Anda di halaman 1dari 6

The 6th University Research Colloquium 2017

Universitas Muhammadiyah Magelang

Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan


Pola Makan Terhadap Status Gizi Remaja Di Kelurahan
Purwosari Laweyan Surakarta

Retno Dewi Noviyanti1*, Dewi Marfuah2


1,2
S1 Gizi, Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
Email : retno.arvi2211@yahoo.com

Abstrak
Keywords: Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.
Dipiridamol, Masa ini terjadi perubahan secara fisik, fisiologis dan psikososial. Masa
asetosal, remaja rentan mengalami masalah gizi. Permasalahan gizi yang sering
spektrofotometri UV, terjadi adalah kurang gizi dan pola makan yang salah. Disamping itu
validasi metode
kelompok ini berada pada fase pertumbuhan yang pesat (Growth Spurt)
sehingga dibutuhkan zat gizi yang relatif lebih besar jumlahnya. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi, aktivitas fisik
dan pola makan terhadap status gizi remaja. Metode penelitian ini
menggunakan metode cross sectional, teknik sampling menggunakan simple
random sampling. Data pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan pola makan
diperoleh dari hasil wawancara yang mengacu pada kuesioner, sedangkan
status gizi (IMT/U) diperoleh dari pengukuran berat badan dengan
menggunakan timbangan injak digital dan tinggi badan menggunakan
mikrotoa. Analisis data menggunakan Spearman Rho untuk menganalisis
hubungan pengetahuan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi dan Chi
Square untuk menganalisis hubungan pola makan terhadap status gizi. Hasil
penelitian menunjukkan rata-rata nilai pengetahuan gizi sebesar 76.5±12.88,
aktivitas fisik sebesar 1.36±0.07, IMT/U sebesar -0.16±1.34 dan sebagian
besar pola makan remaja termasuk kurang baik sebesar 64%. Hasil analisis
hubungan pengetahuan gizi terhadap status gizi remaja (p=0.147), aktivitas
fisik terhadap status gizi remaja (p=0.115) dan pola makan terhadap status
gizi remaja (p=0.078). Kesimpulan tidak ada hubungan pengetahuan gizi,
aktivitas fisik dan pola makan terhadap status gisi remaja di Kelurahan
Purwosari Laweyan Surakarta.

1. PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah karena mengancam kualitas Sumber Daya
kesehatan di Indonesia. Kekurangan gizi Manusia (SDM) yang sangat diperlukan
belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah dimasa mendatang [6].
gizi lebih dan obesitas mulai meningkat, SDM merupakan salah satu komponen
khususnya pada kelompok sosial ekonomi penting dalam mencapai tujuan pembangunan
menengah ke atas di perkotaan. Dengan kesehatan. SDM yang berkualitas sangat
demikian saat ini Indonesia menghadapi dibutuhkan untuk dapat meningkatkan status
masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang

ISSN 2407-9189 421


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor, menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik
diantaranya adalah sektor kesehatan, berkontribusi terhadap kejadian berat badan
pendidikan dan ekonomi. berlebih terutama kebiasaan duduk terus-
Kesehatan tergantung pada tingkat menerus, menonton televisi, penggunaan
konsumsi makan. Tingkat konsumsi makan komputer dan alat-alat berteknologi tinggi
ditentukan oleh kualitas serta hidangan. lainnya [15].
Susunan hidangan harus memenuhi kebutuhan Remaja rentan mengalami masalah gizi
tubuh. Baik dari sudut kualitas maupun karena merupakan masa peralihan dari masa
kuantitasnya. Konsumsi yang kurang baik anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
kualitasnya akan memberikan kondisi dengan perubahan fisik fisiologis dan
kesehatan dan gizi yang tidak seimbang psikososial. Disamping itu kelompok ini
sehingga akan muncul berbagai penyakit berada pada fase pertumbuhan yang pesat
diantaranya gizi lebih (obesitas), gizi kurang, (Growth Spurt) sehingga dibutuhkan zat gizi
metabolik bawaan dan keracunan makanan yang relative lebih besar jumlahnya. Gizi pada
[12]. masa remaja penting sekali untuk
Konsumsi makanan berpengaruh diperhatikan, Masa remaja merupakan
terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik perubahan dari masa kanak-kanak menuju
atau status gizi optimal terjadi bila tubuh dewasa. Masa ini terjadi perubahan secara
memperoleh cukup zat-zat gizi secara efisien, fisik, mental maupun sosial. Hal tersebut
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, menyebabkan permasalahan yang sering
perkembangan otak, kemampuan kerja dan terjadi dikalangan remaja putri adalah kurang
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi gizi dan pola makan yang salah [3].
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh Masalah gizi dan kesehatan pada masa
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat remaja yaitu gangguan makan, obesitas,
gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila anemia, dan makan tidak teratur. Anemia
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah merupakan masalah gizi mikro yang banyak
berlebihan, sehingga menimbulkan efek terjadi di Dunia termasuk didalam kelompok
toksik atau membahayakan [1]. berisiko, diantaranya pada anak sekolah.
Pola makan remaja akan menentukan WHO melaporkan 305 juta anak sekolah
jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh diseluruh dunia menderita anemia [17].
remaja untuk pertumbuhan dan Masalah gizi pada remaja akan
perkembangannya. Jumlah makanan yang berdampak negatif pada tingkat kesehatan
cukup sesuai dengan kebutuhan akan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi
menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula belajar, risiko melahirkan bayi dengan berat
bagi remaja guna menjalankan kegiatan fisik badan lahir rendah (BBLR) maupun
yang sangat meningkat. Pada kondisi normal penurunan kesegaran jasmani. Kekurangan
diharuskan untuk makan 3 kali dalam sehari Energi Kronis (KEK) dijumpai pada WUS
dan keseimbangan zat gizi diperoleh apabila usia 15-49 sebesar 24,9% pada tahun 1999
hidangan sehari-hari terdiri dari 3 kelompok dan menurun menjadi 16,7% pada tahun 2003.
bahan makanan [9]. Pada umumnya proporsi wanita usia subur
Selain pola makan, yang memepengaruhi (WUS) dengan risiko KEK cukup tinggi pada
sttaus gizi adalah aktifitas fisik. Kurangnya usia muda (15-19 tahun), dan menurun pada
aktivitas fisik menyebabkan banyak energi kelompok umur lebih tua, kondisi ini
yang tersimpan sebagai lemak, sehingga orang memprihatinkan mengingat WUS dengan
- orang yang kurang melakukan aktivitas risiko KEK cenderung melahirkan bayi BBLR
cenderung menjadi gemuk. Hal ini yang akhirnya akan menghambat

422 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

pertumbuhan pada usia balita. WUS KEK Tabel 1. Jenis kelamin sampel
akan berdampak pada Ibu Hamil KEK (Bumil Kelamin Frekuensi %
KEK) [18]. Laki-laki 53 53
Prevalensi Nasional Obesitas pada Perempuan 47 47
Total 100 100
remaja adalah 10,3% [10]. Pada tahun 2015,
jumlah kunjungan puskesmas dan jaringannya Dari tabel frekuensi jenis kelamin
(usia >15 tahun) yang dilaporkan tercatat diperoleh prosentase jenis kelamin laki-
18.734.668 orang, dari jumlah tersebut yang laki sebesar 53% dan jenis kelamin
dilakukan pengukuran obesitas dilaporkan perempuan sebesar 47%.
sebanyak 10,38% orang [5]. Berdasarkan
latar belakang tersebut peneliti ingin meneliti b. Status Gizi Remaja
Dari 100 sampel remaja di
tentang pengetahuan gizi, aktivitas fisik dan
Kelurahan Purwosari Kecamatan
pola makan terhadap status gizi remaja. Laweyan dapat diketahui persentase
status gizi remaja seperti dijelaskan pada
2. METODE tabel berikut :
Penelitian ini menggunakan metode cross
Tabel 2. Status Gizi Remaja
sectional. Populasi penelitian adalah seluruh
Kategori Frekuensi %
remaja di Kelurahan Purwosari Surakarta dan Sangat 1 1
sample penelitian adalah 100 remaja di kurus
Kelurahan Purwosari Surakarta, dengan Kurus 4 4
simple random sampling. Penelitian dilakukan Normal 79 79
pada tanggal tanggal 12-17 Juni 2017. Sumber Gemuk 12 12
data meliputi data primer (data karakteristik Obesitas 4 4
Total 100 100
responden, data antropometri untuk
menghitung status gizi, pengetahuan gizi, Dari hasil tabel kategori status gizi
aktivitas fisik dan pola makan), dan data remaja diperoleh hasil yaitu kategori
sekunder (data monografi desa). Cara sangat kurus sebesar 1%, kategori kurus
pengumpulan data dengan wawancara. 4%, kategori normal 79%, kategori
Instrument yang digunakan meliputi gemuk sebesar 12%, kategori obesitas
mikrotoice, timbangan digital, metline dan sebesar 4%, sehingga dapat disimpulkan
dari 100 sampel remaja paling banyak
kuesioner. Analisis data menggunakan
status gizi normal.
Spearman Rho untuk menganalisis hubungan
pengetahuan gizi dan aktifitas fisik terhadap c. Pengetahuan
status gizi dan Chi Square untuk menganalisis Dari 100 sampel remaja di
hubungan pola makan terhadap status gizi. Kelurahan Purwosari Kecamatan
Laweyan dapat diketahui presentase
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan remaja seperti dijelaskan
pada tabel berikut :
3.1. Karakteristik Sampel
a. Jenis kelamin remaja Tabel 3. Pengetahuan Remaja
Dari 100 sampel remaja di Kategori Frekuensi %
Kelurahan Purwosari Kota Surakarta Baik 55 55
dapat diketahui presentase jenis kelamin Cukup baik 40 40
seperti dijelaskan pada tabel berikut: Kurang baik 5 5
Total 100 100

ISSN 2407-9189 423


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

Dari hasil tabel kategori 3.2. Uji hubungan


pengetahuan remaja diperoleh hasil yaitu a. Hubungan pengetahuan gizi terhadap
kategori pengetahuan 100 sampel remaja status gizi remaja
Kelurahan Purwosari Kecamatan Berdasarkan uji kenormalan data
Laweyan adalah pengetahuan baik 55%, status gizi diperoleh nilai p= 0,783 (p >
cukup baik 40% dan kurang baik 5% 0,05 data normal) sehingga data
sehingga dapat disimpulkan yang tinggi berdistribusi normal, data pengetahuan
pengetahuan remaja yaitu pengetahuan diperoleh nilai p= 0,008 (p < 0,05 data
baik sebesar 55%. normal) sehingga data berdistribusi tidak
normal, sehingga uji hubungan yang
d. Aktifitas Fisik Remaja digunakan adalah Spearman rho
Dari 100 sampel remaja di diperoleh nilai p= 0,147 dari nilai p
Kelurahan Purwosari Kecamatan tersebut maka HO diterima karena nilai
Laweyan dapat diketahui presentase p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
aktifitas fisik remaja seperti dijelaskan tidak ada hubungan yang signifikan
pada tabel berikut : antara pengetahuan gizi terhadap status
gizi remaja. Walaupun secara statistik
Tabel 4. Aktifitas fisik remaja antara pengetahuan gizi terhadap status
Kategori Frekuensi % gizi remaja tidak ada hubungan tapi
Ringan 60 60 bukan berarti pengetahuan tidak
Sedang 40 40 mempengaruhi status gizi remaja. Hal ini
Total 100 100 sejalan dengan penelitian lain yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan
Dari hasil tabel kategori aktifitas yang signifikan antara pengetahuan gizi
fisik remaja diperoleh hasil yaitu kategori dan status gizi remaja [2].
aktifitas fisik 100 sampel remaja Penyebab tidak adanya hubungan
Kelurahan Purwosari Kecamatan antara pengetahuan dengan status gizi
Laweyan adalah ringan 60% dan sedang adalah karena pengetahuan adalah
40% sehingga dapat disimpulkan yang memberi pengaruh secara tidak langsung
tinggi untuk aktifitas fisik remaja yaitu terhadap asupan gizi. adanya penyakit
aktifitas fisik ringan sebesar 60%. infeksi dan asupan gizi yang memberi
pengaruh langsung pada status gizi.
e. Pola Makan Remaja Hasil penelitian ini adalah status gizi
Dari 100 sampel remaja di remaja sebaik besar baik dan
Kelurahan Purwosari Kecamatan pengetahuan gizi juga baik. Meskipun
Laweyan dapat diketahui presentase pola kedua data ini nampaknya linier tetapi
makan remaja seperti dijelaskan pada tidaklah merupakan hubungan sebab
tabel berikut : akibat yang langsung. Pengetahuan gizi
yang baik tidak selalu mendasari pilihan
Tabel 5. Pola makan remaja makanan yang bergizi, hal ini masih
Kategori Frekuensi % dipengaruhi oleh kebiasaan dan
Baik 37 37 kemampuan daya beli. Pada penelitian ini
Kurang Baik 63 63 tidak ditelusuri faktor daya beli keluarga.
Total 100 100 b. Hubungan aktivitas fisik terhadap
status gizi remaja
Dari hasil tabel kategori pola makan Berdasarkan uji kenormalan data
remaja diperoleh hasil yaitu kategori pola status gizi diperoleh nilai p= 0,783 (p >
makan baik sebesar 37% dan kategori 0,05 data normal) sehingga data
pola makan kurang baik sebesar 63% berdistribusi normal, data aktivitas fisik
sehingga dapat disimpulkan yang tinggi diperoleh nilai p= 0,003 (p < 0,05 data
untuk pola makan remaja yaitu kurang normal) sehingga data berdistribusi tidak
baik sebesar 63%. normal, sehingga uji hubungan yang
digunakan adalah Spearman rho

424 ISSN 2407-9189


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

diperoleh nilai p= 0,115 dari nilai p tersimpan sebagai lemak, sehingga orang
tersebut maka HO diterima karena nilai - orang yang kurang melakukan aktivitas
p>0,05. maka dapat disimpulkan bahwa cenderung menjadi gemuk. Hal ini
tidak ada hubungan yang signifikan menjelaskan bahwa tingkat aktivitas fisik
antara aktivitas fisik terhadap status gizi berkontribusi terhadap kejadian berat
remaja. Walaupun secara statistik antara badan berlebih terutama kebiasaan duduk
aktivitas fisik terhadap status gizi remaja terus-menerus, menonton televisi,
tidak ada hubungan tapi bukan berarti penggunaan komputer dan alat-alat
aktivitas fisik tidak mempengaruhi status berteknologi tinggi lainnya [15].
gizi remaja. Hal ini sejalan dengan c. Hubungan pola makan terhadap status
penelitian lain yang menyatakan bahwa gizi remaja
secara statistik aktivitas fisik tidak Dari hasil uji statistik Chi-Square
berhubungan dengan status gizi remaja. diperoleh nilai p= 0,078. Dengan nilai p
penelitian lain menunjukkan bahwa tersebut maka HO diterima, karena nilai
aktivitas fisik remaja perkotaan tergolong p >0,05 maka disimpulkan bahwa tidak
sangat ringan (51.6%) [16]. Rendahnya ada hubungan yang signifikan antara pola
aktivitas fisik merupakan salah satu makan terhadap dengan status gizi
penyebab tingginya prevalensi gemuk remaja. Walaupun secara statistik pola
(16.9%) dan obesitas(6.1%) pada remaja makan tidak ada hubungan dengan status
perkotaan [11]. gizi, tapi bukan berarti pola makan tidak
Aktivitas fisik merupakan salah satu mempengaruhi status gizi pada remaja.
faktor yang menentukan status gizi Hal ini sejalan penelitian lain yang
remaja. Aktivitas fisik adalah pergerakan menyebutkan Hasil analisis statistik
anggota tubuh yang menyebabkan diketahui tidak ada hubungan pola makan
pengeluaran energi yang penting bagi dengan status gizi remaja di SMP Negeri
pemeliharaan fisik, mental, dan 4 Tompobulu Kecamatan Gantarangkeke
kehidupan yang sehat. Tingkat aktivitas Kabupaten Bantaeng [7].
fisik adalah kategori aktivitas fisik Pola makan pada dasarnya
berdasarkan jumlah energi yang merupakan variabel yang secara langsung
dikeluarkan untuk jenis aktivitas per berhubungan dengan status gizi. Pola
satuan waktu dalam 24 jam. Penelitian makan diketahui dengan banyak cara
lain menyatakan bahwa sebagian besar antara lain dengan menilai frekuensi
remaja memiliki aktivitas fisik yang penggunaan bahan makanan dan asupan
kurang dari rekomendasi [4,8]. Tingkat gizi. Frekuensi penggunaan bahan
aktivitas fisik sangat ringan diantaranya makanan lebih cenderung pada pemilihan
adalah lebih banyak menghabiskan bahan makanan untuk dikonsumsi setiap
waktunya untuk kegiatan dalam posisi hari sedangkan asupan gizi adalah akibat
berdiri, diam, atau duduk [14]. langsung dari sebuah aktifitas memilih
Rendahnya aktivitas fisik makanan untuk dikonsumsi.
merupakan faktor risiko terjadinya Meskipun demikian status gizi tidak
obesitas, interaksi antara makan yang secara tunggal dipengaruhi oleh pola
banyak dan rendahnya aktivitas fisik makan, karena status gizi bersifat
dapat menyebabkan obesitas. Remaja multifaktor. Hal ini setidaknya ditemukan
kurang aktif berisiko tinggi mengalami dalam penelitian ini dimana pola makan
obesitas. Obesitas pada masa remaja juga tidak menunjukkan hubungan nyata
berdampak pada perkembangan dengan status gizi remaja.
psikososial remaja. Remaja dengan Pada masa itu remaja merasa
obesitas seringkali mendapatkan bertanggung jawab dan bebas
kekerasan psikis dari lingkungan menentukan makanan sendiri, dimana
sehingga menjadi kurang percaya diri, tidak lagi ditentukan oleh orang tua. Pada
sedih, mudah gugup dan kesepian [13]. waktu bersamaan, sangat intensif bergaul
Kurangnya aktivitas fisik dengan teman-teman dan mempersiapkan
menyebabkan banyak energi yang

ISSN 2407-9189 425


The 6th University Research Colloquium 2017
Universitas Muhammadiyah Magelang

diri untuk masa depan sebagai orang [7] Hendrayati, Salmiah, Suriani Rauf.
dewasa. Pengetahuan Gizi, Pola Makan Dan Status
Gizi Siswa Smp Negeri 4 Tompobulu
4. KESIMPULAN Kabupaten Bantaeng. Media Gizi Pangan,
Vol. IX, Edisi 1, Januari – Juni 2010.
a. Sebagian besar sampel adalah laki-laki
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan,
yaitu sebear 53 %. Makassar; 2010.
b. Sebagian bear status gizi remaja adalah [8] La Fontaine. Physical Activity: The
normal sebesar 79%. Epidemic of Obesity and Overweight among
c. Sebagian pengetahuan gizi remaja adalah Youth: Trend, Consequences, and
tergolong baik sebesar 55%. Intervention. Am J Lfts Med 2; 2008; (1): 30-
36.
d. Sebagian besar aktivitas remaja adalah
[9] Mourbas. Kebutuhan Gizi Remaja. Media
tergolong ringan sebesar 60%. Informasi Gizi dan Kesehatan Depkes RI.
e. Sebagian besar pola makan remaja adalah Padang: Padang; 2001.
kurang baik sebesar 63%. [10] Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian
f. Hasil analisis hubungan pengetahuan gizi dan Pengembangan Kesehatan. Departemen
terhadap status gizi remaja (p=0.147), Kesehatan RI; 2007.
sehingga diimpulkan tidak ada hubugan. [11] Rizkiriani , Annisa; Ali Khomsan Dan Hadi
Riyadi. Aktivitas Fisik,Body Image dan
g. Hasil analisis hubungan aktivitas fisik
Status Gizi Remaja Perkotaan. IPG. Bogor;
terhadap status gizi remaja (p=0.115), 2014.
sehingga diimpulkan tidak ada hubugan. [12] Sediaoetama, AD. Ilmu Gizi Untuk
h. Hasil analisis hubungan pola makan Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian
terhadap status gizi remaja (p=0.078), Rakyat; 2004.
sehingga diimpulkan tidak ada hubugan [13] Strauss, RS. Childhood Obesity and Self
Esteem. Pediatric; 2000; 105 (1):E15
[14] Suryaputra K dan Nadhiroh SR. Perbedaan
REFERENSI
Pola Makan dan Aktivitas Fisik Antara
[1] Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Remaja Obesitas dengan Non Obesitas.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama; 2004. Makara Kesehatan; 2012; 16 45:50.
[2] Amelia, Friska dan Hadi Riyadi. Konsumsi [15] Virgianto, Gregorius and Purwaningsih,
Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik Endang. Konsumsi Fast Food Sebagai
Dan Status Gizi Pada Remaja Di Kota Faktor Risiko Terjadinya Obesitas Pada
Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Remaja Usia 15-17 Tahun (Studi Kasus Di
Jambi. IPB. Bogor; 2008. SMUN 3 Semarang). Media Medika Muda
[3] Arisman. Buku Ajaran Ilmu Gizi: Gizi (M3); 2006; (3). ISSN 1858-3318
Dalam Daur Kehidupan.Jakarta : ECG; [16] Zuhdy, Nabila; Luh Seri Ani; N.W. Arya
2009. Utami. Aktivitas Fisik, Pola Makan dan
[4] Cragg S, Cameron C. Physical Activity of Status Gizi Pelajar Putri SMA di Denpasar
Canadian Youth: an Analysis of 2002 Health UtaraProgram Studi Magister Ilmu
Behaviour in School age Children data. Kesehatan . Masyarakat. Public Health and
Ottawa: Canadian Fitness and lifestyle Preventive Medicine Archive; 2015; Volume
Research Institute; 2006. 3. Nomor 1. Universitas Udayana. Denpasar.
[5] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. [17] World Heatlh Organization. Worldwide
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Prevalence of Anemia 1993-2005, WHO
Tahun 2015; 2015. Global Database on Anaemia. Geneva:
[6] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. WHO Press; 2008.
Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi [18] Wuryani. Aspek Kesehatan dan Gizi.
Kabupaten/Kota. Jakarta; 2010 Jakarta: Yayasan Obor Indonesia; 2007

426 ISSN 2407-9189

Anda mungkin juga menyukai