Anda di halaman 1dari 16

POTENSI TEKNOLOGI 5G UNTUK IMPLEMENTASI

OPTIMISASI DI INDONESIA

1. DIMAS RANGGA SAPUTRA


2. IMAM RIZKY RAMADHAN
3. ZIDAN WALID

1. JL. Mandor sanim , depok , jawa barat


2. Jalan Pekapuran , Depok , Jawa Barat
3.

ABSTRAK
Indonesia saat ini tengah memasuki era teknologi 4G dimana secara global teknologi ini
telah dikomersilkan sejak tahun 2009. Melihat pengalaman implementasi teknologi
seluler dari 1G sampai dengan 4G di Indonesia yang selalu terlambat, maka kajian ini
diharapkan dapat menjadi awal persiapan Indonesia dalam menghadapi teknologi 5G
dengan mengidentifikasi teknologi seluler saat ini dengan gambaran umum industri
telekomunikasi di Indonesia saat ini. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode pengumpulan data melalui FGD dan wawancara mendalam kepada
regulator, operator, vendor, serta akademisi. Dalam kajian ini didapatkan bahwa
Indonesia perlu memetakan key requirement 5G yang sesuai dengan kondisi di
Indonesia sehingga dapat disusun roadmap 5G Indonesia.
Tujuan penelitian secara garis besar adalah untuk mengetahui kesiapan Indonesia
menghadapi datangnya teknologi 5G yang ditinjau dari sudut pandang teknologi,
regulasi, industri dan sosial. Dari sisi teknologi, penelitian ini bertujuan untuk
memetakan perkembangan teknologi-teknologi yang akan menjadi kandidat pendukung
standar teknologi 5G.
ABSTRACT
Indonesia is currently entering the era of 4G technology where globally this technology
has been commercialized since 2009. Considering the fact that the implementation of
cellular technology from 1G to 4G in Indonesia has always been late, this study is
expected to inspire the authority to initiate earlier preparation in facing 5G technology
by identifying current cellular technology with a general description of the
telecommunications industry in Indonesia today. This study uses a qualitative approach
with data collection methods through FGDs and in-depth interviews with regulators,
operators, vendors, and academics.
This study reveals that Indonesia needs to map the 5G key requirements based on the
conditions in Indonesia so that a 5G roadmap for Indonesia can be prepared. The
purpose of the research is to find out the readiness of Indonesia to face the advent of 5G
technology from a technological, regulatory, industrial and social perspective. From the
technology side, this research aims to map the development of technologies that will be
candidates for supporting the 5G technology standard

1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi telekomunikasi seluler sudah mulai memasuki era 5G.
Teknologi 4G adalah peningkatan dari teknologi 3G dalam hal kapasitas, kecepatan dan
efisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Berbeda dengan konsep improvement
tersebut, teknologi 5G diperkirakan bukan merupakan peningkatan atau penyempurnaan
dari teknologi sebelumnya. 5G Public Private Partnership (5G PPP) mendefinisikan visi
dari 5G sebagai teknologi kunci untuk dunia digital dengan ultra-high band
infrastructure yang akan mendukung proses transformasi ekonomi di segala sektor dan
meningkatkan permintaan pasar (5G PPP, 2015). Diskusi GSMA menyimpulkan dua
sudut pandang mengenai teknologi 5G. Pertama, 5G merupakan penggabungan
teknologi 2G, 3G, 4G, Wifi dan inovasi lain yang bermuara pada peningkatan cakupan
dan kehandalan (coverage and always-on reliability). Sudut pandang kedua, 5G adalah
teknologi yang berorientasi pada kecepatan pertukaran data dan minimalisasi end-to-end
latency (Warren & Dewar, 2014). Selain kedua sudut pandang tersebut, teknologi 5G
juga didefinisikan oleh berbagai vendor teknologi maupun forum-forum di dunia. Pada
awal tahun 2012, ITU-R telah memulai mengembangkan International Mobile
Telecommunication2020 (IMT-2020) dan diatasnya untuk menyiapkan standar
teknologi selanjutnya (ITU-R, 2012).
Sebelum memasuki era 5G, perlu diperhatikan penetrasi dari teknologi sebelumya yaitu
4G untuk mengetahui sejauh mana implementasi teknologi 4G sebelum ditetapkannya
standar teknologi 5G. Survei yang dilakukan oleh Jeffreries & Company dalam
www.statista.com memprediksi bahwa pada tahun 2020, penetrasi 4G di Asia masih
mencapai angka 25%, yang artinya kemungkinan operator telekomunikasi belum
mencapai titik impas dari nilai investasi yang dikeluarkan untuk menggelar jaringan 4G.
Sementara itu, Indonesia baru melakukan penataan frekuensi 1800 MHz untuk
komersialisasi teknologi 4G pada November 2015, sehingga diprediksikan bahwa rata-
rata demand subscriber dari layanan 4G yang ditawarkan oleh tiga operator seluler
dominan di Indonesia hanya akan mencapai 10% pada 2020. Sedangkan prediksi dari
operator XL Axiata, demand subscriber untuk layanan 4G masih dibawah angka 10%
.Hal tersebut menunjukkan dua hal, yaitu dari sisi operator kemungkinan belum
mencapai titik impas pada tahun 2020 dan dari sisi masyarakat harus diketahui pola
serta faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah permintaan terhadap layanan 4G
Pengalaman penetapan standar teknologi telekomunikasi di Indonesia kirakira tertinggal
lima tahun setelah standar teknologi tersebut ditetapkan oleh lembaga internasional.
Teknologi 1G ditetapkan pada tahun 1980, Indonesia mengadopsi pada tahun 1984.
Begitu pun dengan teknologi 2G yang ditetapkan pada tahun 1990, Indonesia baru
menggunakan teknologi tersebut pada tahun 2006. Hal serupa terjadi lagi pada era
teknologi 3G dan 4G. Dari keempat generasi teknologi tersebut, posisi Indonesia lebih
banyak menjadi pengguna teknologi tanpa ada andil dalam teknologi tersebut. Selain
mempertimbangkan faktor penetrasi teknologi 4G dan perangkat, faktor masyarakat
juga menjadi poin pertimbangan sebelum implementasi teknologi 5G. Datangnya
teknologi diharapkan dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) menyebutkan bahwa
penetrasi internet di Indonesia adalah 34,9%. Dari angka tersebut, survei terhadap
kegiatan yang dilakukan ketika mengakses internet menyatakan 87,4% internet
digunakan untuk kegiatan jejaring sosial dan hanya 11% untuk keperluan jual beli
online (APJII, 2015). Hal tersebut merepresentasikan bahwa kegunaan dari teknologi,
salah satunya teknologi internet belum dimanfaatkan secara produktif untuk mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sebelum mengimplementasikan teknologi 5G, perlu dilakukan identifikasi terkait
regulasi yang kemungkinan akan mengalami perubahan sehingga berjalannya teknologi
tidak dihambat dengan regulasi dan sebaliknya. Kajian lanjutan 5G Indonesia
merupakan pengembangan dari kajian awal 5G yang telah selesai dilaksanakan oleh
Puslitbang SDPPI pada 2015. Kajian awal 5G Indonesia lebih fokus pada identifikasi
permasalahan -permasalahan yang diperkirakan akan muncul sebagai akibat dari
implementasi teknologi 5G. Pada penelitian lanjutan 5G Indonesia, pengembangan
difokuskan pada empat sektor yaitu teknologi, regulasi, industri, ekosistem dan kesiapan
masyarakat. Dari sektor teknologi dan regulasi diperlukan identifikasi dari kedua sisi
tersebut. Di bidang industri diperlukan roadmap industri telekomunikasi dan
pendukungnya untuk mengetahui potensi industri Indonesia yang dapat berperan dalam
teknologi 5G.
Dari sisi kesiapan masyarakat perlu dilakukan kalkulasi terhadap switching cost
technology dan penyiapan model publik edukasi sehingga pemanfaataan teknologi dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Penelitian ini merupakan langkah antisipatif dan
proaktif menyambut datangnya teknologi 5G dengan melakukan kajian dan persiapan
jauh sebelum adopsi dilakukan.
Dengan melihat perkembangan teknologi 5G yang direncanakan akan ditetapkan
standarnya pada tahun 2020, maka penelitian diharapkan dapat memperlihatkan
berbagai hal berikut ini :
A. Pemetaan kandidat teknologi yang mendukung visi dari teknologi 5G
B. Dampak teknologi 5G terhadap regulasi yang sudah ada
C. Perkiraan switching cost of adoption teknologi 5G
D. Sektor industri dalam negeri yang berpotensi menjadi pendukung teknologi
E. 5G serta roadmap pengembangannya
F. Bentuk edukasi publik ke pengguna mobile broadband sehingga internet
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang produktif.

1.1 Roadmap Pengembangan 5G


Agenda implementasi teknologi international mobile telecommunication di tahun 2020
(imt-2020) menjadikan teknologi 5g sebagai bagiannya ikut dikembangkan Dengan
cepat. Layanan 5g yang mensyaratkan kecepatan, cakupan, dan kehandalan Menuntut
solusi jaringan yang berbeda baik dalam bentuk evolusi jaringan yang Ada maupun
potensi jaringan baru, model penyebaran yang baru termasuk small Cell, infrastruktur
jaringan yang sesuai yang dapat meliputi konektivitas serat optik Dan nirkabel, serta
akses ke spektrum frekuensi yang berbeda (ofcom, 2017). Urgensi penyelesaian standar
teknologi 5g menjadikan roadmap pengembangan Teknologi ini menjadi diskusi
penting dalam setiap pertemuan skala nasional Maupun internasional.
Ketersediaan spektrum memungkinkan investasi, inovasi, dan persaingan dalam
pengembangan teknologi 5G yang akan memberikan keuntungan bagi bisnis dan
masyarakat. Konsep dalam mengelola spektrum akan sangat berdampak besar terhadap
model bisnis yang dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi, beberapa konsep
efisiensi spektrum akan membentuk bisnis model baru penyelenggaraan telekomunikasi.
Hal tersebut diperkuat dengan bagaimana spektrum eksisting dikelola dan bagaimana
spektrum baru digelar. Sebagai contoh, di Inggris, ada satu penerima layanan satelit
Bumi-Stasiun Bumi di pita 26 GHz yang letaknya cukup jauh dari daerah perkotaan.
Dalam kondisi ini, dilakukan studi koeksistensi internasional yang bertujuan
mengidentifikasi kondisi teknis untuk memungkinkan akses bersama ke band oleh
stasiun bumi Earth Exploration Satellite Systems (EESS) dan perlindungan penerima
Data Relay Satellites (DRS) yang ada di dalam pesawat.
Hasilnya dapat berupa keputusan untuk mengurangi infrastruktur yang diperlukan atau
penentuan lokasi infrastruktur di masa yang akan datang. Pertimbangan penggunaan
frekuensi 3.6 Ghz – 3.8 Ghz untuk 5G di negara ini juga bahkan direalisasikan dengan
rencana penghentian pemberian izin stasiun bumi satelit pada frekuensi tersebut
(Ofcom, 2018). Penentuan spektrum frekuensi juga dapat menyebabkan migrasi
spektrum bahkan teknologi untuk layanan eksisting (Ofcom, 2017). Di Indonesia, dalam
rangka menyediakan spektrum frekuensi yang dibutuhkan, benturan izin penggunaan
layanan eksisting akan mungkin terjadi. Refarming dan lelang frekuensi menjadi
beberapa solusi yang diimplementasikan saat ini.
Kebijakan spektrum teknologi 5G sampai saat ini belum ditetapkan, hal ini memberi
kesempatan pada pelaku industri untuk mengajukan usulan dengan melakukan uji coba
pada frekuensi yang mereka anggap sesuai dengan visi perusahaan mereka. Sebagai
gambaran, spektrum frekuensi teknologi 5G akan memengaruhi kondisi spektrum
eksisting apabila seluruh konsep 5G dijalankan. Bagi penyelenggara jaringan/layanan
telekomunikasi, momentum awal mengadopsi 5G diperkirakanakan memberikan
dampak keputusan tentang bagaimana mereka akan menerapkan dan menggunakan
teknologi tersebut dan mendapatkan keunggulan dalam pasar yang cenderung
kompetitif dan bergerak dengan pesat.
Hal ini juga mendorong penyelenggara jaringan/layanan di Indonesia untuk
menjalankan uji coba untuk mengejar target dari teknologi 5G. Sebagai contoh, pada
April 2017, PT XL Axiata, Tbk. (XL Axiata), bekerja sama dengan Ericsson Indonesia,
menyelenggarakan uji coba teknologi 5G outdoor pertama di Indonesia. Pada Mei 2017,
Telkomsel bersama dengan Huawei juga melakukan live demo teknologi tersebut,
dengan berfokus pada karakteristik eMBB menggunakan spektrum frekuensi 70 GHz.
Identifikasi dan harmonisasi global dalam penentuan spektrum frekuensi penting untuk
bisa menciptakan ekosistem 5G sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat memberikan
keuntungan bagi bisnis dan masyarakat serta dapat bersaingan dalam skala global.
Berdasarkan latar belakang tersebut, studi ini diperlukan untuk merumuskan Visi dan
Misi Nasional, serta Langkah Strategis Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang terkait
dengan spektrum outlook 5G.
Studi ini penting, mengingat Indonesia memiliki keunggulan berupa pasar pengguna
layanan telekomunikasi yang sangat besar, yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong
industri asing agar dapat bersinergi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
telekomuninasi, praktisi, akademisi, dan asosiasi, dan stakeholder lainnya.
Teknologi 5G diprediksikan memiliki kecepatan data sampai dengan 10 Gbit/s, berlipat
dari generasi sebelumnya. Setiap perkembangan teknologi memerlukan persiapan dalam
implementasi baik dalam persiapan regulasi, kesiapan industri dan lain-lain. Saat ini
Indonesia baru saja memasuki tahap teknologi 4G sehingga teknologi 5G akan terlihat
sangat jauh sekali, meskipun begitu tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi 5G akan
datang baik Indonesia siap ataupun tidak. Salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah
spektrum frekuensi, oleh karebuku ini diharapkan dapat membantu menggambarkan
kondisi spektrum frekuensi di Indonesia saat ini dan diharapkan dapat memberikan
masukan dalam menentukan langkah dan roadmap 5G Indonesia ke depan.
Selain spektrum frekuensi, masyarakat juga diharapkan dapat memberikan respon atau
user experience terhadap uji coba teknologi 5G yang dilakukan pada saat gelaran Asian
Games di komplek Gelora Bung Karno.
1.2 Generasi Baru Di Era 5G
Jika semuanya berjalan sesuai rencana, para ahli mengatakan bahwa hanya dalam dua
tahun, generasi baru konektivitas mobile akan menjadi kenyataan yang menjanjikan
lompatan kuantum di dunia teknologi. Hal ini akan mengantarkan dunia yang "serba-
terhubung " yang ditandai dengan unduhan yang secepat kilat, konektivitas bisa
dilakukan di mana-mana, serta volume lalu lintas data dalam triliunan byte.
Disaat smartphone, TV pintar, asisten virtual, dan perangkat digital lainnya menjadi
lebih pintar dan lebih banyak – serta penggunaannya akan menghasilkan lebih banyak
data- jaringan nirkabel yang menghubungkan peralatan tersebut harus cukup besar,
cukup kuat, dan cukup handal untuk mengikuti perkembangannya. Untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat akan konektivitas dan kecepatan arus data, raksasa
telekomunikasi seperti Verizon, AT&T,Sprint , Deutsche Telekom dan Vodafone telah
bergerak cepat untuk menyediakan penerus komunikasi seluler 4G dan LTE yang
banyak dinantikan yaitu generasi kelima dari teknologi jaringan nirkabel yang dikenal
sebagai 5G. internal.

1.3 5G Menangani Arus Data Besar


5G memberi sinyal adanya transformasi digital yang akan sangat mengubah bentuk
bisnis. Ketika tiba saatnya, teknologi ini diproyeksikan akan menggunakan pita
frekuensi yang lebih tinggi dari spektrum nirkabel saat ini yang memungkinkan
sejumlah besar data ditransfer jauh lebih cepat daripada pita frekuensi-rendah yang
didedikasikan untuk 4G dan LTE. Misalnya, total dari seluruh gambar digital, hiburan,
produktivitas, dan penggunaan suara akan tumbuh dari 33 zettabytes yang dicatat pada
tahun 2018 akan menjadi sebanyak 175 zettabytes pada tahun 2025, dengan asumsi
peluncuran 5G yang agresif pada tahun 2020.
Selain jmenjanjikan kecepatan, kekuatan, keandalan yang ditingkatkan, dan kecerdasan,
dampak terbesar dari 5G adalah dimungkinkannya konektivitas perangkat di mana-
mana. Sebagai contoh, teknologi 4G dan LTE saat ini membatasi konektivitas hingga
sekitar 100.000 perangkat per kilometer persegi, sedangkan 5G menjanjikan
peningkatan sepuluh kali lipat menjadi 1 juta perangkat yang terhubung dalam ruang
yang sama yang dihubungkan dengan kecepatan 200 kali lebih cepat. Pada awal 2020,
saat dimulainya era 5G, diperkirakan akan ada sebanyak 50 miliar perangkat yang
terhubung yang menghasilkan 4,4 zettabytes data.
Teknologi generasi kelima ini akan mendefinisikan kembali infrastruktur jaringan
melalui "pengirisan jaringan (network slicing)," yang merupakan kemampuan untuk
menawarkan jaringan yang disesuaikan untuk penggunaan khusus dan memberikan
kemampuan yang lebih besar dalam pemanfaatan sumber daya jaringan. Sebagai
contoh, aplikasi seperti pengoperasian mesin jarak jauh (remote), telesurgery, dan
pengukuran (metering) cerdas, semuanya membutuhkan konektivitas, tetapi dengan
karakteristik yang sangat berbeda. Teknologi nirkabel baru seperti pengiris jaringan
(slicer) memberikan dasar untuk jaringan logis yang dapat disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan setiap aplikasi, yang memungkinkan produk dan layanan baru untuk dibawa
ke pasar dengan cepat dan mudah diadaptasi untuk permintaan pasar yang berubah
cepat.
Evolusi dalam teknologi ini dilakukan melalui pembagian infrastruktur fisik menjadi
platform virtual dengan menggunakan teknik yang dikenal sebagai virtualisasi fungsi
jaringan/Network Function Virtualization (NFV). Alih-alih dipaksa untuk mengadopsi
arsitektur jaringan yang "one size fits all" konvensional, di mana semua perangkat dan
layanan berbagi jalur pipa yang sama, 5G memungkinkan para insinyur merancang
jaringan yang dapat ditargetkan, berorientasi aplikasi dalam perangkat lunak tanpa
gangguan layanan, gangguan, atau perencanaan luas.
Diperkirakan bahwa perangkat pintar akan mengalami peningkatan besar dalam
pemanfaatan dan kemampuan mereka. Kemampuan ini akan memungkinkan organisasi
menyesuaikan jaringan dengan berbagai perangkat dan layanan. Sensor ponsel, internet
of things (IoT), aplikasi perusahaan, dan perangkat lain apa pun yang memiliki chip di
dalamnya akan terhubung ke jaringan, setiap saat. Penyedia layanan dapat
mempersonalisasikan jaringan mereka untuk rumah pintar, mobil pintar, tempat kerja
pintar, atau seluruh kota pintar – yang menggabungkan bandwidth, keamanan, atau
latensi yang diperlukan untuk masing-masing. Secara keseluruhan, hal ini akan
memberikan kualitas layanan yang lebih baik dan pengalaman jaringan yang lebih baik
untuk pengembang dan pengguna aplikasi.
Perusahaan yang sama yang memberi daya pada telepon seluler saat ini merupakan
perusahaan yang membawa 5G kepada konsumen. Meskipun sistem radio 5G yang
sebenarnya, yang dikenal sebagai 5G- NR, tidak kompatibel dengan 4G, semua
perangkat 5G - setidaknya pada awalnya di AS – akan membutuhkan 4G untuk
membuat koneksi awal sebelum melakukan penjualan hingga 5G di tempat yang
tersedia. Namun 5G tidak semata-mata mengenai ponsel dan kecepatan. Transisi ke 5G
juga akan memengaruhi perangkat lain termasuk robot industri, kamera keamanan,
aplikasi virtual reality (VR), drone, dan mobil, dapat pula menciptakan perubahan besar
mengenai berapa jumlah situs cellular yang diperlukan dan berapa banyak perangkat
yang dapat terhubung ke satu jaringan. Jaringan yang lebih cepat dapat membantu
menyebarluaskan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi mutakhir lainnya.
Meskipun 5G diperkirakan akan mengarah pada penciptaan tiga juta pekerjaan baru,
investasi langsung sebesar $275 miliar, dan pertumbuhan ekonomi sebesar $550 miliar,
menurut CTIA, hal itu juga dapat mengarah pada penghapusan lapangan kerja, karena
teknologi ini diharapkan akan mengubah model bisnis tertentu, dan meningkatkan
kebutuhan untuk berubah dari tenaga kerja dengan keterampilan rendah ke tenaga kerja
dengan keterampilan lebih tinggi.
Sebagai contoh, Nokia Corporation mengumumkan pada bulan Februari bahwa,
meskipun telah mencapai kesuksesan awal di 5G dan telah menjalin sejumlah
kesepakatan dengan operator, perusahaan akan perlu mengurangi biaya operasinya
sebanyak $799 juta per tahun p ada akhir tahun 2020. Hal ini akan dilakukan melalui
otomatisasi sistem, proses yang disederhanakan, pengurangan tenaga kerja yang
signifikan, dan dengan berfokus pada bisnis jaringan selulernya.
Nokia juga akan memprioritaskan unit penelitian dan pengembangannya pada 5G dan
berhenti berinvestasi dalam produk terdahulu.

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Perkembangan Teknologi 5G

Sejak teknologi 5G telah dikemukakan konsepnya, banyak pihak yang telah melakukan
kajian terkait dengan kandidat frekuensi yang akan digunakan dalam teknologi 5G.
Kajian yang dilakukan oleh Wonil Roh, dkk menunjukkan bahwa pita mmWave
mungkin memang menjadi kandidat yang layak untuk generasi sistem seluler
selanjutnya (5G). Hasil pengukuran dilakukan di Amerika Serikatdan Korea diringkas
bersama dengan pengukuran propagasi ruang aktual di ruang anechoic, menggunakan
skema hybrid beam-forming baru dengan hasil tes indoor dan outdoor untuk
menegaskan kelayakan mmWave band untuk penggunaan seluler
Dalam dunia 5G yang diprediksi, organisasi yang merespons secara efisien terhadap
lingkungan dengan konektivitas konstan dan informasi instan akan mampu untuk
sukses. Oleh karena itu, organisasi yang berharap untuk memanfaatkan perubahan yang
digerakkan oleh 5G harus menggunakan saat ini untuk menetapkan strategi
implementasi dan kapitalisasi.
Organisasi tersebut harus mempertimbangkan kondisi infrastruktur jaringan kabel yang
telah ada dan apakah akan mengonversi ke sistem nirkabel penuh dapat menghemat
biaya. Organisasi juga harus mempertimbangkan adanya tekanan tambahan untuk
meyakinkan bahwa tim TI telah memastikan unit bisnis benar-benar siap untuk dapat
mengambil keuntungan dari teknologi baru.
Contohnya, organisasi dapat mulai memperluas proses internal untuk menjembatani
kemampuan teknis yang ada saat ini dan yang dijanjikan akan dapat diberikan oleh 5G.
Kemampuan untuk menjalankan perubahan secara cepat sangat penting untuk
mempertahankan relevansi di pasar selama masa transisi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia harus belajar dan menyiapkan strategi
dalam menghadapi era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah
antara lain sebagai berikut:
1. Kementerian Kominfo dapat bergabung secara aktif pada working group ITU
WP5D atau dengan yang lain seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh
informasi standar lebih awal dan memiliki peluang dalam memberikan
kontribusi penyusunan standar yang dapat disesuaikan ekosistem di Indonesia;
dsb.
2. Penyiapan industri perangkat dalam negeri dengan melakukan inisiasi atau
kerjasama dengan learning center industri internasional yang telah mapan seperti
Qualcomm dan Intel untuk belajar pengembangan handset dari chipset ternama
sehingga Indonesia dapat mandiri dalam pembuatan handset.

Pada dasarnya saat seseorang atau perusahaan/instansi memiliki izin pita maka dapat
disebut sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi. Sedangkan penyelenggara jaringan
telekomunikasi apabila ingin menyelenggarakan jasa telekomunikasi tidak serta merta
dengan menyewa frekuensi yang dimiliki oleh penyelenggara jasa telekomunikasi tetapi
juga harus merangkap sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi dan memiliki izin
pita, hal ini berkaitan dengan BHP frekuensi dan BHP telekomunikasi yang harus
dibayar oleh penyelenggara telekomunikasi. BHP frekuensi dibayarkan sekali pada saat
penyelenggara telekomunikasi mendapatkan izin pita sedangkan BHP telekomunikasi
dibayarkan setiap tahun oleh seluruh penyelenggara telekomunikasi.
Harmonisasi spektrum seluler baru sangat diperlukan untuk memastikanlayanan 5G
dapat memenuhi harapan dimasa depan dan memberikan seluruh potensi dan
kemampuan dari teknologi ini.
• 5G membutuhkan spektrum dalam tiga rentang frekuensi utama agarmemberikan
jangkauan luas dan dapat mendukung semua use case yang dapat dihadirkan dengan
teknologi 5G. rentang spektrum tersebut adalah sub-
1 GHz; 1-6 GHz dan di atas 6 GHz.
• Potensi signifikan untuk koeksistensi 5G dan layanan nirkabel lainnya (mis. Satelit
dan sambungan tetap) di pita frekuensi yang lebih tinggi (mis. Di atas 24 GHz).
• Lisensi teknologi spektrum netral yang penting agar memungkinkan penyelenggara
dapat dengan mudah ber migrasi ke teknologi 5G.
Teknologi 5G merupakan evolusi dari berbagai teknologi seluler yang
sudahdikembangkan sejak lama oleh para peneliti. Teknologi seperti pada antena,
densififikasi, virtulisasi sampai dengan koneksi masif. Teknologi tersebut
terusdikembangkan dan di sinergikan dalam satu teknologi seluler yang saling
menopangsatu sama lain. Salah satu permasalahan utama dalam teknologi seluler untuk
5G adalah ketersediaan dan utilisasi spektrum.
Selain itu, 5G juga dikatakan akan mampu memberikan dukungan kuat pada
perkembangan internet dan memberikan pengalaman Mobile Broadband (MBB) melalui
pemenuhan kriteria untuk tingkat spektrum yang tinggi, jumlah koneksi yang banyak,
dan latensi yang sangat rendah dengan kisaran 1 mili detik, yang memungkinkan
operator untuk memberikan lebih banyak koneksi Mobile Network of Things (MoT).
Korea Selatan, Jepang, dan China bakal menjadi pionir dengan memulai penerapan
jaringan 5G pada 2018 dan 2020. Sebanyak 28 juta pelanggan 5G diperkirakan bakal
terkoneksi pada 2022, yang memberikan peluang relatif besar bagi pemain industri
Internet of Things (IoT) atau benda-benda yang terkoneksi ke dalam jejaring internet di
Indonesia

3. METODE PENELITIAN

3.1 SKEMA MODEL BISNIS


Dalam penyelenggaraan telekomunikasi terdapat beberapa model bisnis yang dapat
diimplementasikann antara lain:
1. Active sharing; penggunaan bersama elemen aktif yang digunakan dalam jaringan
telekomunikasi yang mencakup antena, base station, jaringan radio akses, sampai
dengan core network. Ada 3 (tiga) model bisnis active sharing berdasarkan 3GPP:
2. Backhaul; jaringan backhaul yang paling dimungkinkan dalam penerapanteknologi
5G saat ini adalah dengan menggunakan jaringan fiber optik dimana saat ini penerapan
penggelaran jaringan fiber dilapangan memiliki beberapa kendala. Perizinan penanaman
fiber optic saat ini ada pada pemerintah daerah. Izin penggalian fiber optik diberikan
oleh dinas PU dengan rekomendasi dari Dinas Kominfo daerah, kelemahan pada
rekomendasi yang diberikan oleh Dinas Kominfo adalah informasi kondisi dari
jalan/area yang akan digali tersebut, dimana biasanya tempat yang akan digali sudah
terdapat jaringan lain seperti pipa PDAM, kabel listrik, dll.

3. Konsep sewa frekuensi; Pembatasan pihak yang berhak menyewa adalah hanya pada
penyelenggara telekomunikasi sehingga apabila pada saat jam sibuk atau pada saat
tertentu lainnya, operator seluler membutuhkan tambahan frekuensi, mereka dapat
meminjam/menyewa. Kondisi tersebut saat ini hanya berlaku pada frekuensi imarsat
mara ahaya yang dipakai telepon oleh penerbangan/pesawat jarak jauh. saat ini terdapat
operator yang hanya memiliki tidak lebih dari 5 BTS di wilayah Papua, seharusnya
frekuensi

3.2 EDUKASI KEPADA PENGGUNA


Berkembangnya teknologi telekomunikasi yang mengakibatkan semakin bertambah
kecepatan dalam mengakses internet sehingga memudahkan pengguna internet untuk
dapat mengakses konten video tanpa adanya buffer. Semakin meningkatnya kecepatan
akses internet tidak diikuti oleh kebiasaan pengguna internet.

Terdapat beberapa bentuk edukasi yang bisa diimplementasikan kepada pengguna


internet yaitu :

a. Pelatihan technopreneur

Pelatihan ini adalah kegiatan untuk melatih masyarakat supaya memanfaatkan


teknologi internet untuk dijadikan sebagai peluang usaha, salah satu contohnya
adalah pemasaran online (e-commerce). Pelatihan ini cocok diimplementasikan bagi
masyarakat yang belum bekerja atau pengangguran dan masyarakat yang tergabung
dalam Usaha Kecil Menengah (UKM).

b. d. Orang tua / Keluarga

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang tua / keluarga mempunyai peran
atau pengaruh yang besar untuk dapatmempengaruhiresponden untuk
mengakses hal-hal yang positif di internet. Orang tua/keluarga dapat memberikan
edukasi untuk menggunakan internet secara produktif. Salah satu program
pemerintah yang sudah diimplementasikan ke masyarakat adalah Internet Sehat dan
Aman (INSAN) dan Internet Cerdas, Kreatif, dan Produktif (CAKAP)

e. Video/meme viral di media sosial


Banyaknya pengguna internet yang mengakses media sosial sebenarnya bisa
dijadikan sebagai peluang untuk menyebarkan pesan-pesan positif tentang
penggunaan internet secara produktif. Penyebaran pesan-pesan video atau meme
penggunaan internet secara produktif di media sosial. Pesan video atau meme bisa
dikemas sesuai dengan usia pengguna media sosial dimana didominasi oleh
kalangan pelajar/mahasiswa.

3.3 SCENARIO PLANNING


Perencanaan skenario (scenario planning) adalah proses terstruktur dalam memikirkan
dan mengantisipasi masa depan yang tidak diketahui, tanpa pretensi untuk dapat
memprediksi masa depan atau mampu mempengaruhi lingkungan secara global.
Perencanaan skenario, merupakan metode untuk perencanaan jangka menengah sampai
dengan jangka panjang dengan kondisi yang tidak tentu. Metode tersebut membantu
menentukan strategi dan menyusun rencana terhadap hal yang tidak diperkirakan tetapi
tetap pada arah yang dituju dan mengikuti perkembangan dari isu terkait (Mintzberg,
Quinn, & Ghoshal, 2003).

Konsep perencanaan skenario pada dasarnya merupakan transformasi dari ‘proses


TAIDA’: Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, dan Acting.

• Tracking. Merupakan langkah pertama dengan tujuan utama adalah menelusuri,


memperhatikan dan menggambarkan bagaimana perubahan keadaan di sekitar yang
memiliki kemungkinan dampak terhadap isu yang dihadapi
• Analysing. Setelah langkah tracking selesai, langkah selanjutnya adalah menganalisa
dan menyusun dasar skenario
• Imaging. Pada dasarnya langkah ini merupakan penentuan visi berdasarkan perkiraan
masa depan yang dimungkinkan..
• Deciding. Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah yang akan timbul terhadap
pilihan skenario yang dapat mempengaruhi visi.
• Acting. Melaksanakan skenario yang telah dipilih melalui rencana aksi (action plan).

3.4 ISU

Sebagian warga Oakmare, sebuah kota kecil di Oakland, AS, mengajukan protes keras.
Mereka menolak rencana operator seluler Verizon menggelar uji coba layanan 5G di
kota tersebut. Alasan penolakan adalah kekhawatiran bahaya 5G akan membahayakan
kesehatan.
Ada dua rentang frekuensi yang digunakan di 5G rentang pertama di bawah 6GHz atau
sama seperti 4G LTE saat ini. Sementara rentang kedua di atas 6GHz, atau tepatnya 24-
86 GHz yang disebut millimeter wave.
Namun kembali ke hukum dasar fisika, semakin panjang frekuensi, semakin sempit
cakupan areanya. Gelombang millimeter wave mudah hilang ketika terkena penghalang,
apakah itu tembok, pohon, atau hujan.
arena itulah untuk memastikan kecepatan 5G konsisten di semua titik (termasuk di
dalam gedung atau rumah), operator perlu memasang antena mini cell secara
berdekatan. Contohnya pada kasus kota Oakmare di atas, mini cell akan dipasangkan
setiap 10-12 rumah di kota tersebut. Mini cell ini dipasang di fasilitas umum kota
tersebut, seperti lampu jalan, papan penunjuk jalan, bahkan tempat sampah.

Hal inilah yang kemudian memunculkan kekhawatiran. Implementasi teknologi 5G


akan membuat warga kota “dikepung” gelombang radio frekuensi tinggi yang menyala
24 jam, yang dikhawatirkan akan berefek pada kesehatan warga.

Benarkah Gelombang 5G Berbahaya?

Pertanyaan ini akan sulit dijawab karena belum ada pengujian definitif yang berhasil
menunjukkan efek negatif (ataupun tidak adanya efek negatif) dari penggunaan
gelombang millimeter wave yang digunakan 5G.

Riset yang dilakukan NYU Polytechnic School of Engineering juga tidak menunjukkan
efek negatif frekuensi 5G. Hasil riset menunjukkan penggunaan gelombang radio
60GHz dengan power 50W/m2 hanya meningkatkan temperatur kulit sebanyak 0,8
derajat celcius atau di bawah batas aman (1 derajat Celcius). Padahal, power yang
digunakan adalah 50W/m2, sedangkan pemancar 5G memancarkan gelombang radio
dengan power jauh di bawah itu.

Pendek kata, belum ada konsensus efek penggunaan milimeter wave bagi tubuh. Tak
heran jika kini muncul tarik-menarik kepentingan. Pihak industri ingin segera
menggulirkan teknologi 5G agar peluang bisnis kian terbuka, sementara ilmuwan ingin
teknologi 5G ditangguhkan dulu sampai ada penelitian lebih lanjut.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketersediaan spektrum memungkinkan investasi, inovasi, dan persaingan dalam


pengembangan teknologi 5G yang akan memberikan keuntungan bagi bisnis dan
masyarakat. Konsep dalam mengelola spektrum akan sangat berdampak besar terhadap
model bisnis yang dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi, beberapa konsep
efisiensi spektrum akan membentuk bisnis model baru penyelenggaraan telekomunikasi.
Hal tersebut diperkuat dengan bagaimana spektrum eksisting dikelola dan bagaimana
spektrum baru digelar.

Teknologi 5G diprediksikan memiliki kecepatan data sampai dengan 10 Gbit/s, berlipat


dari generasi sebelumnya. Setiap perkembangan teknologi memerlukan persiapan dalam
implementasi baik dalam persiapan regulasi, kesiapan industri dan lain-lain. Saat ini
Indonesia baru saja memasuki tahap teknologi 4G sehingga teknologi 5G akan terlihat
sangat jauh sekali, meskipun begitu tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi 5G akan
datang baik Indonesia siap ataupun tidak. Salah satu hal yang harus dipersiapkan adalah
spektrum frekuensi, oleh karebuku ini diharapkan dapat membantu menggambarkan
kondisi spektrum frekuensi di Indonesia saat ini dan diharapkan dapat memberikan
masukan dalam menentukan langkah dan roadmap 5G Indonesia ke depan. 5G akan
memberi lebih dari sekadar peningkatan kemampuan perangkat yang membuat hidup
kita lebih nyaman, seperti meminta rumah pintar Anda untuk memesan makan malam
atau mematikan lampu. 5G akan memungkinkan perkembangan dalam kapasitas untuk
mengkomunikasikan data yang belum pernah ada sebelumnya, membuka pintu ke
layanan dan aplikasi yang sebelumnya tidak terbayangkan. Kinerjanya menjanjikan
kecepatan data yang tinggi, pengurangan latensi, penghematan energi, pengurangan
biaya, kapasitas sistem yang lebih tinggi, dan konektivitas perangkat yang masif semua
yang diharapkan dari revolusi dalam inovasi nirkabel. Meskipun ada keuntungan yang
ditawarkan jaringan super cepat 5G, komunitas pedesaan yang kurang padat tidak
mungkin melihat manfaat dalam waktu dekat. Melainkan memerlukan waktu yang tidak
sebentar untuk dapat menjangkau koneksinya. Pita frekuensi tinggi yang dioperasikan
oleh jaringan mungkin akan menyediakan kapasitas yang meningkat tetapi saat ini,
mereka hanya mampu menempuh jarak yang lebih pendek. Selain itu, ada biaya tinggi
yang terkait dengan penyebaran 5G, yang berarti bahwa tanpa subsidi pemerintah,
daerah-daerah terpencil akan bergantung pada operator jaringan untuk menyediakan
infrastruktur yang diperlukan. Dari sudut pandang penyedia layanan telekomunikasi,
wakil presiden teknologi dan sistem Telkomsel Ivan C Permana, kepala regulasi dan
hubungan pemerintah Indosat Fajar Aji Suryawan, dan perencanaan jaringan manajer
umum XL Axiata Farid Hasanudin setuju bahwa penerapan 5G di Indonesia akan
menciptakan model bisnis baru di masa depan, tetapi itu semua tergantung pada
bagaimana industri akan menggunakan teknologi 5G tersebut.

5. KESIMPULAN

Pada akhirnya, kita dapat melihat bahwa teknologi 5G menawarkan potensi yang sangat
besar untuk menunjang perkembangan dan peningkatan produktivitas industri. Namun,
di wilayah yang memiliki kota-kota padat penduduk dan wilayah pedesaan yang luas,
pemerintah dan perusahaan telekomunikasi perlu memastikan bahwa infrastruktur
penunjang 5G harus tersedia tidak hanya untuk operator seluler, tetapi operator di
pelosok, penyedia layanan lokal, pemilik gedung, pemilik pabrik dan kantor. Hanya
dengan cara itulah, segala keuntungan yang ditawarkan teknologi 5G bisa dinikmati
dengan maksimal.

6. SARAN

Penelitian 5G merupakan penelitian dengan sub bidang yang saling berkaitan. Apabila
ingin menunjukkan bagaimana 5G dapat berkolaborasi dengan keilmuan lain maka basis
data perlu lebih ditingkatkan sesuai dengan tujuan dari pengolahan data. Tetapi seperti
halnya dengan semua teknologi baru, 5G harus mengatasi tantangan implementasi, dari
membangun infrastruktur pendukung, biaya adopsi, hingga menghadapi permasalahan
hukum dan peraturan- peraturan.

Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia harus belajar dan menyiapkan strategi
dalam menghadapi era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah
antara lain sebagai berikut :

1. Kementerian Kominfo dapat bergabung secara aktif pada working group ITU
WP5D atau dengan yang lain seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh
informasi standar lebih awal dan memiliki peluang dalam memberikan
kontribusi penyusunan standar yang dapat disesuaikan ekosistem di Indonesia;
dsb.
2. Penyiapan industri perangkat dalam negeri dengan melakukan inisiasi atau
kerjasama dengan learning center industri internasional yang telah mapan seperti
Qualcomm dan Intel untuk belajar pengembangan handset dari chipset ternama
sehingga Indonesia dapat mandiri dalam pembuatan handset.
DAFTAR PUSTAKA
1. Admaja Awangga Surya , 1 juli 2020, Kajian Awal 5G indonesia ,
https://media.neliti.com/media/publications/41208-ID-kajian-awal-5g-indonesia-5g-
indonesia-early-preview.pdf
2. Yuniarto Topan, 1 juli 2020, Masa Depan Jaringan 5G dan Perilaku Komunikasi
Digital,
warta-iski.or.id/index.php/WartaISKI/article/download/22/28
3. Admaja Awangga Febian Surya , 2018 , Spektrum Outlook dan Use Case untuk
Layanan 5G Indonesia , Puslitbang Sumber Daya, Perangkat , dan Penyelenggaraan
Pos dan Informatika ,Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementrian Komunikasi dan informatika, Jakarta
4. Putra I Made Suandi , 2019 , PERSPEKTIf dan PANDANGAN GLOBAL 5G Dan
Revolusi Industri Ke-Empat ,
https://global.theiia.org/translations/PublicDocuments/GPI-5G-and-the-Fourth-
Industrial-Revolution-Part-I-Indonesian.pdf
5. https://pqm.co.id/pengaruh-5g-untuk-produktivitas-industri-di-indonesia/
6. Kusumawati Diah , 2016 , Kajian Lanjutan 5G INDONESIA , Puslitbang Sumber
Daya, Perangkat , dan Penyelenggaraan Pos dan Informatika ,Badan Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementrian Komunikasi dan informatika ,
Jakarta
7. 5G Technology Architecture: Network Implementation, Challenges and Visibility
Robert James Casillas1, Bennett Touchette1, Lo’ai Tawalbeh1, and Fadi Muheidat2
8.Puslitbang SDPPI. (2014). Studi Pemetaan Industri Perangkat Telekomunikasi
Indonesia. Jakarta.
9.https://infokomputer.grid.id/read/12968272/benarkah-teknologi-5g-membahayakan-
kesehatan-ini-penjelasannya?page=all
Bogale, T. E., Le, L. B., & Member, S. (n.d.). Massive MIMO and Millimeter Wave for
5G Wireless HetNet : Potentials and Challenges.

Anda mungkin juga menyukai