OPTIMISASI DI INDONESIA
ABSTRAK
Indonesia saat ini tengah memasuki era teknologi 4G dimana secara global teknologi ini
telah dikomersilkan sejak tahun 2009. Melihat pengalaman implementasi teknologi
seluler dari 1G sampai dengan 4G di Indonesia yang selalu terlambat, maka kajian ini
diharapkan dapat menjadi awal persiapan Indonesia dalam menghadapi teknologi 5G
dengan mengidentifikasi teknologi seluler saat ini dengan gambaran umum industri
telekomunikasi di Indonesia saat ini. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode pengumpulan data melalui FGD dan wawancara mendalam kepada
regulator, operator, vendor, serta akademisi. Dalam kajian ini didapatkan bahwa
Indonesia perlu memetakan key requirement 5G yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia sehingga dapat disusun roadmap 5G Indonesia.
Tujuan penelitian secara garis besar adalah untuk mengetahui kesiapan Indonesia
menghadapi datangnya teknologi 5G yang ditinjau dari sudut pandang teknologi,
regulasi, industri dan sosial. Dari sisi teknologi, penelitian ini bertujuan untuk
memetakan perkembangan teknologi-teknologi yang akan menjadi kandidat pendukung
standar teknologi 5G.
ABSTRACT
Indonesia is currently entering the era of 4G technology where globally this technology
has been commercialized since 2009. Considering the fact that the implementation of
cellular technology from 1G to 4G in Indonesia has always been late, this study is
expected to inspire the authority to initiate earlier preparation in facing 5G technology
by identifying current cellular technology with a general description of the
telecommunications industry in Indonesia today. This study uses a qualitative approach
with data collection methods through FGDs and in-depth interviews with regulators,
operators, vendors, and academics.
This study reveals that Indonesia needs to map the 5G key requirements based on the
conditions in Indonesia so that a 5G roadmap for Indonesia can be prepared. The
purpose of the research is to find out the readiness of Indonesia to face the advent of 5G
technology from a technological, regulatory, industrial and social perspective. From the
technology side, this research aims to map the development of technologies that will be
candidates for supporting the 5G technology standard
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi telekomunikasi seluler sudah mulai memasuki era 5G.
Teknologi 4G adalah peningkatan dari teknologi 3G dalam hal kapasitas, kecepatan dan
efisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Berbeda dengan konsep improvement
tersebut, teknologi 5G diperkirakan bukan merupakan peningkatan atau penyempurnaan
dari teknologi sebelumnya. 5G Public Private Partnership (5G PPP) mendefinisikan visi
dari 5G sebagai teknologi kunci untuk dunia digital dengan ultra-high band
infrastructure yang akan mendukung proses transformasi ekonomi di segala sektor dan
meningkatkan permintaan pasar (5G PPP, 2015). Diskusi GSMA menyimpulkan dua
sudut pandang mengenai teknologi 5G. Pertama, 5G merupakan penggabungan
teknologi 2G, 3G, 4G, Wifi dan inovasi lain yang bermuara pada peningkatan cakupan
dan kehandalan (coverage and always-on reliability). Sudut pandang kedua, 5G adalah
teknologi yang berorientasi pada kecepatan pertukaran data dan minimalisasi end-to-end
latency (Warren & Dewar, 2014). Selain kedua sudut pandang tersebut, teknologi 5G
juga didefinisikan oleh berbagai vendor teknologi maupun forum-forum di dunia. Pada
awal tahun 2012, ITU-R telah memulai mengembangkan International Mobile
Telecommunication2020 (IMT-2020) dan diatasnya untuk menyiapkan standar
teknologi selanjutnya (ITU-R, 2012).
Sebelum memasuki era 5G, perlu diperhatikan penetrasi dari teknologi sebelumya yaitu
4G untuk mengetahui sejauh mana implementasi teknologi 4G sebelum ditetapkannya
standar teknologi 5G. Survei yang dilakukan oleh Jeffreries & Company dalam
www.statista.com memprediksi bahwa pada tahun 2020, penetrasi 4G di Asia masih
mencapai angka 25%, yang artinya kemungkinan operator telekomunikasi belum
mencapai titik impas dari nilai investasi yang dikeluarkan untuk menggelar jaringan 4G.
Sementara itu, Indonesia baru melakukan penataan frekuensi 1800 MHz untuk
komersialisasi teknologi 4G pada November 2015, sehingga diprediksikan bahwa rata-
rata demand subscriber dari layanan 4G yang ditawarkan oleh tiga operator seluler
dominan di Indonesia hanya akan mencapai 10% pada 2020. Sedangkan prediksi dari
operator XL Axiata, demand subscriber untuk layanan 4G masih dibawah angka 10%
.Hal tersebut menunjukkan dua hal, yaitu dari sisi operator kemungkinan belum
mencapai titik impas pada tahun 2020 dan dari sisi masyarakat harus diketahui pola
serta faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap layanan 4G
Pengalaman penetapan standar teknologi telekomunikasi di Indonesia kirakira tertinggal
lima tahun setelah standar teknologi tersebut ditetapkan oleh lembaga internasional.
Teknologi 1G ditetapkan pada tahun 1980, Indonesia mengadopsi pada tahun 1984.
Begitu pun dengan teknologi 2G yang ditetapkan pada tahun 1990, Indonesia baru
menggunakan teknologi tersebut pada tahun 2006. Hal serupa terjadi lagi pada era
teknologi 3G dan 4G. Dari keempat generasi teknologi tersebut, posisi Indonesia lebih
banyak menjadi pengguna teknologi tanpa ada andil dalam teknologi tersebut. Selain
mempertimbangkan faktor penetrasi teknologi 4G dan perangkat, faktor masyarakat
juga menjadi poin pertimbangan sebelum implementasi teknologi 5G. Datangnya
teknologi diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa
penetrasi internet di Indonesia adalah 34,9%. Dari angka tersebut, survei terhadap
kegiatan yang dilakukan ketika mengakses internet menyatakan 87,4% internet
digunakan untuk kegiatan jejaring sosial dan hanya 11% untuk keperluan jual beli
online (APJII, 2015). Hal tersebut merepresentasikan bahwa kegunaan dari teknologi,
salah satunya teknologi internet belum dimanfaatkan secara produktif untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum mengimplementasikan teknologi 5G, perlu dilakukan identifikasi terkait
regulasi yang kemungkinan akan mengalami perubahan sehingga berjalannya teknologi
tidak dihambat dengan regulasi dan sebaliknya. Kajian lanjutan 5G Indonesia
merupakan pengembangan dari kajian awal 5G yang telah selesai dilaksanakan oleh
Puslitbang SDPPI pada 2015. Kajian awal 5G Indonesia lebih fokus pada identifikasi
permasalahan -permasalahan yang diperkirakan akan muncul sebagai akibat dari
implementasi teknologi 5G. Pada penelitian lanjutan 5G Indonesia, pengembangan
difokuskan pada empat sektor yaitu teknologi, regulasi, industri, ekosistem dan kesiapan
masyarakat. Dari sektor teknologi dan regulasi diperlukan identifikasi dari kedua sisi
tersebut. Di bidang industri diperlukan roadmap industri telekomunikasi dan
pendukungnya untuk mengetahui potensi industri Indonesia yang dapat berperan dalam
teknologi 5G.
Dari sisi kesiapan masyarakat perlu dilakukan kalkulasi terhadap switching cost
technology dan penyiapan model publik edukasi sehingga pemanfaataan teknologi dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini merupakan langkah antisipatif dan
proaktif menyambut datangnya teknologi 5G dengan melakukan kajian dan persiapan
jauh sebelum adopsi dilakukan.
Dengan melihat perkembangan teknologi 5G yang direncanakan akan ditetapkan
standarnya pada tahun 2020, maka penelitian diharapkan dapat memperlihatkan
berbagai hal berikut ini :
A. Pemetaan kandidat teknologi yang mendukung visi dari teknologi 5G
B. Dampak teknologi 5G terhadap regulasi yang sudah ada
C. Perkiraan switching cost of adoption teknologi 5G
D. Sektor industri dalam negeri yang berpotensi menjadi pendukung teknologi
E. 5G serta roadmap pengembangannya
F. Bentuk edukasi publik ke pengguna mobile broadband sehingga internet
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang produktif.
2. TELAAH PUSTAKA
Sejak teknologi 5G telah dikemukakan konsepnya, banyak pihak yang telah melakukan
kajian terkait dengan kandidat frekuensi yang akan digunakan dalam teknologi 5G.
Kajian yang dilakukan oleh Wonil Roh, dkk menunjukkan bahwa pita mmWave
mungkin memang menjadi kandidat yang layak untuk generasi sistem seluler
selanjutnya (5G). Hasil pengukuran dilakukan di Amerika Serikatdan Korea diringkas
bersama dengan pengukuran propagasi ruang aktual di ruang anechoic, menggunakan
skema hybrid beam-forming baru dengan hasil tes indoor dan outdoor untuk
menegaskan kelayakan mmWave band untuk penggunaan seluler
Dalam dunia 5G yang diprediksi, organisasi yang merespons secara efisien terhadap
lingkungan dengan konektivitas konstan dan informasi instan akan mampu untuk
sukses. Oleh karena itu, organisasi yang berharap untuk memanfaatkan perubahan yang
digerakkan oleh 5G harus menggunakan saat ini untuk menetapkan strategi
implementasi dan kapitalisasi.
Organisasi tersebut harus mempertimbangkan kondisi infrastruktur jaringan kabel yang
telah ada dan apakah akan mengonversi ke sistem nirkabel penuh dapat menghemat
biaya. Organisasi juga harus mempertimbangkan adanya tekanan tambahan untuk
meyakinkan bahwa tim TI telah memastikan unit bisnis benar-benar siap untuk dapat
mengambil keuntungan dari teknologi baru.
Contohnya, organisasi dapat mulai memperluas proses internal untuk menjembatani
kemampuan teknis yang ada saat ini dan yang dijanjikan akan dapat diberikan oleh 5G.
Kemampuan untuk menjalankan perubahan secara cepat sangat penting untuk
mempertahankan relevansi di pasar selama masa transisi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia harus belajar dan menyiapkan strategi
dalam menghadapi era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah
antara lain sebagai berikut:
1. Kementerian Kominfo dapat bergabung secara aktif pada working group ITU
WP5D atau dengan yang lain seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh
informasi standar lebih awal dan memiliki peluang dalam memberikan
kontribusi penyusunan standar yang dapat disesuaikan ekosistem di Indonesia;
dsb.
2. Penyiapan industri perangkat dalam negeri dengan melakukan inisiasi atau
kerjasama dengan learning center industri internasional yang telah mapan seperti
Qualcomm dan Intel untuk belajar pengembangan handset dari chipset ternama
sehingga Indonesia dapat mandiri dalam pembuatan handset.
Pada dasarnya saat seseorang atau perusahaan/instansi memiliki izin pita maka dapat
disebut sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi. Sedangkan penyelenggara jaringan
telekomunikasi apabila ingin menyelenggarakan jasa telekomunikasi tidak serta merta
dengan menyewa frekuensi yang dimiliki oleh penyelenggara jasa telekomunikasi tetapi
juga harus merangkap sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi dan memiliki izin
pita, hal ini berkaitan dengan BHP frekuensi dan BHP telekomunikasi yang harus
dibayar oleh penyelenggara telekomunikasi. BHP frekuensi dibayarkan sekali pada saat
penyelenggara telekomunikasi mendapatkan izin pita sedangkan BHP telekomunikasi
dibayarkan setiap tahun oleh seluruh penyelenggara telekomunikasi.
Harmonisasi spektrum seluler baru sangat diperlukan untuk memastikanlayanan 5G
dapat memenuhi harapan dimasa depan dan memberikan seluruh potensi dan
kemampuan dari teknologi ini.
• 5G membutuhkan spektrum dalam tiga rentang frekuensi utama agarmemberikan
jangkauan luas dan dapat mendukung semua use case yang dapat dihadirkan dengan
teknologi 5G. rentang spektrum tersebut adalah sub-
1 GHz; 1-6 GHz dan di atas 6 GHz.
• Potensi signifikan untuk koeksistensi 5G dan layanan nirkabel lainnya (mis. Satelit
dan sambungan tetap) di pita frekuensi yang lebih tinggi (mis. Di atas 24 GHz).
• Lisensi teknologi spektrum netral yang penting agar memungkinkan penyelenggara
dapat dengan mudah ber migrasi ke teknologi 5G.
Teknologi 5G merupakan evolusi dari berbagai teknologi seluler yang
sudahdikembangkan sejak lama oleh para peneliti. Teknologi seperti pada antena,
densififikasi, virtulisasi sampai dengan koneksi masif. Teknologi tersebut
terusdikembangkan dan di sinergikan dalam satu teknologi seluler yang saling
menopangsatu sama lain. Salah satu permasalahan utama dalam teknologi seluler untuk
5G adalah ketersediaan dan utilisasi spektrum.
Selain itu, 5G juga dikatakan akan mampu memberikan dukungan kuat pada
perkembangan internet dan memberikan pengalaman Mobile Broadband (MBB) melalui
pemenuhan kriteria untuk tingkat spektrum yang tinggi, jumlah koneksi yang banyak,
dan latensi yang sangat rendah dengan kisaran 1 mili detik, yang memungkinkan
operator untuk memberikan lebih banyak koneksi Mobile Network of Things (MoT).
Korea Selatan, Jepang, dan China bakal menjadi pionir dengan memulai penerapan
jaringan 5G pada 2018 dan 2020. Sebanyak 28 juta pelanggan 5G diperkirakan bakal
terkoneksi pada 2022, yang memberikan peluang relatif besar bagi pemain industri
Internet of Things (IoT) atau benda-benda yang terkoneksi ke dalam jejaring internet di
Indonesia
3. METODE PENELITIAN
3. Konsep sewa frekuensi; Pembatasan pihak yang berhak menyewa adalah hanya pada
penyelenggara telekomunikasi sehingga apabila pada saat jam sibuk atau pada saat
tertentu lainnya, operator seluler membutuhkan tambahan frekuensi, mereka dapat
meminjam/menyewa. Kondisi tersebut saat ini hanya berlaku pada frekuensi imarsat
mara ahaya yang dipakai telepon oleh penerbangan/pesawat jarak jauh. saat ini terdapat
operator yang hanya memiliki tidak lebih dari 5 BTS di wilayah Papua, seharusnya
frekuensi
a. Pelatihan technopreneur
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua / keluarga mempunyai peran
atau pengaruh yang besar untuk dapatmempengaruhiresponden untuk
mengakses hal-hal yang positif di internet. Orang tua/keluarga dapat memberikan
edukasi untuk menggunakan internet secara produktif. Salah satu program
pemerintah yang sudah diimplementasikan ke masyarakat adalah Internet Sehat dan
Aman (INSAN) dan Internet Cerdas, Kreatif, dan Produktif (CAKAP)
3.4 ISU
Sebagian warga Oakmare, sebuah kota kecil di Oakland, AS, mengajukan protes keras.
Mereka menolak rencana operator seluler Verizon menggelar uji coba layanan 5G di
kota tersebut. Alasan penolakan adalah kekhawatiran bahaya 5G akan membahayakan
kesehatan.
Ada dua rentang frekuensi yang digunakan di 5G rentang pertama di bawah 6GHz atau
sama seperti 4G LTE saat ini. Sementara rentang kedua di atas 6GHz, atau tepatnya 24-
86 GHz yang disebut millimeter wave.
Namun kembali ke hukum dasar fisika, semakin panjang frekuensi, semakin sempit
cakupan areanya. Gelombang millimeter wave mudah hilang ketika terkena penghalang,
apakah itu tembok, pohon, atau hujan.
arena itulah untuk memastikan kecepatan 5G konsisten di semua titik (termasuk di
dalam gedung atau rumah), operator perlu memasang antena mini cell secara
berdekatan. Contohnya pada kasus kota Oakmare di atas, mini cell akan dipasangkan
setiap 10-12 rumah di kota tersebut. Mini cell ini dipasang di fasilitas umum kota
tersebut, seperti lampu jalan, papan penunjuk jalan, bahkan tempat sampah.
Pertanyaan ini akan sulit dijawab karena belum ada pengujian definitif yang berhasil
menunjukkan efek negatif (ataupun tidak adanya efek negatif) dari penggunaan
gelombang millimeter wave yang digunakan 5G.
Riset yang dilakukan NYU Polytechnic School of Engineering juga tidak menunjukkan
efek negatif frekuensi 5G. Hasil riset menunjukkan penggunaan gelombang radio
60GHz dengan power 50W/m2 hanya meningkatkan temperatur kulit sebanyak 0,8
derajat celcius atau di bawah batas aman (1 derajat Celcius). Padahal, power yang
digunakan adalah 50W/m2, sedangkan pemancar 5G memancarkan gelombang radio
dengan power jauh di bawah itu.
Pendek kata, belum ada konsensus efek penggunaan milimeter wave bagi tubuh. Tak
heran jika kini muncul tarik-menarik kepentingan. Pihak industri ingin segera
menggulirkan teknologi 5G agar peluang bisnis kian terbuka, sementara ilmuwan ingin
teknologi 5G ditangguhkan dulu sampai ada penelitian lebih lanjut.
5. KESIMPULAN
Pada akhirnya, kita dapat melihat bahwa teknologi 5G menawarkan potensi yang sangat
besar untuk menunjang perkembangan dan peningkatan produktivitas industri. Namun,
di wilayah yang memiliki kota-kota padat penduduk dan wilayah pedesaan yang luas,
pemerintah dan perusahaan telekomunikasi perlu memastikan bahwa infrastruktur
penunjang 5G harus tersedia tidak hanya untuk operator seluler, tetapi operator di
pelosok, penyedia layanan lokal, pemilik gedung, pemilik pabrik dan kantor. Hanya
dengan cara itulah, segala keuntungan yang ditawarkan teknologi 5G bisa dinikmati
dengan maksimal.
6. SARAN
Penelitian 5G merupakan penelitian dengan sub bidang yang saling berkaitan. Apabila
ingin menunjukkan bagaimana 5G dapat berkolaborasi dengan keilmuan lain maka basis
data perlu lebih ditingkatkan sesuai dengan tujuan dari pengolahan data. Tetapi seperti
halnya dengan semua teknologi baru, 5G harus mengatasi tantangan implementasi, dari
membangun infrastruktur pendukung, biaya adopsi, hingga menghadapi permasalahan
hukum dan peraturan- peraturan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia harus belajar dan menyiapkan strategi
dalam menghadapi era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah
antara lain sebagai berikut :
1. Kementerian Kominfo dapat bergabung secara aktif pada working group ITU
WP5D atau dengan yang lain seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh
informasi standar lebih awal dan memiliki peluang dalam memberikan
kontribusi penyusunan standar yang dapat disesuaikan ekosistem di Indonesia;
dsb.
2. Penyiapan industri perangkat dalam negeri dengan melakukan inisiasi atau
kerjasama dengan learning center industri internasional yang telah mapan seperti
Qualcomm dan Intel untuk belajar pengembangan handset dari chipset ternama
sehingga Indonesia dapat mandiri dalam pembuatan handset.
DAFTAR PUSTAKA
1. Admaja Awangga Surya , 1 juli 2020, Kajian Awal 5G indonesia ,
https://media.neliti.com/media/publications/41208-ID-kajian-awal-5g-indonesia-5g-
indonesia-early-preview.pdf
2. Yuniarto Topan, 1 juli 2020, Masa Depan Jaringan 5G dan Perilaku Komunikasi
Digital,
warta-iski.or.id/index.php/WartaISKI/article/download/22/28
3. Admaja Awangga Febian Surya , 2018 , Spektrum Outlook dan Use Case untuk
Layanan 5G Indonesia , Puslitbang Sumber Daya, Perangkat , dan Penyelenggaraan
Pos dan Informatika ,Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementrian Komunikasi dan informatika, Jakarta
4. Putra I Made Suandi , 2019 , PERSPEKTIf dan PANDANGAN GLOBAL 5G Dan
Revolusi Industri Ke-Empat ,
https://global.theiia.org/translations/PublicDocuments/GPI-5G-and-the-Fourth-
Industrial-Revolution-Part-I-Indonesian.pdf
5. https://pqm.co.id/pengaruh-5g-untuk-produktivitas-industri-di-indonesia/
6. Kusumawati Diah , 2016 , Kajian Lanjutan 5G INDONESIA , Puslitbang Sumber
Daya, Perangkat , dan Penyelenggaraan Pos dan Informatika ,Badan Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementrian Komunikasi dan informatika ,
Jakarta
7. 5G Technology Architecture: Network Implementation, Challenges and Visibility
Robert James Casillas1, Bennett Touchette1, Lo’ai Tawalbeh1, and Fadi Muheidat2
8.Puslitbang SDPPI. (2014). Studi Pemetaan Industri Perangkat Telekomunikasi
Indonesia. Jakarta.
9.https://infokomputer.grid.id/read/12968272/benarkah-teknologi-5g-membahayakan-
kesehatan-ini-penjelasannya?page=all
Bogale, T. E., Le, L. B., & Member, S. (n.d.). Massive MIMO and Millimeter Wave for
5G Wireless HetNet : Potentials and Challenges.