memutuskan kekerabatan.” (HR.
Ahmad, Thabrani dan Baihaqi)

Daftar Pustaka

Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.Jakarta : EGC.

Goldenberg, I., & Goldenberg, H. (2008). Family therapy: An overview. Belmont, CA:
Thomson Brooks/Cole.

Sudiharto. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta:EGC.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Sloane, P.D., Slatt, L.M., Ebell, M.H., & Jacques, L.B. (2002). Essential ofFamily Medicine
(4th Ed.). Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins (page 24)
McDaniel, S., Campbell, T.L., Hepworth, J., & Lorenz, A. (2005). Family - Oriented Primary
Care (2nd Ed.). New York: Springer (page 42)

Undang-Undang RI no 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Available at :


http://www.bkn.go.id/bapek/peraturan/undang-undang-uu/82-uu-no-1-tahun-1974-tentang-
perkawinan.html (Last Update: 2013, December 11)

Hak dan Kewajiban Orang Tua. Available at : http://roudhotulilmi.blogspot.com/2011/11/hak-


dan-kewajiban-orang-tua.html (Last Update 2013, December 12)

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829 Menkes SK/VII/1999 Tentang Persyaratan


Kesehatan Perumahan. Available at : http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-
04.pdf (Last Update 2013, December 11)

Kewajiban-Kewajiban Orang Sakit. Available at : http://darussunnah.or.id/artikel-


islam/nasehat/kewajiban-kewajiban-orang-sakit/ (Last Update 2013, December 11)

Kewajiban Orang Tua dan Anak dalam Islam. Available at: http://al-islam-
indonesia.blogspot.com/2012/05/kewajiban-orang-tua-dan-anak-dalam.html (Last Update
2013, December 12)

http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-keluarga.html

http://ikanpaus09.blogspot.com/2011/03/genogram.html

http://oncomko.multiply.com/journal/item/83/Dinamika_Keluarga..._ilmu_lagie..nie...?&item
_id=83&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

Anda mungkin juga menyukai