Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIK STROKE

KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Otak sangat

sensitif terhadap perdarahan, dan kerusakan dapat terjadi dengan sangat cepat.

Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga menyebabkan

pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut hematoma.

Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang tengkorak.

Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :

Intracerebral hemoragik, pendarahan terjadi di dalam otak.

Subarachnoid hemoragik, pendarahan di daerah antara otak dan


jaringan tipis yang menutupi otak.
2. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi


sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan
edema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi
karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa
keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta


berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan
dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
- Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.

- Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian


melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan.
Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit


meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
Arteritis( radang pada arteri ).
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD)

b. Myokard infark
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan

ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu


waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.

d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan


terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang

subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi

karena atherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak

menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat

mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang


berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan,
sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
- Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
- Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
- Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
- Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.

- Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan


penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
- Hipertensi yang parah
- Cardiac Pulmonary Arres
- Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
- Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
3. Patofisiologi
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 cm

mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa

hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-

arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arterio talamus (talamo

perforate arteries) dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilaris

mengalami perubahan-perubahan degenaratif yang sama. Kenaikan darah yang

“abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat menginduksi

pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.

Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut


sampai dengan 6 jam dan jika volumenya besarakan merusak struktur
anatomi otak dan menimbulkan gejala klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat

merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada
keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi.
Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak,


dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus
perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.

Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat


menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar
menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko
kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-
60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah
5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal
4. Manifestasi Klinis

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan


dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba,
tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul
dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke
waktu. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis,


koma). Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
Kesulitan menelan.
Kesulitan menulis atau membaca.
Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur,
membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
Kehilangan koordinasi.
Kehilangan keseimbangan.
Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan

menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.

Mual atau
muntah. Kejang.

Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti


penurunan sensasi. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
5. Komplikasi
TIK meningkat

Aspirasi

Atelektasis

Kontraktur

Disritmia jantung

Malnutrisi

Gagal napas
6. Penatalaksanaan Stroke

Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis


sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :

- Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan


lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernafasan.
- Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
- memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin

pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan
muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang
masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
(2) MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.

(3) Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan


seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
(4) Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke.
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
(2) Pemeriksaan darah rutin

(3) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi


hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
(4) Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
2. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan


perdarahan intracerebral.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia
3. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan
penekanan pada saraf sensori, penurunan penglihatan
4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah otak

5. Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,


intake cairan yang tidak adekuat

6. Resiko gangguan nutrisi berhubungan dengan kelemahan otot


mengunyah dan menelan

7. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan


hemiparese/hemiplegi
8. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama

9. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan


dengan penurunan refleks batuk dan menelan.
10. Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang berhubungan dengan

penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi

3. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan merupakan mata rantai antara penetapan

kebutuhan klien dan pelaksanaan keperawatan. Dengan demikian rencana

asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat

mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan

kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan.

Rencana asuhan keperawatan disusun dengan melibatkan klien


secara optimal agar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan terjalin
suatu kerjasama yang saling membantu dalam proses pencapaian tujuan
keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah :

a Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan


perdarahan intra cerebral
1) Tujuan :

2) Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala
- GCS 456

- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu:


36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)

3) Rencana tindakan

a) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-


sebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
b) Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

c) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan


intrakranial tiap dua jam

d) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak


jantung (beri bantal tipis)

e) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan


berlebihan
f) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
g) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
neuroprotektor
4) Rasional
a) Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
b) Untuk mencegah perdarahan ulang

c) Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien


secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat

d) Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage


vena dan memperbaiki sirkulasi serebral

e) Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra


kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang

f) Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan


kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenangan mungkin
diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam
kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya
g) Memperbaiki sel yang masih viabel
(sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
4) Rasional :

a) Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dari


distensi kandung kemih yang berlebih

b) Pembatasan cairan pada malam hari dapat membantu


mencegah enuresis
c) Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih

d) Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk


menampung volume urine sehingga memerlukan untuk
lebih sering berkemih

e) Hidrasi optimal diperlukan untuk mencegah infeksi saluran


perkemihan dan batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Vol II. EGC. Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8, EGC,
Jakarta.

Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2000). Rencana Asuhan


Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Harsono. (2000). Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Medicostere. (2007). Gejala, Penyebab Akibat Stroke. Diakses tanggal 7 Mei 2012.
<http://medicastore.com/brown_seaweed/gejala_sebab_stroke.htm>.

Price S.A., Wilson L.M. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 4, Buku II, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai