Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syahrul Arfani

NIM : 201102010020

Kelas : Hukum Keluarga1

Jawaban UAS Peradilan Agama di Indonesia

1. Kewenangan 1998) bertugas dan berwenang memeriksa, memutuskan dan


menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam serta wakaf dan sadakah.
2006 Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g.
infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.
2009 tetap

Hakim pengadilan 1998 Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Agama


berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.

2006 Hakim pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas


kekuasaan kehakiman. (2) Syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhentian, serta pelaksanaan tugas hakim ditetapkan dalam
Undang-Undang ini. (1) Pembinaan dan pengawasan umum
terhadap hakim dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung.
2009 t Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah sehingga Pasal 18

Pilihan penyelesaian sengketa waris dan kepemilikan penyelesaian sangketa waris dan
kepemilikanPengadilan agama dan pengadilan umum dapat diajukan ke pengadilan
dengan alas gugat antara lain adanya perbuatan melawan hukum (PMH). Selama ini
sudah umum diakui bahwa perkara perdata dengan alas gugat adanya PMH merupakan
kewenangan absolut pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum

2. One roof system Yaitu posisi dimana Mahkamah agung membawahi 4 peradilan
dibawahnya yaitu peradilan umum,peradilan agama, peradilan militer dan peradilan
tata usaha Negara, Double roof system : system dalam pengelolaan manajemen hakim
termasuk rekrutmen hakim menjadi poin penting dalam Rancangan Undang-Undang
(RUU) Jabatan Hakim
3. Kesadaran terhadap idealitas sebuah negara hukum baru terbukti dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman. Sebab, undang-undang ini memuat ide penyatuatapan yang
sebenarnya telah lama bergulir. Penyatuatapan di sini adalah kesatuan pembinaan
baik di bidang penanganan perkara maupun organisasi, admnistrasi, dan keuangan.
Tapi, karena situasi politik masih sangat labil, maka implementasi undang-undang ini
belum mencapai target yang diharapkan. Pembinaan non-yudisial Pengadilan Agama
tidak serta merta dialihkan ke Mahkamah Agung, sekalipun penyatuatapan sudah
ditetapkan sebagai sistem baru. Departemen Agama masih saja terlibat dalam urusan
non-yudisial Pengadilan Agama sampai tahun 2004. Undang-Undang Nomor 35
Tahun 1999 ini kemudian disempurnakan oleh UndangUndang Nomor 4 tahun 2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman. Kelahiran UndangUndang ini adalah merupakan
tuntutan pasca amandemen UUD 1945. Selain mengatur independensi lembaga
peradilan di Indonesia, Undang-undang ini juga mengatur ketentuan pelaksana
kekuasaan kehakiman baru, yaitu Mahkamah Konstitusi. Setelah pengundangan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 inilah, maka seluruh pembinaan organisasi,
administrasi, dan finansial (OAF) Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan
Tata Usaha Negara, dan Pengadilan Militer harus segera dialihkan ke Mahkamah
Agung. Ketentuanketentuan tersebut terlaksana setelah diterbitkannya Keppres RI
Nomor 21 Tahun 2004 yang juga mengatur pengalihan OAF keempat lingkungan
peradilan ke Mahkamah Agung. Mahkamah Agung, sebagai puncak peradilan pada
akhirnya membina secara penuh empat lembaga peradilan di bawah
naungannya.Pemberlakukan Sistem Satu Atap (one roof system) diharapkan mampu
memajukan kinerja dan mewujudkan citra positif peradilan di Indonesia, termasuk
Pengadilan Agama8 . Harapan itu dimuluskan dengan mengatur mekanisme Sistem
Satu Atap (One Roof System) keempat lembaga di bawah kekuasaan Mahkamah
Agung melalui undang-undang yang sesuai dengan kekhususan lingkungan peradilan
masingmasing. Saat ini, pengaturan mengenai organisasi, administrasi, dan finansial
lembaga Peradilan Agama ke satu atap di bawah kekuasaan Mahkamah Agung
semakin kokoh dengan keluarnya UU Nomor 3 Tahun 2006 Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Anda mungkin juga menyukai