Pengolahan Limbah
Pengolahan Limbah
id/juvenil Juvenil
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
http://doi.org/10.21107/juvenil.v2i3.11753
ABSTRAK
Kota Sidoarjo terkenal dengan industri udang baik pembekuan ataupun pengolahan lainnya. Industri
pembekuan udang pada umumnya menghasilkan limbah cair yang memiliki kandungan parameter
seperti pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total
Suspended Solid), minyak dan lemak yang tinggi sehingga dapat mencemari lingkungan khususnya
sungai, apabila tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke badan perairan. Tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengidentifikasi kualitas air limbah industri pembekuan udang yang dibuang ke perairan sungai
dan menganalisis nilai indeks pencemaran Sungai di Kabupaten Sidoarjo. Metode penelitian dilakukan
dengan mengambil sampel di badan sungai yang terdapat pembuangan limbah pembekuan udang dan
pada outlet limbah cair pembekuan udang. Sampel yang terambil dilakukan pengukuran parameter
COD, BOD, Ammonia, TSS, minyak dan lemak, pH, DO, dan suhu. Kemudian menganalisis indeks
mutu pencemaran pada sungai berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115
Tahun 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair industri pembekuan udang berpengaruh
pada parameter COD, pH, DO, dan suhu, sedangkan untuk nilai indeks pencemaran pada sungai yang
terdapat limbah pembekuan udang masuk dalam kategori tercemar berat.
202
Juvenil, 2(3), 202-211, (2021)
kandungan parameter seperti pH, COD, BOD, Pengambilan sampel air ini dilakukan setiap
TSS, dan minyak dan lemak yang tinggi seminggu sekali dengan 4 kali pengambilan.
sehingga dapat mencemari sungai jika tidak
diolah dengan baik sebelum dibuang ke badan Analisis sampel air dilakukan di laboratorium
perairan. Hal ini tidak hanya menambah nilai Pengelolaan Kualitas Air Universitas Trunojoyo
bagi pengolah industri, tetapi juga dapat Madura. Parameter kualitas air yang diukur
berdampak pada masalah lingkungan, pada penelitian ini adalah pH, COD (Chemical
terutama masalah bau, yang dapat merugikan Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen
warga sekitar (Muflida 2014). Demand), Amonia, TSS (Total Suspended
Solid), minyak dan lemak.
Bau busuk akibat tingginya ammonia dari
bahan buangan dapat dihasilkan oleh industri Pengukuran pH dilakukan dengan
pengolah hasil laut yang berasal dari menggunakan pH meter, DO dilakukan dengan
dekomposisi bahan organik dan menghasilkan menggunakan DO meter dan suhu dilakukan
asam lemak. Nilai COD juga akan tinggi akibat dengan menggunakan thermometer,
penggunaan bahan kimia seperti klorin, sedangkan pengukuran COD dilakukan
antioksidan, dan zat lainnya dapat dengan metode spektrofotometer sesuai
mengakibatkan pencemaran (Maufilda, 2014) prosedur menurut SNI 06-6989.2-2004, BOD
dan juga bahan lainnya. Buangan ini akan dilakukan dengan menggunakan metode
berakibat terhadap kualitas air sungai yang
winkler sesuai SNI 06-6989.14-2004, Amonia
menjadi lokasi pembuangan limbah tersebut.
Dampak limbah ini selain akan menyebabkan dengan metode spektrofometri sesuai SNI 06-
penurunan kualitas air juga akan berdampak 6989.30-2005, TSS dengan menggunakan
pada biota yang menempati badan perairan metode gravimetri sesuai SNI no 06-6989.3-
tersebut. Berdasarkan hal ini, sehingga 2004, Minyak dan lemak dengan menggunakan
dibutuhkan penelitian untuk mengetahui metode gravimetri sesuai SNI 06-6989.10-
pengaruh limbah cair industry pembekuan 2004.
udang terhadap kualitas air sungai dan
menganalisis nilai indeks pencemaran Sungai Analisa Data
yang ada di Kawasan industry kabupaten
Sidoarjo. Setelah data diperoleh dari hasil analisis
laboratorium, dilakukan tabulasi dan analisis
MATERI DAN METODE data. Untuk menentukan status mutu perairan
Pengambilan Sampel sungai dilakukan penghitungan Indeks
Pencemaran dengan menggunakan metode
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Desember perhitungan berdasarkan Keputusan Menteri
2020 sampai Januari 2021. Penelitian ini Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003
dilakukan dengan menggunakan metode tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air,
purposive sampling yaitu strategi pengumpulan dengan nilai baku mutu berdasarkan Peraturan
sumber data dengan pertimbangan atau tujuan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang
tertentu. Lokasi pengambilan sampel Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
diasumsikan memiliki ciri yang berbeda-beda. Pencemaran Air golongan III. Adapun
Lokasi pengambilan sampel ini dilakukan di persamaan nilai Indeks Pencemaran (PIj) yang
perairan sungai Kabupaten Sidoarjo yang di digunakan adalah:
bantaran sungai terdapat industry pembekuan
udang. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 (𝐶𝑖 /𝐿𝑖𝑗 )2𝑚 + (𝐶𝑖 /𝐿𝑖𝑗 )2𝑅
titik pengambilan yaitu 3 titik yang ada di area 𝑃𝑙𝑗 = √
sungai dimana titik 1) merupakan lokasi yang 2
sebelum terjadi pembuangan limbah industry Dimana:
pembekuan udang(±500m sebelum Point
source), titik 2) area dekat dengan (Ci/Lij)M= Nilai rata-rata dari jumlah
pembuangan limbah (±2m) dan titik 3) pada konsentrasi parameter yang diuji
area sekitar 300m setelah pembuangan (Ci/Lij)R = Nilai maksimal dari hasil pembagian
limbah, sedangkan titik 4) merupakan air hasil konsentrasi dengan nilai baku
limbah yang akan masuk ke badan sungai. mutu
Pengambilan sampel air dilakukan dengan Evaluasi hasil dari hasil Indeks Pencemaran
mengambil air secara horizontal (kiri, tengah, yaitu:
dan kanan) masing-masing sebanyak 1 liter lalu 0< IP<1 = tidak tercemar
dila dan dihomogenkan. Sampel yang sudah 1< IP <5 = tercemar ringan
terambil dilakukan pengawetan sampel untuk 5<IP≤10 = Tercemar sedang
analisis parameter di laboratorium. IP>10 = Tercemar berat
203
Komalasari dan Abida, Pengaruh Pembuangan Limbah Cair
Untuk melihat hubungan seberapa besar pada tiap titiknya. Pada Tabel 1 menunjukkan
pengaruh pembuangan limbah pembekuan bahwa semua titik sungai melebihi standar
udang terhadap parameter kualitas perairan baku mutu karena melebihi nilai 50 mg/L.
sungai maka dilakukan analisis regresi dengan Begitupun dengan nilai COD pada sampel air
menggunakan Microsoft Excel. Hasil limbah juga melebihi standar baku mutu yaitu
interpretasi nilai R akan menunjukkan nilai diatas nilai 200 mg/L. Standar baku mutu yang
Koefisien determinasi = r² adalah koefisien ditetapkan yaitu mengacu pada Peraturan
penentu, yaitu kuatnya hubungan variable (Y) Pemenrintah nomor 82 tahun 2001 tentang
ditentukan oleh variable (X) sebesar r² Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
(Supranto 1981). Pencemaran Air untuk sungai kelas 3.
Sedangkan untuk standar baku mutu untuk air
HASIL DAN PEMBAHASAN limbah kali ini sesuai standar baku mutu
Chemical Oxygen Demand (COD) Pemerintah Gubernur Jawa Timur nomor 72
tahun 2013 tentang Industri Cold Storage.
Nilai Chemical Oxygen Demand (COD) pada
lokasi pengamatan memiliki nilai yang berbeda
Tabel 1 Nilai COD (mg/L) Hasil Penelitian
NILAI COD BAKU
Minggu ke
BAKU MUTU SUNGAI MUTU
TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3 LIMBAH
LIMBAH
1 271.8 271.5 268 265 50 200
2 182 214 183 224 50 200
3 272 274 261 210 50 200
4 221 256 236 227 50 200
Rerata 236.7 253.8 237 231.5 50 200
200
150
NILAI COD TITIK 3
100
50 NILAI COD LIMBAH
0
1 2 3 4
NILAI COD RATA
MINGGU KE- RATA
Berdasarkan Tabel 1. diatas menunjukkan nilai titik 1(sebelum pembuangan limbah) air sungai
rata-rata COD mempunyai kisaran yang sudah memiliki kandungan COD yang tinggi,
melebihi baku mutu untuk limbah itu sendiri dan yang diduga diakibatkan oleh pembuangan
juga menunjukkan pada titik pengamatan limbah domestik atau limbah industri lainnya,
kedua mempunyai nilai rata-rata tertinggi yaitu sehingga pada saat bercampur dengan limbah
sebesar 253,8 mg/L. Hal ini karena pada titik industri pembekuan udang, kandungan COD
kedua merupakan titik sampling yang dekat semakin tinggi. Sara et al., (2018) juga
dengan pintu outlet limbah pabrik. Hasil menambahkan bahwa, nilai COD di sungai
perhitungan analisis regresi, didapatkan nilai R2 menjadi lebih tinggi apabila bahan organik yang
sebesar 0,773 dimana dapat diartikan bahwa, ada dalam air menjadi sulit terdegradasi akibat
tingkat kolerasi keterkaitan antara limbah rendahnya kecepatan aliran sungai.
terhadap parameter COD pada semua titik
sungai yaitu sebesar 77,3%. Hal tersebut Biologycal Oxygen Demand (BOD)
menunjukkan bahwa limbah industry
pembekuan udang mempunyai pengaruh yang Berdasarkan grafik pada Gambar 2. nilai rata-
tinggi terhadap nilai COD air sungai, meskipun rata BOD tertinggi ada di minggu pertama dan
badan sungai tersebut besar. Hal ini nilai BOD terendah ada pada minggu keempat.
disebabkan karena nilai COD yang terukur di Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai BOD
air limbah jauh dibawah nilai ambang batas
204
Juvenil, 2(3), 202-211, (2021)
yang ditentukan, akan tetapi nilai BOD pada air tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada titik 3
sungai berdasarkan nilai rata-rata pada semua tingkat dekomposisi bahan organic yang ada
titik menunjukkan nilai dibawah nilai ambang diperairan mulai meningkat setelah bahan
batas kecuali pada titik 3 yang nilainya lebih organic mengalami fase degradasi.
12
10 NILAI BOD TITIK 3
8
6 NILAI BOD
4 LIMBAH
2
NILAI BOD RATA
0 RATA
1 2 3 4
MINGGU KE-
Gambar 2. Grafik nilai BOD (mg/L)
Hasil perhitungan analisis regresi, didapatkan sehigga aktivitas kimia dalam mendegradasi
tingkat kolerasi keterkaitan antara BOD limbah material cemaran lebih tinggi dibandingkan
terhadap parameter BOD pada air sungai yaitu dengan aktivitas mikroba itu sendiri. Sehingga
sebesar 47,3%. Hal ini dapat terjadi karena hal tersebut menyebabkan nilai COD menjadi
bahan organik dan anorganik yang ada dalam cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
badan air telah menurun sehingga nilai BOD nilai BOD.
juga menjadi rendah. Sesuai dengan
pernyataan Sugiharto (1987) Nilai BOD akan Ammonia (NH3)
turun seiring dengan menurunnya jumlah
bahan organik dan anorganik dalam air limbah, Pada Gambar 3. menunjukkan nilai ammonia
karena kebutuhan mikroorganisme akan mempunyai rata-rata tertinggi terdapat di
oksigen untuk menguraikan bahan organik dan minggu kedua dan nilai Ammonia terendah ada
anorganik menurun seiring dengan pada minggu pertama. Hasil perhitungan
berkurangnya jumlah bahan organik dan analisis regresi didapatkan tingkat kolerasi
anorganik dalam limbah cair. Sari (2011) lebih keterkaitan antara nilai ammonia limbah
lanjut mengatakan bahwa karena proses terhadap ammonia pada air sungai yaitu
biologis dan mikroorganisme dapat dioksidasi sebesar 30,8%. Rendahnya tingkat kolerasi
dalam uji COD, uji BOD umumnya pada ammonia limbah terhadap air sungai ini
menghasilkan hasil kebutuhan oksigen yang dapat terjadi karena nilai ammonia pada
lebih rendah daripada uji COD. Selain itu, beberapa titik mengalami penurunan. Limbah
penggunaan bahan kimia seperti klorin, garam cair yang terlarut di badan sungai telah
dalam proses produksi maupun detergen untuk terserap pada dasar perairan sehingga
pencucian alat produksi dan pakaian khusus menyebabkan nilai ammonia menurun.
produksi dapat menekan pertumbuhan bakteri,
205
Komalasari dan Abida, Pengaruh Pembuangan Limbah Cair
Tabel 3. Nilai Ammonia (mg/L) Hasil Penelitian
Nilai Ammonia BAKU
Minggu ke- BAKU MUTU SUNGAI
MUTU
TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3 LIMBAH
LIMBAH
1 17.6 16.9 21.3 21.5 0.5 10
2 15.2 16 13.2 104.4 0.5 10
3 14 13.5 13.1 94.8 0.5 10
4 13.6 11.3 20.6 59.3 0.5 10
Rerata 15.1 14.4 17.05 70 0.5 10
NILAI AMONIA
80 TITIK 2
60 NILAI AMONIA
TITIK 3
40
NILAI AMONIA
20 LIMBAH
0 NILAI AMONIA
1 2 3 4 RATA RATA
MINGGU KE-
Gambar 3. Grafik nilai Ammonia (mg/L)
Selain itu dapat pula terjadi karena ammonia organisme perairan akan mengalami
telah terurai oleh mikroba dan adanya keracunan.
pengenceran yang terdapat pada badan
perairan sehingga nilai ammonia pada sungai pH
terukur lebih rendah dibandingkan ammonia
yang terkandung dalam limbah cair. Tingginya Berdasarkan Gambar 4. rata-rata pH tertinggi
kadar ammonia pada limbah industri ada di minggu pertama dan nilai pH terendah
pembekuan udang dapat terjadi akibat dari sisa ada pada minggu kedua. Hasil perhitungan
buangan bahan produksi industri yang telah analisis regresi, didapatkan bahwa tingkat
membusuk dan tidak terolah dengan cukup kolerasi keterkaitan antara pH air limbah
baik pada Instalasi pengolahan air limbah terhadap pH air sungai yaitu sebesar 64,%. Hal
(IPAL) yang terdapat pada industri tersebut, ini menunjukkan bahwa nilai pH limbah tidak
sehingga limbah cair yang keluar pada outlet jauh dari baku mutu serta pH air sungai dapat
pembuangan limbah pun masih mengandung kembali netral. Hal tersebut terjadi karena
kadar ammonia yang sangat tinggi. Sesuai sungai dapat tercampur oleh limbah domestik
pernyataan Harahap (2013), terdapat polutan yaitu berasal dari aktivitas pencucian. Sesuai
organik yang terkandung dalam limbah cair pernyataan Effendi & Wardiatno
apabila tidak terdegradasi dengan baik dan (2015),aktivitas penduduk seperti mandi,
mengakibatkan tingginya kadar ammonia. mencuci, buang air besar, dan membuang sisa
Sumber utama ammonia yaitu kandungan makanan ke sungai akan berakibat menaikkan
protein yang berasal dari pembusukan bahan nilai pH. Semua titik di setiap minggu memiliki
organik. Ketika dalam perairan mengalami nilai pH yang cukup stabil karena sungai dapat
kekurangan oksigen pada proses penguraian tercampur oleh limbah domestik yaitu berasal
dengan bakteri nitrifikasi, maka akumulasi dari aktivitas pencucian
ammonia akan meningkat, sehingga akan
menyebabkan rusaknya ekosistem sungai dan
206
Juvenil, 2(3), 202-211, (2021)
9 NILAI ph TITIK 1
8
7 NILAI ph TITIK 2
6
pH (mg/L) 5 NILAI ph TITIK 3
4
3
NILAI ph
2
LIMBAH
1
0 NILAI ph RATA
1 2 3 4 RATA
MINGGU KE-
Gambar 4. Grafik nilai pH
Minyak dan Lemak dijelaskan bahwa pada air sungai sebelum
terkena limbah mempunyai nilai rata-rata yang
Berdasarkan grafik pada Gambar 5. di atas, lebih tinggi (titik 1 Tabel 5), sehingga bisa
nilai rata-rata minyak lemak tertinggi ada pada dikatakan pada titik berikutnya minyak lemak
minggu ketiga dan nilai pH terendah ada pada pada air sungai telah mengalami penguraian
minggu pertama. Sedangkan pada Tabel 5. atau pengenceran yang mengakibatkan
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata minyak lemak konsentrasi minyak dan lemak menjadi
pada air sungai di semua titik mempunyai nilai menurun.
diatas ambang batas yang ditentukan oleh
Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Hendrawan (2008), sungai telah mengandung
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan minyak dan lemak dari sumber limbah lainnya,
Pengendalian Pencemaran Air golongan III. antara lain yaitu limbah industri, limbah
Meskipun untuk air limbah pembekuan udang domestik dan bengkel yang berada di pinggir
nilai minyak lemaknya masih berada dibawah aliran sungai. Adanya kandungan minyak dan
ambang batasnya. Hasil perhitungan analisis lemak akibat dari aliran air pencucian yang
regresi, menunjukkan keterkaitan antara dibuang ke badan perairan secara langsung
minyak dan lemak air limbah terhadap minyak maupun dari buangan yang terbawa oleh
lemak air sungai yaitu sebesar 46%. Hal ini bisa hujan.
6 LEMAK TITIK 1
NILAI MINYAK &
5
LEMAK TITIK 2
4
NILAI MINYAK &
3 LEMAK TITIK 3
2 NILAI MINYAK &
LEMAK LIMBAH
1
NILAI MINYAK &
0 LEMAK RATA RATA
1 2 3 4
MINGGU KE-
Gambar 5. Grafik nilai Minyak dan Lemak
207
Komalasari dan Abida, Pengaruh Pembuangan Limbah Cair
Total Suspended Solid (TSS) antara air limbah terhadap TSS air sungai yaitu
sebesar 9,7%. Hal ini dapat terjadi karena total
Pada Gambar 6. Menunjukkan nilai rata-rata padatan tersuspensi pada limbah mengalami
TSS tertinggi ada pada minggu ketiga dan nilai proses pengenceran pada badan sungai dan
terendah ada pada minggu pertama. mudah terbawa oleh kecepatan aliran sungai,
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi, sehingga limbah tidak berpengaruh besar
didapatkan bahwa tingkat kolerasi keterkaitan terhadap konsentrasi TSS pada air sungai.
Tabel 6 Nilai TSS (mg/L) Hasil Penelitian
NILAI TSS BAKU
Minggu ke- BAKU MUTU SUNGAI MUTU
TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3 LIMBAH
LIMBAH
1 3.6 9.8 6.4 27 50 100
2 8.6 9.6 9.1 59.3 50 100
3 17.1 19.3 6.6 52.3 50 100
4 15.1 16.7 8.5 43 50 100
Rerata 11.1 13.85 7.65 45.4 50 100
40
NILAI TSS TITIK 3
30
20 NILAI TSS LIMBAH
10
0 NILAI TSS RATA
1 2 3 4 RATA
MINGGU KE-
Gambar 6. Grafik nilai TSS (mg/L)
Aris (2006) menambahkan, pada air limbah DO terendah ada pada minggu pertama. Hasil
polutan TSS bersumber dari beberapa bahan analisis regresi, didapatkan bahwa tingkat
kimia yaitu organik atau anorganik dan kolerasi keterkaitan antara Oksigen terlarut air
membentuk padatan. Sedangkan di air sungai, limbah terhadap oksigen terlarut air sungai
polutan TSS bersumber dari limbah dan partikel yaitu sebesar 42%. Nilai korelasi ini disebabkan
lain. Alaerts dan Santika (1987) menyebutkan, banyaknya unsur organik di sungai, baik yang
air mengandung berbagai macam zat
berasal dari limbah rumah tangga yang berasal
tersuspensi, contohnya ialah bahan anorganik
berupa pasir halus, tanah liat, dan lumpur dari lingkungan pemukiman maupun limbah
alami, serta zat-zat biologis yang mengapung industri yang berasal dari buangan industri di
di air. sepanjang bantaran sungai, sehingga
mengakibatkan kadar DO yang rendah.
Dissolved Oxygen (DO) Banyaknya bahan organik berkontribusi
terhadap rendahnya kondisi DO.
Pada Gambar 7. menunjukkan nilai rata-rata
DO tertinggi ada pada minggu ketiga dan nilai
208
Juvenil, 2(3), 202-211, (2021)
10 NILAI DO
9 TITIK 1
8 NILAI DO
7
DO (mg/L)
TITIK 2
6
5 NILAI DO
4 TITIK 3
3
2 NILAI DO
1 LIMBAH
0
NILAI DO
1 2 3 4 RATA RATA
MINGGU KE-
Gambar 7. Grafik nilai Oksigen Terlarut (mg/L)
20
NILAI SUHU TITIK
15 3
10 NILAI SUHU
5 LIMBAH
0 NILAI SUHU RATA
1 2 3 4 RATA
MINGGU KE-
Gambar 8. Grafik nilai Suhu
Indeks Pencemaran (IP) Sungai Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air, dengan
Metode perhitungan Indeks Pencemaran (IP) menggunakan nilai acuan parameter uji
berdasarkan Keputusan Menteri Negara kualitas air untuk setiap segmen dan nilai baku
209
Komalasari dan Abida, Pengaruh Pembuangan Limbah Cair
mutu air kelas III. PP No. 82 Tahun 2001. Hasil sehingga mengakibatkan hasil analisa IP
pengukuran parameter kualitas air dari 16 menjadi sangat tinggi.
sampel yang berbeda, setelah dilakukan
perhitungan telah didapatkan hasil status mutu Hasil analisa IP pada Sungai ini menunjukkan
air sungai lokasi penelitian yaitu tercemar berat bahwa pencemaran akibat limbah industri cold
di semua lokasi. Hal ini mengindikasikan bahwa storage maupun industri lain yang berdiri di
sungai tersebut telah tercemar, baik sekitar sungai lainnya berkontribusi yang sama
disebabkan oleh limbah industri pembekuan terhadap penurunan mutu air sungai di
udang, maupun limbah domestik dan limbah Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya disebabkan
industri lain yang berdiri di sekitar sungai lokasi oleh industri pembekuan udang, namun sungai
penelitian. Melalui metode Indeks Pencemaran telah memiliki nilai ammonia, minyak dan
dapat diperoleh informasi mengenai parameter lemak, BOD, serta COD yang tinggi sebelum
utama penyebab penurunan kualitas air Sungai bercampur dengan limbah cair industri
tersebut. Adapun parameter utama yang pembekuan udang. Oleh karena itu, sistem
berperan dalam meningkatkan Indeks pengelolaan harus diperbaiki agar dapat
Pencemaran Sungai tersebut ialah COD memantau kinerja IPAL setiap hari,
(Chemical Oxygen Demand) dan ammonia. memastikan kinerja IPAL terjamin untuk
Kedua parameter tersebut memiliki nilai meminimalkan polutan dalam air limbah
konsentrasi yang cukup jauh dibandingkan industri.
standar baku mutu yang telah ditetapkan,
Tabel 9. Indeks Pencemaran pada sungai lokasi penelitian
Indeks Pencemaran
Minggu ke Keterangan
Titik 1 Titik 2 Titik 3
1 25.83566 24.32669 30.59922 Tercemar Berat
2 21.90369 23.34301 18.95924 Tercemar Berat
3 20.23021 19.67171 19.35499 Tercemar Berat
4 19.74578 16.52862 29.9983 Tercemar Berat
210
Juvenil, 2(3), 202-211, (2021)
dissertation, Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro).
Sugiharto. (1987). Dasar –Dasar Pengelolaan
Air Limbah. UI press. Jakarta.
Sara, P. S., Astono, W., & Hendrawan, D. I.
(2018, October). Kajian kualitas air di
sungai ciliwung dengan parameter
BOD dan COD. In Prosiding Seminar
Nasional Cendekiawan (pp. 591-597).
Sari, R. D. (2011). Pemanfaatan Abu Tandan
kosong Kelapa Sawit Untuk
Menurunkan Kandungan Minyak
/Lemak, BOD dan COD dari Limbah
LCPKS. Tesis. Universitas Sumatera
Utara
211