Dari definisi kebutuhan manusia dan klasifikasinya menurut Abraham Maslow, dapat
diambil kesimpulan bahwa kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan
oleh manusia yang bertujuan untuk mempertahankan dan mensejahterakan hidupnya.
Kebutuhan adalah cerminan perasaan ketidakpuasan atau kekurangan dalam diri
manusia yang ingin dicapainya.
Dharuriyat (primer)
Dharuriyat (primer) adalah kebutuhan paling utama dan paling penting bagi umat
Muslim. Kebutuhan ini harus terpenuhi karena mengandung unsur-unsur yang
berkaitan dengan urusan di dunia maupun di akhirat. Apabila kebutuhan ini
dilalaikan, maka akan merasa sengsara di dunia maupun di akhirat sebab
menyalahi norma-norma agama. Kebutuhan Dharuriyat mencakup:
1. Khifdu din (menjaga agama)
Allah menciptakan jin dan manusia dengan tujuan agar mereka mengabdi
kepada-Nya. Demikianlah tujuan penciptaan mereka sehingga Allah mengutus
nabi dan para rasul serta menurunkan kitab-kitab suci agar makhluk Allah
senantiasa beribadah kepada-Nya.
2. Khifdu nafs (menjaga jiwa)
Jika kita ingin mencoba menegakkan agama, sudah seharusnya kita mampu
untuk menjaga jiwa-jiwa yang ingin menegakkan agama ini.
3. Khifdu ‘aql (menjaga akal)
Ilmu merupakan sarana untuk menjaga akal. Untuk itu, kita juga harus
melakukan amal perbuatan. Ilmu bukan sekedar untuk diketahui, namun
dengan ilmu agar bertakwa, beramal shalih, serta menjauhan diri dari
perbuatan maksiat dengan landasan takwa kepada Allah Azza wa Jalla .
4. Khifdu nasl (menjaga keturunan)
Kita harus menjaga keturunan serta menjauhkan diri dari perbuatan zina.
Pemeliharaan keturunan bisa dilakukan dengan melakukan pernikahan,
memelihara serta memberi makan terhadap anak, dan lain sebagainya.
5. Khifdu mal (menjaga harta)
Menjaga harta merupakan hal yang wajib dilakukan bagi manusia untuk
menopang hidupnya, memberi kesejahteraan, serta kebahagiaan.
Untuk menjaga kelima unsur tersebut, maka syariat Islam diturunkan. Sesuai
dengan firman Allah SWT, dalam QS. Al-Baqarah:179 dan 193.
Artinya :” dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah (2): 179)
Artinya :”dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang
zalim”. (Al-Baqarah (2): 193)
Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan yang bersifat dharuri adalah tujuan utama untuk
pencapaiaan kehidupan yang abadi bagi manusia. Lima kebutuhan dharuriyah tersebut harus
dapat terpenuhi, apabila ada salah satu kebutuhan yang diabaikan akan terjadi ketimpangan atau
mengancam keselamatan umat manusia baik didunia maupun diakhirat kelak. Manusia akan
hidup bahagia apabila ke lima unsur tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Hajiyat (sekunder)
Kebutuhan hajiyat adalah kebutuhan sekunder atau kebutuhan setelah kebutuhan
dharuriyat. Apabila kebutuhan hajiyat tidak terpenuhi, maka tidak akan mengancam
keselamatan kehidupan umat manusia, tetapi manusia tersebut akan mengalami kesulitan
dalam melakukan suatu kegiatan. Kebutuhan ini merupakan penguat atau penyokong dari
kebutuhan dharuriyat. Adanya kebutuhan ini bermaksud untuk memudahkan kehidupan,
menghilangkan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima
unsur pokok kehidupan manusia. Pada dasarnya, jenjang hajiyat ini merupakan pelengkap
yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi jenjang dharuriyat. Atau lebih
spesifiknya lagi bertujuan untuk memudahkan atau menghilangkan kesulitan manusia di
dunia.
3. Tahsiniyat (tersier)
Kebutuhan tahsiniyah adalah kebutuhan yang tidak mengancam kelima hal pokok yaitu
khifdu din (menjaga agama), khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu ‘aql (menjaga
akal), khifdu nasl (menjaga keturunan), serta khifdu maal (menjaga harta) serta tidak
menimbulkan kesulitan umat manusia. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuha
dharuriyah dan kebutuhan hajiyat terpenuhi, bisa dikatakan bahwa kebutuhan tahsiniyah
merupakan kebutuhan penyempurna atau pelengkap. Kebutuhan tersebut berlaku di
berbagai aspek kehidupan, termasuk anjuran untuk berperilaku mulia dan menjauhkan
diri dari segala hal yang dianggap nista menurut ukuran fitrah dan akal sehat manusia.
b. Papan
Papan atau perumahan juga merupakan kebutuhan yang wajib dipenuhi karena di sinilah
tempat yang menjadi rumah bagi manusia bernaung dan melakukan banyak aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Sada, H. J. (2017). Kebutuhan dasar manusia dalam perspektif pendidikan Islam. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(2), 213-226.