Anda di halaman 1dari 12

1

BAB IV
HASIL MAGANG

4.1 Gambaran Pengenalan PT. X


PT. X adalah suatu badan milik negara yang didirikan pada tahun
1960, yang pada saat ini merupakan perusahaan dengan verifikasi dibidang
usaha yang luas, yaitu meliputi jasa kontruksi, industri, manufaktur, dan
fabrikasi, perdagangan serta reality dan property. Pada akhir tahun 90-an
secara bertahap PT. X mulai merubah unit kerja usahanya dari bentuk divisi
divisi menjadi bentuk anak perusahaan. Salah satu anak perusahaan tersebut
adalah PT. X yang terbentuk pada tahun 2000, sebagai mana di sebut dalam
Akta Notaris Imas Fatimah, SH., No 16 tanggal 20 januari 2000. Sesuai
dengan kondisi persaingan dunia usaha yang makin mengglobal diharapkan
dengan menjadi anak perusahaan maka kemampuan daya saing perusahaan
meningkat, baik di pasar nasional.
4.1.1 Profil Perusahaan
PT. X ini merupakan hasil pengabungan dua buah divisi yang
ada di PT Wijaya Karya, yaitu divisi produk metal dan divisi
perdagangan. Divisi produk metal merupakan divisi yang memiliki
bidang usaha fabrikasi metal ( Ferrous dan Non-ferrous, fabrikasi
plastik ( engineering plastic ) dan fabrikasi produk listrik khusus
pabrik alumunium casting untuk otomotif telah mendapatkan
pengakuan dan standar internasional yaitu dengan diperolehnya
sertifikat QS 900
Pada tahun 1999 dan diperbarui dengan sertifikat IS-TS
16949 : 2002 pada tahun 2004. Sedangkan divisi perdagangan
berpengalaman dalam kegiatan pengadaan dan perdagangan yang
meliputi produk - produk PT. X sendiri dan produk - produk lainnya
diluar PT. X, yaitu mencakup jasa perdagangan, material dan
peralatan kontruksi. Jasa Handling impor dan ekspor. Kegiatan usaha
dalam bidang ekspor juga telah menghasilkan penghargaan
2

primaniarta dari presiden republik Indonesia. Pada akhir tahun 1992,


yaitu penghargaan sebagai ekportir terbaik nasional 1992. Dokumen
yang terkait dengan upaya penerapan dan pemeliharaan kebijakan
Sistem Manajemen adalah prosedur mutu Nomor WIK-P0-PM-Q12
tentang prosedur penerapan dan pemiliharaan kebijakan Sistem
Manajemen PT. X. Perusahaan harus memastikan bahwa setiap
karyawannya sudah diberikan penjelasan tentang kebijakan sistem
manajemen dan sasaran mutunya.

4.1.2 Struktur Organisasi PT. X


MANAGER

SHE SECTION

PURCHASING,
ENGINEERING MAINTENANCE
FINANCE PPIC
QA-QC & WORKSHOP
SECTION & PERSONALIA SECTION
SECTION SECTION
SECTION

PRODUCTION SECTION

METAL STAMPING, PRESSING,


CASTING, MACHINING & CATHODIC PLASTIC INJECTION & PAINTING
PROTECTION PLANTENAN PROCESS PLANT
DANDUNG KURNIAWAN

Beri ktrngan gambar


PT X dipimpin oleh seorang manajer yang disebut
Manajer Pabrik. Manajer Pabrik bertanggung jawab dalam
pengendalian dan pengelolaan pabrik dan memiliki hak untuk
mengendalikan pelaksanaan tugas dari beberapa seksi yaitu Seksi
Quality Control (QC), Seksi Quality Assurance (QA), Seksi
Enginering, Seksi Purchasing, Finance & Personalia Section,
Seksi Production Planning and Inventory Control ( PPIC), dan
3

Seksi Safety Healt Environment (SHE), Berikut ini adalah tugas


dari masing-masing seksi :
1. Qualiy Control (QC)
Tangung jawab seksi QC adalah menguji dan menyeleksi
produk yang benar-benar lolos uji kualitas dan kuantitas. Proses
yang dilakukan mulai dari pengujian pemilihan, pengelolaan
bahan mentah sampai menjadi produksi barang jadi yang siap di
kirim
2. Quality Assurance (QA)
Tanggung jawab seksi QA untuk memastikan sebuah produk
yang akan dilepas ke pasaran sudah memenuhi semua standar
kualitas untuk setiap komponennya. Untuk itu, seorang staf QA
akan secara aktif melakukan monitoring dan serangkaian uji
dalam upaya memberi jaminan kualitas pada pembeli.
3. Enginering
Tanggung jawab seksi Pemeliharaan serta perbaikan seluruh
instalasi, mesin, bangunan dan fasilitas-fasilitas gedung lainnya.
Menangani segala peralatan, mesin, serta instalasi lainnya yang
menggunakan tenaga listrik, air, maupun gas
4. Purchasing, Finance & Personalia Section
Tanggung jawab seksi Purchasing, Finance & Personalia
Memastikan kebutuhan perusahaan yang harus dibeli,
Memastikan setiap pembelian sudah di-setujui oleh manajemen
eksekutif, Memastikan bahwa barang tiba dengan kondisi baik
dan tiba tepat waktu, Menjaga hubungan baik dengan vendor,
Mediasi pembayaran & memastikan pembayaran tepat waktu
dan Dokumentasi Invoice, Faktur, Purchase Order / Work
Order.
5. Production Planning and Inventory Control ( PPIC)
Tanggung jawab sekski PPIC Membuat jadwal induk produksi
dan pesanan pabrikan serta memperkirakan kebutuhan
4

inventaris. Meninjau prakiraan penjualan, permintaan


pelanggan, dan menjadwalkan batch produksi berdasarkan
tingkat inventaris dan waktu produksi
6. Safety Healt Environment (SHE)
Tanggung jawab seksi SHE Meminimalkan risiko cedera atau
penyakit pada pekerja dengan menjamin adanya pelatihan,
informasi, dukungan dan peralatan yang diperlukan untuk
bekerja secara aman di lapangan

4.2 Gambaran Struktur Unit K3 PT. X


PT. X berkomitmen untuk menjunjung tinggi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja serta pelaksanaan dan pengembangan sistem manajemen
lingkungan dengan menerapkan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berdasarkan ISO 45001 dan sistem manajemen lingkungan berdasarkan ISO
14001. PT. X menerapkan K3 supaya memiliki dampak yang signifikan
bagi Perusahaan, Kinerja K3 dipantau dan dikelola oleh Biro Quality Safety
Health & Environment (QSHE) di tingkat korporat dan di tingkat proyek
dikelola oleh fungsi SHE (Safety, Health & Environment). Pada praktiknya,
Perusahaan mengimbau agar seluruh insan Perusahaan melaksanakan dan
turut menyukseskan praktik K3 terbaik di seluruh lini pekerjaan, dengan
target nihil kecelakaan, nihil penyakit akibat kerja, nihil terjadi kebakaran,
serta mencapai minimal 97% ketaatan terhadap peraturan dan
perundangundangan yang berlaku di Indonesia. Berikut struktur k3 yang
berada di PT. X

Manager

Manager QSHE

SHE OFFICER
5

Beri ktrngan gamabr


4.3 Gambaran Input Job Safety Analysis PT. X
4.3.1 Sumber Daya Manusia
Pada proses Input, pekerjaan proses meelting dan pelemburan
PT.X terdiri dari 4 orang pekerja outsourcing di proses meelting, 3
orang pekerja outsourcing di proses cetakan mold yang dipimpin
oleh 1 supervisior sebagai tanggung jawab dalam pelaksanaan sesuai
dengan JSA. Supervisior memiliki Pendidikan Ijaza S1 ( Sarjana )
dengan pengalaman kerja yang tidak di ragukan lagi, dan untuk
pekerja outsourcing rata-rata berpendidikan lulusan SMP dan SMA.
Untuk dibidang SHE Minimal berpendidikan Ijaza DIII ( Diploma )
dengan memiliki sertifikat AK3 Umum, Fire Fighting, Frist aid,
Ivestigation
4.3.1 Sumber Daya Manusia PT. X
No Jabatan Pendidikan Sertifikat Uraian Tugas
1 Safety Sarjana  Ahli K3 Membuat dan
Officer Kesehatan Umum menyusun JSA
Lingkungan  Confinied dengan data yang
Space diterima dari
 Fire suvervisor serta
Fighting monitoring dan
First Aid evaluasi JSA yang
telah dijalankan
2 Supervisor Sarjana a) Bertanggung
Tehnik jawab untuk
Industri melaksanakan
pengendalian dan
monitoring JSA.
3 Pekerja SMA/SMK b) Bertanggung
jawab untuk
menjalankan
pekerjaan sesuai
6

prosedur yang
berlaku dalam hal ini
JSA yang telah
dibuat untuk
menciptakan zero
accident

4.3.2 Metode Kerja


PT. X menggunakan tehnik untuk mengidentifikasi, menilai,
mengawasi, mengurangi bahaya dan dampak dengan menggunakakn
JSA ( Job Safety Analysis) atau HIRA (Hazard Identification and
risk assessment) Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
di tempat kerja upaya untuk mewujudkan suasana dan lingkungan
kerja yang aman, nyaman dan sehat untuk para pekerja, dengan
menggunakan metode JSA dapat menghindari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang berada di lingkungan kerja.
Menurut OSHA 3071 revisi tahun 2002, JSA adalah Sebuah
analisis bahaya pekerjaan adalah teknik yang berfokus pada tugas
pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum
terjadi sebuah incident atau kecelakaan kerja.
Pembuatan Job Safety Analysis menggunakan kebijakan
internal perusahaan Job Safety Analysis (JSA) Tahun 2017,
dokumen No. Dok.: WIK-P0-PM-Q10.2 No. Rev: 02. Kebijakan
internal tersebut mengacu atau berlandasan kepada
1. PP No 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2. PermenakerTrans Nomor 5 Tahun 1985 tentang pesawat angkat
dan angkut
3. Permenakertrans No. Per: 01/Men/1981 Pasal 4 ayat (3) tentang
Alat Pelindung Diri.
7

4. PermenakerTrans Nomor 9 Tahun 2010 tentang Operator dan


petugas pesawat angkat dan angkut.
5. PermenakerTrans Nomor 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan
dan kesehatan kerja listrik di tempat kerja
6. Kepmenaker Nomor 186 Tahun 1999 tentang Unit
penanggulangan kebakaran ditempat kerja.
7. Kepres nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja
Dokumen JSA ini sesuai dengan metode kerja yng sudah di buat
Bersama Engineering, SPV, dan SHE dari cara kerjanya, bahaya dan
risikonya, area kerjanya. Dokumen JSA ini telah di implemetasikan
sejak awal munculnya JSA kepada pekerja, dan setiap ada pekerja
baru JSA ini selalu di berikan supaya pekerja mengerti bahaya dan
risiko yang ada di area kerja. Untuk JSA ini telah di update sejak
tahun 2017
4.4 Sarana Prasarana PT. X
PT. X melakukan identifikasi untuk melakukan review hasil JSA yang
telah digunakan dan di terapkan di lapangan, dengan tujuan meninjau ulang
apakah ada perubahan atau tidak di area kerja. Perusahan memberitahu
pekerja mengenai bahaya yang mungkin timbul seperti bahaya paparan
panas, bahaya fisik. Melalui JSA yang di sosialisasikan kepada karyawan
pada saat Toolbox meeting, Training. Perusahaan memiliki aturan untuk
pemberian protective equipment seperti : safety vest (rompi), masker, helm,
sarung tangan, kacamata kerja, safety shoes, dan P3K (betadine, kasa, kapas,
plester, gunting kecil dan plester) pakaian kerja, baik yang standar maupun
yang di perlukan untuk kegiatan – kegiatan khusus berdasarkan identifikasi
bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
8

Tabel 4.4.1 Sarana PT. X


NO Unit Jumlah Kondisi
1 Helm 3 Unit Baik dan dapat digunakan
2 Ear plug 5 Unit Baik dan dapat digunakan
3 Eat Muff 5 Unit Baik dan dapat digunakan
2 Face shield 5 Unit Baik dan dapat digunakan
3 Apron Badan 5 Unit Baik dan dapat digunakan
4 Apron Tangan 5 Unit Baik dan dapat digunakan
5 Sarung tangan Khusus panas 5 Unit Baik dan dapat digunakan
6 Sepatu Safety 5 unit Baik dan dapat digunakan

7 Kotak P3K 2 Unit Baik dan dapat digunakan

4.4.2 Anggaran
Untuk menjalankan JSA yang sudah di buat, Anggaran yang di keluarkan
untuk kebutuhan pembelian APD seperti
a) Helm Safety (Pelindung kepala )
b) Ear plug/ Ear muff ( Pelindung telinga )
c) Faceshield, ( pelindung mata )
d) Apron (Pelindung tangan dan badan )
e) Safety shoes ( Pelindung kaki)
f) P3K ( Kotak Pertolongan Pertama)
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Standar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran No. 48 Tahun 2016 bahwa
Persyaratan Keselamatan Kerja Perkantoran dimaksud dalam Pasal 12
Pelaksanaan rencana K3 Perkantoran didukung oleh sumber daya manusia
yang memiliki kompetensi dibidang K3 Perkantoran, dan sarana dan
prasarana, paling sedikit terdiri dari organisasi atau unit yang bertanggung
jawab di bidang K3, anggaran yang memadai, prosedur operasi/kerja,
informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian dan instruksi kerja. Sesuai
9

dengan peraturan tersebut PT X menerapkan anggaran yang diperlukan


dalam penerapan JSA
4.5 Proses
4.5.1 Perencanaan JSA di PT. X
JSA harus dibuat oleh orang yang kompeten yang mengetahui
bahaya yang ada di tempat kerja seperti supervisor. JSA merupakan
salah satu komponen dalam analisa bahaya yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, menghilangkan atau mengurangi potensi risiko
sebelum melakukan pekerjaan. Salah satu analisa bahaya ini dengan
fase perencanaan menetukan pekerjaan dan risiko bahaya yang ada .
Perencanaan pembuatan JSA di lakukan saat rapat di PT. X pusat yang
di hadiri oleh SHE manager, QSHE, Engineering dan Supervisor.
Hadirnya Enginering dan supervisor di rapat untuk memberikan cara
kerja mesin, memberikan metode kerja di lapangan. Setelah JSA
sudah di susun oleh supervisor untuk kontrol pencegahan dan
pengendalian risiko bahaya, team SHE meninjau hasil JSA yang sudah
di buat, mengverifikasi dan meninjau hasil JSA tersebut untuk
pengendalian kontrol di lapangan.

4.5.2 Pelaksanaan JSA di PT. X


Dalam pelaksanaan JSA yang bertanggung jawab dalam pekerjaan
adalah supervisor, bagi supervisor untuk menjaga urutan tugas
dengan benar untuk memastikan bahwa setiap tahap identifikasi
bahaya dan pengendaliannya sesuai urutan pekerjaan yang dilakukan
para pekerja. Bagi pekerja yang berpengalaman membantu
memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai urutan yang tepat
dengan tingkat pencegahan yang tinggi, untuk membantu supervisor
mengidentifikasi bahaya yang tidak terduga jadi lebih mudah. Baik
supervisor maupun pekerja, mereka harus bekerja sama untuk
menerapkan JSA. Untuk penilaian dan tanggung jawab JSA adalah
salah satu tugas Supervisor, supervisor bertanggung jawab untuk
10

membuat JSA, mendokumentasikan berkas JSA, memberi pelatihan


kepada seluruh pekerja sesuai yang tercantum di JSA, dan
menegakkan prosedur kerja yang aman dan efisien. Namun, pekerja
juga didorong untuk terlibat dalam penerapan JSA, Karena mereka
yang melaksanakan pekerjaan sesuai JSA yang telah di buat. JSA
tersebut akan ditinjau ulang untuk menunjukkan jika ada perubahan
dalam cara-cara kerja atau adanya tambahan informasi yang lainnya.
Jika setiap pekerjaan sudah memiliki JSA, maka operator atau
pekerja saja yang mengoperasikan JSA tersebut selama pekerjaan
berlangsung. Jika ada penambahan cara kerja baru cukup ditulis
tangan atau diketik ulang sesuai dengan permintaan operator. Setelah
disosialisasikan/ diinformasikan langkah-langkah dan bahayanya,
JSA ditandatangani oleh operator, pemimpinnya, serta orang-orang
yang bekerja secara keseluruhan.

4.6 Monitoring JSA


Memonitoring area kerja di lakukan setiap hari, Aktifitas yang di
monitoring sebagai berikut :

No Aktifitas Pekerjaan Hazard


1 Setting Panel a) Kebisingan mesin panel
2 Proses peleburan a) Paparan panas diatas 1000° C
b) Percikan cairan Aluminium
c) Kebisingan mesin tungku
d) Menghirup baham kimia
3 Proses Mencetak a) Percikan aluminium
b) Menghirup bahan kimia
c) Paparan panas diatas 1000° C

1. Setting Panel
Memonitoring aktivitas setting panel dilakukan pada awal proses
peleburan dan operator harus tetap mengontrol keadaan panel setiap 30
11

menit untuk memastikan keadaan tungku tetap normal. Pada aktivitas ini
terdapat hazard yang ditemukan yaitu kebisingan. bahaya kebisingan yang
dapat dirasakan oleh pekerja adalah sakit kepala dan gangguan
pendengaran jika terpapar kebisingan dalam waktu yang lama.
2. Proses peleburan
Proses peleburan merupakan aktivitas utama yang dilakukan dalam proses
peleburan Alumunium padat hingga menjadi aluminium cair. Dalam
proses ini di dalamnya meliputi beberapa aktivitas seperti memasukan
bahan baku, melakukan pengecekan suhu dan meningkatkan suhu ketika
dibutuhkan. Dari banyaknya aktivitas yang dilakukan. Untuk
memonitoring aktifitas terdapat beberapa aktifitas yaitu :
a) Terpapar panas cahaya dan asap dari proses peleburan, terdapat
percikan cairan aluminium, dan kebisingan yang berasal dari mesin
tungku.
b) Terpaparnya panas cahaya dan asap dapat mempengaruhi kesehatan
mata dan juga pernapasan operator, kondisi operator yang bekerja
selama 8 jam dan terkena panas cahaya akan membuat operator
dehidrasi jika tidak diimbangi dengan mengkonsumsi air mineral
secara teratur, selain itu operator akan mengalami mata terasa kering
dan gatal sehingga dapat menyebabkan iritasi dan gangguan
penglihatan. Sementara itu jika
c) menghirup asap selama proses peleburan tanpa menggunakan APD
yang sesuai dapat menyebabkan radang pada tenggorokan hingga
gangguan pada saluran pernapasan seperti asma, bronchitis dan yang
paling parah kanker paru-paru.
Temuan hazard tersebut dapat membahayakan fisik maupun
kesehatan operator.
3. Proses cetakan
Pada proses cetakan mold hazard yang dimiliki pada saat proses
penuangan alumunium cair ke cetakan mold, kaki bisa menginjak cetakan,
terpeleset pada proses transfer material, cidera luka bakar yang disebabkan
12

karena percikan alumunium cair ke kaki dan luka bakar. Untuk


mengantisipasi hazard dalam proses ini hal yang dimonitoring dengan cara
memberikan jarak antara mesin cetakan mold dengan operator yang
bekerja, memberikan akses untuk transfer material aluminium cair ke
cetakan mold untuk menghindari tabrakan antara pekerja yang sedang
berjalan lalu lalang dengan Ladle, menggunakan APD sesuai prosedur
yang telah di tetapkan.
4.7 Evaluasi
Job Safety Analysis (JSA) yang sudah di terapkan oleh PT.X sudah
berjalan sesuai dengan metode kerjanya, cara pengendalian bahaya dan
risiko tidak pernah ada kendala yang terjadi selama penerapan JSA di PT X.
Untuk JSA tidak pernah perbarui oleh PT. X karena aktifitas pekerjaannya,
Metode kerja, dan area kerjnya tidak ada yang berubah dari awal masuk
mesin hingga saat ini.
4.8 Output JSA PT. X
PT. X melakukan upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan
menerapkan HIRARDC, suatu pendekatan yang dilakukan terhadap risiko
yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu
pekerjaan. Mulai dari rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko
yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan
(handling) dan pemantauan (monitoring) risiko dengan metode HIRARDC.
Kemudian, mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak
yang ditimbulkan dan cara untuk mengurangi risiko yang sudah ada area
kerja.

Anda mungkin juga menyukai