Bela Negara
Bela Negara
Dasar-dasar hukum yang memuat tentang hak dan kewajiban bela negara
adalah:
Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945:
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara"
Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar 1945:
“Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan
melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama,
dan rakyat sebagai kekuatan pendukung."
Pasal 68 Undang-Undang Rl No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:
“Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Rl No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara:
“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.”
Pada tahun 1946, berdasarkan UU No. 6 Tahun 1946 tentang Keadaan Bahaya,
dibentuk Dewan Pertahanan Negara, yang mempunyai fungsi sebagai pemegang
kekuasaan keadaan darurat. Sebagai ketua adalah Perdana Menteri.
Pada tahun 1954, berdasarkan UU No.29 Tahun 1954 tentang Pertahanan Negara,
dibentuk Dewan Keamanan yang dalam keadaan perang berubah menjadi Dewan
Pertahanan. Dewan Keamanan mempunyai fungsi sebagai pembantu Presiden,
memberi pertimbangan soal keamanan dan pengerahan sumber-sumber kekuatan
bangsa dan Negara.
Pada tahun 1961, berdasarkan Keppres No 618 tahun 1961 dibentuk Dewan
Pertahanan Negara dalam rangka upaya bela negara membebaskan Irian Barat.
Pada tahun 1970, berdasarkan Keppres No. 51 Tahun 1970, dibentuk Dewan
Pertahanan Keamanan Nasional (Wanhankamnas)yang mempunyai fungsi sebagai
pembantu Presiden menetapkan kebijakan nasional tertinggi pemecahan masalah
keamanan nasional dan pengerahan sumber-sumber kekuatan bangsa dan negara
serta perkiraan risiko. Wanhankamnas diperkuat oleh UU No. 20 Tahun 1982
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI.
Pada tahun 1999, berdasarkan Keppres No.101 Tahun 1999 tentang Dewan
Ketahanan Nasional dan Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, maka
nama Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) secara resmi diberlakukan sebagai
pengganti Wanhankamnas.
Anggota
Ketua Dewan: Presiden Republik Indonesia
Sekretaris Dewan: Sekretaris Jenderal Wantannas merangkap anggota
Anggota Dewan:
1. Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
2. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
3. Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum.
5. Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-
syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan
diatur dengan undang-undang.
Prajurit sukarela yang berdinas untuk jangka panjang sebagai prajurit karier.
Prajurit sukarela yang berdinas untuk jangka waktu sekurang-kurangnya lima
tahun sebagai prajurit sukarela dinas pendek.
2. Komponen cadangan
Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam, dan sarana
serta prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi
guna memperbesar dan memperkuat komponen utama. Mobilisasi adalah tindakan
pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional dan sarana
serta prasarana nasional sebagai kekuatan pertahanan negara.
3. Komponen pendukung
Komponen pendukung terdiri dari warga negara, sumber daya alam, dan sumber
daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak
langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan
komponen cadangan. Komponen cadangan dan komponen pendukung tersebut
diatur dalam undang-undang.
Selain dengan bergabung menjadi bagian prajurit TNI atau Polri, keikutsertaan
warga negara sebagai bagian dari sishankamrata dapat pula dilakukan melalui
keikutsertaan sebagai rakyat terlatih. Dalam hal, ini rakyat terlatih berfungsi sebagai
penjaga ketertiban umum, perlindungan rakyat, keamanan rakyat, dan perlawanan
rakyat.
Ringkasnya:
Ada tiga komponen sumber daya nasional yang perlu dikelola dengan baik dalam
rangka pertahanan Negara, yakni; Komponen Utama (TNI dan Polri), Komponen
Cadangan (warga negara yang telah mengikuti pelatihan militer), Komponen
Pendukung (warga negara yang ikut melaksanakan kewajiban bela negara sesuai
profesi dan keahliannya). Ketiganya disebut sebagai Sumber Daya Nasional
Pertahanan Negara.