NIM : 19307141020
A. Pendahuluan
Produk kulit merupakan produk industri terbesar keempat yang menyumbang
ekspor nonmigas, senilai 6,57% di 2019. Ketersediaan kulit kambing sebagai salah satu
bahan baku dalam pembuatan tekstil produk juga mengalami peningkatan dengan
bertambahnya jumlah populasi kambing pada tahun 2018, sebesar 2,82%. Kulit mentah
memiliki daya tahan yang buruk, karena mudah rusak oleh pengaruh mikroorganisme.
Hal ini menyebabkan penurunan kualitas kulit.
Selain menggunakan bahan pengawet untuk meningkatkan kualitas kulit, banyak
peneliti yang mengembangkan produk tekstil dengan menilik kerugian dari sifat
antimikroba. Pertumbuhan mikroba dalam produk tekstil dapat menyebabkan kerusakan
warna, penurunan kekuatan mekanik, menimbulkan noda dan menimbulkan bau akibat
keringat. Pengembangan tekstil antimikroba banyak dilakukan melalui rekayasa partikel
logam dan oksida logam seperti perak, tembaga, TiO2, ZnO, dan MgO. Sejauh ini perak
adalah logam yang paling luas diterapkan dalam pembuatan bahan antimikroba.
Selain memiliki aktivitas antimikroba, perak juga juga ramah lingkungan.
Mikroorganisme yang dapat dihambat oleh nanopartikel perak antara lain:
Staphylococcus aureus, Aspergillus niger, Escherichia coli, Candida albicans, dan
Staphylococcus epidermidis. Namun, banyak industri kulit garmen terkemuka
mengharuskan produk mereka menerapkan nanoteknologi untuk menghasilkan kulit
antibakteri dan antijamur yang unggul dan lebih ramah lingkungan ramah. Dalam upaya
menyiapkan nanopartikel yang ramah lingkungan, perlu dilakukan sintesis nanopartikel
menggunakan bahan alami.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanopartikel perak dengan metode
sintesis hijau, memodifikasi kulit kambing dengan menggunakan nanopartikel perak, dan
mengetahui aktivitas antimikroba kulit kambing termodifikasi terhadap Staphylococcus
epidermidis DNCC 6018, Escherichia coli FNCC 0047, dan jamur Candida albicans
ANC0048. Studi ini berguna dalam meningkatkan sifat antimikroba kulit kambing pikel.
C. Metode
Nanopartikel perak disintesis dengan metode biosintetik atau sintesis hijau, yang
digunakan sebagai ekstrak tumbuhan untuk mereduksi ion perak menjadi berukuran
nano. Senyawa yang terlibat dalam biosintesis nanopartikel ini merupakan metabolit
sekunder yang terdapat pada tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
untuk biosintesis adalah daun Jati. Ekstrak daun Jati memiliki kandungan flavonoid
berupa antosianin yang dapat berperan dalam mereduksi ion Ag+ menjadi Ag0.
D. Cara Kerja
1) Siapkan ekstrak daun jati
Ekstrak daun jati dibuat dengan cara merebus daun jati dengan aquades dengan
perbandingan (1:5) pada suhu 1000C selama ± 15 menit. Biosintesis dilakukan pada
nanopartikel perak dengan mereduksi 65 mL, 1 larutan mM AgNO3 dengan 10 mL
ekstrak daun jati dan didiamkan selama 2 jam. Kemudian ditambahkan 0,05%
larutan kanji sebagai penstabil sambil mengocok larutan selama 2 jam.