4. SARMILAWATI (90100121040)
6. NURFATHONAH (90100121044)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Teori Kebutuhan dalam Ekonomi Islam” Kami berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan mengenai teori kebutuhan dalam ekonomi
silam.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki,
oleh karena itu, saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen pembimbing kami
terima dengan senang hati sebagai bahan perbaikan dan pembelajaran untuk kami
kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia.
konsep kebutuhan dalam Islam dan tujuan syariah yang sesuai dengan
B. Rumusan Masalah
hari?
C. Tujuan Penulisan
sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dharuriyyat (primer)
layak. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi hidup manusia akan terancam
193.
193)
Oleh sebab itu tujuan yang bersifat dharuri adalah tujuan utama
2. Hajiyat (sekunder)
3. Tahsiniyyat (tersier)
pelengkap.
ayat Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah sebagai alasan logis bagi rumusan
yang bersifat khusus (spsesifik, nash khusus) yang menjadi dalil untuk
suatu masalah dan juga yang bersifat umum (nash umum) yang berisi
dan dilindungi oleh al-qur‟an pada setiap perintah, larangan atau keizinan
yang diberikan Allah, inilah yang disebut dengan mashalih yang ingin
dijaga, dipenuhi dan dilindungi oleh al-Qur‟an atau lebih tepatnya menjadi
maqashid al-syari‟ah.
bersifat final atau qath‟i karena diperoleh melalui istiqra ma‟nawi tetap
kategori tersebut diperolah melalui ijtihad walaupun metodenya istiqra
ma‟nawi, tetap harus dianggap sebagai hasil ijtihad yang tidak akan
sampai kepada tingkat qath‟i. karena itu sekiranya perlu atay ketika ada
ijtihad yang lebih baik maka kategori ini boleh saja diubah atau
dikembangkan lagi.
yang berjenjang, mulai dari yang paling terpenting sampai kepada yang
komplementer.
Hubungan antara ketiga jenis dan tingkat keperluan dan perlindungan ini
kerusakan al-Dharuriyyat.
penuh kepada al-Dharuriyyat, dengan arti kalau pertama tidak ada maka
1. Al- Dharuriyyat
dengan alasan yang sepele atau hanya dengan alasan untuk memuakan
maka manusia tidak dapat hidup tentram dan tidak dapat dikembang
keadaan lebih tinggi dari keadaan primitif, dan apa bila hal seprti ini
keselamatan keturunan.
keperluan dari jenis yang berbeda pada urutan yang lima tersebut,
dari kematian atau tekanan, paksaan orang lai, seorang tidak boleh
2. Al-Hajiyyat
susah, dan kalaupun tidak ada maka sebagian manusia akan berada
berlindung dari cuaca, atau dari serangan binatang buas dan lain-lain,
kebutuhan dasariah diatas tidak musti rumah yang dibuat dari kayu,
atau batu yang kokoh, gua atau cabang-cabang kayu, kemah atau
walaupun tentunya dengan cara yang sederhana dan boleh jadi sama
rumah yang dibuat secara khusus dengan dinding dan atap yang kuat
hajiyyat.
3. Al-Tahsiniyyat
tahsiniyyat.
tentu sangat berbeda dengan masa lalu (masa imam mazhab dan masa
dan semua tergantung kepada listrik, bila listrik mati total maka kota
akan lumpuh total, dengan arti bawa kegiatan dan aktivitas tdk bisa
dengan lembu, kuda kerbau, serta irigasi seadanya bahkan tadah hujan,
dengan bibit biasa tanpa pupuk dan lain-lain, sedangkan pada sekarang
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dharuriyyat adalah tingkat kebutuhan yang harus ada atau disebut dengan
dibiarkan terjadi dan dan tidak ada perlindungan terhadap nyawa manusia,
bisa hidup tentram, bahkan bisa membawa kepada kepunahan, karena bisa
jadi akan saling membunuh dengan alasan yang sepele atau hanya dengan
dari serangan binatang buas dan lain-lain, tempat yang masuk dalam
kategori al-dhaririyyat untuk memenuhi kebutuhan dasariah diatas tidak
musti rumah yang dibuat dari kayu, atau batu yang kokoh, gua atau
berlindung didalamnya
yang diperlukan agar kehidupan menjadi nyaman dan lebih nyaman lagi,
mudah dan lebih mudah lagi, lapang dan lebih lapang lagi, begitu
kelapangan. Contoh pada masa lalu petani merasa puas dengan mengelola
dengan lembu, kuda kerbau, serta irigasi seadanya bahkan tadah hujan,
dengan bibit biasa tanpa pupuk dan lain-lain, sedangkan pada sekarang
lainnya.
B. Saran
Melalui makalah ini kami telah memberikan gambaran umum tentang teori
konsumsi dalam ekonomi islam. Namun, tidak menutup kemungkinan,
banyak persoalanseputar tema yangdiangkat belum tuntas. Sehingga tinjauan
kembali dari teman-teman dan lebih khusus dosen pemandu untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini
dan semoga menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ummi (2016) Teori konsumsi dalam ekonomi Islam dan ekonomi
Imahda Khoiri Furqon UIN Sumatera Utara Medan. Teori Konsumsi dalam