Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

KEBUDAYAAN BALI

Adhimasz Radhitya Andrika Putra


13030121140086

1. PENDAHULUAN
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Kebudayaan Bali sesungguhnya merupakan bentuk dari ekspresi hubungan interaksi
orang Bali dengan lingkungannya. Berdasarkan kosmologi orang Bali, lingkungan terbagi
menjadi 2 (dua) jenis yaitu lingkungan sekala (nyata) dan lingkungan niskala (tidak nyata).
Pada lingkungan sekala mencakup lingkungan sosial yaitu masyarakat dan pada lingkungan
fisik yaitu alam sekitarnya. Sedangkan pada lingkungan niskala ialah lingkungan spiritual
yang dhuni oleh adanya kekuatan-kekuatan supernatural atau adikodrati yang oleh
masyarakat bali meyakinya mampu menimbulkan pengaruh baik yang bersifat negatif dan
positif bagi kehidupan manusia.
Pulau Bali merupakan Pulau yang sangat terkenal baik dalam skala Nasional dan
Internasional. Pulau bali juga sering disebut sebagai Pulau Dewata. Pulau Bali menjadi
terkenal hingga ke ujung dunia karena keindahan yang dimiliki oleh alamnya. Pulau Bali
adalah pulau yang termasuk bagian dari Kepulauan Sunda Kecil dan beribukota di Denpasar.
Secara geografis, Pulau Bali terletak pada 8° LS dan 115° BT. Iklim yang ada di Pulau Bali
sama seperti iklim yang terdapat di daerah Indonesia yang lainnya yakni iklim tropis.
Provinsi Bali menurut geografisnya, pada sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa
Timur dan Selat Bali, sebelah utara berbatasa dengan Laut Bali, sebelah selatan berbatasan
denganSamudera Hindia, dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Lombok.
Di Bali banyak tempat yang menjadi incaran oleh orang Indonesia bahkan hingga turis.
Selain kota Denpasar yang menjadi tempat sering dikunjungi juga adalah Ubud yang mana
merupakan pusat seni yang letaknya berada di Kabupaten Gianyar. Tempat ini merupakan
dataran di pulau Bali. Sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, dan Nusa Dua adalah beberapa
tempat yang menjadi tempat tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun hanya tempat
untuk para wisatawan beristirahat.
Di Pulau Bali terdapat Suku Bangsa yang terbagi menjadi 2 (dua) yakni suku Bali Aga
dan Suku Bali Mojopahit. Dimana suku Bali Aga adalah suku yang merupakan penduduk asli
Bali dan penduduk tersebut kebanyakan tinggal di daerah Trunyan. Dan suku Bali Mojopahit
merupakan Bali Hindu atau Bali keturunan dari kerajaan Mojopahit. Kebudayaan Bali masih
memiliki kekhasan dan masih asli karena masyarakatnya sangat memegang teguh budaya dari
nenek moyang mereka dan belum mengalami pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh
budaya lain.
2. PEMBAHASAN
A. Sistem Agama Bali
Pada hakikatnya kebudayaan Bali merupakan kebudayaan yang tergolong tipe kebudayaan
ekspresif dengan mengedepankan nilai religius yaitu agama Hindu karena penduduk Bali
menganut agama Hindu sekitar 95%. Selain itu juga kebudayaan yang dimiliki Bali adalah
dari segi estetika (seni) yang merupakan paling menjadi nilai dominan. Hal teresbut yang
membuat kebudayaan bali memiliki unsur-unsur religi dan seni yang sangat menonjol dimana
kehadirannya selalu menyertai unsur- unsur lainnya. Dengan itu membuat suat kesan yang
menyatakan bahwa hampir tidak ada gejala atau peristiwa yang secara totalitas betul-betul
bersifat profan atau sekuler, melainkan selalu mengandung nuansa-nuansa religius dan seni.
Kentalnya nuansa religius dalam kebudayaan orang Bali tidak terlepas dari adanya konsepsi
tentang lingkungan sekala dan niskala.
Agama yang dianut di Bali 95%nya adalah agama Hindu dan sisanya 5% dianut oleh
agama agama Islam, Kristen, Katolik dan Kong Hu Cu. Agama Hindu memiliki tujuan
kehidupan yang diajarkan untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup, lahir dan
batin. Dalam ajaran agama Hindu, dipercaya bahwa 1 Tuhan yang termasuk kedalam bentuk
konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan
pemelihara), dan wujud Siwa (sang perusak). Orang yang beragama Hindu akan beribadah di
tempat ibadah yang dinamakan dengan Pura. Tempat ibadah Pura ini sangatlah banyak
ditemukan di depan rumah penduduk bali yang beragama Hindu. Bentuk-bentuk dari tempat
ibadahnya berbeda tergantung dari kondisi perekonomian yang dimiliki oleh masyarakat
Hindu. Tempa yang digunaka untuk melakukan pemujaan leluhur dinamakan dengan Sangga.
Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India. Upacara adat apabila ada yang
meninggal dunia dinamakan dengan Ngaben. Upacara ini penting untuk dilakukan agar arwah
orang yang telah meninggal dapat terbebas dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga.
Upacara Ngaben ialah upacara pembakaran mayat yang sudah sangat lazim ditemui di Bali.
Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru
saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya Galungan, Kuningan,
Saras Wati, Tumpek Landep, Tumpek Uduh, dan Siwa Ratri. Kebanyakan dari wisatawan baik
domestik maupun wisatawan asing berkunjung ke Bali untuk melihat atau bahkan terlibat
dalam upacara-upacara keagamaan pada hari raya umat Hindu di Bali.
B. Adat-Istiadat Kebudayaan Bali
a) Kebudayan Pernikahan Bali
Sistem garis keturunan yang dianut dikebudayaan Bali ialah sistem patrilineal yang
mana menganut kepada keturunan ayah. Dalam proses pernikahan yang ada di bali
ditentukan oleh sistem perkastaan masyarakat. Seorang wanita yang berkasta lebih tinggi
dari laki-laki tidak dibenarkan untuk melangsungkan pernikahan. Hal ini dipandang
sebagai suatu penyimpangan dimana akan membuat malu keluarga dan akan menjatukan
citra dari seluruh kasta anak wanita. Selain itu, ada juga adat yang menyerahkan mas
kawain (petuku luh), tetapi saat ini dikalangan yang sudah terpelajar tidak lagi
memberlakukan budaya tersebut dalam kehidupannya.
b) Sistem Kemasyarakatan Bali
Terdapat suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat Bali yang mencakup 2
pengertian Desa yaitu: Desa Adat dan Desa Dinas (administratif). Keduanya merupakan
suatu kesatuan wilayah namun desa adat berhubungan dengan keagamaan atau pun adat
istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat
pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang
administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
c) Kekerabatan
Adat bagi yang menetap di Bali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan
kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku
diBali yaitu adat virilokal yaitu adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar
pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal yaitu adat yang menentukan
pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Penduduk Bali, memiliki
rukun warga yang disebut Banjar yang masing-masing memiliki kepala Banjar dengan
sebutan Kelihan. Banjar dikepalai oleh klian banjar yang bertugas dengan segala urusan
dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan, namun terkadang banjar juga harus
memecahkan soal-soal permasalahan yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang
sifatnya administrasi pemerintahan.
d) Sistem Pengetahuan
Pada zaman dahulu, Masyarakat Bali mendapatkan informasi terkait dengan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan budaya melalui naskah-naskah lontar yang bertuliskan
aksara Bali. Kebanyakan lontar-lontar tersebut menggunakan bahasa Bali Kuno.
Pengetahuan masyarakat Bali secara tidak langsung diperoleh dari kegiatan budaya yang
dilakukan
C. Bahasa
Bahasa Bali sangat banyak jenisnya yang cukup rumit karena adanya sor-singgih yang
ditentukan oleh pembicara, lawan bicara, dan hal-hal yang dibicarakan. Secara umum, variasi
bahasa Bali dapat dibedakan atas variasi temporal, regional, dan sosial. Bahasa Bali pada saat
ini masih dipergunakan oleh sebagian besar orang Bali dalam berkomunikasi di dalam
keluarga, tetangga, adat, agama, pendidikan, dan bahkan media. Menurut beberapa hasil
penelitian tentang pemakaian bahasa Bali, 95 persen penutur masih memilih bahasa Bali di
dalam ranah keluarga apabila mereka berkomunikasi sesama anggota keluarga (Suteja 2006).
Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing lainnya merupakan utama bagi
masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi
menjadi 2 yaitu, bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar yang biasanya
di pakai oleh kaum Sudra, dan bahasa Bali Mojopahit yaitu bahasa yang pengucapannya lebih
halus yang dipakai oleh kaum Brahmana, kaum Ksatrian dan kaum Waisya.
D. Kesenian
Bali tidak dapat dipisahkan dengan berbagai kesenian yang dimilikinya. Bahkan sebagian
dari masyarakat Bali bermata pencaharian di bidang kesenian, seperti seni pahat, seni lukis,
seni drama dan tari dan seni musik. Seni kebudayaan tari di Bali pada umumnya di bagi
menjadi tiga kategori, diantaranya adalah wali atau seni tari yang hanya pertunjukan dalam
acara sakral, bebali atau seni tari pertunjukan yang biasanya untuk upacara dan juga sering di
tampilkan untuk menyambut pengunjung yang datang ke Bali serta balih-balihan atau seni tari
yang sifatnya untuk hiburan. Salah satu jenis seni tarian yang ada di Bali dan sangat populer
bagi para wisatawan adalah Tari Kecak dan Barong.
Jenis musik tradisional Bali sebetulnya memiliki kesamaan dengan musik tradisional yang
ada di banyak daerah lain di Indonesia. Namun terdapat beberapa ciri khas dalam teknik
memainkan dan gubahannya yaitu dalam bentuk kecak. Seni kecak adalah nyanyian yang
konon menirukan suara kera. Alat musik tradisional di Bali adalah, Gamelan, Jegog, serta
Genggong.
E. Makanan Khas
Begitu banyak makanan khas yang terdapat di Bali, biasanya makanan-makanan asli Bali
menggunakan berbagai macam rempah-rempah untuk memasaknya, sehingga rasa campuran
dari rempah tersebut sangat terasa apabila kita mencicipi makanan asli Bali tersebut. Tiap
kabupaten di Bali memiliki makanan khas contoh nyamakanan tradisional Badung, terdapat
ayam jejeruk, sate lilit ayam, lawar kuwir, dan jukut ares. Untuk daerah Denpasar sendiri
banyak ditemui ayam betutu, nasi campur Bali dan masih banyak yang lainnya.
F. Rumah Adat Bali
Rumah Adat Bali merupakan sebuah penerapan dari filosofi yang ada pada masyarakat Bali
itu sendiri. Ada tiga aspek yang harus di terapkan di dalamnya, aspek pawongan (manusia
sebagai penghuni rumah), pelemahan ( lokasi atau lingkungan) dan parahyangan. Mereka
menganggap kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang
harmonis antara ke 3 aspek tersebut. Untuk itu pembangunan sebuah rumah Bali harus
meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana.
Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional Bali selalu dipenuhi dengan pernak-
pernik yang berfungsi untuk hiasan, seperti ukiran dengan warna-warna yang kontras dan
alami. Selain sebagai hiasan mereka juga mengartikan dan maknai tertentu sebagai ungkapan
terimakasih kepada sang pencipta, serta simbol-simbol ritual seperti patung.
Umumnya Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah manjadi banyak bangunan-bangunan
kecil-kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Seiring
perkembangan jaman mulai ada perubahan bangunan tidak lagi terpisah-pisah.
Bali memiliki ciri khas arsitektur yang timbul dari suatu tradisi, kepercayaan dan aktifitas
spiritual masyarakat Bali itu sendiri yang diwujudkan dalam berbagai bentuk fisik bangunan
yang ada. Seperti rumah, pura sebagai tempat suci umat Hindu, Banjar atau balai pertemuan
dan lain-lain.
3. KESIMPULAN
Kebudayaan Bali sesungguhnya merupakan bentuk dari ekspresi hubungan interaksi orang
Bali dengan lingkungannya. Budaya Bali adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki oleh masyarakat Bali dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan Bali pada
hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat
Bali mengakui adanya perbedaaan (rwa bhineda), yang sering ditentukan oleh faktor ruang
( desa ), waktu (kala) dan kondisi riil di lapangan (patra). Konsep desa, kala, dan patra
menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima dan
mengadopsi pengaruh kebudayaan luar.
DAFTAR PUSTAKA
Suweta, I. M. (2019). BAHASA BALI SEBAGAI SENTRAL KEBUDAYAAN BALI. Maha
Widya Bhuwana: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya, 2(1), 7-16.

Anda mungkin juga menyukai