Anda di halaman 1dari 42

KONSEP DAN TEORI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

MENURUT PARA AHLI

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZARISKA MEDIARTI

NIM : 2115040

TINGKAT : 1A

AKPER MAPPA OUDANG MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebutuhan

Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk


mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan
kenyamanan. Kebutuhan juga merupakan  keinginan manusia terhadap
benda atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun
kebutuhan rohani. Kebutuhan manusia tidak terbatas pada kebutuhan yang
bersifat konkret (nyata) tetapi juga bersifat abstrak (tidak nyata). Misalnya
rasa aman, ingin dihargai, atau dihormati,maka kebutuhan manusia bersifat
tidak terbatas.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh


manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow
menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu
kebutuhan fisiologis (oksigenasi, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat
tinggal, istirahat, dan seks), keamanan dan keselamatan, cinta dan rasa
memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Perry, 2005). Walaupun
manusia memiliki kebutuhan yang sifatntya beranekaragam (heterogen),
akan tetapi setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang
sama. Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia menyesuaikan diri
dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia
akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya
(Alimul, 2009). Menurut Potter & Perry (2005) selama hidup yang dialami
manusia, kebutuhan dasar manusia seorang individu mungkin tidak
terpenuhi, terpenuhi sebagian atau terpenuhi seluruhnya. Seseorang yang
seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan
seseorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi
merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada
satu atau lebih dimensi manusia. Kebutuhan manusia yang harus dipenuhi
dan dipertahankan oleh manusia salah satunya adalah kebutuhan fisiologis
yang mencakup termoregulasi (temperatur).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebutuhan berarti sesuatu


yang dibutuhkan. Maka, kebutuhan manusia dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan oleh manusia, atau keinginan manusia yang harus dipenuhi,
demi tercapainya kepuasan rohani maupun jasmani untuk keberlangsungan
hidupnya. Kebutuhan ini dapat berupa barang ataupun jasa.
Apabila manusia dapat memenuhi kebutuhannya, maka dapat dikatakan,
hidupnya telah mencapai kemakmuran. Begitu juga dengan kemakmuran,
kemakmuran dapat terjadi, bila sebagian besar kebutuhan hidup manusia
terpenuhi. Jika kekayaan merujuk pada suatu arti terpenuhinya sebagian
besar kebutuhan hidup manusia, sedangkan kekayaan merujuk pada jumlah
harta, atau materi yang dimiliki oleh seseorang.

Prinsip dari kebutuhan adalah keinginan yang dimiliki oleh manusia.


Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru
lainnya. Bisa dikatakan, manusia memiliki kebutuhan yang bertingkat-tingkat.

Kebutuhan terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu berdasarkan intensitas


kegunaan, sifat, waktu pemenuhan, subjek, dan sosio-budaya. Masing-
masing jenis memiliki beberapa kebutuhan lagi.

Macam Macam Kebutuhan Manusia

1) Kebutuhan Manusia Menurut Intensitasnya

a. Kebutuhan Mutlak
Mutlak mengandung arti, tidak boleh tidak, jadi kebutuhan mutlak
merupakan kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Jika kebutuhannya
tidak terpenuhi, individu tersebut tersebut tidak dapat bertahan hidup.
Sebagai contoh adalah kebutuhan makan dan minum.

b. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer disebut juga sebagai kebutuhan pokok, merupakan
kebutuhan manusia akan hidup yang layak. Kebutuhan primer,
diantaranya adalah sebagai berikut: Pangan, pangan merupakan
kebutuhan primer yang pertama dan utama. Pangan dapat diperoleh
dengan mengolah dari sumber hewani maupun nabati.

Sandang, sandang memiliki pengertian bahan pakaian, jadi pakaian


termasuk dalam kebutuhan primer manusia. Pakaian berfungsi untuk
melindungi tubuh manusia dari lingkungan luar, seperti sengatan sinar
matahari, cuaca dingin, serangan binatang, dan juga melindungi tubuh
dari keinginan atau pikiran asusila.

Papan, identik dengang rumah atau tempat tinggal. Rumah atau tempat
tinggal berfungsi sebagai tempat perlindungan dan tempat beraktivitas.
Papan menjadi kebutuhan primer, meski statusnya sebagai milik sendiri,
atau menyewa dari pihak lain.

Sebagai kebutuhan primer dari manusia, sangat penting untuk tetap


menjaga pola hidup makan yang sehat karena dapat mempengaruhi
tubuh dan juga kesehatan. Pada buku Makan Jangan Asal Kenyang Pola
Hidup Makan Sehat, kamu akan diberikan informasi mengenai berbagai
makanan yang baik untuk memenuhi gizi harian.

c. Kebutuhan Sekunder
Kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang muncul setelah
kebutuhan primer terpenuhi. Setiap individu memiliki kebutuhan sekunder
yang beragam, kebutuhan ini tergantung pada keinginan dan kemampuan
masing-masing individu untuk memenuhi. Kebutuhan sekunder bagi
individu, misalnya kendaraan, sepatu, telephone, make up, dan banyak
lagi yang lain.

d. Kebutuhan Tersier
Kebutuhan tersier merupakan turunan berikutnya dari kelompok
kebutuhan manusia berdasar intensitasnya. Kebutuhan tersier akan
muncul jika kebutuhan primer dan sekunder telah terpenuhi.

Biasanya kebutuhan tersier lebih cenderung pada pemuasan kebutuhan


akan barang mewah yang menjadi bagian dari hiburan. Yang termasuk
kebutuhan tersier adalah rumah mewah, mobil sport, baju bermerk,
liburan ke luar negeri dan banyak lagi contoh lainnya.

2) Kebutuhan Manusia Berdasar Waktu Keperluannya

a. Kebutuhan Mendesak
Kebutuhan mendesak, bisa jadi bukan merupakan kebutuhan yang
direncanakan sebelumnya, kebutuhan ini bisa sewaktu-waktu muncul
bersifat kritis, genting, atau darurat, cenderung memaksa untuk segera
dipenuhi. Bisa berkaitan dengan nyawa individu, jika kebutuhan ini tidak
dipenuhi. Sebagai contoh, pemenuhan kebutuhan plasma darah untuk
orang yang terinfeksi virus covid 19.

b. Kebutuhan Sekarang
Hampir sama dengan kebutuhan mendesak, hanya berbeda akibatnya,
kebutuhan sekarang merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi saat ini,
tidak dapat ditunda. Sebagai contoh, membawa orang berobat ke dokter,
memberi bantuan kepada korban bencana alam, sebelum mereka
kelaparan.

c. Kebutuhan yang Akan Datang


Berdasar waktu keperluannya, jenis kebutuhan ini merupakan yang paling
toleran, karena kebutuhan ini boleh dipenuhi di kemudian hari, dapat
ditunda, dan sifatnya tidak mendesak. Namun ada baiknya, jika
dipersiapkan sekarang, atau dimulai dari sekarang. Sebagai contoh,
asuransi, dan investasi.

3) Kebutuhan Manusia Berdasarkan Sifatnya

a. Kebutuhan Jasmani
Pasti sudah paham ya, yang namanya jasmani, berkaitan dengan raga
atau tubuh. Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang diperlukan
oleh tubuh agar dapat memenuhi kepuasan raga. Sebagai contoh, olah
raga, istirahat, berpakaian, dan masih banyak lagi yang lainnya.

b. Kebutuhan Rohani
Sebagai pendamping jasmani, maka ada pula kebutuhan rohani.
Kebutuhan rohani merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh batin atau
jiwa, pengaruh jika kebutuhan ini dipenuhi adalah, manusia mendapat
kebahagiaan. Sebagai contoh adalah ibadah, hiburan, kumpul bersama
teman, dan yang lainnya.

4) Kebutuhan Manusia Berdasar Subjeknya

a. Kebutuhan Individu
Dari judul, definisinya sudah jelas, berarti merupakan kebutuhan yang
diperlukan oleh setiap individu. Mengapa disebut sebagai kebutuhan
individu? Karena setiap individu lahir beragam dan memiliki kebutuhan
masing-masing.

Info: kebutuhan antara seorang individu berbeda dengan individu yang


lain.

b. Kebutuhan Kolektif
Kebutuhan kolektif merupakan suatu kebutuhan yang pemanfaatannya
untuk kepentingan orang banyak. Sebagai contoh, pembangunan
jembatan, pembangunan waduk, renovasi jalan, pembangunan stadion.

5) Kebutuhan Menurut Sosio-Budaya

Kata sosio di atas, berkaitan erat dengan sosial, atau lingkungan sosial
masyarakat, sedangkan budaya merupakan sesuatu yang berasal dari tradisi
masyarakat setempat, tentunya juga mencakup aspek-aspek psikologis.
Maka, kebutuhan tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa kebutuhan
seperti yang ada di bawah ini.

a. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang muncul karena kedudukan
seorang individu dalam masyarakat, sehingga individu tersebut harus
mampu menyelenggarakan berbagai upaya, agar dipandang kayak.
Sebagai contoh sumbangan sosial, kendaraan bermotor, dan lain
sebagainya.

b. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
rohani, atau kondisi batin dari seseorang. Sebagai contoh kebutuhan
untuk diterima oleh orang lain, kebutuhan dicintai, kebutuhan akan
kebebasan dan rasa aman.

Alat Pemuas Kebutuhan Manusia

Alat pemuas kebutuhan manusia merupakan segala sesuatu yang


bersifat dapat memenuhi kebutuhan manusia, alat tersebut berupa barang
dan juga jasa. Alat pemuas kebutuhan yang berbentuk barang atau benda
tentunya merupakan jenis alat pemuas kebutuhan yang dapat dilihat,
disentuh dan memiliki berat atau massa.

1. Barang
Barang merupakan segala sesuatu yang berwujud atau berjasad. Jadi,
barang adalah berbagai benda yang memiliki wujud fisik, dan
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.
Ciri-ciri barang:
Berwujud atau berjasad.
Memiliki nilai dan manfaat yang dapat dirasakan, apabila digunakan.
Bila dipakai, maka nilai, manfaat serta wujud fisiknya akan semakin
menyusut dan lama-lama habis.
2. Jasa
Jasa tidak memiliki bentuk fisik, jasa merupakan perbuatan yang
memberikan segala sesuatu yang diperlukan orang lain, pada
umumnya jasa ini berhubungan dengan keterampilan seseorang.

Ciri-Ciri Jasa :
 Tidak berwujud, sehingga tidak dapat disentuh.
 Hanya dapat dirasakan, kepuasannya berupa batin.
 Tidak akan pernah habis
Sebagai contoh jasa pengantaran barang, jasa potong rambut, jasa
transportasi, dan jasa yang lainnya.

Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Manusia

Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki beraneka ragam kebutuhan,


kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor tersebut tidak
dapat berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu sama lain, sesuai dengan
situasi dan kondisi yang sedang terjadi. 

1. Faktor Kondisi Alam


Alam memiliki peran yang memengaruhi faktor kebutuhan manusia.
Kondisi alam berkaitan dengan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
manusia. Manusia akan melakukan usaha dan upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang dipengaruhi oleh kondisi alam dimana individu
tersebut tinggal.

Sebagai contoh, orang yang tinggal di daerah dataran tinggi, seperti


Dieng, tentunya membutuhkan selimut atau pakaian yang tebal agar
dapat menahan hawa dingin. Sedangkan untuk orang yang tinggal di
daerah pesisir, atau pantai, yang beriklim tropis pasti lebih
memerlukan pakaian yang tipis atau berbahan dingin.

2. Faktor Kepercayaan Agama Yang Dianut


Suatu ajaran agama atau kepercayaan yang dianut oleh seseorang
memiliki kebutuhan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, umat muslim, tidak mengonsumsi segala makanan
yang mengandung babi, karena dalam ajaran agama Islam melarang
hal tersebut, atau istilahnya haram.
Bagi umat Hindu, dilarang untuk mengonsumsi semua makanan yang
mengandung sapi. Dari peristiwa ini, kita dapat melihat sisi perbedaan
kebutuhan antara satu dengan yang lainnya. Setiap agama
memerlukan alat pemenuhan kebutuhannya sebagai sarana
kelancaran dalam menjalankan ibadah.

3. Faktor Adat Istiadat


Sebuah adat istiadat yang muncul dari tradisi turun temurun, dan
berlaku di masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan
yang dimiliki oleh setiap manusia. Karena, tradisi akan memengaruhi
perilaku dan tujuan hidup sekelompok masyarakat yang berada di
suatu tempat tertentu.

Perbedaan adat dan tradisi inilah yang memunculkan perbedaan


kebutuhan antara satu dengan yang lain. Sebagai contoh, upacara
perkawinan dengan menggunakan adat Jawa, tentu berbeda tata
caranya dengan yang menggunakan adat Sunda.

4. Faktor Pekerjaan atau Profesi


Setiap profesi atau pekerjaan memiliki karakteristik masing-masing.
Beragam profesi yang ada, memiliki kebutuhan yang beragam pula.
Sebagai contoh, seorang dokter membutuhkan alat bantu stetoskop
sebagai pendukung pekerjaannya.

Seorang petani memiliki kebutuhan yang berbeda dengan dokter,


petani lebih membutuhkan cangkul, traktor, pupuk, dan benih, sebagai
pendukung profesinya.

5. Tingkat Peradaban
Perkembangan zaman akan selalu diikuti oleh perkembangan
peradaban manusia. Semakin tinggi peradaban di masyarakat,
kualitas kebutuhan manusia akan semakin meningkat pula, hal
tersebut bisa terjadi, karena modernisasi membuat kualitas serta mutu
kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang, menjadi semakin tinggi.

Jika pada zaman prasejarah, kebutuhan manusia masih relatif sedikit,


seiring berjalannya waktu dan perkembangan peradaban yang terjadi,
manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga
mencapai kemakmuran.
Sebagai contoh, dahulu kala manusia tidak membutuhkan kendaraan,
saat ini, kendaraan menjadi kebutuhan utama dan penting, karena
dapat mengefisiensikan waktu yang dimiliki agar aktivitas menjadi
lebih ringan atau dapat cepat sampai tujuan.

Selain itu, kebutuhan manusia modern tentu memiliki selera yang


semakin meningkat, sehingga membuat manusia memiliki kebutuhan
yang kualitasnya semakin tinggi.

6. Faktor Penghasilan

Setiap orang yang bekerja, pasti memiliki penghasilan, meski besar


kecilnya penghasilan tidak sama. Jenis pekerjaan dan jabatan
seseorang menentukan besar kecilnya penghasilan seseorang.

Faktor besar kecilnya penghasilan yang dimiliki oleh seseorang,


sangat berpengaruh terhadap kebutuhan masing-masing. Sebagai
contoh, orang dengan penghasilan pas-pasan, tentu akan lebih fokus
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

Namun bagi orang yang memiliki penghasilan lebih, tingkat


kebutuhannya akan lebih besar, meski besar kecilnya kebutuhan
masing-masing individu bisa dikatakan relatif. Namun orang
berpenghasilan lebih besar, lebih leluasa memenuhi kebutuhannya
yang selain kebutuhan primer.

7. Faktor Umur
Pertumbuhan manusia dimulai dari kelahiran, bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, hingga orang tua. Faktor usia berpengaruh terhadap
kebutuhan hidup. Kebutuhan akan mengikuti pertumbuhan usia
seseorang.

Sebagai contoh, kebutuhan seorang bayi, berbeda dengan orang


dewasa. Kebutuhan anak-anak, juga berbeda dari kebutuhan orang
tua.

8. Faktor Tingkat Kepuasan


Manusia lahir membawa sifat unik, satu dengan yang lain tidak pernah
ada yang identik. Begitu juga dengan pemenuhan tingkat kepuasan.
Setiap manusia memiliki tingkat kepuasan yang berbeda.
Tingkat kepuasan inilah yang memengaruhi kebutuhan hidup yang
dimiliki. Seseorang yang tidak mudah puas dengan apa yang sudah
dimiliki, pasti tingkat kebutuhannya lebih besar dibandingkan dengan
orang yang mudah puas dengan apa yang telah dimiliki orang
tersebut.

9. Faktor Hobi atau Kegemaran


Penyebab seseorang memiliki kebutuhan yang berbeda yang
berikutnya adalah faktor hobi dan kegemaran. Hobi dan kegemaran
sangat beragam, sebagai contoh, seorang yang hobi bermain musik
gitar, akan membutuhkan gitar, bukan alat pancing.

Seseorang yang punya hobi melukis, akan membutuhkan kanvas, cat,


dan kuas, bukan gitar. Begitu juga dengan seseorang yang hobi naik
gunung, pasti lebih memerlukan tas ransel besar, jaket, celana
gunung, sepatu, tenda, serta perangkat naik gunung lainnya, bukan
kanvas atau cat.

10. Faktor Pendidikan


Pendidikan di negara kita berjenjang, dari mulai PAUD hingga
perguruan tinggi. Jenjang pendidikan ini memiliki andil terhadap
kebutuhan seseorang. Sebagai contoh, anak PAUD memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan anak SD, anak SD memiliki
kebutuhan yang berbeda juga dengan mahasiswa, begitu juga dengan
mahasiswa, kebutuhannya beda dengan anak PAUD.

11. Faktor Jenis Kelamin


Secara kodrati, manusia diciptakan ada pria dan juga ada wanita.
Masing-masing memiliki kodrat lahir yang berbeda. Secara kasat
mata, fisik pria berbeda dengan wanita. Bahkan dapat dikatakan,
kebutuhan wanita bisa jadi lebih banyak dibandingkan dengan
kebutuhan pria.

Wanita membutuhkan perlengkapan untuk merias diri, seperti make


up, tas, gaun, perhiasan, dan lainnya. Wanita dominan tidak menyukai
kegiatan-kegiatan yang melibatkan urusan fisik atau aktivitas keras.
Sedangkan pria sendiri, cenderung lebih menyukai hal-hal yang
melibatkan urusan fisik, seperti beladiri, panjat tebing, otomotif, dan
lainnya.
2. Macam-macam Landasan Teori Kebutuhan Menurut Para Ahli

Pentingnya kebutuhan dan pemenuhannya menggerakkan para ahli


untuk mencetuskan teori-teori yang menjelaskan mengenai kebutuhan.
Teori-teori tersebut akan kita bahas lebih mendalam pada penjelasan di
bawah ini. Namun sebelum kita mulai, perlu diketahui bahwa teori-teori di
bawah ini bisa jadi saling melengkapi, bisa juga bertolak belakang.

1. Abraham Maslow (1908-1970)

Abraham Maslow (1 April 1908 – 8 Juni 1970) adalah teoretikus yang


banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga
seorang psikologi yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor
aliran psikologi humanistic. Ia terkenal dengan teorinya tentang hierarki
kebutuhan manusia

Di antara teori kebutuhan yang ada, teori kebutuhan Maslow merupakan


salah satu teori yang paling populer. Banyak sekali akademisi atau penulis
yang menggunakan teori kebutuhan Maslow saat berbicara mengenai
kebutuhan.

Abraham Maslow, seorang pakar dalam psikologi, yang mencetuskan teori


ini. Psikolog Amerika Serikat yang juga terkenal dengan teori psikologi
aktualisasi diri ini menyusun hierarki (tingkatan) kebutuhan menjadi lima
tingkat. 

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor


aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk
memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat
terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of
Needs atau Hierarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman
hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah
perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog
psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal
sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir
manusia. Dalam teori kebutuhan Maslow, ketika kebutuhan dasar manusia
sudah terpenuhi maka kebutuhan berikutnya menjadi dominan. Dari sudut
pandang motivasi, teori tersebut mengatakan bahwa meskipun tidak ada
kebutuhan yang benar-benar dipenuhi, sebuah kebutuhan yang pada
dasarnya telah dipenuhi tidak memerlukan motivasi lagi.

Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat
untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai
tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya
bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai
sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental
yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan
masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru
dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras
dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan
Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak
puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi
dirinya.

Pada tahun 1970 dan 1971, hierarki kebutuhan yang dikemukakan oleh
Maslow telah mengalami revisi. Pada tahun 1970, Maslow membagi
kecenderungan perilaku manusia yang terdapat pada aktualisasi diri menjadi
2, yaitu kebutuhan kognitif dan kebutuhan estetika. Pada tahun 1791, Maslow
kemudian menemukan bahwa manusia dapat mengaktualisasikan dirinya
melalui kemampuan dan pengalaman sendiri. Maslow menyebutkan bahwa
kemampuan itu disebut sebagai kemampuan transendensi diri. Akan tetapi
Maslow tidak pernah memasukkan self transcendence ke dalam hierarki
kebutuhannya. Tetapi peneliti penerus Maslow seperti Henry Gleitman Alan
Fridlund, dan Daniel Reisberg memasukkan self transcendence sebagai
hierarki paling tinggi dalam hierarki kebutuhan Maslow. Hierarki kebutuhan
manusia yang terbaru terdiri dari delapan level, yaitu: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan,
kebutuhan kognitif, kebutuhan estetika, kebutuhan aktualisasi diri, dan
kebutuhan transendensi.

Hipotesis Maslow menyebutkan, seseorang akan berusaha memenuhi


suatu level kebutuhan apabila level kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi.
Misalkan jika seseorang haus, maka ia akan cenderung mencari cara agar
haus dan dahaganya tersebut terpuaskan. Ia dapat menahan rasa lapar
dalam waktu yang lebih lama karena kebutuhan akan air lebih besar
dibandingkan kebutuhan akan air. Andaikan kebutuhan di suatu level tersebut
tidak tercapai atau tidak terpuaskan, seseorang tersebut dapat kembali ke
level yang ada di bawahnya.
Maslow menyatakan, pemenuhan kebutuhan dapat dicapai dengan dua
acara. Pertama, motivasi karena adanya kekurangan  atau bisa disebut
dengan deficiency motivation. Motivasi ini mendorong manusia untuk
mengatasi masalah dengan menyadari adanya kondisi yang tidak ideal dan
harus segera bangkit dari kondisi tersebut.
Kedua, motivasi karena adanya keinginan untuk berkembang atau bisa
disebut dengan growth motivation. Motivasi ini mendorong seseorang untuk
berkembang dan tumbuh sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Agar dapat mencapai kesejahteraan, seseorang harus meningkatkan
kapasitasnya.
Dalam teori kebutuhannya, Maslow menjelaskan secara mendetail
mengenai kebutuhan manusia. Untuk lebih lengkapnya, kita simak
penjelasan Maslow di bawah ini.

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang berada pada tingkatan


terbawah yang harus dipenuhi oleh seseorang seperti, makan, minum,
bernafas, dan kebutuhan biologis lainnya seperti tidur, sistem metabolisme
yang lancar, dan lainnya.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan mendasar yang mutlak harus


dipenuhi karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar.
Tanpa terpenuhinya kebutuhan ini, manusia tidak akan bisa menjalankan
aktivitas hidup dengan lancar. Seseorang tak akan mencari kebutuhan yang
lebih tinggi, misalnya mengejar konsep kebahagiaan sebelum kebutuhan
fisiologisnya terpenuhi. Kebutuhan fisiologis ini merupakan aspek survival
yang harus dipenuhi. Berbeda halnya dalam masyarakat kaya, bisa jadi
makanan mahal sudah menjadi gaya hidup, bukan lagi sebagai pemenuhan
kebutuhan fisiologis semata.

Ada beberapa kebutuhan kebutuhan yang termasuk dalam lingkup kebutuhan


fisiologis, terhitung ada delapan kebutuhan yang termasuk kebutuhan
fisiologis, yaitu :

Pertama, kebutuhan oksigenasi yakni sesuatu yang dibutuhkan untuk


kelangsungan proses metabolisme sel tubuh manusia, mempertahankan
hidup dan aktivitas-aktivitas organ atau sel tetap terjaga. Pada dasarnya
kebutuhan oksigenasi adalah memiliki hubungan erat dengan kehadiran
oksigen yang sangat diperlukan untuk hidup manusia.
Kedua, kebutuhan cairan yakni kebutuhan akan pemenuhan cairan dalam
tubuh manusia. Tidak bisa dipungkiri bahwasannya sebagaian besar dari
tubuh manusia tersusun dari air. Dalam hal air, setiap orang memiliki
proporsinya sendiri-sendiri sesuai dengan situasi, kondisi serta
kebutuhannya. Sekedar infromasi bahwa takaran air untuk tubuh kita minimal
adalah 1 liter air untuk 25 kg berat badan kita, jikaberata badan kita 50 kg
maka kebutuhan akan air adalah 2 liter dan lainnya. Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi kebutuhan akan air antara lain usia, temperature, diet,
stress, sakit dan masih banyak lainnya.

Ketiga, kebutuhan akan nutrisi yakni kebutuhan yang berupa zat-zat


makanan yang akan diolah oleh tubuh dengan tujuan menghasilkan energi
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk beraktivitas sehari-hari. Dalam hal ini
bagian tubuh yang bekerja adalah sistem pencernaan.

Keempat, kebutuhan eleminasi yakni kebutuhan yang berhubungan dengan


proses pengeluaran zat-zat sisa makanan yang telah diproses oleh tubuh.
Kebutuhan eleminasi ini dibagi menjadi dua jenis yakni eleminasi urin atau
yang sering kita sebut dengan buang air kecil dan eleminasi alvi atau yang
sering kita sebut dengan buang air besar.

Kelima, kebutuhan akan istirahat dan tidur yakni kebutuhan yang dibutuhkan


untuk merelaksasikan semua organ tubuh yang sudah digunakan untuk
beraktivitas seharian penuh. Hal ini ditujukan untuk menghindari tekanan
secara emosional. Dengan melakukan hal ini maka kita akan siap secara
lahir dan batin untuk bekerja kembali.

Keenam, kebutuhan temperature, maksudnya adalah dalam kehidupan


manusia ada suhu atau temperatur normal yakni kisaran 25 – 30 C, hal ini
akan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia karena jika temperature
tidak seimbang naik atau turun maka kegiatan sehari- hari akan
mendapatkan kesulitan.

Ketujuh, kebutuhan tempat tinggal yakni kebutuhan terhadap sebuah


tempat atau benda yang mampu memberikan perlindungan bagi mereka
yakni tempat tinggal, kita tahu sendiri bahwa papan sudah termasuk tempat
tinggal.

Terakhir adalah kebutuhan sex, sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi


karena pada dasarnya insting dan sifat dasar manusia adalah mendapatkan
sebuah kepuasan dan kenikmatan. Maka dari itulah sex diperlukan. Dalam
hal pemenuhan kebutuhan ini disesuaikan dengan umur, latar belakang
orang tersebut, sosial budaya, etika dan nilai-nilai hidup, harga diri dan
tingkat kesejahteraan yang dimilikinya.

b. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs)

Kebutuhan yang berada di tingkat dua setelah kebutuhan fisiologis adalah


kebutuhan akan rasa aman. Seseorang memerlukan rasa aman sehingga
dapat melakukan aktivitas yang mendukungnya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan lainnya.

Contoh dari kebutuhan akan rasa aman meliputi perlindungan, bebas dari
ketakutan, jauh dari ancaman, kestabilan, dan aman dari gangguan. Dalam
hal ini, adanya peraturan lalu lintas, peraturan keselamatan kerja, protocol
kesehatan, norma sosial, norma agama, dan norma adat ada untuk
memenuhi rasa aman dalam menjalani hidup. Dengan demikian, bahaya
yang ditimbulkan oleh kecelakaan, perang, kriminalitas, wabah, kerusuhan,
dan lainnya dapat diminimalisir.

Kebutuhan rasa aman ini tidak dapat dipenuhi secara total serratus
persen, oleh karenanya kebutuhan ini berbeda dengan kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan keamanan tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa takut akan
adanya ancaman seperti bencana alam atau tindakan orang lain yang
membahayakan.

c. Kebutuhan Rasa Memiliki dan Sosial (Belongingness and Social


Needs)

Kebutuhan sosial berada di tingkat ketiga setelah kebutuhan akan


keamanan. Setelah kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, manusia
memerlukan adanya rasa memiliki, kasih sayang, dan interaksi sosial.
Kebutuhan ini muncul secara otomatis.

Kebutuhan ini meliputi adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang


lain. Sebagaimana kita pahami Grameds, manusia merupakan makhluk
sosial. Artinya manusia tidak bisa hidup sendirian dan senantiasa
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Selama melakukan interaksi
sosial, maka seseorang ingin disayangi.
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)

Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga


bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk
seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa
hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya
diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang
merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
Kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan tingkat lanjut. Apabila social
needs telah terpenuhi, manusia membutuhkan self esteem needs. Kebutuhan
harga diri ini menuntut adanya kepercayaan diri, pemenuhan diri, kekuatan,
keyakinan, dan menghargai diri.
Kebutuhan akan harga diri dibagi menjadi dua jenis. Pertama, kebutuhan
akan prestasi, kemampuan memberikan keyakinan, kemerdekaan,
kebebasan, wewenang, dan kehidupan. Kedua, kebutuhan akan pengakuan,
penghormatan, penghargaan, status, dan nama baik.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization)

Kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi


tingkatannya. Dan sebagaimana teori kebutuhan Maslow, kebutuhan
tingkatan kelima ini hanya dapat terpenuhi jika empat tingkat kebutuhan
sebelumnya telah dipenuhi.

Kebutuhan aktualisasi diri ini mendorong seseorang untuk mengeluarkan


seluruh potensi dirinya menjadi karya. Cara mengeluarkan potensi tersebut
dengan mengaktualisasikan diri pada hal-hal yang mereka sukai. Maslow
menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan
melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus
bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini
membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu
merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang
lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat
mudah untuk mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu
jelas apa yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Teori hirarki kebutuhan sering digambarkan sebagai piramida,  lebih


besar tingkat bawah mewakili kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas
mewakili kebutuhan aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya
alasan bahwa orang tidak akan bergerak dengan baik di arah aktualisasi diri
adalah karena kendala ditempatkan di jalan mereka oleh masyarakat
negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu kendala. Dia
merekomendasikan cara pendidikan dapat beralih dari orang biasa-
pengerdilan taktik untuk tumbuh pendekatan orang. Maslow menyatakan
bahwa pendidik harus menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh
menjadi orang-aktualisasi diri / jenis-nya sendiri.

Pada dasarnya kebutuhan dasar Maslow memiliki beberapa karakteristik,


antara lain,

 realistik (sesuai kenyataan)

 cepat untuk adaptasi

 presepsi yang dimiliki tinggi dan tegas

 dugaan yang dimiliki benar

 prediksi tentang sebuah kejadian memiliki tingkat akurasi yang tinggi

 mengerti tentang musik, seni, politik dan filosofi

 berbicara tentang rendah hati

 memiliki dedikasi tinggi untuk bekerja sama

 memiliki kreatifitas tinggi

 percaya diri dan menghargai dirinya

 memiliki banyak ide baru

 memiliki problem solving.

Kelebihan teori hirarki kebutuhan :

 Mudah dimegerti. Keuntungan pertama teori ini adalah bahwa teori ini
sangat mudah dipahami bahkan orang awam pun dapat dengan
mudah memahami karena menyangkut kebutuhan dasar manusia
yaitu makan, minum dan pakaian.
 Memperhitungkan sifat manusia. Tingkatan dalam teori ini benar-benar
berfokus pada sifat dasar manusia yang membutuhkan makanan,
keamanan, kasihsayang dan seterusnya dan Maslow membentuknya
menjadi tingkatan.
 Teori ini menginformasikan bahwa manusia tidak hanya membutuhkan
hal yang berhubungan dengan material seperti uang, makanan dan
lain-lain, namun juga hal-hal yang non-materiil seperti kasih sayang,
harga diri, aktualisasi diri dan lain-lain. Dan Maslow membuatnya
dalam tingkatan.
 Relevan di semua bidang. Tingkat kebutuhan ini dapat ditemukan di
semua bidang kehidupan baik di rumah kita, kantor, ataupun sekolah.
Dimana prioritas utama kita adalah pemenuhan akan makanan setiap
hari dan berlanjut dengan keamanan rumah yang kemudian berlanjut
ke hubungan social dengan orang lain dan seterusnya.
 Dapat meningkatkan motivasi seorang pekerja atau siswa. Untuk
Pekerja, seorang manajer atau administrator mengetahui bahwa
tujuan utama seorang bekerja adalah memenuhi kebutuhan dasar.
Untuk seseorang yang berkedudukan rendah, maka seorang
pimpinan bisa memotivasi dengan pemenuhan kebutuhan materiil
mereka. Namun jika orang tersebut berkedudukan tinggi, maka bisa
dimotivasi dengan non materiil seperti penghargaan atau jabatan.
Untuk siswa, siswa juga dapat dimotivasi belajarnya dengan
mengetahui tingkatan apa yang dibutuhkan oleh siswa. Jika siswa
tersebut memiliki masalah ekonomi keluarga, bisa jadi pemenuhan
kebutuhan akan pangan menjadi masalah. Bila siswa tersebut berasal
dari kalangan atas, bisa jadi permasalahan ada pada tingkatan kasih
sayang atau penghargaandiri.

Kekurangan teori hirarki kebutuhan

 Tidak semua orang berpikir cara yang sama. Beberapa individu


menganggap rasa hormat lebih penting daripada kasih sayang. Atau
rasa hormat lebih penting daripada keamanan, misalnya mengadakan
pesta ulang tahun besar-besaran namun tidak mengikuti asuransi
kesehatan yang bisa melindungi kesehatan mereka.
 Kepuasan yang sulit diukur. Kepuasan seseorang berbeda dari satu
dan yang lain. Beberapa orang merasa puas dengan hanya bisa
memenuhi kebutuhan fisiologi dan keamanan, sementara yang lain
akan puas dengan memenuhi semua kebutuhan.
 Kebutuhan individu tidak mengikuti tatanan berjenjang. Contohnya di
India, yang dikenal dengan negara berkembang dan banyak
penduduk miskinnya, masayarakatnya tetap dapat memenuhi
kebutuhan tingkat tinggi seperti cinta dan rasa memiliki. Renvrabdt dan
Van Gogh hidup dalam kemiskinan namun dapat mengaktualisasikan
diri mereka sebagai seorang penulis dan seniman.
Kebaikan dan Kelemahan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori hierarki kebutuhan Maslow ini mempunyai kebaikan dan kelemahan


sebagai berikut (Hasibuan, Malayu, S. P., 2007: 107):

 Kebaikannya:

1. Teori ini memberikan informasi bahwa kebutuhan manusia itu jamak


(materiil dan non- materi) dan bobotnya bertingkat-tingkat pula.

2. Manajer mengetahui seseorang berperilaku/bekerja adalah untuk dapat


memenuhi kebutuhan-kebutuhan (materil dan non-materil) yang akan
memberikan kepuasan baginya.

3. Kebutuhan manusia itu berjenjang sesuai dengan kedudukan atau sosial


ekonominya. Seseorang yang berkedudukan rendah (sosial ekonominya
lemah) cenderung dimotivasi oleh materiil, sedang orang yang berkedudukan
tinggi cenderung dimotivasi oleh non- materiil.

4. Manajer akan lebih mudah memberikan alat motivasi yang paling sesuai
untuk merangsang semangat bekerja bawahannya.

 Kelemahannya:

1. Menurut teori ini kebutuhan manusia itu adalah bertingkat-tingkat atau


hierarki, tetapi dalam kenyataannya manusia menginginkannya tercapai
sekaligus dan kebutuhan manusia itu merupakan siklus, seperti lapar-makan-
lapar lagi makan lagi dan seterusnya.

2. Walaupun teori ini sangat populer, tetapi belum pernah dicoba


kebenarannya, karena Maslow mengembangkannya hanya atas dasar
pengamatan saja.

Hofstede (dalam Stoner dan Freeman, 1994, dalam buku Edy Sutrisno,
2010), mampu menentukan sejauh mana teori Maslow dapat diterapkan di
negara-negara lain untuk membantu manajemen memotivasi karyawannya.
Ia menemukan terdapat banyak perbedaan diantara berbagai kebudayaan
dan juga perbedaan dalam motivasi karyawan, gaya manajemen. Hofstede
menyimpulkan bahwa teori motivasi seperti hierarki kebutuhan dari Maslow
sama sekali bukan gambaran dari proses motivasi manusia universal.
Sebaliknya, bahwa itu merupakan gambaran dari sistem nilai, yakni sistem
nilai masyarakat kelas menengah Amerika Serikat yang mana Maslow masuk
di dalamnya.

Negara-negara yang mengembangkan sistem nilai lain bisa jadi menganggap


kebutuhan akan rasa aman melampaui kebutuhan sosial atau penghargaan
diri. Contoh, di Swedia, yang cukup berhasil menerapkan gaya manajemen
partisipatif, kebutuhan sosial bernilai lebih dari kebutuhan akan penghargaan.
Di Jerman, Jepang, Swiss, Italia, dan Austria, kebutuhan akan rasa aman
pada umumnya dinilai lebih daripada kebutuhan akan penghargaan. Di
Kanada, India, dan Inggris seperti juga di Amerika Serikat, pada umumnya
prinsip teori Maslow diterapkan relatif baik (Sutrisno, Edy, 2010: 127-128).

Bagaimanapun juga teori kebutuhan Maslow juga telah menerima pengakuan


luas diantara anajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif. Namun,
penelitian tidak memperkuat eori ini dan Maslow tidak memberikan bukti
empiris dan beberapa penelitian yang berusaha engesahakan teori ini tidak
menemukan pendukung yang kuat. (id.m.wikepedia.org/wiki/ Motivasi,
diakses tanggal 3 November 2014 pukul 20.19 WIB). Terlepas dari itu semua,
teori Maslow telah banyak digunakan secara luas dalam dunia industri untuk
menunjukkan adanya hubungan antara pekerja dengan performansi kerja
(Robert, Thomas B., 1972).

2. Gardner Murphy (1895-1979)

The Gardner Murphy Memorial Lecture series diciptakan untuk


menghormati Dr Gardner Murphy (1895-1979) , seorang pria yang luar biasa
dari ilmu pengetahuan . Dr Murphy paling dikenal sebagai integrator yang
menarik dari pengetahuan tentang kimia, biologi , antropologi dan ilmu-ilmu
lain untuk mengembangkan dan memajukan pendekatan biososial nya .
Beliau  membuat kontribusi penting dalam sosial , kepribadian dan psikologi
kognitif . Beliau adalah Asisten Profesor Psikologi di Universitas Columbia ,
yang diberikan kepadanya Butler Medal pada tahun 1932 . Beliau adalah
seorang konsultan UNESCO ke Departemen Pendidikan di New Delhi dan
Direktur Riset di Menninger Foundation. Beliau adalah Presiden dari
American Psychological Association ( 1943-1944 ) , dan pada tahun 1972 ia
menerima mereka Medali Emas Award, yang menandai naik ke puncak
profesinya . Beliau menjabat Presiden American Society for Physical
Research 1965-1971 . Wawasan , perspektif holistik Nya membuatnya
menjadi cahaya penuntun dalam parapsikologi kontemporer . Setiap tahun
satu ilmuwan terkemuka dihormati dengan penghargaan dan diundang untuk
mempresentasikan karyanya di Kuliah Gardner Murphy Memorial .

Murphy menjelaskan, kebutuhan manusia terbagi menjadi empat


kelompok. Keempat kelompok tersebut adalah kebutuhan dasar, kebutuhan
terhadap kegiatan, kebutuhan sensori, dan kebutuhan untuk menolak.

a. Kebutuhan Dasar

Kebutuhan dasar yang dimaksud dalam teori kebutuhan Murphy


merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan biologis atau bagian-bagian
penting tubuh manusia. Misalkan makan untuk memenuhi energi, minum
untuk melepas dahaga, dan udara untuk bernafas.

b. Kebutuhan akan Kegiatan

Kebutuhan terhadap kegiatan memberikan pengertian bahwa manusia


memerlukan aktivitas agar tetap bergerak. Sebagaimana salah satu ciri-ciri
makhluk yang bergerak, manusia perlu bergerak.

c. Kebutuhan Sensori

Kebutuhan sensori merupakan kebutuhan manusia yang berkaitan


tentang menerima respon atau lingkungan sekitar. Misalnya kebutuhan akan
warna dalam hidup, suara, musik, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang
memiliki orientasi dengan lingkungan sekitarnya.

d. Kebutuhan untuk Menolak

Kebutuhan untuk menolak mengartikan bahwa manusia mempunyai


kebutuhan untuk menolak semua hal yang tidak sesuai dengan
kehendaknya. Misalkan manusia butuh untuk menolak rasa sakit, rasa takut,
kebohongan, ancaman, dan lain-lain.

3. Virginia Henderson (1897-1997)

Lahir di Kansas City, Missouri , 1897. Tepat pada tahun 1918, Virginia
Henderson mulai belajar mengenai dunia keperawatan di The Army School of
Nursing, Washington, D.C dan menyelesaikan studi tersebut pada tahun
1921.
Pada dasarnya, Henderson tertarik oleh dunia keperawatan sejak perang
dunia pertama, dikarenakan ingin membantu para pasukan yang sakit dan
terluka akibat perang.

Namun, dari niatannya tersebut ia malah dapat mengembangkan dirinya


dalam dunia keperawatan hingga mampu mendefinisikan sendiri apa serta
bagaimana tujuan dari keperawatan.

Baginya, tujuan keperawatan adalah untuk bekerja secara mandiri


dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan dan membantu klien untuk
mendapatkan kembali kemandiriannya dalam kurun waktu yang tidak lama.

Dirinya menganggap pasien adalah individu yang hidup atas komponen


sebagai berikut:

 Biologis.
 Psikologis.
 Cultural.
 Spiritual.

Komponen tersebut yang mengantarkan Henderson mendefinisikan bahwa


pasien memiliki 14 kebutuhan dasar, seperti:

1. Belajar, mengetahui, atau memuaskan, dan rasa penasaran.

2. Bermain, atau terlibat dalam beragam bentuk rekreasi.

3. Bekerja dengan suatu cara yang mengandung unsur prestasi.

4. Beribadah sesuai keyakinannya.

5. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,


kebutuhan, rasa takut, atau pun pendapat.

6. Menghindar dari bahaya dalam lingkungan yang berpotensi melukai.

7. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat dengan baik, juga melindungi
integumen (Suatu sistem membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan terhadap lingkungan sekitar. Meliputi kulit, rambut,
bulu, kuku, kelenjar keringat, serta keringat ataupun lendir).

8. Memiliki pakaian yang sesuai.

9. Tidur dan istirahat.

10. Bergerak menjaga posisi yang diinginkan.


11. Membuang kotoran tubuh.

12. Makan dan minum yang cukup.

13. Bernapas secara normal.

14. Menjaga suhu badan tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
Henderson mengemukakan bahwasanya peran perawat itu tidak lain dan
tidak bukan sebagai penyempurna dan membantu mencapai kemampuan
untuk mempertahankan atau memperoleh kemandirian dalam memenuhi 14
kebutuhan dasar pasien.

Selain itu, untuk hal tersebut diperlukan fokus intervensi, yaitu


mengurangi penyebab di mana pola intervensinya adalah mengembalikan,
menyempurnakan, melengkapi, menambah, menguatkan, kemauan dan
pengetahuan.

Karena faktor menurunnya kekuatan, kemauan, dan pengetahuan adalah


penyebab kesulitan pasien dalam memperoleh kemandiriannya.

Definisi keperawtan yang Henderson kemukakan ialah “Penolong individu


saat sakit, atau sehat, dalam melakukan kegiatan tersebut yang bertujuan
untuk kesehatan, pemulihan, atau kematian yang damai dan individu akan
dapat melakukannya sendiri jika mereka mempunyai kekuatan, keinginan,
atau pun pengetahuan.”

Dari sini kita dapat melihat bahwa konsep keperawatan yang Henderson
tukas adalah model aktivitas sehari-hari dengan memberikan
gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit, maupun
yang sehat, dengan memberikan dukungan kesehatan, penyembuhan, serta
agar meninggal dengan damai.

Lantas, dalam pada itu Henderson juga mengembangkan sebuah model


keperawatan yang dikenal dengan The Actifities of Living, model konsep
keperawatan yang menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu
individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin.

Juga, perawat tidak bergantung pada dokter, melainkan menjalankan


tugasnya sendiri. Akan tetapi, seorang perawat juga tetap menyampaikan
rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.
Konseptual yang Virginia Henderson buat pada tahun 1960-an
mengantarkannya menjadi ahli teori keperawatan dan memberi pengaruh
besar dalam dunia keperawatan sebagai profesi yang mendunia.

Karena ketika profesi perawat mulai mencari identitasnya sendiri, maka


masalah intinya adalah apakah profesi perawat tengah berbeda dengan
profesi layanan kesehatan yang lain dalam perihal kinerjanya.

Walau di tahun 1950-an perawat lebih sering mengikuti instruktur dokter,


pada 1960-an Henderson juga telah melalui baik dan buruknya praktik
keperawatan pada masa itu, yang juga tidak luput dari hal-hal seperti:

 sKontak pribadi yang dilakukan pasien dengan perawat tidak


dimungkinkan pada masa itu.
 Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan
gangguan fungsi fisik semata.
 Autoritarian dan struktur hierarki di rumah sakit.

Publikasi model konsep keperawatan Virgini Henderson didorong


oleh International Council of Nurse (ICN).

Dalam melakukan penelitian bidang kebutuhan manusia Henderson


banyak menggali ilmu tersebut dari Edward Thorndyke, darinya ia
menemukan sebuah pernyataan, seperti:

 Perawat harus selalu mencoba menempatkan dirinya pada posisi


pasien sebanyak mungkin.
 Perawat harus selalu mengakui bahwa terdapat pola kebutuhan
pasien yang harus dipenuhi.

Pula model skematik untuk pengawasan asuhan perlu direncanakan oleh


seorang perawat, karena salah satu alasannya adalah lapangan kerja
perawat tidak terbatas hanya di rumah sakit.

Yang umum menjadi konsentrasi dalam hal ini adalah:

 Urutan aktifitas yang harus dilakukan.


 Aktifitas perawat yang harus dan yang tidak boleh dilakukan.
 Perubahan-perubahan.
Dalam teori Virginia Henderson ini, ada beberapa poin penting yang
sifatnya mengingatkan dan menjadi hubungan antara model konsep
keperawatan dengan paradigma keperawatan, ialah sebagai berikut:

1) Manusia

Keseimbangan fisiologis dan emosional perlu dipertahankan upayanya


oleh setiap manusia. Sebagai individu atas kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, jiwa dan raga adalah satu kesatuan.

2) Lingkungan

Henderson menganggap lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal


kondisi yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia.

3) Sehat dan Sakit

Henderson menganggap ‘sehat’ adalah kemandirian, sementara ‘sakit’


ialah ketergantungan. Dapat dipandang sebagai simplifikasi, namun ‘sakit’
juga dapat dikatakan sebagai keterbatasan kemandirian.

4) Keperawatan

Lebih lanjutnya, dalam perihal ini Henderson menyatakan bahwa tujuan


dari keperawatan adalah mengembalikan kemandirian pasien sesegera
mungkin. Serta, hanya melakukan sesuatu untuk pasien jika pasien tidak
dapat melakukannya sendiri tidak disetujui oleh profesi sebagai prinsip dasar
asuhan keperawatan.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Virginia Henderson

A. Kelebihan
1) Pengkajian dapat dilakukan secara holistic meliputi fisik (bio),
psikologis klien, sosial, kognisi, dan spiritual klien.
2) Meningkatkan hubungan terapeutik antara perawat, klien, dan
keluarga.
3) Dapat diterapkan pada klien dengan tingkat ketergantungan minimal
hingga total.
4) Melalui pengkajian metode ini perawat dapat membantu klien dan
keluarga untuk mengenali kebutuhan dirinya serta membantu dalam
memandirikan klien dan keluarga dalam memenuhi beberapa
kebutuhan sesuai kemampuannya, sehingga hal ini dapat diterapkan
sebagai pengkajian untuk persiapan Discharge planning.
5) Dapat memungkinkan terjadinya kesinambungan antara pengkajian,
masalah, perencanaan, evaluasi hingga catatan perkembangan
mengingat perawat terus berpedoman pada 14 kebutuhan dasar
tersebut.

B. Kelemahan
1) Tidak ada riwayat kesehatan dasar yang meliputi riwayat kesehatan
saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, keluhan utama/alas an dibawa
ke pelayanan kesehatan, keluhan utama saat didata dan riwayat
kesehatan keluarga pada pengkajian dengan pendekatan teori Virginia
Henderson ini riwayat kesehatan dan keluhan utama klien
dicantumkan pada butir kemampuan menghindari bahaya dan trauma
pada lingkungan, namun riwayat kesehatan keluarga tidak dapat
dicantumkan dikarenakan ketidaksesuaian pada butir tersebut. Apalagi
misalnya pada klien dengan penyakit gangguan kardiovaskuler seperti
penyakit jantung koroner dimana adanya riwayat penyakit yang sama
pada keluarga dan faktor risiko yang perlu dikaji.
2) Adanya tumpang tindih beberapa butir pekerjaan (misalnya
kemampuan memilih pakaian sesuai dengan kemampuan
memodifikasi pakaian dalam mempertahankan temperature tubuh;
pengkajian pola pernafasan dengan pola aktivitas dimana klien dapat
dapat saja mengalami perburukan respirasi oleh mobilisasi yang lebih
berat sehingga mengurangi suplai oksigen yang dimiliki klien;
pengkajian pola aktivitas dengan pengkajian pola kemampuan
kebersuhan diri.
3) Butir pola komunikasi dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan,
ketakutan maupun opini dapat mewakili pengkajian status neurologis
klien seperti kesadaran umum, disorientasi, kemampuan penerimaan
persepsi sensori dan penilaian penghargaan terhadap diri sendiri
namun butir ini tidak dapat penghargaan terhadap diri sendiri. Namun
butir ini tidak dapat menginterpretasi pengkajian fungsi neurologis
secara lebih luas dan dalam atau dengan kata lain butir ini memiliki
kekurangan yaitu tidak dapat dilakukan pemeriksaan neurologi secara
lebih akurat misalnya butir ini tidak dapat dijadikan dasar perhitungan
perubahan status GCS akibat iskemia yang menyebar.
4) Pendekatan teori 14 kebutuhan dasar manusia oleh Virginia
Henderson kurang memenuhi kajian secara sistem yang lebih khusus,
misalnya kardiovaskuler maupun keseluruhan tanda-tanda vital.
Perawat yang menggunakan panduan butir-butir teori Henderson akan
mengalami kesulitan jika berhadapan pada respon klien dengan
gangguan khusus sistem yang lain seperti kardiovaskular dan
imunisasi karena tidak terdapatnya butir yang spesifik untuk perawat
dalam mendokumentasikan hasil pengkajian pada kardiovaskular dan
sistem lain yang terkait dengan keluhan utama klien saat ini. Teori
Henderson lebih menekankan pada kebutuhan oksigen ASI,
temperatur nutrisi metabolik eliminasi aktivitas, adaptasi lingkungan
interaksi sosial dan spiritual, sementara online terhadap perubahan
seperti tanda-tanda vital yang lengkap, respon perubahan kesadaran,
respon gangguan imunitas dan infeksi belum tercakup secara spesifik.

4. Jean Watson (1940-1958)

Jean Watson lahir pada tahun 1940, dia adalah Bachelor of Science
dalam Keperawatan, Master of Science dalam Psychiatric / Mental Health
Nursing dari University of Colorado – Danver, serta PhD dalam
Educational Psychology. Watson adalah pengarang banyak artikel,
chapter/tulisan singkat dalam buku, dan buku lainnya. Hasil penelitiannya
adalah tentang manusia dan rasa kehilangan.

Teori Jean Watson yang telah dipublikasikan dalam keperawatan adalah


“Human Science and Human Care”. Watson percaya bahwa fokus utama
dalam keperawatan adalah pada faktor care/perhatian pada perawatan
yang asalnya dari humanistic perspective dan dikombinasikan dengan
dasar ilmu pengetahuan. Dalam keperawatan juga dikembangkan filosofi
kemanusiaan, dan sistem sistem nilai, serta menggunakan seni
perawatan yang baik. Teori Jean Watson ini ternyata merupakan salah
satu dari kebutuhan manusia dalam merawat pasien.

Dalam hal perumusan kebutuhan dasar manusia, Watson


menggunakan proses asuhan dalam keperawatan pada clien atau orang
yang sakit. Dia mengungkapkan bahwasanya aktivitas keperawatan memiliki
hubungan erat dengan aspek humanitis. Dan pada penelitiannya, dia
menyebutkan bahwa ada beberapa kebutuhan dasar manusia, diantaranya :

 Pemahaman atas dirinya sendiri.

 Pengakuan dan perhatian dari pihak lain.

 Mendapatkan pelayanan yang baik dari pihak lain.

 Pemecahan masalah (problem solving).


 Kesehatan yang normal.

Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan.
Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4
bagian kebutuhan dasar manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan
yang satu dengan kebutuhan yang lain.

Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa


manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki berbagai ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia
seharusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.
Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :

1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan


dipraktekkan hanya secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang
hasilnya dapat memuaskan Kebutuhan manusia yang memerlukan
bantuan.
3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan
berkembang ke arah perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada
saat di rawat saja, tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah
pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien, sehingga
bisa menawarkan kepada pasien untuk mengembangkan potensinya
untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan.
Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan
biofisikal dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk
meningkatkan kesehatan dan untuk memberikan bantuan /
pertolongan kepada mereka yang sakit.
7. Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.

Penegasan-penegasan Teori Watson yang terkenal dengan teori of


human caring mempertegas bahwa sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang di perlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan
dan meindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian mempengaruhi
kesanggupan pasien untuk sembuh. Watson berpendapat bahwa fokus
utama dalam keperawatan ada di faktor carative. Dia percaya bahwa bagi
perawat untuk mengembangkan filsafat humanistik dan sistem nilai, seorang
liberal dengan latar belakang seni yang kuat diperlukan. Sistem filsafat dan
nilai memberikan fondasi yang kokoh bagi science of caring.

Penerimaan oleh komunitas keperawatan Model Margaret Jean Watson


dapat dianggap sebagai dasar dari profesi keperawatan. Ini menunjukkan
pertimbangan keperawatan baik sebagai sebuah ilmu dan seni. a. Praktek
Filsafat Jean Watson dan Ilmu Merawat dapat diterapkan pada praktek (a)
sebagai sebuah organisasi atau (b) sebagai seorang individu. Sebagai
sebuah organisasi, teori Watson merawat dapat digunakan sebagai kerangka
kerja dalam penyampaian pelayanan keperawatan di lembaga medis. Ketika
digunakan sebagai dasar keperawatan di rumah sakit, perawat yang dibuat
untuk fokus pada nilai perawatan dan pada integrasi factor carative dalam
pertemuan pasien. Teori Merawat Watson dengan Clinical Practice," sebuah
artikel oleh Linda Ryan, menyajikan proses integrasi teori Watson dengan
pola pemberian layanan kesehatan dalam pengaturan klinis. Di sisi lain, itu
juga luar biasa untuk mencatat bahwa Teori Watson juga bisa digunakan
dalam setting perawatan kesehatan masyarakat. Artikel dari Adeline Falk
Rafael menyajikan kesesuaian ide Watson untuk praktek keperawatan di
masyarakat. Ia bahkan menyediakan alat komunitas penilaian yang dapat
digunakan sebagai dasar pemberian perawatan kesehatan sebagai perawat
kesehatan masyarakat. Pada penerapan Filsafat Peduli pada tingkat individu
perawat, penting untuk diingat bahwa Watson ini menyiratkan kepercayaan
Watson ke arah keperawatan dan nilai perawat ke fenomena peduli "optimis
abadi."Saat melakukan fungsi kita sebagai perawat, kita ditantang oleh
Watson untuk "merawat". Dengan kata lain, ide Watson merawat membantu
kita merefleksikan nilai kepedulian bagi kehidupan kita dan implikasi untuk
panggilan kita. Hal ini menantang kita untuk bertanya kepada diri sendiri
tentang persepsi kita sendiri dan opini yang objektif tentang merawat kita
menjadi lebih baik dipandu dalam pemberian pelayanan keperawatan.

Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan

Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat)


bagian yaitu :

1. Kemanusiaan (Human Beeing).

Menurut pandangan Watson orang yang bernilai bagi dirinya atau orang lain
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara,
menghargai, mengasuh, mau mengerti dan membantu orang yang sedang
sakit. Dalam pandangan filosofi umum, manusia itu mempunyai fungsi yang
kompleks yang terintegrasi dalam dirinya. Selain itu manusia juga dinilai
sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya mempunyai fungsi yang
sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus selalu
beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak
berhasil, maka akan terjadi konflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang
berdampak pada terjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut
perlu mendapatkan asuhan, agar dapat ditanggulangi.

2. Kesehatan

Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental, dan sosial yang baik.
Akan tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang
dibutuhkan untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:

 Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan


sosial seimbang/serasi
 Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari
dengan lingkungannya
 Tidak adanya penyakit.

Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :

 Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran,


tubuh, dan jiwa.
 Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara
apa yang dirasakan dengan apa yang dialami.

3. Lingkungan sosial

Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah


lingkungan sosial. Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap
bagaimana seharusnya berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai.
Nilai – nilai tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.

Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat


biasanya mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson
menyatakan bahwa merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat
dibutuhkan oleh setiap lingkungan sosial yang mempunyai beberapa orang
yang saling peduli dengan yang lainnya. Sikap merawat tidak diturunkan dari
generasi ke generasi, melalui gen, tetapi diturunkan dari kebudayaan profesi
sebagai suatu koping yang unik terhadap lingkungan.

4. Keperawatan

Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan,


pencegahan penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik.
Keperawatan pada promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati
penyakit. Dia melihat keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu:
masalah penanganan stres dan penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang
tersedianya perawatan kesehatan yang holistik, yang dia percayai dapat
menjadi pusat dari praktik keperawatan. Salah satu asumsi Watson
mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu pengetahuan sangat
berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan masyarakat, sehingga
perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan kesehatan yang
ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.

Kelebihan Teori Jean Watson

Memberi panduan pada perawat dalam melakukan pengkajian kebutuhan


pada klien yang meliputi kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan
kebutuhan interpersonal. Perawat dalam membentuk aktivitas perawatan
didasarkan pada 10 faktor carative :

a. sistem nilai humanistik dan altruistik (mengutamakan kepentingan


orang lain)

b. Kejujuran dan harapan


c. Sensitifitas pada pribadi seseorang dan orang lain.

d. Rasa tolong menolong, saling percaya.

e. Mengekspresikan perasaan positif dan negatif.

f. Proses pemecahan masalah keperawatan yang kreatif.

g. Proses belajar mengajar transpersonal.

h. Lingkungan fisik, sosial, spiritual dan mental yang suportif, prodektif


dan konektif.

i. Pertolongan dalam memenuhi kebutuhan manusia.

j. Kekuatan spiritual fenomenologikal eksitensial

Kekurangan Teori Jean Watson

Teori Jean Watson lebih menitiberatkan pada kebutuhan psikososial klien


kebutuhan fisik kurang diperhatikan. Menggambarkan kebutuhan psikososial
klien berdasar pada disiplin ilmu lain, sehingga memerlukan penelitian lebih
lanjut untuk menunjukkan aplikasi teori tersebut dalam praktik keperawatan.

5. Sister Callista Roy (1939)

Menurut Sudarta (2015) Sister Calista Roy dilahirkan di Los Angeles, 14


Oktober 1939 sebagai anak kedua dari keluarga Fabien Roy. Di usianya yang
ke 14, ia mulai bekerja di rumah sakit umum sebagai petugas pantry, lalu
menjadi pekarya, dan akhirnya sebagai tenaga perawat. Kemudian ia
bergabung dengan Sisters of Saint Joseph of Carondelet. Ia mendapat gelar
Bachelor of Arts bidang keperawatan dari Mount St. Mary’s College, Los
Angeles tahun 1963. Disusul dengan Master di bidang perawatan pediatric
dari university of California, Los Angeles di tahun 1966. Selain itu juga
memperoleh gelar Master dan PhD bidang Sosiologi pada 1973 dan 1977.
Sister Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan
pada tahun 1964. Model ini banyak digenakan sebagai falsafah dasar dan
model konsep dalam pendidikan keperawatan. Model adaptasi Roy adalah
system model yang esensial dalam keperawatan (Asmadi, 2008).

Menurut Calista manusia merupakan makhluk yang kompleks dengan segala


kebutuhannya. Dalam merumuskan kebutuhan dasar manusia, Calista
memandangnya dari beberapa aspek yakni :

 Bilogis
Dalam aspek biologi sini manusia merupakan susunan dari sistem organ
tubuh yang dimana mereka membutuhkan sesuatu yang bisa
mempertahankan hidupnya layaknya nutrisi, air, oksigen dan lainnya.

 Psikologis

Dalam hal ini manusia memiliki sebuah perasaan dan kepribadian, manusia
membutuhkan segala hal yang bisa membangkitkan mood perasaan dan
semangat dari dalam dirinya, layaknya pujian, perhatian, ajaran dan lainnya.

 Sosial

Dalam segi ini manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan pihak lain
untuk melanjutkan kehidupannya atau juga bisa mencari sebuah pemecahan
masalah dalam hidupnya. Kebutuhan ini berkaitan dengan komunikasi dan
interaksi dengan orang lain.

 Kultural

Dalam segi ini cultural adalah aspek yang berhubungan dengan kebudayaan,
dimana manusia itu hidup maka mereka memiliki sebuah kebudayaan yang
menjadi ciri khas atau jati dirinya.

 Spiritual

Manusia hidup di dunia ini membutuhkan sebuah dorongan dan pedoman


untuk bertahan. Dimana aspek yang bisa memenuhinya adalah aspek
spiritual atau hubungannya dengan Tuhan.

Pada dasarnya kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor,


yakni :

 Penyakit

 Hubungan keluarga

 Konsep diri yang dimilikinya

 Tahap perkembangan yang di alami.

Sister Calista Roy lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, beliau
mengembangkan ilmu dan filosofinya berdasarkan 3 (tiga) asumsi dasar,
yaitu :

1. Asumsi dari Teori Sistem :


 Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berhubungan satu
sama lain
 Sistem adalah bagian yang saling bergantungan antara fungsi yang
satu dengan yang lainnya
 Sistem mempunyai input, output, kontrol, proses, dan umpan balik
 Input merupakan umpan balik yang juga disebutin formasi
 Sistem kehidupan lebih kompleks, memiliki standar, dan umpan balik
terhadap fungsinya.

2. Asumsi dari Teori Melson

 Perilaku manusia adalah hasil adaptasi dari kekuatan organism


dengan lingkungannya
 Perilaku adaptif adalah berfungsinya stimulus dan tingkatan adaptasi,
yang dapat berpengaruh terhadap stimulus fokal, stimulus kontekstual,
dan stimulus residual
 Adaptasi adalah proses adanya respon positif terhadap perubahan
lingkungan
 Respon merupakan refleksi keadaan organisme terhadap stimulus.

3. Asumsi dari humanisme

 Individu mempunyai kekuatan kreatif


 Perilaku individu mempunyai tujuan, dan tidak selalu dalam lingkaran
sebab-akibat
 Manusia merupakan makhluk holistik
 Opini manusia, serta nilai yang akan datang
 Moblisasi antar manusia yang bermakna.

B. Teori Adaptasi dari Sister Calista Roy

Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima


asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System” dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.

Roy mendefinisikan tujuan dari asuhan keperawatan adalah sebagai


peningkatan dari respon adaptasi keempat model adaptasi. Kondisi
seseorang sangat ditentukan oleh tingkat adaptasinya, yaitu apakah
seseorang berespon secara positif terhadap rangsang interna atau eksterna.
Adapun pengertian klien sendiri adalah suatu kesatuan utuh yang
mempunyai 4 model adaptasi berdasarkan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan hubungan interdependensi.

Peran perawat adalah meningkatkan perilaku adaptif klien dengan


manipulasi stimulasi fokal, konteksutual dan residual. Sumber kesulitan yang
dihadapi adalah adanya koping yang tidak adekuat untuk mempertahankan
integritas dalam menghadapi kekurangan atau kelebihan kebutuhan. Fokus
intervensi direncanakan untuk dengan tujuan mengubah atau memanipulasi
fokal, kontekstual dan residual stimuli. Intervensi kemungkinan disokuskan
pada kemampuan koping individu atau daerah adaptasi sehingga seluruh
rangsang sesuai dengan kemampuan individu untuk beradatasi. Evaluasi
dilakukan berdasarkan respon adaptif terhadap stimulus oleh klien.

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem


atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4
elemen esensial yaitu : keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan .
     Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut
Roy :
 Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk
menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan
dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari
tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus
fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi
membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini
dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
 Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem
yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
secara keseluruhan atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
 Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan
konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia
digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk
semua interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses,
proses yang pertama dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal dan proses yang kedua adalah mekanisme koping yang
menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
 Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam
dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai
suatu sistem yang adaptif.

C. Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori


sehingga dapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu
memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya
dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien
terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran
dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor
yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,
sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme
koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi stress.
Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi
pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku
cara merawat ( caring ) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya.

D. Konsep sehat

Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continum dari meninggal sampai


tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu
keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasi
secara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi individu
dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.Kondisi sehat
dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan
seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu
tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya
tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain. 

E. Konsep lingkungan

Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari


internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkungan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang
tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan
pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat dalam
meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari
lingkungan sekitar. 

F. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan


kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi
koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang
merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan
ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu
respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang
masuk.
Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang
berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual adalah semua stimulus
lain seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi
dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh
individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang
ada dan timbul relevan dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara
objektif. 
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan
menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan,
intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses
keperawatan secara umum.
DAFTAR PUSTAKA

Asaf, Abdul Samad. "Upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia." Jurnal


Ilmiah Cakrawarti 2.2 (2019): 26-31.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Patrisia, Ineke, et al. Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Dasar Manusia.


Yayasan Kita Menulis, 2020.

Mendari, A. S. (2011). Aplikasi teori hierarki kebutuhan Maslow dalam


meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Widya Warta: Jurnal Ilmiah
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun, 34(01), 82-91.

Insani, F. D. (2019). Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow Dan Carl


Rogers Serta Implikasinya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. As-Salam: Jurnal Studi Hukum Islam & Pendidikan, 8(2), 209-230.

Hidayat, Aziz Alimul, and Musrifatul Uliyah. Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia. Health Books Publishing, 2015.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Saku Praktik Kebutuhan Dasar


Manusia. Health Books Publishing.

Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,


Proses dan Praktik Keperawatan.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Andriyani, A. (2020). Buku Panduan Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia 2.

Heriana, P. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia.


HIDAYAT, A. A. A., & Uliyah, M. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

Yusuf, A., Tristiana, R., Fitryasari, R., & Aditya, R. S. (2017). Riset Kualitatif
Dalam Keperawatan.

Chayatin, N. N., & Mubarak, W. I. (2019, July). Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik. EGC.

Sutanto, A., & Fitriana, Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

SILALAHI, Lenny Erida, et al. Ilmu Keperawatan Dasar. Yayasan Kita


Menulis, 2021.

Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 1; Untuk Pendidikan Ners. Health


Books Publishing.

Mubarak, Wahit Iqbal, Lilis Indrawati, and Joko Susanto. "Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar: Buku 1." (2015).

Wisnasari, S., Utami, Y. W., Susanto, A. H., & Dewi, E. S.


(2021). Keperawatan Dasar: Dasar-Dasar untuk Praktik Keperawatan
Profesional. Universitas Brawijaya Press.

Febriana, D. V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Anak Hebat Indonesia.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan


Dasar. Jakarta: Salemba Medika.

Qomariah, S. N. (2016). Buku Ajar Riset Keperawatan.

Marina, M. N. (2019). Pentingnya Mengetahui Konsep Dasar Proses


Keperawatan.

Isna, Hikmawati. "Ilmu Dasar Keperawatan." (2012).

Nugraha, Y., Ners, M. K., & Wianti, A. (2021). Konsep Dasar Keperawatan.


LovRinz Publishing.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.


Health Books Publishing.

Dewi, K. S. (2012). Buku ajar kesehatan mental.

Fhirawati, Fhirawati, et al. Konsep Dasar Keperawatan. Yayasan Kita


Menulis, 2020.
Febriana, D. V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Anak Hebat Indonesia.

Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konsep-konsep dasar dalam keperawatan


komunitas. Deepublish.

Nugraha, Y., Ners, M. K., & Wianti, A. (2021). Konsep Dasar Keperawatan.


LovRinz Publishing.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra


Wacana Media.

Silalahi, L. E., Limbong, M., Aji, Y. G. T., Kartini, K., Fhirawati, F.,
Tallulembang, A., ... & Herawati, T. (2021). Ilmu Keperawatan Dasar.
Yayasan Kita Menulis.

Darmareja, Rycco, et al. Dasar-Dasar Keperawatan: Konsep untuk


Mahasiswa Keperawatan. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Harnilawati, S. K. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Pustaka


As Salam.

Marina, M. N. (2019). Pentingnya Mengetahui Konsep Dasar Proses


Keperawatan.

Purba, M. A. (2019). KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DAN


PROSES KEPERAWATAN.

Syafridayani, F. (2019). Pentingnya Perencanaan Asuhan Keperawatan.

Leniwita, H., & Aritonang, Y. A. (2019). MODUL KONSEP DASAR


KEPERAWATAN.

Ismoyowati, T. W., & Sinaga, M. R. E. (2021). Modul Konsep Dasar


Keperawatan (KDK) I.

Safira, N. (2019). Konsep Perencanaan Keperawatan.

Syafridayani, F. (2019). TUJUAN DAN MANFAAT KONSEP DASAR


PROSES KEPERAWATAN TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN.

Listiyanawati, M. D. (2020). Modul Ajar Konsep Dasar Keperawatan.

Harahap, T. H. (2019). Pentingnya Melakukan Evaluasi Asuhan Keperawatan


Dalam Meningkatkan Asuhan Keperawatan.

Hidayat, A. A., & Uliyah, M. (2015). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.


Health Books Publishing.

Aini, N. (2018). Teori Model Keperawatan: Keperawatan (Vol. 1). UMMPress.


Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

ANDARMOYO, Sulistyo. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep,


Proses dan Praktik Keperawatan. 2012.

KARTIKASARI, Dwiyani; HANDAYANI, Fitria. Pemenuhan kebutuhan dasar


manusia pada lansia demensia oleh keluarga. Jurnal Keperawatan
Diponegoro, 2012, 1.1: 175-182.

Abdurrahman, Zulkarnain. "Teori Maqasid Al-Syatibi dan Kaitannya dengan


Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow." Jurnal Ushuluddin:
Media Dialog Pemikiran Islam 22.1 (2020)

MUAZAROH, Siti; SUBAIDI, Subaidi. Kebutuhan Manusia dalam Pemikiran


Abraham Maslow (Tinjauan Maqasid Syariah). Al-Mazaahib: Jurnal
Perbandingan Hukum, 2019, 7.1: 17-33.

Kurniati, Mei Fitria, and Ahmad Zainal Abidin Abidin. "Hubungan Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan Berdasarkan Kebutuhan Dasar Manusia Virginia
Handerson Dengan Kepuasan Pasien Di Rs Bhayangkara Wahyu Tutuko
Bojonegoro." Journal of Health Sciences 11.2 (2018): 140-150.

Anda mungkin juga menyukai