Anda di halaman 1dari 14

REVIEW JURNAL SINTESIS NANOMATERIAL

TOP-DOWN AND BOTTOM-UP APPROACH TO SELF-


ASSEMBLE MULTIFUNCTIONAL POROUS FILMS

Oleh :
Khamilatun Fadilah
K3316030

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KIMIA
2018
Seiring dengan perkembangan zaman dan bertambahnya populasi
penduduk di Dunia. Maka bertambah pula segala macam kebutuhan manusia
mulai dari kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier. Bertambahnya kebutuhan
tersebut juga diiringi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih
akibat dari pengaruh globalisasi. Perkembangan teknologi pada zaman ini adalah
suatu bukti yang menunjukkan bahwa pemikiran manusia pun semakin
berkembang. Dengan perkembangan ini manusia menjadi lebih terdorong untuk
menghadapi masalah-masalah baru yang lebih kompleks.

Perkembangan teknologi yang berlangsung cukup cepat ini membawa


dampak negatif dan dampak positif bagi kehidupan manusia. Tetapi itu semua
tergantung bagaimana cara masing-masing orang untuk menyikapi pengaruh dari
globalisasi yang terjadi. Dampak negatif dari perkembangan teknologi yaitu
semakin banyaknya manusia yang menjadi ketergantungan dengan gadget
sehingga hal itu dapat melalaikan mereka dari pekerjaan yang lain dan dapat
menghambat produktivitas. Dampak negatif lainnya yaitu penyalahgunaan
teknologi untuk perbuatan jahat.

Selain dampak negatif, globalisasi juga memberikan dampak positif.


Diantaranya adalah berkembangnya teknologi dan pemikiran manusia. Perpaduan
dari perkembangan teknologi dan perkembangan pemikiran manusia inilah yang
menjadi modal perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan pikiran yang mampu
menalar, manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Salah satu diantaranya yaitu
pengembangan nanoteknologi.

Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari rekayasa penciptaan dan


pengembangan material dalam skala nanometer. Nanoteknologi sangat menarik
perhatian para peneliti untuk mempelajari dan mengembangkannya lebih dalam.
Dari nanoteknologi ini para peneliti berlomba-lomba untuk menciptakan karya
baru. Nanoteknologi selalu dikaitkan dengan material yang memiliki ukuran nano
atau yang biasa disebut dengan nanomaterial. Nanomaterial memiliki ukuran
dalam skala nanometer berkisar 1-100 nm.
Nanomaterial menarik minat para peneliti untuk mendalaminya lebih jauh
lagi. Nanomaterial menunjukan sifat dan fungsi yag berbeda dengan material
sejenis yang memiliki ukuran besar (bulk) [1]. Dalam ukuran nano, suatu material
memiliki luas penampang yang lebih besar sehingga materi dalam ukuran nano
lebih reaktif dibandingkan materi dalam ukuran besar. Ketika suatu material
memiliki ukuran nano, maka berlaku hukum fisika yaitu fisika kuantum. Terdapat
beberapa fenomena kuantum yang muncul sebagai akibat dari pengecilan ukuran
material normal menjadi material nano.

Nanomaterial dapat terjadi secara alamiah ataupun dengan jalan sintesis


oleh manusia. Pembuatan nanomaterial secara sintesis dapat dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu top-down dan bottom-up. Baik pendekatan top-down
maupun bottom-up, keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Sehingga sulit menentukan mana diantara keduanya yang merupakan cara
sintesis terbaik untuk membuat struktur yang diinginkan. Namun, untuk membuat
struktur pada tingkat atom atau molekul dapat diperoleh dengan pendekatan
bottom-up, sedangkan untuk struktur kompleks seperti interkonek dan sirkuit
mikro dan nano dapat diperoleh dengan pendekatan top-down[2].

Secara umum, sintesis nanomaterial dapat dilakukan dengan dua


pendekatan. Pendekatan pertama dilakukan dengan cara memecah partikel yang
berukuran besar menjadi partikel yang memiliki ukuran nanometer. Pendekatan
ini disebut dengan pendekatan top-down. Pendekatan yang kedua dilakukan
dengan cara menyusun atom demi atom atau molekul demi molekul menjadi suatu
ukuran yang kita inginkan. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan bottom-
up[3]. Dimana keduanya dijelaskan secara lebih ringkas dalam gambar dibawah
ini.
Pendekatan top-down merupakan suatu pendekatan dimana material
dihancurkan dan dihaluskan sedemikian rupa sehingga memiliki ukuran
nanometer. Pendekatan top-down dapat dilakukan dengan teknik MA-PM
(mechanical alloyingpowder metallurgy) atau MM-PM (mechanical milling-
powder metallurgy). Dalam mekanisme mechanical alloying, material
dihancurkan sampai menjadi bubuk dan dilanjutkan dengan penghalusan butiran
partikelnya sampai berukuran puluhan nanometer. Selanjutnya, bubuk yang telah
halus disintesis hingga didapatkan material akhir. Pendekatan bottom-up
merupakan suatu pendekatan dimana material dibuat dengan menyusun dan
mengontrol atom demi atom atau molekul demi molekul sehingga menjadi suatu
bahan yang memenuhi suatu fungsi tertentu yang diinginkan. Sintesis dengan cara
bottom-up kemudian dilakukan dengan mereaksikan berbagai larutan kimia
dengan langkah-langkah tertentu yang spesifik. Pendekatan bottom-up dapat
dilakukan dengan berbagai proses diantaranya adalah proses evaporasi, sputtering,
chemical vapour deposition (CVD), dan metal organic chemical vapour
deposition (MOCVD). [4]

Sintesis
Nanomaterial

Top-down Bottom-up

MA-PM MM-PM Evaporasi sputtering CVD MOCVD

Gambar 2. Macam-macam sintesis nanomaterial

Dalam jurnal ini membahas tentang pendekatan dalam pembuatan bahan


berpori dalam bentuk film tipis (thin films). Bahan mesopori dalam bentuk film
adalah contoh bottom-up dari bahan berpori dalam nanoteknologi. Kombinasi
kimia sol-gel dan supramolecular memungkinkan terciptanya sistem kompleks
yang dapat dirakit sendiri menjadi struktur yang terorganisasi. Proses
pembentukan film-film ini umumnya digambarkan dengan baik dalam hal
evaporation-induced self-assembly (EISA) tetapi pengembangan teknologi mikro
dan nanofabrikasi diperlukan untuk aplikasi praktis dari bahan-bahan ini. Proses
nanofabrication memberikan kemampuan struktur pola di bawah 100 nm; di atas
batas ini, proses tersebut dapat diklasifikasikan sebagai microfabrication [5].
Bahan mesopori adalah salah satu jenis material berpori yang memiliki
karakteristik menarik dan bisa diaplikasikan dalam banyak bidang. Salah satu sifat
yang muncul dalam bahan berpori adalah multifungsi. Bahan mesopori membuka
peluang baru untuk menciptakan generasi baru bahan yang dapat digunakan
sebagai film untuk kromatografi lapis tipis. Dibandingkan dengan banyak sensor
tradisional dengan luas permukaan terbatas, sensor berpori menawarkan perbaikan
besar dalam sensitivitas perangkat. Komposisi yang paling baik dan ekstensif
untuk film tipis mesopori adalah silika murni, SiO2, terutama karena
kecenderungan yang kuat untuk membentuk gel dengan sol prekursor yang
berbeda.

Karakteristik utama yang diperlukan untuk film tipis ini adalah


biokompatibilitas, aksesibilitas pori-pori untuk pendekatan pasca pemangkasan
serta ukuran dan bentuk pori yang dapat disesuaikan. Reproduksibilitas tinggi
juga merupakan tugas penting untuk dipenuhi. Strategi untuk membuat perangkat
canggih baru yang dapat menggunakan bahan sol-gel untuk aplikasi dalam
bioteknologi atau platform cerdas kompleks seperti lab-on-a-chip adalah
penggunaan proses terkontrol yang menggabungkan sintesis sol-gel dan litografi
sinar-X yang dalam (DXRL) dengan desain yang mudah.

Berbagai macam pendekatan yang bertujuan mencapai tujuan ini dapat dibagi
menjadi tiga kategori: sintesis kimia, perakitan mandiri dan perakitan posisi.
Strategi untuk sintesis nanomaterial menggunakan pendekatan bottom-up
melibatkan perakitan unit-unit kecil, juga disebut blok nanobuilding (NBB)
menjadi struktur nano, di mana NBB disusun menurut bentuk dan arsitektur yang
baik. Perakitan diri adalah teknik produksi bottom-up di mana atom atau molekul
mengatur diri menjadi struktur nano yang diurutkan oleh interaksi fisik atau kimia
antara unit.

Pada pendekatan bottom-up dikenal teknik EISA atau evaporation-induced


self-assembly dan The dip-coating deposition. Dimana keduanya biasa digunakan
untuk fabrikasi film tipis. Dip coating adalah suatu proses yang digunakan untuk
pelapisan, misalnya bahan semikonduktor. Pada proses pelapisan ini, biasanya di
bagi menjadi beberapa langkah. Perendaman (immersion), dimana substrat
ini direndam dalam larutan bahan lapisan pada kecepatan konstan.
Kemudian Start-up, dimana substrat telah berada di dalam larutan untuk
sementara waktu dan mulai ditarik ke atas. Kecepatan menentukan ketebalan
lapisan (penarikan lebih cepat memberikan bahan pelapis yang lebih
tebal). Pengeringan, dimana kelebihan cairan akan mengalir dari permukaan.
Penguapan (evaporation), dimana pelarut yang menguap dari cair, membentuk
lapisan tipis. Pada proses dip coating  ini, kecepatan alat sangat berpengaruh pada
tiap langkah yang dilalui. Untuk itu, perlu diperhatikan dalam pengontrolan
kecepatan gerak alat agar hasil pelapisan bahan semikonduktor mencapai hasil
yang sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 3. Proses dip-coating

Di sisi lain kombinasi terintegrasi teknologi top-down dan bottom-up


telah digunakan untuk membuat nanomaterial multi-fungsi yang kompleks. Deep
X-ray Lithograph telah digunakan pada material mesopori sebagai rute alternatif
untuk memberikan fungsionalitas baru pada film. Sinar-X yang berasal dari
radiasi synchrotron menginduksi kondensasi dinding pori, lepaskan surfaktan dan
sebagian hapus gugus organik yang terikat secara kovalen dalam film mesopori
TEOS-MTES.
Pada saat yang sama, di hadapan prekursor emas dalam larutan, nanopartikel
emas terbentuk dengan cara yang sederhana dan terkontrol. Dosis X-ray
mengontrol proses. Bagian film yang terpapar secara selektif dikondensasi oleh
sinar-X sehingga memungkinkan etsa kimia yang sangat efektif dan pembuatan
pola rasio aspek-tinggi, dengan dinding tajam dan kekasaran permukaan rendah.
Proses ini tampaknya langsung, sangat dapat direproduksi, dan tidak memerlukan
beberapa langkah rumit untuk pembuatan pola berpori kompleks yang
mengandung nanopartikel dari dimensi yang dikendalikan.
KESIMPULAN

Setelah mempelajari sedikit mengenai nanoteknologi. Kita dapat


menyimpulkan bahwa nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari rekayasa
penciptaan dan pengembangan material dalam skala nanometer. Produk dari
nanoteknologi adalah nanomaterial. Definisi dari nanomaterial sendiri adalah
suatu bahan atau material yg berukuran sangat kecil (skala nano) yaitu 1-100 nm.
Dewasa ini nanomaterial menarik minat para peneliti untuk mendalaminya lebih
jauh, karena nanomaterial menunjukan sifat dan fungsi yag berbeda dengan
material sejenis yang memiliki ukuran besar (bulk).

Nanomaterial dapat terjadi secara alamiah ataupun dengan jalan sintesis


oleh manusia. Pembuatan nanomaterial secara sintesis dapat dilakukan melalui
dua pendekatan, yaitu top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down dapat
dilakukan dengan teknik MA-PM (mechanical alloyingpowder metallurgy) atau
MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy). Pendekatan bottom-up dapat
dilakukan dengan berbagai proses diantaranya adalah proses evaporasi, sputtering,
chemical vapour deposition (CVD), dan metal organic chemical vapour
deposition (MOCVD).

Dalam jurnal ini membahas tentang pendekatan dalam pembuatan bahan


berpori dalam bentuk film tipis (thin films). Bahan mesopori adalah padatan yang
mempunyai pori sehingga luas permukaannya besar. Sementara film tipis lapisan
dari material yang sangat tipis yaitu antara skala nano sampai milimeter. Pada
pendekatan bottom-up dikenal teknik EISA atau evaporation-induced self-
assembly dan The dip-coating deposition. Dimana keduanya biasa digunakan
untuk fabrikasi film tipis. Di sisi lain kombinasi terintegrasi teknologi top-down
dan bottom-up telah digunakan untuk membuat nanomaterial multi-fungsi yang
kompleks. Deep X-ray Lithograph telah digunakan pada material mesopori
sebagai rute alternatif untuk memberikan fungsionalitas baru pada film.
DAFTAR PUSTAKA

[1] The Royal Society, Nanoscience and nanotechnologies: opportunities and un-

certainties, The Royal Society & The Royal Academy of Engineering (2004).

[2] J.Y. Cheng, C.A. Ross, H.I. Smith, E.L. Thomas, Adv. Mater., 18, 2505
(2006).

[3] Mikrajuddin Abdullah (a) , Yudistira Virgus, Nirmin, dan Khairurrijal. 2008.
Jurnal Nanosains & Nanoteknologi Vol. 1 No.2, Juli 2008. Laboratorium Sintesis
dan Fungsionalisasi Nanomaterial. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Teknologi Bandung

[4] Laila Nur Hanif. (2016). Perbedaan Karakter Sampel Hasil Preparasi Dan
Sintesis Nanomaterial Karbon Berbahan Dasar Tri Graphite Pensil 2b Faber
Castell Menggunakan Metode Liquid Mechanical Exfoliation Dibantu Oleh
Linear Alkylbenzene Sulfonate Dengan Variasi Frekuensi Putaran Pencampuran
Bahan Menggunakan Blender. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

[5] B.D. Gates, Q. Xu, M. Stewart, D. Ryan, C.G. Willson, G.M. Whitesides,

Chem. Rev., 105, 1171 (2005).


Slide 1

Top-down and bottom-up approach to self-


assemble multifunctional porous films

Khamilatun Fadilah
K3316030

Slide 2
Nanomaterial adalah
bahan atau material yg
berukuran sangat kecil
(skala nano) yaitu 1-100
Nanomaterial nm.

Slide 3
Sintesis
Nanomaterial

Top-down Bottom-up

MA-PM MM-PM Eva p o ra si sp u tte rin g C VD MO C VD


Slide 4

Slide 5

Dalamjurnal ini membahas tentang


pendekatan dalampembuatan bahan berpori
dalambentuk filmtipis (thin films).

Slide 6

Padatan yang mempunyai pori


Bahan mesopori ? sehingga luas permukaannya
besar.
Slide 7

Filmtipis merupakan lapisan dari material yang


sangat tipis yaitu antara skala nano sampai
milimeter.Pembuatan filmtipis memiliki manfaat
FilmTipis? yang sangat besar dalamdunia
material,diantaranya adalah sebagai pelapisan
bahan untukmenutupi kelemahan dari bahan
yang dilapisi seperti anti korosi.

Slide 8

Sintesis yang dilakukan untuk


membuat filmtipis dari bahan
mesopori?

Slide 9

Pendekatan Bottom-up

1. EISA(Evaporation-induced self-assembly)
2. The dip-coating deposition
Slide 10

Slide 11

Pendekatan Top-down

1. Deep X-Ray Lithograph

Anda mungkin juga menyukai