Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. Sistem Pernafasan

Frekuensi pernapasan bisa selalu berubah dan secara tidak langsung


dipengaruhi oleh aktivitas ternak (metabolisme dan gerak otot) maupun kondisi
lingkungan. Frekuensi pernapasan per menit meningkat akibat peningkatan suhu
lingkungan karena terjadi mekanisme pengaturan panas tubuh yang menyebabkan
peningkatan dalam pertukaran pernapasan. Perubahan metabolisme dan aktivitas
otot pada ternak juga menyebabkan perubahan denyut jantung dan frekuensi
pernapasan. (Pamungkas et al.,2020 ).

Paru-paru merupakan salah satu organ pernafasan bagi makhluk hidup


khususnya mamalia. Paru-paru dapat berfungsi normal apabila dalam keadaan
sehat dan tidak terinfeksi suatu agen kimia maupun agen biologi. Agen biologi
yang dapat bersifat patogen pada paru-paru dapat berupa bakteri, jamur, parasit
maupun virus. ( Retnowati dan Nugraho, 2014 ).

Respirasi juga merupakan indikator untuk mengetahui kondisi


internal tubuh yang mana hewan akan mengeluarkan panas melalui respirasi.
Peningkatan aktivitas pernafasan sebagai akibat peningkatan suhu lingkungan
merupakan suatu upaya untuk memelihara suhu badan pada tingkat yang
normal, jika berada pada suhu lingkungan yang tinggi misalnya pada
daerah tropis. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan suhu tubuh dengan
suhu lingkungan. ( Hina et al.,2019).

Peningkatan frekuensi pernafasan dapat disebabkan oleh peningkatan suhu


tubuh yang disebabkan oleh kombinasi faktor suhu lingkungan yang mulai panas
dan proporsi hijauan ransum yang lebih tinggi pada semua perlakuan. Proporsi
hijauan yang besar menyebabkan produksi panas tubuh/heat increament kambing
meningkat sehingga menambah beban panas tubuh dan harus dilepaskan.
Pelepasan panas tubuh ke luar tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ-
organ bagian dalam tubuh ke bagian-bagian terluar dari organ tubuh terutama
adalah kelenjar keringat di kulit dan kelenjar mukosa di sepanjang saluran
pernafasan (Qisthon dan Widodo,2015).
Umur dan besar tubuh ternak merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi frekuensi respirasi. Perbedaan rerata respirasi pada setiap
kelompok baik umur maupun jenis kelamin dan waktu pengukuran tidak
berbeda dengan suhu tubuh. Hal ini disebabkan karena ternak akan
meningkatkan frekuensi pernapasan untuk melakukan pembuangan panas
dari tubuh. Produksi panas yang lebih besar pada kelompok umur anak
akibat konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan umur muda dan
dewasa akan menyebabkan terjadinyaperbedaan frekuensi pernapasan
yang berfungsi untuk melakukan pembuangan panas. Hal ini juga terjadi
pada kambing kacang jantan yang mengkonsumsi pakan lebih tinggi
dibandingkan dengan kambing kacang betina. (Hereng et al., 2019)

G. Ambing

Pencucian ambing erat hubungannya dengan perangsangan dan aktifitas


hormon oxytocin. Hormon oxytocin merupakan hormon yang khusus untuk
merangsangkeluarnya air susu dari alveoli. Kerja oxytocin berlangsung 6-8 menit
sehingga pemerahan perlu dilakukan secara cepat dan optimal agar produksi susu
dapat diperoleh sebanyak-banyaknya, pemerahan susu yang tidak optimal
menyebabkan penurunan kualitas komponen susu karena terdapat residual
milkterutama pada kadar lemak yang disebabkan olehadanya sel somatik dalam
jumlah banyak sehingga kadar lemak turun. Sel somatik dalam susu merupakan
sekresi epitel dan leokosit dalam susu.( Mahardika et al., 2016 )
Peningkatan konsumsi BK akan mengakibatkan nutrien dalam pakan akan
lebih tersedia untuk dicerna dan diserap di saluran pencernaan. Sehingga zat-zat
nutrien yang dialirkan oleh darah menuju kelenjar ambing akan lebih banyak, hal
ini akan meningkatkan proses biosintesis susu. Peningkatan konsumsi bahan
kering pakan akan disintesis menjadi zat-zat nutrien dalam darah yang dialirkan
menuju kelenjar ambing, lalu pada bagian sel sekretori terjadi proses biosintesis
susu. Sehingga apabila zat nutrien dalam darah yang dialirkan menuju kelenjar
ambing semakin banyak, maka akan menyebabkan peningkatan produksi dan
komposisi susu karena prekusor untuk proses biosintesis susu lebih tersedia.
( Mustaqim et al., 2021 ).
BAB III
MATERI DAN METODE
B. Pengenalan Organ

1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktikum Acara Pengenalan Organ sebagai
a) Vidio materi Sistematika, Sistem Pernafasan,Sistem Peredaran Darah,Sistem
Pencernaan,Sistem Reproduksi, Sistem Syaraf, dan Ambing
b) Alat Tulis
c) Alat Dokumentasi

2. Metode
IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Sistem Pernafasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Sistem Respiratorium
No Organ Keterangan
1. Cavum nasale - Jalur lewatnya udara dari luar, berberbentuk
( rongga hidung ) silinder, dibagi oleh sekat hidung, yang berupa
tulang rawan (kartilago) menjadi dua bagian/
lubang yang simetris.
- di bagian kaudal rongga hidung mengandung
ujung-ujung sensoris nervus olfaktorius
(nervus kranialis I), fungsi sebagai indera
penciuman.
2. Farings - Jalan simpang bagi saluran makanan dan udara
- Terbagi menjadi tiga bagian :
(a) bagian nasal, yang berhubungan dengan
rongga nasal,
(b) bagian oral, yang berhubungan dengan
rongga mulut
(c) bagian laringeal, yang berkaitan dengan
larings
3. larings (kotak - Merupakan pipa cartilage pendek yang
suara) menghubungkan faring dengan trakea
- mengatur & mengontrol ekspirasi dan inspirasi
- mencegah masuknya benda-benda asing
- bersifat esensial untuk pembentukan bunyi/
suara
4. Trakea ( batang - kelanjutan dari larings
tenggorok ) - suatu tabung yang tidak dapat mengempis,
terbentuk oleh deretan cincin-cincin tulang
rawan (annulus trakealis)
- panjang + 75 cm, diameter rata-rata 6-7 cm.
5. Bronkus ( pipa - pipa percabangan bagian belakang (kaudal)
percabangan trakea
trakea ) - menyabang masuk ke pulmo dekster dan
sinister.
6. Bronkiolus - Percabangan dari bronkus
- terdiri dari beberapa tingkatan : bronkiol
intralobular, bronkiol terminal dan bronkiol
respiratoris. Tiap bronkiol respiratoris
bercabang menjadi duktus alveolar, berakhir
pada kantong alveolar. Kantong alveolar terdiri
dari banyak alveoli, merupakan bagian terkecil
dan paling akhir dari saluran udara di dalam
pulmo.
7. Pulmo/paru paru - Merupakan organ paling penting dalam sistem
pernafasan
- Berbentuk sepasang kantong yaitu dekster/
kanan dan sinister/ kiri dan memiliki banyak
alveoli didalamnya.
- Pulmo dexter berukuran 1 ½ kali lebih besar
daripada pulmo sinister.
- Paru paru bersifat elastis dengan wujud spons
yaitu zat paru paru yang berisi udara yang
mengisi ruangan dalam rongga dada/ avum
thorax
- Fungsi utama pulmo yaitu mencukupi
kebutuhan oksigen untuk energy dan
mengeluarkan karbon dioksida/ zat sisa

Sumber : Laporan Ilmu Ternak Perah Tahun 2021.

2. Pembahasan
Gambar 3. Organ Paru-paru Gambar 4. Paru-paru Kanan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sistema respiratorium terdiri atas
rongga hidung, pharink, larink, trakea, brongkus,bronkiolus dan pulmo. Masing-
masing bagian organ memiliki fungsi masing-masing dan bekerja secara spesifik.
Sistema respiratorium paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang dinamakan pleura.
Paru-paru memiliki tekstur yang cenderung basah dikarenakan banyaknya
kandungan oksigen yang akan ditransfusikan kedalam organ diseluruh tubuh
melalui sistem peredaran darah.
Saluran pernapasan atau tractur respiratorius adalah bagian tubuh manusia
yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan
untuk proses pernapasan. Saluran pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia.Ketika masuk rongga hidung,
udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan
fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraka bertingkat,
bersilia, dan ber sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring
oleh rambut-rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel yang halus
akan terjerat dalam lapisan mukus. ( Saminan,2016 ).
Hasil pengamatan sesuai dengan literatur yang tersedia bahwa sistem
respiratorium atau sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung yaitu bagian yang
bersentuhan langsung dengan luar tubuh, farink sebagai percabangan antara
tenggorokan dan kerongkongan, laring tempat pembentukan suara, trakea batang
tenggorokan yang menghubungkan laring dengan brongkus, bronkus percabangan
trakea yang mengarah ke paru-paru, bronkiolus perpanjangan brongkus yang
meneruskan udara ke paru-paru, paru-paru tempat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida. Oksigen yang berdifusi didistribusikan melalui peredaran
darah dan karbondioksida dari darah dikeluarkan melalui rongga hidung.
DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, F. A., B. P. Purwanto, W. Manalu, A.Yani dan R. G. Sianturi. 2020.


Pemanfaatan Termografi Inframerah dalam Monitoring Status
Fisiologi Reproduksi Ruminansia akibat Stres Panas. Wartazoa.
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Sekolah Vokasi Institut
Pertanian Bogor, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Vol.
30 No. 1.

Retnowati,Y. dan T. A. E. Nugroho. 2014. Pemeriksaan Mikroba Dan Patologi


Organ Paru-Paru Sapi Yang Mengalami Pneumoni Di Kota Gorontalo.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA),
Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian
(FAPERTA), Universitas Negeri Gorontalo.

Hina, C. Y. R., Y. T. R. M. R. Simarmata dan M. M. Laut. 2019. Gambaran


fisiologis domba di Desa oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten
Kupang. Jurnal Veteriner Nusantara. Faculty of Veterinary Medicine,
Nusa Cendana University, Kupang. Vol.2 No.2.

Qisthon, A. dan Y. Widodo. 2015. Pengaruh Peningkatan Rasio Konsentrat


Dalam Ransum Kambing Peranakan Ettawah Di Lingkungan Panas
Alami Terhadap Konsumsi Ransum, Respons Fisiologis, Dan
Pertumbuhan. Jurnal Zootek (“Zootrek” Journal ) . Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Vol. 35 No. 2 :
351-360.

Hereng, Y.A.D., Y. N. Selan dan F. A. Amalo. 2019. Parameter fisiologi


kambing kacang (Capra aegagrus hircus) di Desa Nunkurus
Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Jurnal Veteriner
Nusantara. Faculty of Veterinary Medicine, Nusa Cendana University,
Kupang Faculty of Veterinary Medicine Nusa Cendana University,
Kupang. Vol.2 No.2.

Mahardika, H.A., P. Trisunuwati Dan P. Surjowardojo.2016. Pengaruh Suhu Air


Pencucian Ambing Dan Teat Dipping Terhadap Jumlah Produksi,
Kualitas Dan Jumlah Sel Somatik Susu Pada Sapi Peranakan Friesian
Holstein. Buletin Peternakan . Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya Malang. Vol. 40(1): 1

Mustaqim, A. , D. W. Harjanti dan R. Hartanto. 2021. Produksi Susu dan


Komposisi Susu Sapi Friesian Holstein yang Mendapat Suplemen
Tepung Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb). Jurnal Agripet.
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia. Vol 21 (1): 40-48.

Saminan . 2016. Efek Perilaku Merokok Terhadap Saluran Pernapasan. Jurnal


Kedokteran Syiah Kuala. Universitas Syiah Kuala. Vol. 16 No. 3.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai