Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perusahaan adalah sebuah organisasi yang memiliki tujuan untuk
memperoleh laba. Dimana salah satu jenis perusahaan adalah perusahaan
manufaktur yang dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang produksi. Yakni
mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebuah perusahaan manufaktur dalam menjalankan operasionalnya.
Salah satunya adalah fungsi produksi. Yang dimana fungsi ini sangat berperan
penting dalam menjalankan operasional produksi.
Fungsi produksi di sini akan membahas tentang perencanaan produksi,
perencana lokasi pabrik, perencanaan letak fasilitas produksi, perencanaan
lingkungan kerja, pengendalian produksi, pengendalian tenaga kerja,
pengendalian biaya produksi dan pemeliharaan. Dimana semua hal ini berguna
untuk perusahaan. Sehingga operasional dapat dipermudah dan diperlancar oleh
fungsi-fungsi produksi
I.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a) Apa yang dimaksud dengan perencanaan produksi?
b) Bagaimana perencanaan lokasi pabrik?
c) Bagaimana perencanaan letak fasilitas produksi?
d) Bagaimana perencaan lingkungan kerja?
e) Bagaimana pengendalian produksi?
f) Bagaimana pengendalian tenaga kerja?
g) Bagaimana pengendalian biaya produksi dengan analisis
pulang pokok?
h) Bagaimana pemeliharaan alat-alat produksi?
i) Apa salah satu contoh isu menarik dalam fungsi produksi?

1
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah:
a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perencanaan
produksi.
b) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan lokasi pabrik.
c) Untuk mengetahui bagaimana perencanaan letak fasilitas
produksi.
d) Untuk mengetahui bagaimana perencaan lingkungan kerja.
e) Untuk mengetahui bagaimana pengendalian produksi.
f) Untuk mengetahui bagaimana pengendalian tenaga kerja.
g) Untuk mengetahui bagaimana pengendalian biaya produksi
dengan analisis pulang pokok.
h) Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan alat-alat
produksi.
i) Untuk mengetahui apa salah satu contoh isu menarik dalam
fungsi produksi.

a.

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Perencanaan Produksi
Pada masa sekarang ini semakin banyak barang dan jasa yang di jual-
belikan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Barang dan jasa tersebut dapat dibeli
dalam jumlah, kualitas, model, ukuran yang beraneka macam. Hal ini didukung
oleh adanya suatu kegiatan pabrik untuk menambah atau menciptakan kegunaan
barang dan jasa tersebut. Usaha atau kegiatan ini dilaksanakan melalui sistem
produksi, dengan mengubah faktor-faktor produksi yang tersedia sehingga
menjadi barang dan jasa. Faktor-faktor produksi tersebut seperti telah diketahui
yaitu berupa tenaga kerja, modal, mesin, metode, bahan baku.
Di sini manajemen berperan untuk mengkombinasikan faktor-faktor
produksi tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dihasilkan produk dan jasa
yang lebih berdaya guna dan lebih berhasil guna, melalui proses manajemen
yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
pengarahan dan pengendalian.
Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah mendapatkan keuntungan yang
maksimal serta dapat memberikan kepuasan kepada konsumen. Oleh karna itu
diperlukan suatu perencanaan produksi sebelum kegiatan produksi dimulai. Hal
ini juga akan digunakan sebagai pedoman kerja bagi para karyawan di bagian
produksi agar dapat bekerja sesuai dengan pola yang telah digariskan. Tanpa
adanya perencanaan yang masak maka kemungkinan akan terjadi penyimpangan
dalam proses produksi yang berakibat konsumen akan kecewa akan hasil
produksi perusahannya, baik dalam kualitas, model, kuantitas maupun ketepatan
waktu penerimaan barang/jasa.
Perencanaan produksi juga berguna untuk membandingkan antara rencana
dengan kenyataannya, sehingga apabila terjadi penyimpangan, maka akan segera
dapat dilakukan tindakan koreksi sebelum produk/jasa dikeluarkan dari pabrik
II.1.1Pengertian
1. Produksi
Adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu
barang atau jasa, dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia.

3
2. Manajemen Produksi
Adalah kegiatan untuk mengatur agar dapat menciptakan dan menambah
kegunaan suatu barang dan jasa. Untuk mengatur ini perlu dibuat keputusan-
keputusan yang berubungan dengan usaha-usaha untuk mencapai tujuan agar
barang atau jasa yang akan dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan
Proses penciptaan dan penambahan kegunaan/faedah tersebut terbagi ke dalam :
a. Faedah bentuk
Dapat dicontohkan misalkan rotan di hutan setelah diproses maka akan
dibentuk menjadi tas, meja, kursi dan sebagainya.
b. Faedah waktu
Misalkan saja jasa pergudangan yang dalam hal ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan barang. Dengan menyimpan barang yang dibeli sekaligus dalam
jumlah tertentu, maka dengan adanya perbedaan waktu barang tersebut nilai
atau manfaatnya meningkat.
c. Faedah tempat
Dalam hal ini dapat dilihat suatu usaha jasa transportasi. Dengan
berpindahnya produk dari suatu kota/daerah lain maka akan tercipta faedah
tempat. Misalnya buah-buahan dan sayuran dari desa ke kota yang hargamnya
relatif lebih tinggi.
d. Faedah milik
Disini dapat dicontohkan usaha perdagangan. Dengan adanya pemindahan
hak milik dari pedagang ke pembeli maka akan terdapat faedah yang lebih
tinggi dari barang tersebut.
Menurut sifat proses produksi, pengolahan : produk dapat dibedakan atas:
a. Proses ekstratif
Disini produksi mengambil bahan-bahan lansung dari alam. Proses ini
terdapat dalam industri produksi dasar. Contoh: pertambangan timah,
pertambangan batubara, pertanian, perikanan
b. Proses fabrikasi (proses pengubahan)
Yaitu suatu proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi dalam
bentuk yang lain: Contoh: perusahaan meubel, perusahaan tas.

4
c. Proses analitik
Proses ini memisahkan suatu bahan menjadi beberapa macam bahan yang
mirip dengan bentuk aslinya. Contoh: minyak bumi bisa menjadi bensin ,
solar , kerosin.
d. Prosen sintetik
Adalah proses pengkombinasian beberapa bahan ke dalam suatu bentuk
produk dan produk akhir akan sangat berbeda dengan bentuk aslinya karena
ada perubahan fisik atau kimia.
e. Proses perakitan
Proses ini dilakukan dengan cara menggabungkan komponen-komponen
sehingga menjadi produk akhir, dimana produk akhir tersebut terdiri dari
bagian/komponen yang saling berhubungan. Contoh: perusahaan televisi,
almari es, industri mobil dan motor.
f. Proses penciptaan jasa-jasa administrasi
Adakalanya perusahaan memerlukan data atau informasi secara tepat dan
cepat. Karena informasi itu banyak jumlah dan jenisnya, maka diperlukan
suatu bagian tersendiri untuk menangani masalah itu. Contoh: lembaga
konsultasi dalam bidang administrasi keuangan.
II.1.2Jenis Proses Produksi
Secara umum jenis proses produksi dapat dibedakan menjadi dua golongan:
a. Proses produksi terus menerus (continous process)
Proses ini ditandai dengan aliran bahan baku yang selalu tetap atau
mempunyai pola yang selalu sama sampai produk selesai dikerjakan. Jenis
proses ini biasanya untuk membuat produk secara massa atau dalam jumlah
yang besar. Contoh:industri pupuk semen, makanan dalam kaleng, minuman
dalam botol.
b. Proses produksi terputus-putus (intermittent process)
Dalam proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak memiliki pola
yang pasti atau selalu berubah- ubah. Antara produk jadi yang satu dengan
produk jadi yang lain bisa berbeda-beda. Jenis proses ini biasanya digunakan
untuk melayani pesanan yang bisa berbeda-beda dalam hal jumlah, kualitas,
disain maupun harga. Contoh: perusahaan percetakan, perusahan meubel.

5
II.1.3Pemilihan Pola Produksi
Penentuan jumlah produksi di dalam perencanaan produksi harus diikuti
dengan penetapan pola produksi untuk periode yang bersangkutan, sebab
penjualan perusahaan berbeda-beda pada setiap bulannya. Ada 3 (tiga) pilihan
untuk melayani penjualan tersebut:
a. Stabilitas produksi
Pola produksi ditetapkan stabil (tidak berubah-ubah) dari waktu ke waktu.
Fluktuasi penjualan akan ditutup dengan persediaan produk akhir.
b. Stabilitas persedian akhir
Jumlah persedian akhir ditentukan sama dari waktu ke waktu. Fluktuasi
penjualan, langsung ditutup oleh produksi perusahaan. Oleh karena itu
produksi akan berfluktuasi sesuai dengan jumlah penjualan.
c. Produk dan persedian akhir tidak stabil
Metode ini mengikuti fluktuasi penjualan, baik dalam produksinya maupun
dalam persediaanya. Dengan ini diharapkan dapat mengurangi fluktuasi
penjualan itu sedniri; dan fluktuasi produksi tidak akan sebesar fluktuasi
penjualan, karena pengaruhnya sebagian masuk pada persediaan produk
akhir. Dalam menetapkan pola produksi maka hal itu tergantung volume
penjualan perusahaan, di samping itu juga harus dilihat besarnya tambahan
biaya (incermental cost) yang timbul setiap pemilihan pola produksi.
Tambahan biaya ini dipengaruhi oleh beberapa macam biaya seperti:
1) Biaya perputaran tenaga kerja (labour turn over cost)
Adanya biaya yang diperlukan untuk memperoleh, melatih atau
memberhentikan tenaga kerja selama satu periode produksi.
Biaya ini pada umumnya dikeluarkan perusahaan jika menggunakan
kebijakan pola produksi bergelombang atau moderat karena, pada pola
produksi ini terdapat perubahan, baik penambahan maupun pengurangan
volume produksi.
2) Biaya simpan (carrying cost)
Yaitu biaya penyimpanan barang-barang hasil produksi yang belum laku
terjual karena pada saat itu volume produksi lebih besar dibandingkan
dengan volume penjualannya.

6
3) Biaya lembur (over time premium cost)
Adalah tambahan upah yang diberikan karena adanya kerja lembur yang
disebabkan naiknya volume produksi dan volume produksi ini tidak
melebihi kapasitas maksimal. Biaya ini biasanya terdapat pada pola
produksi bergelombang atau moderat.
4) Biaya sub kontrak (subcontracting cost)
Yaitu biaya yang timbul karena perusahaan membeli barang dari
perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhan. Biaya ini sama dengan
harga barang yang dibeli dari perusahaan lain dikurangi dengan harga
pokok barang jika diproduksi sendiri. Keadaan ini terjadi karena volume
penjualan melebihi kapasitas maksimal produksi.
II.1.4Penentuan Luas Produksi
Seperti telah tersebut di atas, penentuan jumlah produk yang akan dibuat
merupakan hal yang penting. Dalam hal ini dkenal dengan istilah luas produksi.
Luas produksi diartikan sebagai jumlah atau volume produk yang seharusnya
dibuat oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Besar kecilnya luas produksi dapat menentukan keuntungan yang akan
diperoleh perusahaan, maka diperlukan suatu perencanaan produksi yang tepat.
Luas produksi yang terlalu besar dapat mengakibatkan suatu pemborosan dan
investasi aktiva tetap dan bahan baku. Juga akan mengakibatkan kerusakan barang
jadi, dikarenakan terlalu lama disimpan dan disini akan memperbesar biaya biaya
pemeliharaan dan biaya penyimpanan di gudang. Sebaliknya luas produksi yang
terlalu kecil akan dapat mengakibatkan:
a. Terlalu tingginya harga pokok produk, disebabkan biaya tetap hanya dipikul
oleh volume;produksi yang kecil saja, sehingga ongkos perkesatuan menjadi
tinggi.
b. Tidak terpenuhinya permintaan konsumen (sering perusahaan kehabisan
persediaan), sehingga konsumen akan beralih mencari produk sejenis ke
perusahaan lain atau pesaing. Hal ini berarti perusahaan kehilangan
“potential market”nya.

7
Dengan demikian alokasi yang tepat dari faktor-faktor produksi, seperti bahan
baku dan bahan pembantu, akan dapat menghindarkan pemborosan, sehingga akan
dapat tercapai efisiensi produksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi luas produksi adalah:
a. Tersedianya bahan baku
b. Tersedianya kapasitas mesin
c. Tersedianya tenaga kerja
d. Batas permintaan
e. Tersedianya faktor produksi lainnya
Perbedaan antara luas produksi dan luas perusahaan
Luas produksi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan luas
perusahaan sebab untuk mengukur luas perusahaan harus didasarkan pada:
a. Bahan dasar yang digunakan: yaitu apabila bahan dasarnya mendominasi
produk jadi, misalnya baja bagi pabrik mesin.
b. Barang yang dihasilkan, misalnya: perusahaan rokok kretek, perusahaan
sirup.
c. Mesin/peralatan yang digunakan, misalnya: mesin dalam perusahaan tekstil.
d. Jumlah tenaga kerja yang digunakan,misalnya: jumlah tenaga kerja pada
perusahaan meubel.
Disini terlihat bahwa luas perusahaan tidak terlalu sama ukurannya dengan
luas produksi. Perbedaan lain diantara keduanya adalah, luas perusahaan
ditentukan untuk jangka panjang, sedangkan luas produksi ditentukan oleh jangka
pendek. Luas perusahaan relatif tetap, sedangkan luas produksi dapat berubah-
ubah
II.1.5Penentuan luas produksi
Untuk menentukan luas produksi atau perusahaan, dapat dilakukan dengan 2
(dua) pendekat yaitu:
a. Dengan pendekatan konsep Marginal Cost (MC) dan Marginal Revenue (MR)
b. Dengan pendekatan konsep Cost Profit Volume Relationship (CPV ratio),
atau konsep hubungan ongkos, laba dan volume penjualan.

8
II.2 Perencanaan Lokasi Pabrik
Penetapan lokasi pabrik akan melibatkan keterikatan sumber-sumber daya
terhadap suatu rencana jangka panjang. Dengan demikian perkiraan mengenai
letak pasar/ konsumen dan letak bahan baku adalah sangat penting. Sebab hal ini
akan mempengaruhi distribusinya. Ukuran untuk pemilihan tempat lokasi
dimaksudkan untuk memaksimalkan keuntungan. Jika harga produk di semua
lokasi sama, maka yang menjadi ukuran adalah meminimalkan semua biaya yang
terkait. Apabila semua biaya masukan (input) tidak tergantung pada lokasi, tetapi
harga produk berbeda-beda, maka ukuran pemilihan lokasi pabrik adalah
pendapatan maksimal. Dalam kondisi ini lokasi pabrik cenderung mendekati
lokasi para konsumen. Sedangkan bila semua harga dan biaya tidak tergantung
pada lokasi, maka pilihan tempat akan dibimbing oleh hal dekatnya pada
konsumen potensial dan pada pusat-pusat kegiatan ekonomi pada umumnya.
Pemilihan lokasi pabrik pada umumnya bertujuan untuk meminimalkan
jumlah seluruh biaya. Dalam hal ini harus dipikirkan biaya-biaya dalam jangka
panjang. Oleh karena itu lokasi pabrik sangat menentukan kedudukan dan
kelangsungan hidup perusahaan. Lokasi yang kurang tepat akan mengakibatkan
lemahnya posisi perusahaan dalam persaingan. Perencanaan lokasi pabrik yang
kurang tepat, dapat pula mengakibatkan perusahaan mengadakan Re-location,
yaitu penempatan pabrik ke lokasi baru; ini sangat memboroskan biaya pabrik.
Jadi tujuan penentunan lokasi pabrik dengan tepat adalah agar dapat
membantu perusahaan beroperasi/berproduksi dengan lancar, supaya lebih
berdaya guna serta lebih berhasil guna. Hal ini berarti bahwa, dalam penentuan
lokasi pabrik perlu di perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi
dan distribusi, agar dapat lebih ditekan serendah mungkin.
Dengan adanya penentuan lokasi pabrik yang tepat, akan:
a. Dapat melayani konsumen dengan memuaskan
b. Dapat memperoleh tenaga kerja yang cukup
c. Dapat memperoleh bahan baku yang baik dengan harga bersaing
d. Memungkinkan perluasan pabrik

9
Namun demikian mungkin saja untuk waktu yang sekarang, suatu lokasi
pabrik sudah cukup baik, tetapi di kemudian hari ternyata timbul masalah
penempatan lokasi yang baru. Hal ini mungkin disebabkan karena:
a. Adat kebiasaan masyarakat yang berubah
b. Pusat-pusat penduduk dan perdagangan berpindah tempat
c. Adanya jaringan komunikasi dan pengangkutan yang lebih baik.
II.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perencanaan Lokasi Pabrik :
1. Faktor Primer (Utama)
a. Letak bahan mentah
Letak pabrik yang mendekati bahan mentah mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
1) Terjaminnya kelancaran arus bahan mentah
2) Tingkat kerusakan bahan mentah dapat diperkecil
3) Ongkos angkut barang lebih murah.
4) Suatu pabrik sebaiknya mendekati letak bahan baku apabila :
5) Terdapat kemrosotan bobot yang besar dari bahan mentah sampai produk
selesai
6) Harga bahan baku per unit mahal, sehingga kerusasakan sedikit saja dari
bahan baku tersebut, memakan ongkos yang besar
7) Ongkos angkut bahan mentah dari tempat bahan mentah ke lokasi pabrik,
sangat tinggi.
b. Letak Pasar
Tujuan lokasi pabrik mendekati pasar, ialah agar produk cepat sampai ke
konsumen (terutama untuk produk yang tidak tahan lama), serta untuk
menghemat biaya distribusi.
Lokasi pabrik cenderung mendekati pasar apabila:
1) Produk jadi termasuk barang yang tidak tahan lama atau cepat rusak
(misal: makanan, minuman)
2) Ongkos angkat barang jadi lebih mahal dibanding ongkos angkut bahan
mentah (misal: perusahaan meubel ukir).

10
c. Pengangkutan (Transportasi)
Perusahaan yang terletak di daerah yang sulit dijangkau alat angkutan
umum, harus menyediakan sendiri alat angkut tersebut. Sehingga dibutuhkan
investasi yang cukup besar. Dalam hal ini alat angkut umum yang biasa
digunakan ialah : kereta api, kapal laut, pesawat udara, truk, dan sebagainya.
d. Suplai Tenaga Kerja
Dalam suatu proses produksi, ikut terlibat di dalamnya tenaga kerja; baik
tenaga kerja yang terdidik maupun tenaga tak terdidik serta tenaga ahli. Dapat
dikatakan bahwa, kualitas tenaga kerja ikut menentukan kualitas produk akhir.
Oleh karena itu banyak perusahaan yang karena produk akhirnya dituntut suatu
kualifikasi tertentu, maka lokasi perusahaan cenderung mendekati tenaga ahli.
Misalnya:perusahaan batik, perak, ukir-ukiran, kerajinan kulit, dan lain
sebagainya.
e. Terdapatnya tenaga pembangkit listrik
Suatu perusahaan yang sebagian besar proses produksinya memerlukan
tenaga listrik, cenderung mencari lokasi yang mudah mendapatkan suplai tenaga
listrik.
2. Faktor Sekunder
Faktor Sekunder ini antara lain :
a. Rencana masa depan perusahaan (transportasi, kemajuan teknik operasi
perusahaan).
b. Kemungkinan perluasan usaha (areal tanah harus luas).
c. Terdapatnya fasilitas servis (bengkel servis, tempat ibadah, sekolah, rumah
sakit, sarana rekreasi).
d. Terdapatnya fasilitas pembelanjaan perusahaan (Lembaga Kredit, Bank,
Koperasi).
e. Sikap dari masyarakat setempat (bersikap positip/mendukung atau negatif/
tidak mendukung).
f. Keadaan tanah (ini perlu mendapat perhatian terutama untuk pabrik
keramik, semen, genteng, batu bata).
g. Iklim (pabrik tertentu memerlukan kelembaban suhu udara tertentu).
h. Tinggi rendahnya tingkat pajak dan masalah Undang-Undang Perburuhan.

11
Setelah lokasi pabrik ditetapkan maka selanjutnya adalah merencanakan
pendirian bangunan pabrik yaitu untuk melindungi jalannya proses produksi dan
tenaga kerja dari gangguan yang dapat menghambat jalannya operasi perusahaan.
Gangguan tersebut dapat berupa pengaruh cuaca atau suhu yang buruk dari faktor
lain yaitu agar aman dari pencurian.
Di dalam mendirikan bangunan, perlu dipertimbangkan:
a. Luas banguna sesuai dengan kebutuhan perusahaan
b. Jenis bangunan: permanen, tidak permanen
c. Bentuk bangunan: model, bertingkat atau tidak bertingkat
Dengan adanya perencanaan pembangunan, maka akan dapat diperoleh manfaat
antara lain :
a. Memperlancar jalannya proses produksi dan operasi perusahaan
b. Memperkecil persediaan barang setengah jadi
c. Memperoleh pemanfaatan luas lantai yang efektif
d. Menurunkan biaya pengangkutan dalam pabrik
e. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
f. Menurunkan biaya pemeliharaan
g. Menyederhanakan pengawasan proses produksi
Di samping faktor utama tersebut, perlu pula dipertimbangkan beberapa faktor
lainnya, yaitu:
a. Kemungkinan perluasan perusahaan
b. Fasilitas lain seperti : tempat ibadah, tempat olah raga, kesenian, taman,
tempat parkir, kantin, kamar mandi
c. Peralatan untuk pengamanan dan tanda-tanda bahaya
d. Dan lain-lain
II.3 Perencanaan Letak Fasilitas Produksi
Perencanaan letak fasilitas produksi juga sering disebut layout fasilitas
pabrik, yaitu tata letak mesin dan peralatan lainnya yang digunakan dalam proses
produksi. Ini merupakan tahap perpaduan disain suatu sistem produktif. Pada
tahap ini perusahaan harus menyediakan segala faktor rencana proses dan disain
pekerjaan, misalnya kapasitas ruangan untuk meletakkan peralatan dan untuk para
pekerja, kemudian metode pemindahan bahan dalam pabrik serta pertimbangan

12
bahan dalam pabrik serta pertimbangan fleksibilitas untuk perubahan atau
perluasan di waktu yang akan datang.
Suatu tata letak yng baik dapat diartikan sebagai penyusunan mesin dan
peralatan pabrik dengan teratur dan efisien, termasuk didalamnya pengaturan
tenaga kerja. Fasilitas produksi di sini termasuk: gedung, tempat pemeliharaan,
tempat pengiriman barang.
II.3.1Tujuan Perencanaan Tata Letak Produksi
Secara umum dapat dikatakan bahwa, tujuan perencanaan layout produksi
adalah untuk mendapatkan kombinasi yang optimal antara fasilitas-fasilitas
produksi. Namun daripadanya dapat disebutkan beberapa tujuan khusus, yakni:
a. Untuk simplifikasi dari proses produksi
b. Agar pengeluaran biaya pengangkutan bahan dalam pabrik dapat
diminimumkan.
c. Mendapatkan perputaran persediaan barang setengah jadi yang tinggi
d. Mengurangi investasi yang kurang penting
e. Memperoleh kepuasan dan keamanan kerja untuk para karyawan
II.3.2 Pentingnya Perencanaan Tataletak Produksi
Perusahaan senantiasa memerlukan perencanaan tata letak produksi
disebabkan hal-hal:
a. Adanya perubahan dari disain produk/produk baru
b. Adanya perubahan volume permintaan konsumen
c. Telah usangnya fasilitas produksi yang ada
d. Timbulnya kecelakaan kerja
e. Adanya pemindahan lokasi perusahaan
f. Lingkungan kerja yang kurang aman
g. Untuk menghemat biaya
Dengan dipertimbangankannya bebrapa faktor di muka, maka diharapkan
biaya-biaya proses produksi dapat ditekan serendah-rendahnya dan di pihak lain
tujuan perusahaan dapat tercapai.

13
II.3.3Tipe-Tipe TataLetak Produksi
a. Tata letak produk/Garis (Product/Line Layout)
Disini pengaturan fasilitas produksi secara berurutan sesuai dengan jalannya
proses produksi sejak dari bahan mentah sampai dengan produksi selesai
diproses.Jenis tata letak ini biasanya untuk membuat produk secara massa/besar-
besaran, terus-menerus dan produk standar.
b. Tata letak Proses atau Fungsional (Process/Functional Layout)
Cara pengaturan tata letak di sini ialah, mesin/peralatan yang sama atau
sejenis dikelompokkan pada satu tempat/ruangan yang sama. Jadi tata letak ini
bertitik tolak pada kesamaan pekerjaan atau proses dan bukan pada urutan proses
pekerjaan.Jenis tata letak ini sering digunakan pada perusahaan di mana proses
produksinya terputus-putus (untuk pesanan) dan bukan produk standar,
melainkan produk pesanan. Pengawasan produksinya lebih ketat karena arus
produksinya berbeda-beda.
c. Fixed Position Layout
Di sini semua komponen untuk semua proses produksi diletakkan dekat
tempat proses produksi. Bahan baku dan bahan pembantu serta semua peralatan
diletakkan pada lokasi yang tetap. Tata letak ini bukan untuk produk yang stabil
pembuatannya, tetapi biasanya untuk proses produksi yang berpindah-pindah.
Contoh: pembuatan jembatan, dam, bangunan. Jadi setelah proses produksi
selesai, peralatan seluruhnya akan dipindahkan ke lain tempat untuk proses
produksi berikutnya.
Material Handling merupakan kegiatan untuk mengangkat, mengangkut dan
meletakkan barang, sejak pemasukan pertama kali sampai saat barang selesai
dibuat dan siap dikeluarkan dari pabrik. Oleh karena itu kegiatan Material
Handling tidak bisa lepas dari kegiatan proses produksi. Bahkan suatu perusahaan
dapat mengeluarkan biaya Material Handling yang cukup tinggi yakni sekitar 50%
dari seluruh biaya produksi. Sebab di dalam biaya ini termasuk penyediaan alat-
alat berat seperti, derek, fork lift, traktor, overhead convenyor (ban berjalan) dan
lain-lain termasuk tenaga kerja yang menjalankannya. Maka di dalam
perencanaan layout harus diusahakan untuk meminimukan biaya Material
Handling ini.

14
Keuntungan adanya Material Handling yang tepat:
a. Penghematan biaya produksi
b. Mempertinggi produktivitas kerja karyawan
c. Distribusi barang menjadi lancar
Suatu perusahaan dikatakan menyelenggarakan Material Handling yang kurang
efisien, apabila:
a. Barang dibongkar dan dipindahkan dengan tangan
b. Sering terjadi kerusakan barang saat bongkar muat
c. Barang banyak diletakkan di halaman pabrik menunggu penyaluran
d. Gang-gang terlalu sempit sehingga ruang gerak alat pabrik kurang leluasa
e. Alat angkut menunggu terlalu lama
f. Peralatan kurang memadai sehingga banyak menggunakan tenaga manusia
II.4 Perencanaan Lingkungan Kerja
Perencanaan produksi berkaitan erat dengan perencanaan lingkungan kerja.
Dengan lingkungan kerja yang baik, aman serta nyaman maka akan dapat
meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Termasuk ke dalam perencanaan
lingkungan kerja yaitu, perencanaan terhadap pengaturan berbagai fasilitas
pelayanan, masalah kondisi kerja dan hubungan kerja antar karyawan.
II.4.1Pelayanan bagi Karyawan
Bagi perusahaan yang sudah cukup besar dan teratur, maka dapat
diselenggarakan jenis pelayanan bagi karyawan, seperti:
a. Adanya kantin/kafetaria di lingkungan pabrik
b. Fasilitas kesehatan: dokter dan obat-obatan yang disediakan secara cuma-
cuma. Dokter perusahaan ini tidak harus menjadi karyawan tetap pada
perusahaan, tetapi bisa dipekerjakan secara “part time”.
II.4.2Kondisi Kerja
Dengan kondisi kerja yang nyaman, maka karyawan akan merasa aman dan
produktif dalam bekerja sehari-hari. Hal ini dapat menciptakan perusahaan dari
segi-segi:
a. Penerangan
Penerangan ini dapat berasaldari cahaya matahari maupun listrikatau lampu
minyak.

15
Hanya saja yang perlu diperhatikanyaitu agar sinar yang ada tidak terlalu silau dan
sebaliknya juga tidak terlalu redup.
b. Suhu Udara
Kegairahan kerja bisa menurun apabila suhu udara di tempat kerja terlalu
panas maupun terlalu dingin. Bahkan bisa menimbulkan kecelakaan maupun
kesalahan dalam bekerja.
c. Suara bising
Pada jenis perusahaan tertentu seringkali timbul suara bising dari mesin-
mesin yang sedang dioperasikan. Hal itu dapat dikurangi dengan cara misalkan,
isolasi, penggunaan alat peredam, pemasangan sistem akustrik atau pemakaian
alat pelindung telinga dari karyawan.
d. Ruang Gerak
Penempatan mesin dan alat produksi lain supaya diatur sedemikian rupa
sehingga ruang gerak karyawan dalam bekerja tidak terlalu sempit.
II.4.3Hubungan Kerja Antar Karyawan
Produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
adalah:
a. Faktor bawaan
b. Faktor pendidikan dan latihan
c. Faktor gizi
d. Faktor lingkungan
e. Faktor kemauan karyawan untuk bekerjasama
Jadi di sini pimpinan harus mengetahui bagaimana faktor-faktor tersebut dapat
dipenuhi.
Hubungan antar karyawan secara individual maupun antar bagian dalam
perusahaan perlu dibina terus-menerus, sebab tanpa adanya semangat kerjasama
yang baik mustahil semua pekerjaan akan diselesaikan tepat pada waktunya
disertai kualitas yang baik.
II.5 Pengendalian Produksi
Setelah proses produksi berjalan, kadangkala terjadi penyimpangan atau hal-
hal yang kurang sesuai dengan maksud perencanaan produksi. Maka untuk

16
mengatasi hal-hal itu harus dilaksanakan pengendalian produksi atau pengawasan
produksi.
Tahap-tahap dalam pengendalian produksi:
a. Planning
Yaitu untuk menentukan produk apa dan berapa banyak akan diproduksikan
dan direncanakan seluruh kegiatan produksi mulai saat masuknya bahan-
bahan mentah sampai produk selesai dibuat. Misalnya penentuan bahan
mentah, tenaga kerja dan peralatan.
b. Routing
Merupakan urutan-urutan penyelesaian pekerjaan dari bahan mentah sampai
produk selesai. Jadi untuk produk yang berbeda, akan mempunyai routing
yang berbeda pula. Tujuan routing adalah untuk memperkecil adanya
kesalahan dalam proses produksi.
c. Scheduling
Yaitu penentuan kapan suatu pekerjaan harus dimulai dan kapan harus
selesai. Setiap jadwal kerja diberi tanggal, bulan serta lamanya waktu yang
disediakan, mungkin bisa dilengkapi dengan keterangan berapa jam/menit.
d. Dispatching
Merupakan perintah untuk mulai bekerja kepada para pekerja. Pekerja sudah
diberi perintah dari Dispatcher (pemberi perintah) sesuai dengan routing dan
scheduling yang telah ditentukan.
e. Follow Up
Merupakan tindak lanjut dalam urutan proses produksi untuk menjaga agar
routing, scheduling dan dispatching sesuai rencana serta untuk menghindari
kegagalan proses produksi
Beberapa macam pengendalian proses produksi
a. Pengendalian Order (Order Control)
1) Pengendalian produksi di sini menjaga agar produk yang dibuat sesuai
dengan pesanan/order yang telah masuk. Jika terjadi ketidak-sesuaian
antara hasil produk jadi dengan jenis pesanannya, maka harus cepat
diadakan penyesuaian dan perbaikan agar tidak mengecewakan para
konsumen.

17
2) Pengendalian order harus dapat memperkecil adanya penyimpanan-
penyimpanan dalam pembuatan produk. Oleh karena itu, setiap order yang
masuk harus segera dibuat routing, scheduling, dispatching sendiri-sendiri.
3) Jenis pengendalian ini sesuai untuk jenis proses produksi terputus-putus
atau Intermittent Process.
b. Penendalian Arus (Flow Control)
1) Titik berat pengendalian ini adalah arus proses produksi itu sendiri.
Kelancaran proses produksi sangat diperhatikan. Hal ini harus didukung
adanya tingkat produksi masing-masing bagian yang relatif stabil.
2) Routing di sini lebih banyak ditentukan oleh alat-alat produksi yang
dipakai yang biasanya sudah merupakan satu unit peralatan.
3) Persiapan sebelum proses produksi dimulai, memegang peranan penting,
sebab jika salah satu mesinnya macet, proses selanjutnya akan dapat
terganggu.
4) Pengendalian ini digunakan untuk tipe proses terus menerus atau
Continuous Process.
c. Pengendalian Beban (Load Control)
1) Jenis pengendalian ini lebih menitik-beratkan pada beban yang harus
dilaksanakan masing-masing bagian dalam perusahaan, terutama pada
bagian yang mempunyai kegiatan yang paling padat.
2) Perencanaan produksi dan Routing disusun apabila ada pesanan yang
datang. Scheduling dapat disusun sesudah Routing siap.
Masalah penting yang perlu diperhatikan:
a) Apabila ada proses yang sama dalam bagian yang sama untuk beberapa
jenis produk, di sini perlu diusahakan pengalokasian waktu serta
kapasitas, agar semua proses berjalan lancar dalam waktu yang tepat.
b) Agar diadakan pemisahkan bahan untuk masing-masing produk dalam
kelompok bahan yang sama, sehingga memudahkan perhitungan atas
komponen tersebut ke dalam produk akhir.

18
d. Pengendalian Blok (Block Control)
1) Tipe pengendalian ini, mengelompokkan jenis pesanan yang masuk pada
jenis yang mempunyai penyelesaian proses produksi yang sama atau
hampir sama.
2) Pesanan tersebut didaftar dalam satu blok, sehingga blok di sini
merupakan kumpulan pesanan di mana proses produksi dari masing-
masing produk adalah sama atau hampir sama.
3) Tujuan pengendalian blok adalah agar tercapai stabilitas tingkat produksi
pada masing-masing bagian.
4) Setiap bagian yang telat menyelesaikan satu blok akan dilaporkan oleh
pengawas atau mandor ke bagian pengendalian proses produksi.
e. Pengendalian Proyek Khusus (Special Project Control)
1) Pengendalian ini sebetulnya merupakan salah satu bentuk khusus dari
Pengendalian Pesanan (Order Control).
2) Pengendalian ini biasanya dilakukan pada proyek-proyek besar, misalnya
pembuatan jalan, reaktor atom, peluncuran roket dan lain-lain.
3) Routing, Scheduling, dan Dispatching harus teliti dan cermat untuk
dikoordinasikan dengan perencanaan produksi.
f. Pengendalian Kekecualian (Control By Exception)
1) Sistem pengendalian ini beranggapan bahwa, pada umumnya proses
produksi selalu berjalan dengan keadaan yang sama dari waktu ke waktu,
sehingga tidak perlu diadakan pengendalian yang ketat dan berkelanjutan
setiap saat. Pengendalian dilakukan hanya pada saat diperlukan, yaitu pada
saat terjadi kekecualian dalam proses produksi.
2) Kebaikan sistem ini ialah biayanya rendah. Tetapi juga mempunyai
keburukan yakni, tidak cocok untuk usaha pencegahan atau preventif
3) Tipe pengendalian ini hanya cocok untuk jenis pekerjaan yang relatif tetap
dari waktu ke waktu.
Misalnya: suatu pabrik telah menggunakan mesin otomatis, kemacetan
dalam proses produksi atau ketidak-beresan akan ditandai dengan
sina/isyarat antara lain berupa, sirine, lampu isyarat atau berupa
angka/skala yang menurun.

19
II.5.1Pengendalian Bahan Baku
a. Pembelian Bahan Baku
Bagian pembelian bahan baku dalam suatu perusahaan dibebani tanggung
jawab untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas bahan baku pada saat
dibutuhkan disertai dengan harga yang berlaku. Pengawasan untuk fungsi ini
penting sekali karena menyangkut investasi dana dalam persediaan dan
kelancaran arus bahan baku ke dalam pabrik.
Bagian pembelian bertanggung jawab:
1) Atas pembelian bahan agar rencana operasi dapat dipenuhi secara efisien.
2) Atas usaha untuk mengikuti perkembangan bahan baku baru yang lebih
menguntungkan, misalnya dalam hal desain dan harga.
3) Untuk meminimumkan investasi atau meningkatkan perputaran bahan baku
dengan cara penentuan skedul arus bahan ke dalam pabrik yang tepat.
4) Untuk memelihara bahan yang telah dibeli, sekaligus bertanggung jawab atas
persediaan bahan dalam pengendaliannya.
Secara umum tugas bagian pembelian yaitu:
a) Melaksanakan pembelian bahan atau barang untuk penggantian atau
penambahan fasilitas produksi.
b) Pembelian bahan baku perusahaan.
b. Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Bertugas mengatur persediaan agar mencapai jumlah optimal yang tidak
terlalu besar maupun terlalu kecil.
Persediaan yang terlalu besar kurang menguntungkan sebab:
1) Dana yang tertanam dalam persediaan merupakan dana yang menganggur,
akibatnya perusahaan harus mengeluarkan biaya modal.
2) Dapat menimbulkan kerusakan pada bahan yang disimpan.
3) Perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya penyimpanan yang besar
seperti, asuransi bahan, sewa gedung dan biaya pemeliharaan.
Di lain pihak jika jumlah persediaan terlalu kecil bisa mengakibatkan:
1) Terganggunya proses produksi sehingga produk jadi akan terhambat sampai
ke tangan konsumen, sehingga keuntungan dapat hilang.

20
2) Terlalu sering dilakukan pemesanan bahan sehingga perusahaan harus banyak
mengeluarkan biaya pemesanan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar kecilnya
persediaan:
1) Besarnya persediaan minimal (persediaan besi), yaitu persediaan yang harus
selalu ada untuk menjaga kelancaran proses produksi
2) Jumlah produk yang akan dibuat/dijual oleh perusahaan
3) Adanya resiko kerusakan barang di gudang
4) Perkiraan tentang harga bahan dari waktu ke waktu
5) Efisiensi dari fasilitas transport
6) Efisiensi dan teknik penanganan persediaan
c. Jumlah Pembelian yang Paling Ekonomis (Economical Order Quantity= EOQ)
Economical Order Quantity (EOQ) adalah jumlah setiap kali pembelian
bahan yang disertai dengan biaya minimal. Dengan kata lain, merupakan jumlah
setiap kali pembelian bahan yang ekonomis.
Akan timbul dua kelompok biaya:
a. Biaya pemesanan (Ordering Cost atau Up Cost)
Meliputi semua biaya mulai dari mengadakan persiapan pesanan sampai
dengan barang yang dipesan datang. Sifat biaya ini adalah relatif konstan,
tidak tergantung besarnya jumlah barang yang dipesan. Jadi semakin tinggi
frekuensi pemesanan, maka biaya ini akan semakin besar. Termasuk ke dalam
biaya pemesanan adalah:
1) Biaya untuk mempersiapkan pemesanan.
2) Biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan pemesanan.
3) Biaya yang terjadi pada saat penerimaan bahan yang dipesan.
4) Biaya penyelesaian pembayaran pemesanan.
5) dan sebagainya.
b. Biaya penyimpanan di gudang (Inventory Carrying Cost)
Biaya ini dikeluarkan perusahaan karena adanya penyimpanan bahan di
gudang. Besarnya biaya ini bervariasi tergantung dari besar kecilnya rata-rata
persediaan yang ada. Biasanya biaya ini ditentukan sebagai suatu persentase
nilai uang dari persediaan per unit dalam satu tahun. Biaya ini mempunyai

21
sifat semakin besar jumlah bahan yang disimpan maka semakin besar biaya
penyimpanan. Termasuk ke dalam biaya penyimpanan adalah:
1) Biaya sewa gudang
2) Biaya pemeliharaan bahan
3) Biaya asuransi bahan
4) Biaya tenaga kerja penjaga gudang
5) Biaya kerusakan bahan baku dalam penyimpanan
6) dan lain-lain
c. Tenggang Waktu (Lead Time)
Waktu yang dibutuhkan sejak memesan barang sampai barang yang dipesan
datang
II.6 Pengendalian Tenaga Kerja
Ini berguna untuk efisiensi biaya dan waktu. Penyusunan perencanaan kerja
oleh manajemen memegang peranan penting di sini untuk pedoman pelaksanaan
kegiatan dan juga untuk memudahkan pengawasan. Pemahaman tentang net work/
jaringan kerja dan metode jalur kritis/Critical Path Method akan dapat membantu
dalam pembuatan rencana kerja tersebut.
a. Pengertian Pert/ Program Evaluating And Review Technique
Pada dasarnya PERT merupakan representasi diagramatik yang berguna di
dalam merencanakan suatu kegiatan. Sekaligus merupakan alat manajemen yang
efektif. Kegunaan PERT ini terletak pada tingkat ketelitian analisis dari suatu
kegiatan. Jadi PERT dapat dilukiskan:
1) Pengaturan kegiatan yang logis dari suatu
kegiatan/proyek/pekerjaan.
2) Hubungan antara kegiatan-kegiatan tersebut:
a) Apa mendahului apa?
b) Apa yang harus diselesaikan sebelum yang lain dimulai?
c) Apa yang menjadi hambatan?
b. Element PERT adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan/activity
Yaitu pekerjaan yang harus dilakukan yang menghasilkan sesuatu pada
waktu tertentu.

22
2) Peristiwa/event
Merupakan saat permulaan atau akhir suatu kegiatan. Kejadian paling akhir
tidak dapat terjadi sebelum aktivitas-aktivitas sebelumnya selesai. Antara event
mulai dan event penyelesaian, dihubungkan dengan aktivitas. Hubungan antara
berbagai event, setiap bagian pekerjaan sampai dengan penyelesaian paling akhir
akan membentuk suatu diagram jaringan kerja.
Jadi dapat dikatakan bahwa jaringan kerja/network analisis adalah teknik
yang berkaitan dengan masalah penetapan urutan pekerjaan yang diarahkan
untuk meminimumkan waktu penyelesaian suatu pekerjaan atau proyek agar
dicapai biaya paling rendah. Jaringan kerja di sini berupa satu seri atau
rangkaian aktivitas yang bersambung dalam menghasilkan barang/jasa yang
terarah pada satu usaha pencapaian tujuan perusahaan.
Suatu perencanaan dengan menggunakan jaringan kerja dapat membantu
manajemen dengan baik dalam beberapa macam pekerjaan,misalnya:
a. Pembangunan rumah, jembatan, dan gedung
b. Penelitian dan pembuatan produk baru
c. Pembangunan proyek pembangkit tenaga listrik
d. Pemasangan komputer
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan analisis jaringan
kerja:
a. Dapat mengorganisasikan data dan informasi secara sistematis
b. Dapat ditentukan urutan prioritas pekerjaan
c. Dapat menemukan pekerjaan yang ditunda mempengaruhi keterlambatan
d. Dapat menentukan pekerjaan yang harus cepat diselesaikan
e. Dapat segara mengambil keputusan
f. Dapat menentukan pekerjaan yang harus dikerjakan secara lembur
II.7 Pengendalian Biaya Produksi dengan Analisis Pulang Pokok
Analisis pulang pokok atau Break Even Point merupakan analisis untuk
mengetahui apakah luas produksi yang dapat dibuat perusahaan sudah
mendatangkan keuntungan apa malah justru merugikan. Keadaan pulang pokok
adalah keadaan produksi atau penjualan perusahaan di mana jumlah pendapatan/

23
penerimaan penjualan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran/biaya. Atau
singkatnya tidak untung dan tidak juga rugi.
Secara umum analisis pulang pokok (BEP) dapat memberikan informasi
bagaimanakah pola hubungan antara volume penjualan, ongkos, laba yang akan
diperoleh pada tingkat penjualan tertentu. Bantuan informasi lain yang dapat
diberikan oleh analisis BEP adalah:
a. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba tertentu.
c. Seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak rugi.
d. Dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual
biaya dan volume penjualan terhadap laba yang akan diperoleh
Dalam analisis pulang pokok ini ada 3 jenis biaya yang biasa dikenal:
a. Biaya Tetap (Fixed Cost =FC)
Adalah biaya yang jumlahnya selalu tetap tidak terpengaruh oleh besar
kecilnya tingkat produksi perusahaan. Contoh biaya tetap: sewa gedung atau
kantor, penyusutan mesin dan peralatan, gaji karyawan/self
b. Biaya Variable (Variable Cost = VC)
Yaitu biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat
produksi perusahaan. Dalam jenis biaya variable ini dikenal dengan 3 jenis biaya
variable:
1) Biaya variable progresif: biaya variable tiap unit yang akan menjadi besar
apabila jumlah produk yang dibuat semakin besar. Contoh: upah untuk
karyawan yang lembur.
2) Biaya variable proporsional: biaya variable tiap unit akan selalu tetap
berapapun jumlah produk yang dibuat perusahaan.
3) Biaya variable degresif: di sini biaya variable tiap unit akan semakin turun
apabila tingkat produksi semakin naik.
c. Biaya Semi Variable (Semi Variable Cost =SVC)
Yaitu jenis biaya yang sebagian variable dan sebagian tetap, yang kadang-
kadang disebut pula dengan biaya semi tetap/semi fixed cost. Contoh: komisi
agen.

24
Di dalam analisis pulang pokok, terdapat asumsi-asumsi yang harus digunakan:
a. Biaya dalam perusaahaan dapat dibagi dalam golongan tetap dan golongan
variable.
b. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proporsional
dengan volume penjualan/volume produksi. Ini berarti bahwa biaya
varriabelnya per unitnya adalah tetap sama.
c. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis.
d. Perusahaan hanya membuat satu macam produk. Jika dibuat lebih dari 1
macam produk, pertimbangan hasil penjualan antara masing-masing produk
atau sales mix-nya adalah tetap konstan.
II.8 Pemeliharaan
Perusahaan juga perlu melakukan pemeliharaan peralatan-peralatan atau
mesin-mesin yang dimiliki. Agar peralatan dan mesin dapat digunakan dalam
kurun waktu yang lama. Sehingga dapat mengurangi biaya-biaya yang terjadi
apabila peralatan dan mesin mengalami kerusakan.
Kerugian-kerugian yang mungkin akan diderita perusahaan apabila kurang
memperhatikan pemeliharaan alat-alat produksi:
a. Fasilitas/alat produksi hanya dapat dipakai dalam jangka pendek.
b. Akan menimbulkan kerusakan berat pada alat produksi.
c. Sering kali terjadi kemacetan mesin akibat kurangnya pemeliharaan.
d. Menurunnya kualitas produk akhir perusahaan karena peralatannya kurang
lancar.
e. Akan menimbulkan ketidakseimbangan kapasitas antara bagian yang satu
dengan bagian yang lain akibat adanya kerusakan mesin
Terdapat dua jenis dalam pemeliharaan. Adapun jenis-jenis dari
pemeliharaan itu adalah:
a. Pemeliharaan Preventif
Yaitu kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan untuk
mencegah timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan yang
dapat menyebabakan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu
digunakan dalam proses produksi.

25
b. Pemeliharaan Korektif
Adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan setelah
terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas produksi sehingga
tidak dapat berfungsi dengan baik. Kegiatan ini sering disebut dengan
perbaikan atau reparasi.
Dalam program pemeliharaan peralatan tersebut meliputi beberapa bagian.
Adapun bagian yang meliputinya adalah:
1) Penyusunan perencanaan: tugas yang akan dilakukan, prioritasnya dan
tenaganya.
2) Mengatur schedule dan beban pekerjaan sesuai prioritas.
3) Mengatur kartu perintah kerja dan kartu pemeliharaan setiap peralatan agar
keterampilan kerja ditingkatkan.
4) Mengatur penggunaan-penggunaan suku cadang.
5) Mengatur distribusi waktu apabila terdapat peralatan yang harus diperbaiki.
II.9 Isu Menarik Fungsi Produksi
Tempat pembuatan sari kelapa (nata de coco) yang berlokasi di Jalan
Sekeburuy Kelurahan Pasir wangi Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung,
akhirnya digerebeg oleh pihak Kepolisian Resort Kota Besar Bandung Rabu sore
(8/7/2015).
Dalam penggerebegan tersebut pihak kepolisian berhasil mengamankan
barang bukti berupa bahan-bahan dan peralatan dalam pembuatan sari kelapa
tersebut.
Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol Yoyol Angesta Romano
mengatakan, bahan baku pembuatan nata de coco tersebut tidak layak.
“Bahan bakunya ini menggunakan pupuk, biar kelihatan kenyal dan
lembut,” bebernya.
Dirinya menjelaskan, setelah diproduksi nata de coco langsung dilempar
ke pabrik-pabrik besar di dalam maupun diluar Kota Bandung.
“Seharusnya pihak pabrik jangan asal terima barang saja, mereka juga
harus tahu bahan dasarnya apa,” jelasnya.

26
Pembuatan nata de coco atau sari kelapa yang berbahan baku tidak layak
ini bisa terungkap oleh pihak kepolisian karena ada warga yang melaporkan
mengenai pembuatan dan penjualan nata de coco ini.
“Setelah ada laporan, anggota kami langsung melakukan pemeriksaan dan
memang benar ada, dan terbukti bahan bakunya juga tidak layak. Bahan baku
yang digunakan selain pupuk yaitu air perasan kelapa bekas di pasar-pasar dan
cuka,” paparnya.
Menurutnya, yang akan ditindaklanjuti dalam hal ini yaitu pabrik-pabrik
besar yang memesan nata de coco tersebut.
“Nata de coco ini kan dikirimkan ke pabrik-pabrik besar jadi yang kita
tindak lanjuti ya pabrik besarnya ini nanti,” tandasnya.
Menurut informasi yang dihimpun wartawan, tempat produksian nata de
coco milik Asep Koswara ini, telah berjalan dari tahun 2013, yang disebar ke
pabrik-pabrik di wilayah Bogor.
Yoyol menegaskan, pemilik tempat produksian nata de coco tersebut
dikenakan UU pangan dan UU Konsumen.
Hingga berita ini diturunkan pihak kepolisian langsung memasang garis
polisi (police line) di lokasi tempat pembuatan nata de coco tersebut.
(http://news.viva.co.id)
Dari berita di atas dapat kami ambil bahwa pengendalian bahan baku tidak
hanya berpatok pada harga bahan baku saja. Namun kualitas bahan baku harus
diperhatikan. Kelayakan atas barang yang dijual juga perlu diperhatikan. Sehingga
kepuasan konsumen juga menjadi faktor yang utama. Jangan sampai barang yang
kita produksi bisa memberikan kerugian bagi pihak lain yang mengkonsumsinya.

27
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kami tarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Fungsi produksi merupakan aktivitas menciptakan barang/jasa
sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu harga dan jumlah yang
tepat. Secara umum fungsi produksi dapat digolongkan menjadi 4 (empat)
yaitu:
1) Proses (process) adalah sebagai metode dan teknik yang digunakan untuk
penglohan bahan. Proses produksi ini terdiri dari peralatan dan bahan-
bahan yang dikombinasikan atau di olah menjadi barang-barang atau
jasa-jasa yang akan diberikan kepada pelanggan.
2) Jasa (service) adalah merupakan layanan unutk menetapkan tehnik-tehnik
sehingga proses dapat dipergunakan secara efektif. Jasa-jasa ini
berhubungan dengan pengetahuan dan tehnologi untuk menjamin
berlangsungnya proses produksi.
3) Perencanaan (Planning) adalah merupakan pedoman-pedoman dari
kegiatan produksi untuk suatu dasar waktu tertentu. Perencanaan ini
dibutuhkan untuk menjamin tujuan produksi dapat tercapai dan dapat
dilaksanakan secara efektif.
b. Dalam fungsi produksi, perusahaan juga harus memperhatikan:
1. Perencanaan Lokasi Pabrik
Lokasi yang baik dapat menunjang efesiensi dan efektifitas suatu pabrik.
Banyak sekali variable yang harus di pertimbangkan dalam menentukan
lokasi suatu pabrik dengan tujuan mendapat keuntungan ekonomis sesuai
dengan tujuan perusahaan. Penentuan lokasi pabrik yang baik dapat
berakibat pada lancarnya proses produksi pabrik tersebut.
2. Perencanaan Letak Fasilitas Produksi
Perencanaan fasilitas merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum dan
setelah perusahaan beroperasi yaitu menentukan bagaimana suatu asset
tetap perusahaan digunakan secara baik untuk menunjang tujuan

28
perusahaan. Fasilitas adalah sarana dan prasarana untuk melancarkan atau
mempermudah pelaksanaan suatu pekerjaan.
3. Perencanaan Lingkungan Kerja
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang
berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih
mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis. Dalam perencanaan
terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan berdasarkan
jangkauan, perencanaan berdasarkan spesifisitas, perencanaan juga
terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan. Hambatan tersebut
antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang tidak tepat,
penolakan terhadap perubahan dan keterbatasan.
c. Setelah proses produksi berjalan, kadangkala terjadi
penyimpangan atau hal-hal yang kurang sesuai dengan maksud perencanaan
produksi. Maka untuk mengatasi hal-hal itu harus dilaksanakan pengendalian
produksi atau pengawasan produksi. Tahap-tahap dalam pengendalian
produksi terdiri dari planning, routing, scheduling, dispatching, dan follow
up. Sedangkan macam-macam pengendalian proses produksi terdiri dari
pengendalian order, pengendalianarus, pengendalian beban, pengendalian
blok, pengendalian proyek khusus, dan pengendalian kekecualian. Serta
pengendalian terhadap bahan baku juga berperan penting terhadap
pengendalian produksi antara lain pembelian bahan baku, pengendalian bahan
baku, jumlah pembelian yang paling ekonomis dan tenggang waktu.
d. Pengendalian tenaga kerja berguna untuk efisiensi biaya dan
waktu. Penyusunan perencanaan kerja oleh manajemen memegang peranan
penting di sini untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dan juga untuk
memudahkan pengawasan. Pemahaman tentang net work/jaringan kerja dan
metode jalur kritis/Critical Path Method akan dapat membantu dalam
pembuatan rencana kerja tersebut.
e. Analisis pulang pokok atau Break Even Point merupakan
analisis untuk mengetahui apakah luas produksi yang dapat dibuat perusahaan
sudah mendatangkan keuntungan apa malah justru merugikan. Keadaan

29
pulang pokok adalah keadaan produksi atau penjualan perusahaan di mana
jumlah pendapatan/penerimaan penjualan sama besarnya dengan jumlah
pengeluaran /biaya. Atau singkatnya tidak untung dan tidak juga rugi.
f. Perusahaan juga perlu melakukan pemeliharaan peralatan-peralatan atau
mesin-mesin yang dimiliki. Agar peralatan dan mesin dapat digunakan dalam
kurun waktu yang lama. Sehingga dapat mengurangi biaya biaya yang terjadi
apabila peralatan dan mesin mengalami kerusakan

30
DAFTAR PUSTAKA
Sumarni, Murti. dkk. 2010. Pengantar Bisnis (Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan). Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
http://news.viva.co.id/nusantara/bandung/bahan-baku-tidak-layak-
polisi-amankan-tempat-produksi-pembuatan-sari-kelapa

Anda mungkin juga menyukai