003 Bab III BAngunan Pengatur Muka Air FINAL
003 Bab III BAngunan Pengatur Muka Air FINAL
3.1 Umum
Banyak jaringan saluran irigasi dioperasikan sedemikian rupa sehingga
muka air disaluran primer dan saluran cabang dapat diatur pada batas –
batas tertentu oleh bangunan – bangunan pengatur yang dapat bergerak.
Dengan keadaan eksploitasi demikian, muka air dalam hubungannya
dengan bangunan sadap (tersier) tetap konstan.
Apakah nantinya akan digunakan pintu sadap dengan permukaan air bebas
(pintu Romijn) atau pintu bukaan bawah (alat ukur Crump-de Gruyter), hal
ini bergantung kepada variasi tinggi muka air yang diperkirakan (lihat Tabel
2.1).
Bab ini akan membahas empat jenis bangunan pengatur muka air, yaitu :
pintu skot balok, pintu sorong, mercu tetap dan kontrol celah trapesium.
Kedua bangunan pertama dapat dipakai sebagai bangunan pengontrol
untuk mengendalikan tinggi muka air di saluran. Sedangkan kedua
bangunan yang terakhir hanya mempengaruhi tinggi muka air.
Gambar 3.1. Koefisien debit untuk aliran diatas skot balok potongan segi
empat (cv ≈ 1,0)
1,5
Q = C C v 2/3 2/3g b h
d 1 ….. (3.1)
dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan datang
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
b = lebar normal, m
h1 = kedalaman air di atas skot balok, m
Koefisien debit Cd untuk potongan segi empat dengan tepi hulu yang
tajamnya 90 derajat, sudah diketahui untuk nilai banding H1/L kurang dari
1,5 (lihat gambar 3.1).
Untuk harga – harga H1/L yang lebih tinggi, pancaran air yang melimpah
bisa sama sekali terpisah dari mercu skot balok. Bila H1/L menjadi lebih
besar dari sekitar 1,5 maka pola alirannya akan menjadi tidak mantap dan
sangat sensitif terhadap “ketajaman” tepi skot balok bagian hulu. Juga,
besarnya airasi dalam kantong udara di bawah pancaran, dan tenggelamnya
pancaran sangat mempengaruhi debit pada skot balok.
Jelaslah bahwa tinggi muka air hulu dapat diatur dengan cara
menempatkan/mengambil satu atau lebih skot balok. Pengaturan langkah
demi langkah ini dipengaruhi oleh tinggi sebuah skot balok. Seperti yang
sudah disebutkan dalam Gambar 3.1, ketinggian yang cocok untuk balok
dalam bangunan saluran irigasi adalah 0,20 m.
Q = K μ a b 2g h
1 ….. (3.2)
dimana :
Q = debit, (m3/dt)
K = faktor aliran tenggelam (lihat Gambar 3.3)
μ = koefisien debit (lihat Gambar 3.4)
a = bukaan pintu, m
b = lebar pintu, rn
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
h1 = kedalaman air di depan pintu di atas ambang, m.
Lebar standar untuk pintu pembilas bawah (undersluice) adalah 0,50 ; 0,75
; 1,00 ; 1,25 dan 1,50 m. Kedua ukuran yang terakhir memerlukan dua
stang pengangkat.
3.3.3 Kelemahan–kelemahannya
- Kebanyakan benda – benda hanyut bisa tersangkut di pintu
- Kecepatan aliran dan muka air hulu dapat dikontrol dengan baik jika
aliran moduler
h1/a ß
Mercu tetap dengan dua bentuk seperti pada Gambar 3.5 sudah umum
dipakai. Jika panjang mercu rencana seperti tampak pada gambar sebelah
kanan adalah sedemikian rupa sehingga H1/L ≤ 1,0 maka bangunan
tersebut dinamakan bangunan pengatur ambang lebar. Hubungan antara
tinggi energi dan debit bangunan semacam ini sudah diketahui dengan baik
(lihat Pasal 2.2).
r r r
Untuk mercu yang dipakai di saluran irigasi, nilai – nilai itu dapat dipakai
dalam rumus berikut :
Q = Cd 2 / 3 2 / 3 g b H1
1, 5
….. (3.3)
dimana :
Q = debit, m3/dt
Cd = koefisien debit
- alat ukur ambang lebar Cd = 1,03
- mercu bulat Cd = 1,48
g = percepatan gravitas, m/dt2 (≈ 9,8)
b = lebar mercu, m
H1 = tinggi air di atas mercu, m
3.5.1 Umum
Bangunan pengatur tinggi muka air dengan type U (type cocor bebek) ini
merupakan pengembangan dari bangunan pengatur muka air dengan
mercu tetap pada saluran-saluran lebar (lebar > 2 m). Perbedaan dengan
mercu tetap yang sudah lama dikembangkan di Indonesia adalah sumbu
atau as yang tegak lurus saluran sedangkan pelimpah type cocor bebek) ini
berbentuk lengkung. Penjelasan gambaran mercu tetap type cocor bebek
terlihat pada gambar di bawah ini.
A A
a
h
Udik p
b 2a
Arah Aliran
c
a
hilir
denah untuk jenis lantai hilir datar Potongan A-A untuk jenis lantai hilir
A A
h
p
Udik
b 2a
Arah Aliran
c
a
hilir
Gambar 3.8. Denah dan potongan peluap mercu type U (type cocor bebek)
b
= perbandingan antara lebar b dengan tinggi bendung p
p
lg
= perbandingan antara panjang mercu pelimpah yang terbentuk
b
∝ = sudut antara sisi pelimpah dengan arah aliran utama air
n = jumlah “gigi” pelimpah gergaji
Qg
= nilai perbandingan antara besar debit pada pelimpah gergaji
Qn
dibandingkan dengan besar debit pelimpahan jika digunakan
pelimpah lurus biasa dengan lebar bentang yang sama.
Q n maks
⎛h⎞
⎜⎜ ⎟⎟
⎝ p ⎠ maks
- Penuhi persyaratan dasar desain hidraulik bendung dan pelimpah
h b
≤ 0,50 ≥2
tipe U, yaitu pada domain p dan p
- Untuk memenuhi persyaratan ini, ambil lebar satu mercu = 4a +
2c
Qg
h
= 0 ,6
- Plot data desain p pada grafik hubungan antara
Qn dan
h
p . Pada Gambar 3.9 untuk pelimpah dengan mercu ambang
⎛ lg ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ = 5,5
kebutuhan pelipatan panjang mercu pelimpah
⎝ b ⎠tajam
c
ambang tajam (f). Jika diambil harga f = = 1,2 konstan untuk
ct
berbagai kondisi muka air udik, tahap pradesain selanjutnya
dapat dilakukan dengan sangat sederhana.
- Untuk harga f tersebut, besar harga pelipatan panjang pelimpah
bentuk mercu setengah lingkaran yang sesungguhnya dapat
dihitung sebagai berikut :
⎛ lg ⎞ ⎛ lg ⎞ 1
⎜⎜ ⎟⎟ = ⎜⎜ ⎟⎟ x
⎝b ⎠ ⎝b ⎠ tajam f
- Berdasarkan data b dan lg , dengan menerapkan ilmu
trigonometri dapat dihitung data gigi gergaji lainnya sebagai
berikut :
α = 0,75 αmaksimum
a = 0,25 m
Gambar 3.9. Grafik untuk desain pelimpah jenis gergaji untuk gigi trapesium
3,50
3,00
2,50
1,50
1,00
0,50
0,00
0 250 500 750 1000 1250 1500
Debit (m3/s)
Seperti halnya mercu tetap, celah kontrol trapesium juga dipakai untuk
mengatur tinggi muka air disaluran. Pengaturan tinggi muka air dengan
menggunakan kedua alat tersebut didasarkan pada pencegahan terjadinya
fluktuasi yang besar yang mengakibatkan berubah – ubahnya debit. Hal ini
dicapai dengan jalan menghubung–hubungkan tinggi muka air dengan
lengkung debit untuk saluran dan pengontrol atau bangunan pengatur (lihat
Gambar 3.11).
Dengan sebuah celah kontrol trapesium tinggi muka air di saluran dan di
pengontrol dapat dijaga agar tetap sama untuk berbagai besaran debit.
Jika dipakai tanpa ambang, celah kontrol itu akan menimbulkan gangguan
kecil pada aliran air dan pengangkutan sedimen. Untuk ukuran - ukuran
sebuah celah lihat Gambar 3.12.
Bc
B
2
1 1
m m
1h 1
2
h
b
cL bc
dimana :
Cd = koefisien debit (≈ 1,05)
b = lebar dasar, m
yc = kedalaman kritis pada pengontrol, m
m = kemiringan dinding samping celah, m
H = kedalaman energi di saluran, m
g = percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)
Persamaan ini dapat dipecahkan untuk b dan s yang ada. Grafik celah
kontrol untuk berbagai b dan s ditunjukkan pada gambar A.2.6 sampai
A.2.12, Lampiran 2. Untuk membuat grafik-grafik ini Cd diambil 1,05.
Kegunaan grafik-grafik tersebut dalam perencanaan celah kontrol
trapesium adalah untuk:
1. Menentukan besaran debit agar pengontrol dapat bekerja
(misalnya 20-100% dari Q rencana)
1,8
1,8 Q (h )
Q =C h , 20 = 20 ...... (3.6)
Q 1,8
100 (h )
100
1,8
⎛ Q ⎞ 0,56
dan h = ⎜ 20 ⎟ .h = (0,2) *h =
20 ⎜ Q ⎟ 100 100
⎝ 100 ⎠
Pintu skot balok dan pintu sorong adalah bangunan – bangunan yang cocok
untuk mengatur tinggi muka air di saluran. Karena Pintu harganya mahal
untuk lebih ekonomis maka digunakan bangunan pengatur muka air ini
yang mempunyai fungsi ketelitiannya .
Kelebihan lain adalah bahwa pintu lebih mudah dioperasikan, mengontrol
muka air dengan lebih baik dan dapat dikunci di tempat agar setelahnya
tidak diubah oleh orang – orang yang tidak berwenang.
Kelemahan utama yang dimiliki oleh pintu sorong adalah bahwa pintu ini
kurang peka terhadap perubahan – perubahan tinggi muka air dan, jika
dipakai bersama – sama dengan bangunan pelimpah (alat ukur Romijn),
bangunan ini memiliki kepekaan yang sama terhadap perubahan muka air.
Jika dikombinasi demikian, bangunan ini sering memperlukan penyesuaian.
Penggunaan celah trapesium lebih disukai apabila pintu sadap tidak akan
dikombinasi dengan pengontrol.